Jenis Media: Kesehatan

  • Sering Nyeri Pinggang Kiri Belakang? Hati-hati, Bisa Jadi Tanda-tanda Batu Ginjal

    Sering Nyeri Pinggang Kiri Belakang? Hati-hati, Bisa Jadi Tanda-tanda Batu Ginjal

    Jakarta

    Nyeri pinggang merupakan salah satu gejala yang paling umum ditemukan pada pasien batu ginjal. Namun nyeri pinggang yang seperti apa sih yang membedakannya dari nyeri pinggang pada umumnya?

    “Nyeri di pinggang belakang ya, di kiri sini di bawah iga, di bawah dada belakang,” kata Dr dr Widi Atmoko, SpU(K), FECSM, FACS, dokter urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), menjelaskan nyeri pinggang yang menandakan adanya batu ginjal.

    “Kalau batunya masih di ginjal, mungkin terlokalisir hanya di situ saja. Tapi kalau batunya sudah mulai turun ke bawah, nah itu mungkin nyerinya bisa berpindah ke lipat paha. Bahkan sampai ke kemaluan,” lanjutnya, dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (25/6/2025).

    Batu ginjal yang sudah turun ke saluran kemih bagian bawah, menurut dr Widi, juga bisa disertai dengan gejala kencing keluar darah. Bahkan, dimungkinkan juga keluar pasir saat kencing.

    “Keluar pasir. Batu kecil-kecil gitu,” jelas dr Widi.

    Apa Itu Batu Ginjal?

    Dijelaskan oleh dr Widi, batu ginjal pada dasarnya adalah kristal yang terbentuk di saluran kencing yang memang bermuara di ginjal. Kristal batu ginjal bisa terbentuk dari berbagai macam mineral, utamanya kalsium.

    Kristal batu ginjal juga dapat terbentuk dari asam urat atau uric acid, yakni senyawa hasil metabolisme purin. Terlalu banyak mengonsumsi jeroan banyak dikaitkan dengan kelebihan kadar asam urat di dalam tubuh, yang juga bisa meningkatkan risiko batu ginjal.

    Gejala Lainnya

    Butuh pemeriksaan untuk memastikan adanya batu ginjal dengan akurat, namun beberapa gejala kerap menyertai kondisi ini. Selain nyeri pinggang, gejala yang juga dapat menandakan adanya batu ginjal antara lain:

    nyeri yang menyebabkan susah duduk nyamannyeri yang disertai perut tidak nyaman bahkan muntahnyeri yang disertai demamkeluar darah saat kencingsulit buang air kecil.

    Faktor Risiko Batu Ginjal

    Dikutip dari Mayo Clinic, beberapa faktor risiko batu ginjal mencakup:

    Riwayat keluarga. Jika di dalam silsilah keluarga ada yang pernah memiliki batu ginjal, ada kemungkinan lebih besar seseorang akan mengalaminya juga.Dehidrasi. Kurang minum bisa meningkatkan risiko.Pola makan. Makanan tinggi oksalat, protein, garam natrium, dan gula, dapat meningkatkan risiko batu ginjal.Obesitas. Penyakit kompleks ini juga disertai kadar lemak terlalu banyak, yang dikaitkan dengan risiko batu ginjal.dan sebagainya.

    (up/up)

  • Dokter Pastikan Juliana Marins Meninggal Bukan karena Hipotermia, Ini Tanda-tandanya

    Dokter Pastikan Juliana Marins Meninggal Bukan karena Hipotermia, Ini Tanda-tandanya

    Jakarta

    Tim dokter yang melakukan autopsi memastikan Juliana Marins meninggal bukan karena hipotermia. Kematian pendaki asal Brasil yang jatuh di jurang Gunung Rinjani tersebut disebabkan oleh benturan benda keras.

    Dokter forensik dari RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah Denpasar, Ida Bagus Putu Alit, menyebut benturan tersebut menyebabkan kerusakan fatal pada organ dalam. Tanda-tanda korban meninggal karena hipotermia, menurutnya tidak ditemukan.

