Jenis Media: Kesehatan

  • Langka! Remaja Ini Hamil Setelah Menelan Sperma, Bukan Karena Berhubungan Intim

    Langka! Remaja Ini Hamil Setelah Menelan Sperma, Bukan Karena Berhubungan Intim

    Jakarta

    Lebih dari 30 tahun yang lalu dunia medis pernah dibikin geger oleh perempuan yang positif hamil akibat menelan sperma. Perempuan yang tidak disebutkan namanya masih berumur 15 tahun di Lesotho, Afrika Selatan.

    Awalnya, ia datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut akut dan muncul hilang secara berkala. Pemeriksaan menunjukkan, pasien sedang hamil sekitar sembilan bulan, namun ia mengaku tidak menyadari kehamilannya. Rahim pasien mengalami kontraksi secara teratur dan posisi janin sudah berada dengan kepala menghadap ke bawah di jalan lahir. Kasusnya ini dipublikasikan di jurnal Obstetrics & Gynaecology pada 1988 dengan judul ‘Oral conception. Impregnation via the proximal gastrointestinal tract in a patient with an aplastic distal vagina. Case report’.

    Dikutip dari Live Science, pasien sebelumnya pernah mengunjungi unit gawat darurat yang sama 278 hari sebelumnya, atau sedikit lebih dari sembilan bulan lalu setelah ditusuk seorang pria di bagian perut atas. Pisau tersebut menembus dinding perutnya dan menyebabkan dua luka pada lambungnya. Saat itu, dokter menangani lukanya dan memperbolehkan pasien pulang dari rumah sakit.

    Beberapa bulan kemudian, saat pasien masih dalam masa pemulihan pasca operasi caesar, ia memberi tahu seorang perawat penyerangan itu terjadi ketika mantan kekasihnya memergoki ia sedang melakukan seks oral pada kekasih barunya.

    Dokter menyimpulkan setelah penusukan itu, sperma yang sempat ia telan berpindah ke organ reproduksinya melalui robekan pada saluran pencernaannya, sehingga menyebabkan kehamilan.

    Pembuahan biasanya terjadi setelah sperma dimasukkan ke dalam sistem reproduksi wanita melalui vagina. Lingkungan yang sangat asam, seperti saluran pencernaan, tidak cocok untuk sperma. Namun, air liur memiliki kadar asam yang lebih rendah dibandingkan bagian lain dari sistem pencernaan.

    Keasaman diukur dengan skala pH, yang berkisar dari 0 hingga 14. Semakin rendah angkanya, semakin banyak asam yang ada. Lambung bersifat asam, dengan pH 1,5 hingga 3,5 . Air liur biasanya memiliki pH rata-rata 6,7, yang mendekati netral. Hal ini dapat menjelaskan mengapa sperma dalam kasus ini masih dapat bertahan hidup setelah ditelan, menurut laporan tersebut.

    Dokter juga menduga sperma tersebut mungkin masih bisa bertahan hidup karena gadis itu kekurangan gizi saat ditusuk.

    Di sisi lain, saat dokter UGD memeriksa vulva pasien atau bagian luar dari sistem reproduksi wanita, tidak ditemukan adanya lubang vagina. Sebaliknya, dokter menemukan lekukan dangkal yang tertutup kulit di antara labia minora atau bibir bagian dalam vulva, dan di bawah meatus uretra atau lubang luar dari uretra yang mengalirkan urine dari kandung kemih.

    Kondisi langka lubang vagina tidak ada atau tertutup ini dikenal sebagai atresia vagina distal dan diperkirakan terjadi pada 1 dari 4.000 hingga 10.000 bayi perempuan yang baru lahir.

    Dokter akhirnya memberikan anestesi spinal kepada pasien dan melakukan operasi caesar darurat. Remaja tersebut melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat dengan berat 2,8 kilogram, menurut laporan kasus tersebut.

    Pemeriksaan setelah persalinan menunjukkan bahwa rahim pasien berakhir pada vagina yang hanya sedalam 2 sentimeter.

    (suc/suc)

  • 5 Tanda Gula Darah Naik yang Sering Diabaikan

    5 Tanda Gula Darah Naik yang Sering Diabaikan

    Jakarta

    Kadar gula darah tinggi atau hiperglikemia seringkali muncul diam-diam tanpa disadari. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat memicu masalah kesehatan yang lebih serius.

