Jenis Media: Kesehatan

  • Laki-laki Lebih Rentan Kena Batu Ginjal Dibanding Perempuan, Ini Alasannya

    Laki-laki Lebih Rentan Kena Batu Ginjal Dibanding Perempuan, Ini Alasannya

    Jakarta

    Penyakit batu ginjal memang tak mengenal gender, baik pria dan wanita bisa saja mengalaminya. Namun, laki-laki lebih berisiko terkena batu ginjal dibanding perempuan.

    Spesialis urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Widi Atmoko, SpU(K), FECSM, FACS mengatakan bahwa kemungkinan perbedaan hormon dan aktivitas merupakan faktor yang mengakibatkan risiko batu ginjal mereka lebih tinggi daripada perempuan.

    “Biasanya laki-laki ada perbedaan hormon itu ya. Bisa juga karena aktivitas laki-laki mungkin lebih banyak juga kan, jadi mungkin potensi dehidrasi lebih tinggi,” kata dr Widi kepada detikcom, Rabu (25/6/2025).

    “Kurang lebih 1,3 kali lipat lebih tinggi (risikonya) dibandingkan perempuan,” sambungnya.

    Sebenarnya, lanjut dr Widi, faktor-faktor yang menyebabkan munculnya batu ginjal, baik pada laki-laki dan perempuan bisa dikatakan sama.

    “Faktor genetik berperan, turunan. Kedua, misalnya gaya hidupnya jarang minum, kurang minum terus, ketiga pola makannya yang kurang bagus. Makanan atau minumnya itu yang tinggi kalsium, terus suka yang asin-asin,” kata dr Widi.

    “Lalu yang tinggi protein juga, itu berisiko bikin batu asam urat. Paling banyak batu itu batu kalsium, jadi itu tadi terlalu asin, yang tinggi kalsium misalnya susu, yogurt, keju, jeroan, itu berisiko bikin batu,” lanjutnya.

    Terkait makanan atau minuman, dr Widi mengatakan ada kandungan pada buah yang bagus untuk mencegah munculnya batu ginjal, yakni sitrat.

    “Sitrat ini adalah suatu zat yang bisa menghambat pembentukan batu kalsium karena dia mengikat kalsium. Kalau kalsium sama oksalat di kencing itu dia timbul batu kristal, tapi kalau kalsium ini ketemu sitrat maka kalsium tidak akan berikatan dengan oksalat,” kata dr Widi.

    “(Bisa ditemukan) di sejenis jeruk-jerukan ya, kayak jeruk lemon, limau itu dia banyak mengandung sitrat,” tutupnya.

    (dpy/kna)

  • Sarapan Ini Ternyata Bikin Asam Lambung Cepat Kambuh

    Sarapan Ini Ternyata Bikin Asam Lambung Cepat Kambuh

    Jakarta

    Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan kondisi ketika asam lambung naik terus-menerus ke kerongkongan yang dapat memicu gejala rasa terbakar (heartburn) dan gangguan pencernaan. Kondisi ini disebabkan oleh melemahnya katup antara lambung dan kerongkongan disebut sfingter esofagus

    Sarapan berperan penting dalam membantu mengatasi masalah asam lambung sejak pagi, karena perut yang kosong terlalu lama dapat memicu kenaikan asam lambung. Pola makan teratur, termasuk sarapan membantu mencegah gejala GERD muncul atau memburuk.

    Sarapan yang Bikin Masalah Asam Lambung Kambuh

    Memilih menu makan dan minum saat sarapan merupakan hal krusial bagi pengidap GERD. Berikut ini adalah beberapa makanan yang sebaiknya dihindari bagi pengidap masalah asam lambung:

    1. Kopi

    Dikutip dari Healthline, kafein dalam kopi dapat melemaskan sfingter esofagus bagian bawah yang meningkatkan risiko munculnya GERD dan gejala heartburn. Selain itu, kopi juga disebut dapat merangsang produksi asam lambung yang memperburuk gejala heartburn.

    Meski bukti lebih lanjut soal kaitan kopi dan GERD masih diperlukan, konsumsi kopi seringkali tidak dianjurkan pada pengidap GERD. Untuk mencegah hal tersebut, disarankan untuk membatasi asupan kopi saat sarapan, khususnya ketika perut masih kosong.

    2. Roti Putih

    Seseorang dengan GERD sebaiknya membatasi konsumsi roti putih untuk sarapan. Roti putih dibuat dengan gandum olahan biasanya lebih sulit dicerna oleh tubuh karena kandungan seratnya yang lebih rendah.