    “Untuk hipotermia, tanda-tanda adanya itu luka-luka yang ditimbulkan di ujung-ujung jari berwarna hitam. Nah, ini tidak kami temukan,” katanya, dikutip dari detikBali, Jumat (27/6/2025).

    Indikasi hipotermia antara lain ditunjukkan dengan perdarahan yang terjadi secara cepat, yang ditandai dengan penyusutan limpa. Indikasi ini tidak ditemukan dalam proses autopsi.

    “Bahkan di dalam organ tubuh terutama organ spleen (limpa), tidak ditemukan mengkerut akibat hipotermia,” jelasnya.

    Tim dokter juga tidak menemukan herniasi otak, meski ada luka di kepala. Menurut Alit, herniasi otak dapat terjadi beberapa jam hingga beberapa hari setelah luka. Ini menurutnya, mengindikasikan korban meninggal tak lama setelah mengalami luka-luka.

    “Dari patah-patah tulang inilah, terjadi kerusakan pada organ dalam serta perdarahan,” jelasnya.

    Catatan: Artikel ini telah dipublikasikan di detikBali, selengkapnya dapat dibaca DI SINI.

    (up/up)

  • Video: Pekerja Kantoran Rawan Kurang Vitamin D, Ini Penyakit yang Mengintai

    Video: Pekerja Kantoran Rawan Kurang Vitamin D, Ini Penyakit yang Mengintai

    Video: Pekerja Kantoran Rawan Kurang Vitamin D, Ini Penyakit yang Mengintai

  • Hasil Autopsi Juliana Marins Diungkap, Ini Penyebab Kematian Usai Jatuh di Rinjani

    Hasil Autopsi Juliana Marins Diungkap, Ini Penyebab Kematian Usai Jatuh di Rinjani

    Jakarta

    Tim dokter RSUP Prof IGNG Ngoerah, Denpasar, mengungkap hasil autopsi terhadap Juliana Marins (27), pendaki asal Brasil yang meninggal usai terjatuh di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Disebutkan, Juliana meninggal tidak lama setelah terjatuh.

    “Perkiraan 20 menit,” kata Ida Bagus Putu Alit, dokter forensik yang melakukan autopsi, dikutip dari detikBali, Jumat (27/6/2025).

    “Kami dapat menyimpulkan sebab kematian karena kekerasan tumpul yang menyebabkan kerusakan pada organ-organ dalam dan pendarahan,” lanjutnya.

    Hasil autopsi menunjukkan adanya patah tulang di bagian tulang belakang, dada bagian belakang, punggung, dan paha korban. Juliana juga mengalami kerusakan organ yang memicu perdarahan hebat.

    “Kami tidak menemukan tanda bahwa korban itu (akhirnya) meninggal dalam jangka waktu lama. Jadi kita perkiraan paling lama 20 menit,” kata Alit.

    Sebelumnya, Juliana diberitakan terjatuh ke jurang di kawasan Cemara Tunggal, di salah satu jalur pendakian Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6). Proses evakuasi menghadapi sejumlah tantangan, termasuk cuaca ekstrem dan kabut tebal.

    Tim evakuasi akhirnya dapat menjangkau posisi Juliana pada Selasa (24/6), namun korban sudah dalam kondisi meninggal dunia. Rekaman drone salah seorang turis asing menunjukkan, Juliana masih sempat menunjukkan pergerakan sesaat setelah terjatuh ke jurang.

    Catatan: Artikel ini telah dipublikasikan di detikBali, selengkapnya dapat dibaca DI SINI.

    (up/up)

  • Kesalahan Umum Saat Masak Daging yang Bikin Gagal Sehat

    Kesalahan Umum Saat Masak Daging yang Bikin Gagal Sehat

    Jakarta

    Meski kelihatannya sepele, memasak daging dengan cara yang tidak benar bisa berdampak besar bagi kesehatan. Proses masak yang keliru bukan hanya mengurangi nilai gizi, tapi memicu risiko penyakit tertentu.

    Oleh karena itu, penting untuk mengetahui metode masak atau berbagai bahan yang bisa ditambahkan dalam olahan daging.