    Banyak orang mengabaikan gejala awal kadar gula darah tinggi. Padahal, mengenali perubahan tubuh secara dini bisa menjadi langkah penting untuk mencegah komplikasi.

    Tanda Gula Darah Naik

    Ada banyak hal pada tubuh yang bisa menandakan kadar gula darah sedang tinggi. Berikut ini beberapa di antaranya:

    1. Suka Haus dan Kebelet

    Mudah haus dan sering buang air kecil merupakan salah dua tanda gula darah naik. Kedua gejala ini seringkali muncul bersamaan.

    “Kelebihan gula dalam darah membuat ginjal bekerja lebih keras untuk membuangnya. Ginjal menarik air dalam jaringan tubuh Anda untuk mengencerkan glukosa agar bisa dikeluarkan lewat urine, sehingga Anda jadi lebih sering buang air kecil,” kata ahli gizi Maria Elena Fraga, dikutip dari Eat Well, Sabtu (21/6/2025).

    2. Gampang Lapar

    Tubuh mengubah makanan menjadi glukosa yang kemudian digunakan sel sebagai energi. Namun, terkadang glukosa itu tidak bisa masuk dalam sel. Ini terjadi karena tubuh tidak memproduksi hormon insulin secara cukup. Akhirnya, tubuh menjadi mudah lapar.

    “Ketidakmampuan menggunakan glukosa menyebabkan kekurangan energi yang bisa membuat Anda merasa lebih lapar dari biasanya,” sambung Fraga.

    3. Pandangan Kabur

    Gula darah tinggi dapat memengaruhi pembuluh darah kecil di mata yang memicu penglihatan kabur. Kondisi ini seringkali muncul pada orang sebelum didiagnosis diabetes.

    Seiring waktu, kondisi ini dapat merusak retina dan memicu retinopati diabetik. Itulah sebabnya American Diabetes Association merekomendasikan orang dengan diabetes tipe 2 untuk menjalani pemeriksaan mata setelah mendapat diagnosis.

    4. Mudah Lelah

    Kekurangan insulin dan resistensi insulin dapat menghambat sel menyerap glukosa dari aliran darah sebagai sumber energi. Tanpa bahan bakar yang cukup, tubuh akan merasa lelah dan lesu.

    5. Muncul Bercak Hitam Kulit

    Bercak hitam di celah-celah kulit seperti lipatan leher, ketiak, jari, dan selangkangan bisa menjadi tanda kadar gula darah tinggi. Gejala-gejala tersebut biasanya berkaitan dengan indikasi diabetes yang disebut acanthosis nigricans.

    Kondisi ini disebabkan tingginya kadar insulin yang menjadi tanda awal prediabetes, diabetes, atau resistensi insulin. Tanda lain yang bisa muncul di kulit seperti skin tags, dermatitis, infeksi jamur dan bakteri, serta kulit kering dan gatal.

    Jika mengalami tanda-tanda di atas, tidak ada salahnya untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah atau langsung ke dokter. Ini perlu dilakukan untuk memastikan gejala yang dialami memang berkaitan dengan kadar gula darah tinggi atau bukan.

    (avk/tgm)

  • Pengidap HIV Diprediksi Tembus 564 Ribu di 2025, 11 Provinsi Ini Catat Kasus Terbanyak

    Pengidap HIV Diprediksi Tembus 564 Ribu di 2025, 11 Provinsi Ini Catat Kasus Terbanyak

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengatakan Indonesia menempati peringkat ke-14 di dunia dalam jumlah orang dengan Human Immunodeficiency Virus (ODHIV) dan peringkat ke-9 untuk infeksi baru HIV.

    Diperkirakan terdapat 564 ribu ODHIV pada tahun 2025, namun baru 63 persen yang mengetahui statusnya. Dari jumlah tersebut, 67 persen telah menjalani terapi antiretroviral (ARV), dan hanya 55 persen yang mencapai viral load tersupresi, artinya virus tidak terdeteksi dan risiko penularan sangat rendah.

    Direktur Penyakit Menular Kemenkes RI, dr Ina Agustina, mengatakan 76 persen kasus HIV di Indonesia terkonsentrasi di 11 provinsi prioritas, yakni:

    DKI JakartaJawa TimurJawa BaratJawa TengahSumatera UtaraBaliPapuaPapua TengahSulawesi SelatanBantenKepulauan Riau

    “Penyebaran kasus HIV secara nasional banyak terjadi di populasi kunci seperti laki-laki seks dengan laki-laki (LSL), waria, pekerja seks perempuan, dan pengguna napza suntik. Tapi di Papua, penularan sudah menyebar ke populasi umum, dengan prevalensi mencapai 2,3 persen,” jelas dr Ina dalam konferensi pers, Jumat (20/6).