    Dikutip dari Medical News Today, roti terbaik untuk orang dengan GERD adalah roti gandum utuh yang kaya akan serat dan membantu proses pencernaan. Gejala heartburn akibat GERD juga bisa diantisipasi dengan roti gandum utuh.

    3. Makanan Pedas

    Penelitian menunjukkan makanan pedas dapat memicu gejala nyeri atau sensasi terbakar pada ulu hati. Senyawa capsaicin pada makanan pedas dapat mengiritasi kerongkongan dan memicu refluks asam lambung.

    Sebuah studi pada 2017 di Korea Selatan, menemukan sup pedas dapat memicu gejala GERD pada lebih dari setengah kasus yang diteliti. Secara umum, paling aman untuk membatasi atau menghindari makanan pedas jika memiliki GERD, khususnya ketika perut masih kosong.

    “Makanan pedas merupakan salah satu jenis makanan yang bisa memicu asam lambung. Tidak hanya pedas, tapi juga makanan kecut, santan, susu, kopi, gorengan atau makanan tinggi lemak. Terutama jika dikonsumsi dalam frekuensi yang berlebihan,” kata spesialis penyakit dalam dr Yunita Indah Dewi, SpPD beberapa waktu lalu.

    4. Gorengan atau Makanan Berlemak

    Makanan berlemak umumnya menurunkan tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah dan memperlambat pengosongan lambung. Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, ini dapat meningkatkan risiko munculnya gejala GERD.

    Untuk mencegah munculnya masalah asam lambung, coba kurangi asupan lemak secara keseluruhan, khususnya ketika sarapan. Beberapa makanan tinggi lemak seperti gorengan, mentega, keju, es krim, saus cocolan, hingga daging lemak tinggi.

    5. Jus Sitrus

    Jus dari buah-buah sitrus seperti jeruk dan lemon juga kurang disarankan bagi pengidap GERD untuk menu sarapan. Tidak diketahui secara pasti kenapa demikian, diduga ini karena sifat asam pada buah jeruk yang dapat mengiritasi lapisan pencernaan.

    Makanan atau minuman asam dinilai dapat memperburuk gejala GERD yang sudah ada.

    Spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH mengingatkan makan terlalu cepat juga kurang baik untuk pengidap GERD. Makan terlalu cepat membuat kinerja lambung menjadi lebih berat, sehingga risiko GERD muncul lebih besar.

    “Bila makanan lebih lama di lambung, maka kemungkinan terjadinya gangguan asam lambung semakin besar. Apabila disertai dengan kelemahan sfingter atas lambung, maka isi lambung mungkin bisa refluks ke atas,” kata dr Aru ketika dihubungi detikcom terpisah.

    (avk/tgm)

  • Cerita Dokter Tangani Kasus Langka, Bocah 5 Tahun Jantungnya Horizontal

    Cerita Dokter Tangani Kasus Langka, Bocah 5 Tahun Jantungnya Horizontal

    Jakarta

    Seorang anak perempuan berusia 5 tahun menjadi pasien kedua yang berhasil hidup dengan kondisi jantung yang langka. Fatma Nur Yolaldı di Turki terlahir dengan kondisi jantung langka dan kompleks yang dikenal sebagai sindrom Topsy-Turvy.

    Fatma pun harus menjalani operasi inovatif untuk mengoreksi posisi jantungnya yang tidak normal dan mengurangi tekanan pada paru-parunya. Ia lahir dengan letak jantung yang horizontal di dadanya.

    Posisi ini sangat tidak biasa yang menyebabkan arteri utama yang memasok paru-paru tertekan. Penekanan ini menyebabkan gagal total paru-paru kirinya tahun lalu, dan bisa membahayakan nyawanya.

    Meskipun operasi diperlukan untuk menyelamatkannya, tindakan itu dianggap terlalu berbahaya dan tidak ada rumah sakit di Turki yang bersedia melakukannya.

    Hal itu berubah saat tim yang dipimpin oleh Profesor Dr Afksendiyos Kalangos, kepala Bedah Kardiovaskular Anak dan Bawaan di Fakultas Kedokteran Universitas Koç, dan dokter bedah Dr Yılmaz Zorman melakukan prosedur yang belum pernah terjadi sebelumnya di Turki, yang membuat gadis muda itu kembali sehat.

    Kondisi Lain yang Dialami Fatma

    Fatma adalah anak kedua dari Fadile dan Mustafa Yolaldı, penduduk Ankara, Turki. Selain sindrom Topsy-Turvy, ia juga lahir dengan anomali yang sangat langka, yakni sebuah lubang di antara dinding arteri yang memberi makan paru-parunya dan aorta, arteri utama yang mendistribusikan darah ke seluruh tubuh.