    Kesalahan saat Masak Daging

    Cara mengolah daging berperan krusial dalam menjaga nutrisi dan manfaatnya. Jangan sampai, daging yang seharusnya sehat dan bergizi justru berdampak buruk bagi kesehatan. Berikut ini beberapa kesalahan yang jangan dilakukan:

    1. Memakai Santan

    Pakar kesehatan masyarakat Universitas Airlangga, Lailatul Muniroh menuturkan pengolahan daging dengan cara memakai santan adalah kesalahan yang paling sering dilakukan. Menambahkan santan pada hidangan daging, khususnya potongan yang tinggi lemak, dapat memicu lonjakan kadar kolesterol jahat dalam tubuh.

    “Orang-orang cenderung mengonsumsi daging dalam jumlah banyak, terutama jeroan yang tinggi dalam kandungan kolesterol. Mereka sering memasaknya dengan cara tidak sehat, seperti digoreng atau menggunakan santan,” kata Muniroh dikutip dari laman resmi Unair.

    Pengolahan makanan dengan cara ditambahkan santan dapat meningkatkan jumlah lemak, yang berkaitan erat dengan peningkatan kadar kolesterol tubuh.

    2. Digoreng

    Sama halnya dengan penambahan santan, daging yang diolah dengan cara digoreng atau menggunakan banyak minyak dapat meningkatkan kadar lemak trans.

    Konsumsi lemak trans dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan serius seperti penyakit jantung, stroke, obesitas, hingga kanker. Penggunaan minyak berulang juga dapat meningkatkan kadar lemak trans di dalam daging.

    3. Dibakar hingga Gosong

    Spesialis gizi Dr dr Nurul Ratna Mutu Manikam, MGizi, SpKG menuturkan pengolahan daging merah yang tidak tepat, seperti dibakar hingga gosong, dapat meningkatkan risiko kanker. Pengolahan daging dengan suhu yang terlalu tinggi dapat mengeluarkan senyawa karsinogenik seperti Heterocyclic amines dan Polycyclic aromatic hydrocarbons sehingga berbahaya dikonsumsi, khususnya jangka panjang.

    “Jadi risiko kanker payudaranya naik, kanker lambung naik, kanker usus besar naik, kanker rektum juga naik. Itu nanti melalui saluran cerna sehingga dapat menyebabkan kanker di area yang terpajan. Misalnya tenggorokan, lambung, sampai usus besar,” kata dr Nurul ketika ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

    4. Diolah Terlalu Pedas

    Bagi pengidap GERD, daging yang diolah dengan santan dan pedas bisa menjadi pemicu kambuhnya gejala. Beberapa gejala yang mungkin muncul seperti heartburn, regurgitasi, nyeri ulu hati, kembung, sendawa, hingga sesak napas.

    Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH menambahkan, tidur setelah makan daging bersantan dan pedas dapat memperparah gejalanya.

    “Kebiasaan langsung rebahan setelah makan daging akan memperparah gejala GERD. Ini bisa memicu heartburn pada 4 dari 5 pasien GERD,” ujarnya.

    Tips Makan Daging Agar Tetap Sehat

    Agar tetap aman, dr Nurul mengimbau konsumsi daging sebaiknya dilakukan secara moderat atau tidak berlebihan. Ia menyarankan konsumsi daging merah sekitar 350-500 gram setiap minggu.

    Sedangkan untuk pengolahan daging merah, ia lebih menganjurkan metode tumis, kukus, atau rebus. Menurutnya, metode tersebut relatif lebih aman dan sehat untuk daging merah.

    “Kalau misalnya masak sup, sup daging, sup merah, dengan kacang merah itu nggakpapa ya. Bikin empal asem, empal gentong nggakpapa. Tapi begitu dibakar di atas api langsung, itu menyebabkan risiko kankernya naik,” kata dr Nurul.

    Memadukan daging dengan sayur dan buah juga bisa dilakukan. Serat dalam buah dan sayur dapat meningkatkan kesehatan pencernaan dan mengurangi risiko gangguan metabolisme.