    Dalam tiga tahun terakhir, positivity rate HIV cenderung stagnan, namun kasus IMS justru meningkat, termasuk di kelompok usia muda. Data Kemenkes mencatat 23.347 kasus sifilis pada tahun lalu, mayoritas merupakan sifilis dini (19.904 kasus), dan 77 di antaranya adalah sifilis kongenital, yang menular dari ibu ke bayi. Gonore juga tercatat tinggi dengan 10.506 kasus, terutama di DKI Jakarta.

    (suc/suc)

  • Kenapa Gagal Ginjal Kronis Sulit Terdeteksi Dini? Ini Penjelasan Dokter

    Kenapa Gagal Ginjal Kronis Sulit Terdeteksi Dini? Ini Penjelasan Dokter

    Jakarta

    Penyakit ginjal kronis adalah masalah kesehatan yang sulit terdeteksi. Seringkali penyakit ginjal kronis baru ketahuan di stadium akhir, ketika ginjal sudah mengalami kerusakan parah sehingga memicu gagal ginjal.

    Kata Dokter Soal Penyakit Ginjal Kronis

    Penyakit gagal ginjal kronis yang sulit terdeteksi rupanya berkaitan dengan gejala yang seringkali tidak muncul di awal. Begini penjelasan lengkap dari dokter.

    Gejala Gagal Ginjal Tak Muncul di Awal Stadium

    Spesialis penyakit dalam Dr dr Wachid Putranto, SpPD-KGH menuturkan penyakit ginjal kronis seringkali tidak menunjukkan gejala. Ia menuturkan gejala baru akan muncul setelah stadium lanjut, seperti stadium empat atau lima.

    Oleh karena itu, ia mengingatkan pemeriksaan dini ke fasilitas kesehatan perlu dilakukan. Ini untuk mencegah gagal ginjal secara dini dan menghindari perawatan dialisis atau cuci darah seumur hidup.

    “Ini yang menyebabkan pentingnya kita melakukan deteksi dini jangan sampai pasien sudah ada gejala baru periksa kemudian ternyata sudah stadium lanjut,” ucap dr Wachid dikutip dari laman Kementerian Kesehatan RI.

    Sebagai langkah pencegahan, pola hidup sehat harus diutamakan. caranya menjaga asupan air putih cukup, makan bergizi seimbang, rutin berolahraga, menghindari rokok dan alkohol, serta memeriksa tekanan darah dan gula darah secara berkala.

    Gejala Gagal Ginjal yang Muncul di Urine

    Spesialis urologi dr Hilman Hadiansyah, SpU menuturkan masalah kesehatan pada ginjal dapat memengaruhi kondisi urine. Perubahan urine akan bergantung pada masalah ginjal yang dialami.

    Misalnya pada kasus gagal ginjal kronis, volume urine pasien biasanya akan menurun dibanding ketika sehat. Warna urine pasien gagal ginjal biasanya juga lebih keruh.

    “Urinenya jadi nggak banyak, keruh warnanya, warnanya jadi nggak jernih,” kata dr Hilman ketika dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.

    Gejala Gagal Ginjal Umum

    Ia menambahkan orang dengan gagal ginjal biasanya juga mengalami kelelahan parah hingga pembengkakan di area kaki. Kaki yang membengkak disebabkan oleh ginjal yang tidak mampu lagi mengatur keseimbangan cairan dan garam dengan baik.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, berikut ini beberapa tanda gagal ginjal kronis lain yang dapat muncul:

    Mual dan muntah.Kebingungan.Sulit berkonsentrasi.Pembengkakan area wajah, tangan, atau kaki.Kram atau kejang otot.Kulit kering atau gatal.Nafsu makan memburuk atau makan terasa seperti logam.

    (avk/tgm)

  • Orang dengan Kondisi Ini Paling Berisiko Idap Gula Darah Tinggi, Kamu Termasuk?

    Orang dengan Kondisi Ini Paling Berisiko Idap Gula Darah Tinggi, Kamu Termasuk?