    Perjalanan pengobatannya dimulai dengan operasi kritis pada usia 30 hari untuk menutup lubang ini. Tetapi, saat usia 1 tahun, posisi jantungnya tidak normal yakni posisi horizontal yang hampir berputar 90 derajat. Kondisi ini membuatnya kesulitan bernapas yang semakin meningkat.

    Arteri yang tertekan yang mengalirkan darah ke paru-parunya memburuk. Meski sudah dilakukan intervensi, seperti pemasangan stent untuk membuka saluran udaranya, paru-paru kirinya rusak permanen, sehingga tidak bisa berfungsi lagi.

    Selama empat tahun berikutnya, hidup Fatma dihabiskan untuk berpindah-pindah rumah sakit, kondisinya semakin memburuk karena paru-paru kanannya juga terancam karena tekanan yang diberikan oleh jantung yang salah tempat. Satu-satunya harapan adalah operasi rumit untuk mengubah posisi arteri, prosedur yang belum pernah dilakukan sebelumnya di Turki.

    Keluarganya menghubungi Dr Kalangos, yang sangat terkenal karena menangani kasus jantung yang paling menantang.

    “Tanpa operasi, dia akan meninggal. Sindrom Topsy-Turvy itu parah. Biasanya, jantung terletak miring, tetapi jantung Fatma Nur benar-benar horizontal, menekan dua arteri besar yang mengalirkan darah ke paru-paru di belakang dan di bawahnya,” jelas Dr Kalangos yang dikutip dari Daily Sabah, Rabu (25/6/2025).

    “Ada juga kelainan jantung bawaan kedua, yaitu jendela aortopulmonal, lubang langka di antara arteri utama yang telah tertutup saat ia berusia satu bulan. Tetapi, pernapasannya memburuk setelah enam bulan, dan paru-paru kirinya sangat menderita,” lanjutnya.

    NEXT: Perjuangan dokter menyelamatkan Fatma

    Perjuangan Dokter Menyelamatkan Fatma

    Dr Kalangos mengatakan kondisi klinis Fatma harus segera ditangani. Satu-satunya harapan adalah membuat arteri baru untuk mengurangi tekanan dan menyelamatkan paru-paru kanan, yang berarti menyelamatkan nyawanya.

    Menurut Dr Kalangos, ini adalah operasi yang rumit. Timnya harus memotong dan mengubah posisi arteri, membuat lengkungan aorta baru dengan memperluasnya ke rongga dada kiri.

    Tim medis juga menggunakan pembuluh darah dari donor berukuran 11 cm. Sayangnya, paru-paru kiri Fatma terlalu rusak akibat infeksi dan harus diangkat seluruhnya.

    “Ini adalah operasi pertama yang berhasil di Turki. Kami menerapkan teknik bedah langka, termasuk mendinginkan tubuhnya hingga 20 derajat Celsius (hipotermia dalam) untuk mencegah kerusakan otak selama operasi,” beber Dr Zorman

    “Kami menghabiskan waktu berhari-hari di rumah sakit sambil menunggu dan berharap. Bahkan liburan pun dihabiskan di sana sebagai satu tim,” lanjutnya.

    Bagi ibu Fatma, perjalanan ini penuh dengan patah hati dan harapan. Ia mengungkapkan pada usia kehamilan 4,35 bulan, USG menunjukkan adanya kelainan jantung.

    Orang tua Fatma diberi tahu bahwa sindrom itu satu dari sejuta dan kelangsungan hidupnya akan sulit. Bahkan, dokter memperingatkan mereka untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.

    “Kami menghabiskan 40 hari di rumah sakit setelah kelahirannya. Hingga usia 1 tahun, kondisinya baik-baik saja, tetapi kemudian masalah pernapasan mulai muncul. Kami diberi tahu bahwa usianya tidak akan mencapai 4 atau 5 tahun. Kami mengetuk setiap pintu, tetapi tidak ada rumah sakit yang menerima operasi itu karena terlalu berisiko,” terang ibu Fatma.

    “Dia tidak bisa bernapas dengan baik dan bahkan tidak bisa bermain di luar. Sekarang kami sangat menantikan dia untuk mulai bersekolah. Kami berharap kisah kami dapat memberi harapan kepada orang lain. Dia seperti mengalami dua keajaiban,” pungkasnya.

  • Soal Dugaan Malpraktik Dokter Senior RSCM, Ini Tanggapan Kemenkes RI

    Soal Dugaan Malpraktik Dokter Senior RSCM, Ini Tanggapan Kemenkes RI

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI mengaku sudah mendapatkan informasi laporan orangtua terduga korban malpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM). Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan, Azhar Jaya, belum bisa memastikan langkah apa yang kemudian dilakukan Kemenkes RI sebagai evaluasi pemerintah dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit vertikal.