    Departemen pertanian Amerika Serikat, United States Department of Agriculture (USDA) telah menetapkan panduan resmi suhu internal minimal yang harus dicapai saat memasak daging. Panduan ini dibuat agar daging yang dimasak terhindar dari bakteri berbahaya seperti Salmonella, E.Coli, dan Listeria.

    Daging sapi, kambing, atau domba harus dimasak hingga suhu internal minimal mencapai 63 derajat celsius. Lalu diamkan selama 3 menit sebelum dimakan agar panas menyebar ke seluruh bagian daging dan membunuh sisa bakteri yang mungkin masih ada.

    Sedangkan untuk daging giling, suhu internal minimal yang harus dicapai adalah 71 derajat celsius.

    (avk/tgm)

  • Bau Kotoran Telinga Bisa Ungkap Risiko Kerusakan Otak Serius

    Bau Kotoran Telinga Bisa Ungkap Risiko Kerusakan Otak Serius

    Jakarta

    Risiko kerusakan otak serius ternyata dapat dideteksi dari bau kotoran telinga atau earwax. Para ilmuwan mengungkapnya lewat penelitian yang melibatkan 209 partisipan.

    Dari jumlah tersebut, sebanyak 108 partisipan mengidap penyakit Parkinson. Dengan metode khusus, terungkap bahwa kotoran telinga para partisipan dengan penyakit Parkinson memiliki perbedaan secara kimiawi.

    Dengan bantuan artificial intelligence olfactory (AIO), para ilmuwan mengidentifikasi 4 senyawa VOC (Volatile Organic Compound) yang dapat menjadi biomarker atau penanda biologis penyakit Parkinson. Keempatnya adalah:

    ethylbenzene4-ethyltoluenepentanal, dan2-pentadecyl-1,3-dioxolane

    Sistem AIO yang digunakan dalam riset ini mensimulasikan indra penciuman manusia. Dalam kesimpulannya, para ilmuwan menyebut sistem ini dapat menjadi alat screening untuk mendeteksi Parkinson sehingga bisa ditangani lebih awal.

    Meski demikian, diakui bahwa penelitian ini masih berskala kecil dan hanya dilakukan di satu klinik di China. Hao Dong, ilmuwan dari Research Center for Frontier Fundamental Studies yang melakukan penelitian ini mengatakan, metode baru ini bisa lebih mudah dibanding cara yang ada saat ini, termasuk menggunakan cairan dari tulang belakang.

    “Selanjutnya adalah melakukan riset dengan berbagai tahapan penyakit, di beberapa pusat riset dan di antaranya banyak kelompok etnis, agar bisa ditentukan apakah metode ini punya nilai praktis aplikatif yang lebih besar,” sarannya, dikutip dari NY Post.

    (up/up)

  • 5 Tips Konsumsi Daging untuk Pengidap Hipertensi

    5 Tips Konsumsi Daging untuk Pengidap Hipertensi

    Jakarta

    Hipertensi terjadi saat tekanan dalam pembuluh darah terlalu tinggi, yaitu sama dengan 140/90 mmHg atau lebih tinggi. Orang dengan tekanan darah tinggi seringkali tidak merasakan gejala.

    Sehingga, satu-satunya cara untuk mengetahui tekanan darah adalah dengan memeriksakannya. Jika dibiarkan, hipertensi bisa menyebabkan risiko penyakit seperti stroke dan jantung.

    Penting untuk memperhatikan asupan apa saja yang dikonsumsi. Pengidap hipertensi masih boleh mengonsumsi daging, kendati demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

    5 Tips Konsumsi Daging untuk Pengidap Hipertensi

    Pengidap hipertensi penting untuk menghindari bagian lemak pada daging, memperhatikan takaran garam, hingga pengolahannya.

    1. Hindari Bagian Lemak

    Pada daging sapi atau kambing ada bagian yang memiliki banyak lemak, seperti daerah dekat perut. Penting untuk menghindari daging yang tidak terlalu banyak memiliki lemak.

    “Ada area yang dibawa di bagian sentral atau yang kita sebut dengan lean. Itu umumnya adalah daging otot semua. Artinya dalam otot tersebut, kandungan lemak itu kecil,” kata Spesialis Penyakit Dalam di Mayapada Hospital, dr Ray Rattu, SpPD saat berbincang dengan detikcom, Selasa (28/5/2025).