    Jakarta

    Gula darah tinggi atau hiperglikemia merupakan kondisi ketika gula darah berada dalam kadar terlalu tinggi. Kondisi ini dapat memicu komplikasi serius bila tidak ditangani dengan benar.

    Meski siapapun bisa terkena, ada kelompok tertentu yang memiliki risiko lebih besar untuk mengalami hiperglikemia. Berikut ini beberapa di antaranya:

    1. Orang dengan Obesitas

    Orang dengan masalah obesitas atau kelebihan berat badan lebih rentan mengalami resistensi insulin. Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel otot, lemak, dan hati tidak merespon insulin sebagaimana mestinya.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, ketika sel tidak merespons insulin, tubuh membutuhkan lebih banyak insulin untuk mengatur darah. Produksi insulin yang kurang dapat memicu hiperglikemia.

    2. Orang dengan Gangguan Pankreas

    Orang dengan gangguan pada pankreas juga memiliki risiko hiperglikemia yang lebih tinggi. Kerusakan pankreas dapat memicu kurangnya produksi insulin, sehingga memicu hiperglikemia.

    Beberapa masalah pankreas yang dapat memicu hiperglikemia seperti autoimun, pankreatitis kronis, kanker pankreas, dan fibrosis kistik. Fibrosis kistik merupakan penyakit genetik langka yang menyebabkan lendir tubuh menjadi kental dan lengket, sehingga mengganggu fungsi organ pernapasan dan pencernaan.

    3. Orang dengan Riwayat Keluarga Diabetes

    Orang yang memiliki riwayat keluarga diabetes lebih mungkin mengalami hiperglikemia, sebagai salah satu awal berkembangnya diabetes.

    Contohnya, pada diabetes tipe 2. Meskipun pola penurunan masih belum jelas, seseorang yang memiliki orang tua dengan diabetes tipe 2 memiliki risiko lebih besar untuk mengalami hal yang sama. Terlebih, jika pola hidup yang diterapkan juga tidak sehat.

    4. Orang dengan Hipertensi

    Dikutip dari Medical News Today, seseorang dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi biasanya juga memiliki masalah resistensi insulin. Orang dengan kondisi ini lebih berisiko mengalami tekanan darah tinggi hingga diabetes dibandingkan orang-orang dengan tekanan darah normal.

    Tekanan darah tinggi dan kadar gula dara berkaitan melalui mekanisme peradangan, stres oksidatif, penebalan pembuluh darah, dan obesitas.

    5. Orang dengan Riwayat Diabetes Gestasional

    Orang dengan riwayat diabetes gestasional memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami hiperglikemia dan diabetes di kemudian hari. Diabetes gestasional adalah jenis diabetes yang terjadi selama kehamilan.

    Menurut Centers for Disease Control and Prevention, hingga 50 persen wanita dengan diabetes gestasional akan mengidap diabetes tipe dua di kemudian hari.

    (avk/kna)

  • Baru 25 Tahun Sudah Kena Jantung Lemah? Ini 5 Kebiasaan Harian yang Jadi Biangnya

    Baru 25 Tahun Sudah Kena Jantung Lemah? Ini 5 Kebiasaan Harian yang Jadi Biangnya

    Jakarta

    Penyakit jantung seringkali dikaitkan sebagai ‘penyakit orang tua’. Nyatanya, kini ada semakin banyak kasus penyakit jantung yang mengintai anak muda, bahkan yang masih berusia 25 tahun ke bawah.

    Salah satunya dialami oleh Molly Schroeder di Wisconsin, Amerika Serikat yang mengalami serangan jantung di usia 21 tahun. Ketika serangan muncul, ia merasakan nyeri yang terasa aneh dan tidak biasa, jauh berbeda dari nyeri yang disebabkan masalah otot.

    Ia juga mengalami sesak napas dan rasa lelah ekstrem tanpa alasan jelas.

    “Mereka melakukan EKG dan perawat berkata, ‘Ini gila. Ini menunjukkan Anda mengalami serangan jantung, tetapi kemungkinannya adalah 1 banding 100.000’,” kenang Schroeder kepada Healthline.

    Kebiasaan Pemicu Jantung Lemah saat Muda

    Masalah kardiovaskular seperti serangan jantung, henti jantung, dan kardiomiopati atau lemah jantung biasanya berkaitan erat dengan gaya hidup seseorang. Sebenarnya, kebiasaan seperti apa saja yang dapat mempengaruhi kesehatan jantung, khususnya di usia muda?