    Investigasi kasus tersebut masih berlanjut dan tengah diproses dalam sidang etik di Majelis Disiplin Profesi (MDP).

    Sebelumnya diberitakan, anak di bawah satu tahun (J) disebut mengalami kebocoran usus imbas permintaan endoskopi dokter senior, tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Orangtua (J), Adam Harits, merasa terduga pelaku lalai hingga mengabaikan potensi kebocoran usus anaknya. Padahal, semula, si anak disebut hanya mengeluhkan masalah sulit masuknya makanan pendamping air susu ibu (MPASI).

    Meski belum bisa memastikan tindakan lebih lanjut, Azhar memastikan Kemenkes RI akan melakukan evaluasi penuh bila tindakan tersebut terbukti malpraktik. Termasuk soal usulan dari keluarga terduga korban terkait pencabutan izin praktik dokter senior inisial P.

    “Peristiwa ini sudah menjadi perhatian dari MDP (Majelis Disiplin Profesi). Biar mereka yg menentukan apakah ini kategori pelanggaran atau malpraktek atau tidak. Kita tunggu hasilnya ya,” sebutnya saat dihubungi detikcom Rabu (25/6/2025).

    “Kalau MDP menyatakan bersalah maka akan kita evaluasi semua,” tegas dia.

    Hal yang juga disoroti adalah perlakuan ‘meremehkan’ dokter senior yang diceritakan keluarga terduga korban. Sebelum menjalani endoskopi, Adam sempat mempertanyakan alasan tindakan tersebut.

    NEXT: Sikap meremehkan

    Terlebih, kala itu anaknya belum genap berusia satu tahun. Ia bahkan sempat meminta dokter tersebut menunggu untuk melakukan tindakan semacam ini sampai anaknya sudah berusia satu tahun.

    “Saya tanya, se-urgent apa kondisi ini untuk endoskopi? Gimana kalau menunggu sampai J umur satu tahun sambil coba dulu pengobatan GERD berdasarkan hasil THT?” tanya Adam.

    Namun, Adam mengaku kaget saat mendapatkan respons dari dokter senior tersebut. “Bapak lihat saja sendiri se-urgent apa ini. Ini pertanggungjawaban Bapak di akhirat. Kenapa? Bapak nggak punya uang? Pinjam saja sama engkongnya. Pinjaman lunak,” kata Adam menuturkan jawaban dokter saat itu.

  • Waspadai Gejala Diabetes Ringan di Usia 20-an

    Waspadai Gejala Diabetes Ringan di Usia 20-an

    Jakarta

    Pengidap diabetes kini semakin muda. Bukan hanya pada orang orang tua, nyatanya kini semakin banyak kasus diabetes di usia 20-an.

    Salah satunya pernah diceritakan oleh warganet di Tasikmalaya, Irfan Ferlanda yang didiagnosis diabetes tipe dua pada usia 28 tahun, di tahun 2023. Pada saat itu, ia terkejut dengan hasil diagnosisnya karena tak pernah mengira akan kena diabetes tipe dua.

    Irfan menuturkan bahwa gaya hidupnya yang tidak sehat menjadi faktor utama diagnosis diabetesnya.

    “Bulan Mei 2023 kemarin berat masih 90 kg dan tinggi 165 cm, nge-vape, kerjaannya cuma duduk, nggak pernah olahraga, dan hampir tiap hari minum manis-manis khususnya teh manis kemasan. Benar-benar hampir setiap hari,” jelas Irfan pada detikcom beberapa waktu lalu.

    “Selama mengidap diabetes ini tiga gejala klasik muncul ya. Mulai dari mudah lapar, haus, dan sering buang air kecil. Selain itu ada juga sedikit masalah dengan kelingking kaki saya yang terasa sedikit kebas sampai sekarang,” sambungnya.

    Apa Itu Diabetes Ringan?

    Diabetes melitus secara umum merupakan penyakit kronis yang muncul ketika tubuh tidak menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Kondisi ini menyebabkan kadar gula darah menjadi terlalu tinggi.

    Sebenarnya, ‘diabetes ringan’ bukanlah sebuah istilah medis yang resmi. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, tingkat keparahan diabetes bisa dibagi menjadi:

    1. Normal

    – Gula darah sewaktu di bawah 200 mg/dL
    – Gula darah puasa di bawah 100 mg/dL
    – Kadar A1C di bawah 5,7 persen

    2. Pradiabetes

    – Gula darah sewaktu di bawah 200 mg/dL
    – Gula darah puasa 100-125 mg/dL
    – Kadar A1C antara 5,7 persen hingga 6,4 persen

    3. Diabetes

    – Gula darah sewaktu di atas 200 mg/dL
    – Gula darah puasa 126 mg/dL ke atas dalam 2 kali pemeriksaan
    – Kadar A1C 6,5 persen ke atas

    Gejala Diabetes Ringan

    Pradiabetes merupakan kondisi ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tapi belum cukup dianggap sebagai diabetes. Tanpa perubahan gaya hidup, risiko untuk menjadi diabetes tipe dua sangatlah besar.