    Dikutip dari lama American Heart Association, asupan lemak jenuh juga bisa meningkatkan kadar kolesterol dalam darah dan bisa meningkatkan sakit jantung.

    2. Perhatikan Takaran Garam

    Tak hanya mempertimbangkan komposisi lemak, orang dengan hipertensi juga perlu memperhatikan bumbu dapur saat mengolah daging. Umumnya, takaran garam dibatasi hanya satu sendok per hari.

    “Kalau untuk penderita hipertensi, maksimal kadar natrium harian yang direkomendasikan hanya di 1500 miligram per hari, atau kalau misalnya untuk ukuran rumah tangga hanya 2/3 sendok teh, gitu,” kata spesialis gizi klinis, dr Dessy Suci Rachmawati, SpGK kepada detikcom Jumat (30/5/2025).

    3. Perhatikan Pengolahannya

    Makanan yang digoreng akan mengandung lemak jenuh dan garam. Dikutip dari laman Durham Nephrology, keduanya harus dihindari bagi orang dengan tekanan darah tinggi.

    Pilih memasak daging dengan cara dipanggang atau ditumis dibandingkan dengan digoreng. Cara lainnya adalah menggunakan air fryer namun tetap penting untuk memperhatikan kandungan garam dari daging yang dimasak.

    4. Hindari Konsumsi Daging Olahan

    Hindari memakan daging olahan. Sebab, daging olahan sering diawetkan atau dibumbui dengan garam sehingga mengandung kadar natrium yang tinggi.

    5. Jangan Makan Terlalu Banyak

    Daging memang mengandung banyak nutrisi yang bermanfaat. Namun, bagi orang dengan sindrom metabolik seperti pengidap hipertensi perlu membatasi asupannya.

    Menurut Pakar Gizi dr Titi Sekarindah, MS, SpGK, orang dengan hipertensi boleh mengonsumsi setidaknya 100 gram sehari. Selain itu pastikan juga makanan yang dikonsumsi tetap seimbang.

    “Kalo orang hipertensi kan dia minum obat teratur, terus nanti makannya ya tetap seimbang aja. Makan nasinya ada sayurnya ada dagingnya, jadi jangan makan daging semuanya,” imbaunya.

    Faktor Risiko Hipertensi

    Faktor risiko yang membuat seseorang lebih mungkin mengalami tekanan darah tinggi di antaranya:

    Memiliki anggota keluarga dengan tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskular, atau diabetesBerusia di atas 55 tahunMemiliki kondisi tertentu, seperti penyakit ginjal kronis, sleep apnea, atau penyakit tiroidMemiliki kelebihan berat badanTidak cukup berolahragaMengonsumsi makanan yang mengandung banyak natriumMerokokTerlalu banyak minum alkohol

    Dalam beberapa kasus, tekanan darah tinggi bisa diturunkan tanpa obat, yaitu dengan melakukan pola hidup sehat. Berikut caranya:

    Jaga berat badan yang sehatMakan makanan sehat, misalnya diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang mencakup makanan kaya kalium kalsium, magnesium, serat, protein, rendah lemak jenuh, dan rendah garam.Olahraga, bisa dimulai dengan perlahan dan tingkatkan hingga 150 menit latihan aerobik per mingguHindari alkohol

    (elk/tgm)

  • Dulu Memicu ‘Kutukan’ Firaun, Sekarang Jamur Ini Bakal Jadi Obat Leukemia

    Dulu Memicu ‘Kutukan’ Firaun, Sekarang Jamur Ini Bakal Jadi Obat Leukemia

    Jakarta

    Para ilmuwan tengah meneliti pengobatan baru untuk leukemia, sejenis kanker darah. Pengobatan tersebut melibatkan jamur yang dahulu dikaitkan dengan ‘kutukan’ Raja Firaun Tutankhamun.

    Jamur beracun itu adalah Aspergillus flavus, yang dapat memicu infeksi paru-paru mematikan. Diyakini, jamur ini jugalah yang menyebabkan kematian para arkeolog yang mencoba membuka mumi Tutankhamun.