    1. Keseringan Mager

    Aktivitas fisik merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan jantung. Dikutip dari Healthline, gaya hidup tak banyak bergerak dapat menyebabkan sirkulasi melambat, otot jantung melemah, dan meningkatkan berat badan.

    Duduk terlalu lama dapat memicu peradangan dan fungsi arteri yang buruk, sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung. Selain berolahraga, tingkatkan aktivitas harian dengan cara jalan kaki, lebih sering berdiri, dan menaiki tangga.

    2. Makan Sembarangan

    Konsumsi makanan proses, instan, dan tidak sehat menjadi gaya hidup yang umum di kalangan anak muda. Ubah pola makan dengan mengonsumsi makanan minimal olahan dan utamakan makanan utuh seperti daging, sayur, buah, dan biji-bijian.

    Jangan lupa konsumsi protein hewani rendah lemak. Ini termasuk daging unggas, ikan, dan produk susu rendah lemak. Protein nabati dari kacang-kacangan juga baik untuk tubuh.

    3. Susah Mengontrol Stres

    Kesehatan mental dan fungsi jantung saling terkait. American Heart Association (AHA) mencatat depresi, kecemasan, dan stres berkaitan erat dengan kesehatan jantung. Isolasi sosial dan kesepian juga dikaitkan dengan risiko penyakit jantung dan stroke yang lebih tinggi.

    Coba luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang membuat bahagia. Bisa dilakukan dengan perjalanan wisata, menikmati hobi, atau habiskan waktu dengan orang-orang tercinta.

    4. Kebiasaan Merokok

    Merokok dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan aterosklerosis dengan beberapa cara. Misalnya melalui nikotin yang meningkatkan tekanan darah dan karbon monoksida yang mengurangi jumlah oksigen yang dapat diangkut darah.

    Jika sulit untuk berhenti merokok, melakukan konsultasi atau terapi sangat disarankan.

    5. Terlalu Banyak Alkohol

    Konsumsi alkohol dikaitkan dengan berbagai penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke. Disarankan untuk tidak minum alkohol lebih dari dua gelas per hari untuk pria dan satu gelas per hari untuk wanita.

    Bagi sebagian orang, mungkin lebih baik untuk sepenuhnya menghindari alkohol. Juga ada banyak bukti dari penelitian terbaru bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah sedang pun dapat meningkatkan risiko kanker.

    (avk/tgm)

  • Ciri-ciri Kena Brain Rot, Otak Membusuk gegara Keseringan Scroll Media Sosial

    Ciri-ciri Kena Brain Rot, Otak Membusuk gegara Keseringan Scroll Media Sosial

    Jakarta

    Istilah ‘brain rot’ mungkin sudah pernah didengar menggambarkan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk scroll atau bermain di media sosial. Ternyata, kondisi ini perlu diperhatikan dan menjadi sorotan para ahli.

    Ketua Feil Family Brain and Mind Research Institute dan ahli saraf di Weill Cornell Medicine, Dr Costantino Iadecola, mengatakan kondisi ini sangat berdampak pada remaja dan anak-anak yang otaknya masih berkembang.

    Brain rot mengacu pada menurunnya kondisi mental atau intelektual seseorang sebagai akibat dari terlalu banyak mengonsumsi konten ‘sepele atau tidak menantang’. Akibat terlalu banyak waktu menonton lewat layar ponsel, kerusakan otak dapat dikaitkan dengan gejala seperti kabut otak (brain fog), rentang perhatian berkurang, dan ketidakmampuan untuk mengatur diri sendiri.

    Profesor sosiologi di Kenyon College Marci Cottingham, PhD, mengalaminya saat berjam-jam menonton konten yang ada di media sosial TikTok.

    “Saya mengalami perasaan ini setelah berjam-jam menonton TikTok,” kata Cottingham yang dikutip dari TODAY.

    Lantas, apa saja tanda seseorang mengalami ‘brain rot’?

    Tanda Seseorang Mengalami ‘Brain Rot’

    Para ahli mengungkapkan bahwa hingga saat ini, hanya ada sedikit penelitian tentang brain rot atau pembusukan otak ini. Salah satunya dipublikasikan pada awal 2025 di Brain Sciences.

    Penelitian itu mengidentifikasi tiga kemungkinan faktor yang berkontribusi terhadap brain rot, yakni waktu screen time yang berlebihan, kecanduan media sosial, dan kelebihan kognitif.