    Jika yang dimaksud dengan ‘diabetes ringan’ adalah pradiabetes, maka gejalanya tidak terlalu nampak. Salah satu tanda yang mungkin muncul dan diabaikan adalah kulit yang menghitam di area tertentu, seperti leher, ketiak, dan selangkangan.

    Kulit bisa menghitam akibat pradiabetes karena kadar insulin yang tinggi merangsang pertumbuhan sel kulit berlebihan. Kondisinya juga bisa disebut akantosis nigrikans.

    Adapun tanda gejala klasik yang menunjukkan pradiabetes sudah berkembang menjadi diabetes tipe dua adalah sebagai berikut:

    1. Mudah Haus

    Mudah haus (polidipsia) terjadi karena kadar glukosa darah tinggi memicu ginjal mengeluarkan lebih banyak urine. Akibatnya, tubuh kehilangan banyak cairan dan otak merespons dengan memberi sinyal haus.

    Polidipsia seringkali menjadi gejala awal diabetes.

    2. Mudah Kebelet Buang Air

    Orang dengan poliuria bisa menghasilkan lebih dari 3 liter urine per hari, padahal normalnya 1-2 liter. Ketika kadar gula darah terlalu tinggi, tubuh mencoba membuang kelebihan glukosa melalui urine.

    Ginjal akan menyaring lebih banyak air, sehingga meningkatkan frekuensi buang air kecil atau yang disebut poliuria.

    3. Gampang Lapar

    Gampang lapar (polifagia) muncul karena glukosa tidak bisa masuk ke sel untuk dijadikan energi akibat gangguan insulin. Tubuh jadi merasa kekurangan energi dan terus mengirim sinyal lapar. Meskipun sudah makan, rasa lapar tetap bisa muncul.

    Dokter spesialis penyakit dalam dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD menjelaskan gaya hidup tak sehat memang menjadi faktor terbesar dalam masalah diabetes. Diet buruk dan aktivitas fisik rendah dapat memicu obesitas yang menjadi salah satu faktor risiko utama diabetes.

    “Gaya hidup yang kurang disadari dapat menyebabkan diabetes itu gaya hidup sedentary ya atau malas gerak. Selain itu juga makan berlebih, hingga terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat,” ujar dr Ketut.

    “Konsumsi makanan tinggi lemak dan garam bisa meningkatkan risiko diabetes juga. Merokok atau nge-vape, tidur kurang, tidak teratur, sedentary lifestyle juga akan meningkatkan risiko diabetes,” pungkasnya.

    (avk/tgm)

  • Dugaan Kasus Malpraktik Pasien Anak di RSCM, Korban Disebut Alami Kebocoran Usus

    Dugaan Kasus Malpraktik Pasien Anak di RSCM, Korban Disebut Alami Kebocoran Usus

    Jakarta

    Anak di bawah satu tahun (J) diduga menjadi korban kasus malpraktik salah satu dokter senior di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM). Orangtua J, Adam Harits, menceritakan, anaknya sempat mengalami kebocoran usus dan perlu dirawat intensif lebih dari satu bulan.

    Insiden tersebut diduga terjadi karena tindakan endoskopi yang dilakukan dokter (P). Mulanya, J mendatangi fasilitas kesehatan dengan keluhan tidak mau mengonsumsi makanan pendamping air susu ibu (MPASI), 28 Agustus 2024.

    Dengan keluhan tersebut, J sempat disarankan untuk bertemu dokter spesialis rehabilitasi medik pada 11 Oktober 2024. “Dari sana (rehabilitasi medik), kami dirujuk ke spesialis THT (telinga, hidung, tenggorokan) yang didampingi langsung oleh dokter rehab medik,” beber Adam.

    Hasil pemeriksaan THT menunjukkan adanya bulir-bulir di tenggorokan J atau cobblestone appearance. Merujuk hasil tersebut, J disarankan untuk dibawa ke dokter senior di RSCM, yang belakangan dituding menjadi pelaku malpraktik, yakni dokter P. Pemeriksaan lanjutan dilakukan dokter P pada 23 Oktober 2024.

    Menurut Adam, dokter yang juga menyandang gelar profesor itu menyarankan tindakan endoskopi tanpa adanya pemeriksaan terlebih dulu.