    Bahkan di dalam peti yang disegel, Aspergillus flavus dapat menghasilkan spora yang bersifat dorman atau tidak aktif. Ketika diganggu, jamur atau fungus tersebut dapat memicu infeksi pernapasan yang melemahkan sistem imun.

    Ironisnya, jamur yang sama kini diteliti manfaatkan untuk menyelamatkan nyawa para pengidap kanker darah leukemia. Dipublikasikan di jurnal Nature Chemical Biology, para ilmuwan mengidentifikasi molekul asperigimycin dalam jamur dan memanfaatkannya untuk membunuh sel leukemia di laboratorium.

    “Jamur yang sama yang dulu ditakutkan membawa kematian, kini mungkin bisa membantu menyelamatkan kehidupan,” kata Sherry Gao, profesor teknik biomolekuler dari University of Pennsylvania yang terlibat dalam riset ini, dikutip dari Livescience, Jumat (27/6/2025).

    Dalam studi ini, para ilmuwan mengamati kelas molekul yang disebut RiPPs (ribosomally synthesized and post-translationally modified peptides). Molekul ini sulit diisolasi dan jarang sekali ditemukan dalam fungi, tapi membawa sifat terapetik yang menjanjikan.

    “Kami menemukan empat asperigymicins baru dengan struktur interlocking ring yang tidak biasa,” kata peneliti yang lain, Qiuyue Nie.

    “Dua di antaranya punya sifat anti-leukemia yang kuat bahkan tanpa modifikasi,” lanjutnya.

    (up/up)

  • Diabetes Ringan yang Tak Disadari di Usia 30-an, Ini 5 Tandanya

    Diabetes Ringan yang Tak Disadari di Usia 30-an, Ini 5 Tandanya

    Jakarta

    Diabetes bukanlah penyakit orang tua. Salah satunya dialami oleh Reyna Paulina di Jakarta Barat, didiagnosis diabetes pada usia 32 tahun.

    Melalui akun TikTok-nya, ia membagikan kisah awal mula bisa mengidap diabetes. Reyna mengaku dirinya seringkali minum minuman manis, seperti es kopi di depan kantornya setiap pagi.

    Ia juga sering makan larut malam ditambah dengan minuman-minuman manis untuk pendamping. Tak jarang ia makan dalam porsi yang berlebihan.

    “Kepala aku udah nggak ketolong sakitnya kayak udah migren banget dan akhirnya lagi ada alat tes gula darah, mamanya pacarku dan aku iseng ngecek ternyata sudah 200 lebih,” kenangnya saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.

    Menyoal Diabetes Ringan

    Sebenarnya, tidak ada istilah ‘diabetes ringan’ dalam dunia medis. Istilah diabetes ringan seringkali dikaitkan dengan kondisi pradiabetes, ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tapi belum dianggap sebagai diabetes. Tanpa perubahan gaya hidup yang tepat, maka risiko munculnya diabetes tipe dua sangat besar.

    Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, pengidap pradiabetes dan diabetes bisa dibagi menjadi seperti ini:

    Pradiabetes

    – Kadar gula darah sewaktu di bawah 200 mg/dL.
    – Kadar gula darah puasa di bawah 100-125 mg/dL.
    – Kadar A1C di antara 5,7-6,4 persen.

    Diabetes

    – Kadar gula darah sewaktu di atas 200 mg/dL.
    – Kadar gula darah puasa 126 mg/dL ke atas dalam 2 kali pemeriksaan.
    – Kadar A1C 6,5 persen ke atas.

    Gejala Diabetes Ringan

    Dikutip dari Cleveland Clinic, umumnya kondisi pradiabetes tidak menunjukkan gejala apapun. Pemeriksaan secara langsung ke dokter diperlukan untuk mengetahui kadar gula darah sesungguhnya.

    Dalam sebagian kecil kasus, orang yang mengalami pradiabetes mungkin akan mengalami:

    1. Penggelapan Kulit

    Penggelapan kulit atau acanthosis nigricans dapat menjadi salah satu gejala pradiabetes. Penggelapan ini biasanya terjadi di area-area lipatan kulit seperti ketiak, belakang leher, selangkangan, siku, dan lain-lain.