    “Akibatnya, orang mungkin mengalami perubahan fungsi kognitif,” tulis para peneliti.

    “Secara khusus, mereka mungkin mengalami memori yang terdistorsi atau gangguan memori jangka pendek, ketidakmampuan untuk fokus, rentang perhatian yang berkurang, impulsif, dan preferensi untuk kepuasan instan,” sambungnya.

    Dalam beberapa hal, brain rot terdengar sangat mirip dengan kelelahan, yang keduanya memiliki ciri-ciri depresi dan gangguan fungsi eksekutif. Bagi banyak orang, gejala kerusakan otak kemungkinan besar bersifat situasional atau berubah dari hari ke hari, dari jam ke jam.

    Namun, bagi sebagian orang, tanda-tanda kerusakan otak bisa jadi merupakan bagian dari masalah klinis, seperti dalam konteks ADHD. Misalnya, seorang remaja yang sudah memiliki gejala depresi atau kecemasan mungkin lebih mungkin terjerumus ke dalam penggunaan media sosial yang bermasalah.

    Selain itu, saat seseorang yang sudah mengalami kesulitan fokus, misalnya, konten media sosial mungkin lebih menarik bagi orang dan memperburuk masalah tersebut.

    Tanpa penelitian lebih lanjut tentang kebusukan otak secara khusus, sulit untuk mengetahui dampak seperti apa yang mungkin ditimbulkannya.

    Cottingham melihat munculnya istilah seperti kebusukan otak sebagai respons terhadap perubahan sosial.

    “Dan kebusukan otak menunjuk pada momen (politik dan budaya) yang sedang kita alami, dalam hal orang-orang tidak merasa memiliki jalur yang jelas untuk tindakan individu atau kolektif,” jelasnya.

    Secara keseluruhan, para ahli sepakat bahwa kebusukan otak atau brain rot adalah fenomena psikologis yang lebih kompleks daripada yang mungkin terlihat. Tetapi, hal itu tidak selalu negatif atau sepenuhnya baru.

    (sao/kna)

  • Kasus Medis Aneh, Pasien Gagal Ginjal Makan Busa Kursi saat Cuci Darah

    Kasus Medis Aneh, Pasien Gagal Ginjal Makan Busa Kursi saat Cuci Darah

    Jakarta

    Seorang wanita berusia 31 tahun di Inggris Raya diharuskan menjalani dialisis atau cuci darah sebanyak tiga kali seminggu.

    Pasien itu memiliki riwayat diabetes tipe 1, kesulitan belajar ringan, dan gagal ginjal stadium akhir. Dialisis ini berfungsi menggantikan peran ginjal untuk membersihkan limbah dan cairan berlebih dari aliran darah.

    Selain itu, pasien juga disarankan untuk membatasi asupan cairan dan garam di antara sesi dialisis tersebut. Jika tidak, cairan dapat menumpuk di dalam tubuh karena ginjal tidak menyaring dari darah, yang menyebabkan penambahan berat badan dan tekanan pada jantung.

    Dalam kasus ini, wanita tersebut terus-menerus mengalami penumpukan cairan berlebihan di antara jadwal dialisis. Hal ini terus terjadi meskipun telah dilakukan beberapa intervensi untuk mengatasinya.

    Seiring berjalannya waktu, pasien tidak dapat lagi mentoleransi sesi dialisis yang lama, sehingga ia akan memulai dan mengakhiri setiap sesi di atas berat badan targetnya karena semua penumpukan cairan. Pasien juga dilaporkan sesekali mengalami sembelit.

    Setelah satu sesi dialisis, seorang perawat yang membersihkan kursi tempat wanita itu duduk merasa kursinya agak ringan. Setelah diperiksa, ia melihat potongan-potongan besar busa, khususnya busa poliuretan berdensitas rendah, hilang dari kursi itu.

    Hasil Diagnosis

    Tim medis wanita itu menemukan bahwa pasien tersebut mengidap gangguan makan pica, yakni secara impulsif mengonsumsi barang-barang yang bukan makanan.

    “Kami terkejut menemukan bahwa pasien kami telah memakan busa itu dan telah meningkatkan asupan cairannya dengan asumsi bahwa busa itu akan menyerap kelebihan air di lambung, dan dengan demikian mencegah penyerapan sistemik,” tulis dokter dalam laporan yang dipublikasikan di BMJ Case Reports.