    “Hanya duduk di meja sambil mengetik dan melihat hasil dari THT,” curhat Adam.

    Meski tak menolak saran profesor, Adam sempat bertanya alasan di balik keputusan endoskopi anaknya yang belum genap berusia satu tahun.

    “Saya tanya, se-urgent apa kondisi ini untuk endoskopi? Gimana kalau menunggu sampai J umur satu tahun sambil coba dulu pengobatan GERD berdasarkan hasil THT?” tanya Adam.

    Namun, jawaban yang didapat disebut tidak memuaskan Adam. “Bapak lihat saja sendiri se-urgent apa ini. Ini pertanggungjawaban Bapak di akhirat. Kenapa? Bapak nggak punya uang? Pinjam saja sama engkongnya. Pinjaman lunak,” kata Adam menuturkan jawaban dokter saat itu.

    Kala itu, Adam menjawab dengan memastikan tidak meminjam uang untuk proses tersebut dan langsung mengiyakan endoskopi. Pasca tindakan tersebut, J melakukan kontrol rutin dan rawat jalan dengan dokter, kondisinya masih relatif baik, tetapi pekan kedua hingga ketiga pasca endoskopi keluhan kembali muncul, yakni sering muntah.

    Adam meminta pemeriksaan lanjutan, tetapi dokter tersebut kemudian menyarankan endoskopi kedua. Singkat cerita, kondisi J terus memburuk pasca endoskopi kedua. Adam menyebut J sering muntah setiap kali diberikan susu.

    Setelah dilakukan serangkaian tes medis, tim dokter yang menangani J menduga adanya kebocoran usus, sehingga perlu dilakukan tindakan darurat sebelum terlambat.

    “Operasi kemudian dilakukan dan terkonfirmasi memang terjadi kebocoran pada usus,” ujar Adam.

    Setelah operasi dilakukan, Adam mendapat kabar bahwa J mengalami sepsis berat dengan indikasi gagal jantung, gagal paru dan gagal ginjal. Kondisi tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan tindakan terakhir, yakni cuci darah nonstop selama 72 jam guna membantu ginjal dan membersihkan darah dari racun.

    Adam menyebut J menjalani perawatan total selama kurang lebih 40 hari di RSCM. “Total ada 4 kali operasi,” ungkapnya. Tindakan endoskopi tersebut serta lalainya dokter P dalam mengantisipasi kebocoran usus J sampai akhirnya terjadi beberapa kegagalan organ dan harus menjalani berkali-kali operasi yang dipersoalkan Adam sehingga mengadukannya ke Majelis Disiplin Profesi (MDP).

    Sidang kemudian digelar hari ini, Rabu (25/5/2025). Pihaknya berharap yang bersangkutan memungkinkan untuk dicabut izin praktiknya.

    NEXT: Konfirmasi RSCM

    Humas RSCM mengonfirmasi dokter senior P benar berpraktik di RSCM. Pihaknya juga mengetahui laporan tersebut sudah dilimpahkan pada MDP untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut.

    “RSCM menghormati dan akan mengikuti proses pemeriksaan terhadap dokter senior P yang dilaksanakan di MDP dan menunggu hasil dari pemeriksaan tersebut,” tutur RSCM dalam keterangan tertulis.

    Soal permintaan kemungkinan mencabut surat tanda registrasi (STR) maupun izin praktik dokter senior P, Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) masih menunggu hasil keseluruhan proses sidang.

    Dihubungi terpisah, juru bicara KKI Mohammad Syahril menekankan belum bisa memberikan tanggapan lebih lanjut, sampai hasil dari MDP diterima oleh KKI.

    “Karena prosesnya seperti itu, hasil dari MDP nanti diberikan terlebih dahulu ke KKI, baru bisa kita proses,” tuturnya kepada detikcom, Rabu (25/6).

  • Tak Heran Gen Z Sudah Kena Batu Ginjal, Dokter Ungkap Alasannya

    Tak Heran Gen Z Sudah Kena Batu Ginjal, Dokter Ungkap Alasannya

    Jakarta

    Sedentary lifestyle atau mager (males gerak) kini mulai menjadi pilihan gaya hidup sebagian orang, tak terkecuali di kalangan generasi Z. Padahal, gaya hidup seperti ini dapat mengundang banyak masalah, salah satunya batu ginjal.

    Spesialis urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Widi Atmoko, SpU(K), FECSM, FACS mengatakan hidup bermalas-malasan memang meningkatkan risiko munculnya batu ginjal.

    “Kalau tiap hari duduk di depan komputer, nonton TV, main HP, nggak pernah olahraga, itu secara evidence based memang ada faktor timbul batu lebih tinggi,” kata dr Widi saat berbincang dengan detikcom, Rabu (25/6/2025).