    Kondisi ini terjadi ketika sel-sel kulit epidermis mulai berkembang dengan cepat. Pertumbuhan sel kulit atipikal ini seringkali dipicu oleh tingkat insulin yang terlalu tinggi dalam darah. Peningkatan melanin yang terlalu banyak menghasilkan bercak kulit yang lebih gelap dibanding area sekitarnya.

    2. Tumbuhnya Daging atau Kutil

    Sebuah studi di tahun 2007 menunjukkan adanya peningkatan risiko diabetes pada orang yang memiliki banyak kutil. Studi selanjutnya pada tahun 2015 mencapai kesimpulan yang sama, sehingga memperkuat hubungan tersebut.

    Penyebab munculnya kutil pada pengidap pradiabetes atau diabetes masih belum jelas. Namun, ini diduga disebabkan oleh resistensi tubuh terhadap insulin. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hal ini.

    Orang dengan berat badan berlebih juga cenderung memiliki kutil, yang juga dikaitkan dengan faktor risiko diabetes.

    3. Gangguan Penglihatan

    Kondisi retinopati, kerusakan retina mata, sebenarnya lebih umum terjadi pada pengidap diabetes tipe dua. Tapi, studi menunjukkan 7 persen orang yang mengalami pradiabetes tipe dua sudah menunjukkan perubahan mikrovaskular di retina seperti pembuluh darah abnormal dan penipisan jaringan retina.

    Retinopati terjadi ketika kadar gula darah memicu penyumbatan pembuluh darah kecil yang memberi nutrisi pada retina. Akibatnya mata berusaha menumbuhkan pembuluh darah baru, tapi tidak berkembang dan mudah bocor, hingga memicu gangguan penglihatan.

    4. Sering Haus dan Buang Air Kecil

    Jika gejala pradiabetes sudah berkembang jadi diabetes, maka gejala yang muncul selanjutnya adalah sering harus (polidipsia) dan sering kebelet buang air (poliuria). Lonjakan kadar gula darah yang tinggi memicu ginjal untuk mengeluarkan lebih banyak urine melalui buang air kecil.

    Lalu, ketika tubuh kehilangan banyak cairan, otak akan merespons dengan memberi sinyal rasa haus.

    5. Mudah Lapar

    Gejala lanjutan pradiabetes yang sudah berkembang menjadi diabetes adalah mudah lapar (polifagia). Gejala ini muncul karena glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel untuk dijadikan energi akibat gangguan insulin.

    Tubuh akhirnya kekurangan energi dan mengirimkan sinyal lapar. Meski sudah makan, biasanya rasa lapar akan tetap muncul.

    Spesialis penyakit dalam dr Em Yunir, SpPD-KEMD menuturkan beberapa gejala diabetes lain yang nantinya bisa muncul seperti lemas, kaki kesemutan atau kebas, hingga hubungan seksual yang terganggu.

    “Nah itu bisa menjadi salah satu bagian tambahan (gejala) penyakit (diabetes), apa gejala-gejala yang biasanya dikaitkan dengan karena gula darah udah kelamaan, udah kelamaan tinggi (kadarnya) tidak terkelola sama pasien yang diabetes, yang udah ketahuan, tapi nggak minum obat, nggak ngatur makan, dan sebagainya,” kata dr Yunir.

    (avk/tgm)

  • Tren Batu Ginjal Meningkat di Usia Muda, Kebiasaan Sepele Ini Ternyata Berdampak Fatal

    Tren Batu Ginjal Meningkat di Usia Muda, Kebiasaan Sepele Ini Ternyata Berdampak Fatal

    Jakarta

    Penyakit batu ginjal di usia muda atau Generasi Z meningkat. Laki-laki lebih berpotensi mengalami kondisi ini hingga 1,3 kali lipat dibanding perempuan.