    “Ternyata ini tidak terjadi. Dengan kata lain, dia berharap busa itu akan bertindak seperti spons dan menyerap kelebihan cairan yang tertahannya,” sambungnya.

    Pica terkadang dikaitkan dengan kekurangan nutrisi, seperti kekurangan zat besi atau zinc, yang menyebabkan beberapa ilmuwan berteori bahwa kekurangan ini menyebabkan keinginan yang tidak biasa. Sebaliknya, beberapa orang berpikir bahwa penderita pica mungkin tertarik pada sensasi, seperti rasa, tekstur, atau bau, dari zat-zat yang bukan makanan.

    Kondisi ini terkadang dikaitkan dengan kehamilan atau anemia bulan sabit, serta gangguan kesehatan mental dan pengobatan tertentu.

    Dalam kasus ini, dokter wanita tersebut menjalankan tes dan mengesampingkan kekurangan gizi sebagai faktor. Mereka juga tidak menemukan pemicu psikososial akut terkait perilakunya itu dan pasien tidak memiliki riwayat pica sebelumnya.

    Mereka menduga bahwa kesulitan belajarnya mungkin berperan.

    NEXT: Perawatan yang dilakukan

    Perawatan yang Dilakukan

    Pasien diberitahu tentang konsekuensi memakan busa dan menerima bimbingan rutin dari ahli gizi dengan spesialisasi dalam membantu pasien dengan disfungsi ginjal. Keluarganya juga menjadi lebih terlibat dalam perawatannya.

    Kasus pica biasanya diobati dengan terapi perilaku, tetapi laporan kasus ini tidak mencatat apakah ada pilihan seperti itu yang dieksplorasi. Pasien juga diberikan obat pencahar untuk membantunya mengeluarkan busa yang telah dimakannya tanpa komplikasi apapun.

    Pada saat laporan kasus tersebut dipublikasikan pada 2010, pasien masih menjalani dialisis tiga kali seminggu.

    Dokter yang menangani wanita itu mencari literatur medis untuk kasus pasien penyakit ginjal yang memakan busa poliuretan dan tidak menemukannya. Tetapi, mereka menemukan beberapa kasus orang tanpa penyakit ginjal yang memakan bahan tersebut.

    “Kasus ini menyoroti fenomena yang diketahui, tetapi kurang terdiagnosis pada pasien ginjal, yang dikenal sebagai pica,” tulis para dokter.

    “Meskipun konsumsi es, aspirin, tanah liat, dan soda kue telah dilaporkan pada pasien hemodialisis, kasus ini unik karena pasien terpaksa memakan busa dari kursi dialisisnya,” pungkasnya.

  • Bos Telegram Rutin Donor Sperma Selama 15 Tahun, Anaknya Sudah Ada 100

    Bos Telegram Rutin Donor Sperma Selama 15 Tahun, Anaknya Sudah Ada 100

    Jakarta

    Pendiri sekaligus CEO dari Telegram, Pavel Durov rupanya melakukan praktik donor sperma dan sudah memiliki 100 lebih anak. Pavel beranggapan donasi sperma menjadi caranya membantu orang-orang yang kesulitan memiliki anak.

    Ia memulai aksi donasinya sejak 15 tahun lalu. Salah satu temannya saat itu meminta Pavel untuk menyumbangkan sperma di sebuah klinik bayi agar ia dan istrinya bisa memiliki anak.

    “Ia mengatakan bahwa ia dan istrinya tidak dapat memiliki anak karena masalah kesuburan dan meminta saya untuk menyumbangkan sperma di sebuah klinik agar mereka dapat memiliki bayi. Saya awalnya tertawa terbahak-bahak, sebelum menyadari bahwa ia sangat serius,” kata Durov dikutip dari News18, Sabtu (21/6/2025).

    Semenjak saat itu, ia rutin melakukan donor sperma hingga memiliki 100 anak biologis. Bahkan, anaknya tersebar di 12 negara di seluruh dunia.

    “Hal ini terdengar cukup gila sehingga membuat saya mendaftar sebagai pendonor sperma. Lalu sampai ke tahun 2024, aktivitas donasi saya di masa lalu telah membantu lebih dari seratus pasangan di 12 negara untuk memiliki anak. Bahkan, bertahun-tahun setelah saya berhenti menjadi donor, setidaknya satu klinik kesuburan masih memiliki sperma beku saya yang tersedia untuk digunakan secara anonim oleh keluarga yang ingin memiliki anak,” sambungnya Durov.