    Menurut dr Widi, hal ini bisa terjadi karena gaya hidup mager membuat seseorang kadang lupa untuk tetap menjaga tubuh tetap terhidrasi. Pasalnya, dehidrasi dapat menyebabkan penumpukan limbah dan asam dalam tubuh.

    Penumpukan tersebut menyumbat ginjal dengan protein otot (myoglobin). Proses penumpukan tersebut kemudian berisiko memicu pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih.

    “Kalau gaya hidupnya kurang minum, kurang aktivitas akan memicu terbentuknya kristal yang lama kelamaan kristal ini bisa menyatu dan terbentuk batu,” katanya.

    “Tapi balik lagi, jangan sampai kita aktivitas tinggi tapi dehidrasi, itu berisiko juga. Kita boleh aktivitas banyak, tapi minum nggak boleh kurang,” katanya.

    Dalam kasus berisiko tinggi, dr Widi mengatakan dibutuhkan waktu lebih dari satu hingga enam bulan untuk kristal-kristal ini berubah menjadi batu ginjal yang akhirnya menimbulkan gangguan pada tubuh.

    “Tapi kalau masih rajin minum, itu masih bisa lebih lama,” tutupnya.

    (dpy/up)

  • Haid Lebih dari 8 Hari? Hati-hati Jika Disertai Gejala Ini, Bisa Jadi Miom-Kista

    Haid Lebih dari 8 Hari? Hati-hati Jika Disertai Gejala Ini, Bisa Jadi Miom-Kista

    Jakarta

    Menstruasi adalah bagian alami dari siklus reproduksi perempuan. Namun, tak semua haid bisa dianggap normal. Ada beberapa kondisi yang perlu diwaspadai karena bisa menjadi tanda adanya gangguan pada sistem reproduksi.

    Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Prof Dr dr Yudi Mulyana Hidayat, SpOG, Subsp Onk, mengatakan, salah satu tanda utama yang sering diabaikan adalah nyeri haid yang berlebihan.

    Menurutnya, rasa nyeri saat haid memang wajar, tapi jika sampai mengganggu aktivitas harian, seperti harus minum obat pereda nyeri setiap bulan, atau bahkan tidak bisa bekerja dan sekolah, maka kondisi tersebut perlu diperhatikan lebih serius.

    “Nah yang kedua, lama haid. Kan 6 sampai, paling lama 8 hari lah. Kalau lebih dari itu, bukan haid lagi. Sudah ada kelainan. Nah itu harus segera dilakukan pengobatan,” ucapnya saat ditemui di acara konferensi pers terkait Rekeomendasi POGI untuk Vaksin HPV Bagi Perempuan Pranikah dan Pasca Melahirkan, Jakarta Pusat, Selasa (24/6/2026).

    Volume darah yang keluar saat menstruasi pun patut diperhatikan. Menurut Prof Yudi, kemungkinan adanya gangguan seperti miom, penebalan endometrium, atau kista, bisa ditandai dengan menstruasi yang terlalu banyak hingga memicu kondisi berikut:

    Karenanya, ia menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut jika mengalami menstruasi yang tak normal.

    “Karena diperiksa oleh dokter, cukup dengan USG saja ketahuan. Ada miom, ada penebalan endometrium, ada kista dan sebagainya itu bisa mengganggu proses haid yang normal,” imbuhnya lagi.

    (suc/up)

  • Ini Cara Membedakan Daging Busuk dan Masih Aman Dimakan

    Ini Cara Membedakan Daging Busuk dan Masih Aman Dimakan

    Jakarta

    Daging segar adalah bahan makanan yang kaya nutrisi, tapi juga rentan terhadap pembusukan. Sayangnya, perubahan pada daging yang sudah tidak layak konsumsi belum banyak diketahui.

    Padahal, jika tidak berhati-hati mengonsumsi daging busuk bisa berisiko membahayakan kesehatan. Untuk itu, penting untuk mengetahui cara membedakan daging busuk dan yang aman dimakan.

    Cara Membedakan Daging Busuk dan Masih Aman Dimakan

    Untuk membedakan mana daging yang busuk dan aman dimakan, lihat warna daging, periksa tekstur, dan cium aromanya.

    1. Lihat Warnanya

    Warna daging sapi menjad indikator penting untuk mengetahui kesegarannya. Saat masih segar warnanya akan berwarna merah terang karena terpapar oksigen.

    Seiring waktu, daging bisa berubah warna menjadi coklat atau keabu-abuan yang menandakan kondisi normal. Tapi, jika daging sapi berubah warna secara signifikan, seperti menjadi abu abu kusam atau kehijauan, kemungkinan daging tidak aman dimakan.