    Sebagai informasi, batu ginjal merupakan endapan keras mineral dan garam yang dapat terperangkap di saluran kemih. Jika tidak dilakukan tindakan, kristal yang membatu tersebut dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, penyumbatan saluran kemih (obstruksi), kerusakan ginjal, bahkan gagal ginjal.

    Spesialis urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Widi Atmoko, SpU(K), FECSM, FACS mengatakan ada banyak faktor yang menjadi pemicu munculnya batu ginjal. Di antara berbagai faktor tersebut, gaya hidup dan pola makan yang keliru menjadi dua hal yang umum ditemukan di anak muda.

    Dipicu Gaya Hidup Malas Gerak (Mager)

    Menurut dr Widi, sedentary lifestyle atau gaya hidup bermalas-malasan menjadi salah satu faktor yang dapat memicu munculnya batu ginjal di usia muda.

    “Kalau tiap hari duduk di depan komputer, nonton TV, main HP, nggak pernah olahraga, itu secara evidence based memang ada faktor timbul batu lebih tinggi,” kata dr Widi saat berbincang dengan detikcom, Rabu (25/6/2025).

    Menurut dr Widi, hal ini bisa terjadi karena gaya hidup mager membuat seseorang kadang lupa untuk tetap menjaga tubuh tetap terhidrasi. Pasalnya, dehidrasi dapat menyebabkan penumpukan limbah dan asam dalam tubuh.

    Penumpukan tersebut menyumbat ginjal dengan protein otot (myoglobin). Proses penumpukan tersebut kemudian berisiko memicu pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih.

    “Kalau gaya hidupnya kurang minum, kurang aktivitas akan memicu terbentuknya kristal yang lama kelamaan kristal ini bisa menyatu dan terbentuk batu,” katanya.

    “Tapi balik lagi, jangan sampai kita aktivitas tinggi tapi dehidrasi, itu berisiko juga. Kita boleh aktivitas banyak, tapi minum nggak boleh kurang,” katanya.

    Pola Makan yang Buruk

    Faktor lain yang dapat memicu munculnya batu ginjal, lanjut dr Widi, adalah pola makan yang buruk.

    “Faktor genetik berperan, turunan. Kedua, misalnya gaya hidupnya jarang minum, kurang minum terus, ketiga pola makannya yang kurang bagus. Makanan atau minumnya itu yang tinggi kalsium, terus suka yang asin-asin,” kata dr Widi.

    “Lalu yang tinggi protein juga, itu berisiko bikin batu asam urat. Paling banyak batu itu batu kalsium, jadi itu tadi terlalu asin, yang tinggi kalsium misalnya susu, yogurt, keju, jeroan, itu berisiko bikin batu,” lanjutnya.

    NEXT: Gejala Batu Ginjal Dilihat dari Urine

    Gejala batu ginjal bisa bermacam-macam bentuknya, mulai dari munculnya rasa nyeri di punggung, demam, hingga mual muntah. Namun, gejala yang paling umum bisa diwaspadai adalah adanya perubahan pada urine.

    “Biasanya disertai kencing keluar darah. Sama ketiga dia punya riwayat kencing keluar pasir atau batu,” katanya.

    “Kalau ada tiga keluhan itu, nyeri pinggang, kencing berdarah, (kencing) keluar batu (berpasir), nah ini kemungkinan besar ada batu (ginjal),” tutupnya.

    Makanan Pencegah Batu Ginjal

    Terkait makanan atau minuman, dr Widi mengatakan ada kandungan pada buah yang bagus untuk mencegah munculnya batu ginjal, yakni sitrat.

    “Sitrat ini adalah suatu zat yang bisa menghambat pembentukan batu kalsium karena dia mengikat kalsium. Kalau kalsium sama oksalat di kencing itu dia timbul batu kristal, tapi kalau kalsium ini ketemu sitrat maka kalsium tidak akan berikatan dengan oksalat,” kata dr Widi.

    “(Bisa ditemukan) di sejenis jeruk-jerukan ya, kayak jeruk lemon, limau itu dia banyak mengandung sitrat,” tutupnya.

    Simak Video “Video: Hati-hati! Inilah Gejala Awal Penderita Batu Ginjal”
    [Gambas:Video 20detik]