    Bagi Warisan Triliunan untuk Seluruh Anaknya

    Baru-baru ini Pavel mengungkapkan dirinya akan membagikan seluruh hartanya pada anak-anaknya, ini termasuk anak-anak dari sperma donor. Meski sudah memiliki enam anak secara langsung, ia berpendapat 100 lebih anaknya memiliki hak yang sama.

    “Saya tidak membeda-bedakan anak-anak saya. Ada yang dikandung secara alami dan yang berasal dari sumbangan sperma saya,” kata Durov dikutip dari Business Insider.

    Ia diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar 14 miliar dollar AS atau sekitar Rp 224 triliun. Meski begitu, uang tersebut tidak akan diberikan dalam waktu 30 tahun ke depan.

    “Saya menulis surat wasiat baru-baru ini. Saya memutuskan anak-anak saya tidak akan memiliki akses ke kekayaan saya sampai jangka waktu 30 tahun berlalu, mulai hari ini,” sambungnya.

    (avk/kna)

  • Ahli: Jangan Abaikan! Kolesterol Sering Tak Punya Gejala Awal

    Ahli: Jangan Abaikan! Kolesterol Sering Tak Punya Gejala Awal

    Jakarta

    Kolesterol tinggi cenderung tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Banyak orang yang baru menyadari kondisi ini setelah muncul komplikas seperti serangan jantung atau stroke.

    Kolesterol tinggi diam-diam bisa mengganggu aliran darah tanpa menimbulkan keluhan. Sehingga, penting untuk memeriksakan kadar kolesterol meski tidak merasakan gejala apapun.

    Kolesterol Sering Tidak Punya Gejala Awal

    Dokter keluarga di American Medical Association (AMA), Kate Kirley MD mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda peringatan bagi orang yang memiliki kolesterol tinggi. Sehingga, satu-satunya cara untuk mengetahui kadar kolesterol dan pengaruhnya terhadap risiko stroke dan jantung adalah dengan memeriksakan diri ke dokter.

    “Biasanya, tidak ada tanda-tanda peringatan bagi orang dengan kolesterol tinggi,” kata Kirley, dikutip dari laman AMA.

    Menurut Dr Kirley, memang ada beberapa gangguan yang relatif tidak umum di mana orang bisa mengalami gejala fisik seperti endapan kolesterol di bawah mata dan lain sebagainya. Meski demikian hal itu sangat tidak umum.

    “Itu tidak selalu berkorelasi dengan panel kolesterol. Jadi, seseorang mungkin memilikinya dan juga tidak memiliki kolesterol tinggi. Itu salah satu hal seperti hipertensi yang kami anggap sebagai ‘silent killer’,” ungkapnya.

    Kolesterol Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

    Bagi banyak orang, masalah kolesterol tinggi muncul saat terlalu banyak makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh tinggi. Seiring waktu, asupan makanan ini meningkatkan jumlah kolesterol total dalam tubuh.

    Kolesterol kemudian mulai beredar dalam aliran darah, menumpuk di dinding arteri dan membentuk plak. Plak ini disebut dengan aterosklerosis, yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

    Masalah tambahan muncul saat plak menumpuk di dalam arteri dan sebagian terlepas, mengalir melalui aliran darah dan bersarang di pembuluh darah. Sehingga, darah tidak bisa mengalir.

    “Jadi memang penumpukannya itu tidak menimbulkan gejala sampai dia sumbatannya itu total.” kata dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular dr Bimo Kusumo sp.BTKV, FIATCVS kepada detikcom Jumat (31/5/2025).

    Sumbatan yang sedikit mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun, ketika sudah mulai setengah dan menutup, timbulah nyeri dada hebat dadakan hingga bisa menyebabkan serangan jantung.

    “Penyumbatan tersebut bisa terjadi tiba-tiba, penyumbatan pembuluh darah jantung biasanya menyebabkan serangan jantung,” kata ahli jantung dari Yale Medicine, Ehimen Aneni, MD, MPH.

    “Penyumbatan ini mirip dengan stroke, yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah di leher atau otak.” tambahnya.

    Jadi, penting untuk melakukan pemeriksaan kolesterol untuk mengetahui kondisi tubuh. Dengan begitu, mengalami penyakit yang berkaitan dengan faktor risiko kolesterol tinggi bisa diminimalisir.

    (elk/tgm)