    Dikutip dari laman Eric Lyons, daging sapi yang sudah berubah warna menjadi tidak biasa, terutama hijau atau kuning menunjukkan adanya bakteri. Buang daging semacam ini.

    2. Tekan Daging

    Langkah selanjutnya adalah memeriksa daging dengan menekannya menggunakan jari. Dikutip dari laman Australian Institute of Food Safety, jika masih segar, daging akan kembali ke bentuk semula. Namun jika sudah lama, daging mungkin telah kehilangan sebagian kekencangannya.

    Daging yang layak dimakan juga seharusnya tidak terasa berlendir atau lengket. Dikutip dari laman The Express Tribune, daging yang berlendir merupakan tanda bahwa bakteri mulai berkembang biak di permukaannya. Jika menemukan tanda ini, daging harus dibuang.

    3. Cium Aromanya

    Cium aroma daging untuk memastikan tidak ada bau menyengat. Cukup dekatkan hidung sekitar 10 cm dari daging.

    Sebagian besar daging segar hampir tidak berbau. Daging domba mungkin memiliki bau amis, tapi pastikan tidak berbau busuk.
    Terlepas dari jenisnya, bau asam dan busuk menandakan bahwa daging itu tidak baik untuk dimakan.

    Daging yang mulai rusak akan mengeluarkan aroma asam dan busuk yang menyengat. Saat daging sudah berbau seperti ini, maka penting untuk membuangnya.

    4. Periksa Teksturnya

    Adanya jamur atau pertumbuhan tidak biasa pada permukaan daging sapi menandakan bahwa daging tersebut sudah rusak. Jamur bisa muncul sebagai bintik-bintik berbulu, seringkali berwarna hijau atau putih.

    Kondisi ini menandakan bahwa bakteri atau jamur telah ada di daging sapi. Meski tidak berbau, daging ini harus segera dibuang.

    Tips Menyimpan Daging dengan Benar di Dalam Kulkas

    Untuk menjaga keawetan daging, perhatikan tips menyimpan daging dalam kulkas berikut ini:

    Simpan daging dalam lemari es pada suhu 5°C atau di bawahnya atau dalam freezer pada suhu -15°CIkuti metode First In, First Out (FIFO) yang berarti, makanan yang dimasukkan pertama harus digunakan pertamaGunakan daging dalam freezer dalam beberapa bulan, semakin sedikit waktu dibekukan, semakin baik kualitas dan integritasnya. Namun secara umum, daging bisa disimpan dalam freezer hingga satu tahun.Jangan bekukan daging kembali setelah dicairkan. Kualitas daging, baik dari segi tekstur maupun rasa akan menurun karena hilangnya kelembaban akibat pembekuan dan pencairan berulang kali

    (elk/tgm)

  • Waspada! Gejala Awal Stroke yang Bisa Muncul di Mata, Wajah, dan Lengan

    Waspada! Gejala Awal Stroke yang Bisa Muncul di Mata, Wajah, dan Lengan

    Jakarta

    Stroke ringan atau TIA (Transient Ischemic Attack) sering kali menjadi tanda peringatan sebelum stroke berat terjadi. Gejalanya bisa dirasakan di beberapa bagian tubuh, seperti mata, wajah, hingga lengan.

    Dikutip National Health Service (NHS) Inggris, gejala-gejala dari stroke bisa terjadi tiba-tiba, sehingga pasien harus segera mendapatkan bantuan medis darurat.

    Semakin cepat penanganan stroke dilakukan, semakin besar peluang pemulihan dan semakin kecil risiko kerusakan otak yang permanen.

    Berikut adalah gejala awal stroke yang bisa muncul di mata, wajah, dan lengan.

    1. Wajah Terkulai dan Mati Rasa

    Wajah terkulai atau mati rasa merupakan salah satu peringatan stroke. Seseorang akan kehilangan kontrol otot di salah satu sisi wajah.

    Selain itu, kondisi ini bisa saja diikuti oleh mati rasa, sehingga berdampak pada sulitnya untuk tersenyum atau menggerakkan bibir.

    2. Penglihatan Kabur atau Hilang

    Peringatan lainnya adalah penglihatan kabur di salah satu atau kedua mata. Bahkan, pada beberapa kondisi, penglihatan bisa saja hilang di salah satu atau kedua mata.

    3. Lengan Melemah

    Melemahnya otot di lengan juga bisa menjadi tanda-tanda dari gejala awal stroke. Pasien mungkin tidak dapat mengangkat kedua lengan mereka sepenuhnya atau mengalami mati rasa di salah satu lengan.

    (dpy/suc)