Jenis Media: Kesehatan

  • Kondisi Juliana Marins Pasca Jatuh, Dokter Forensik: Organ Rusak-Perdarahan Hebat

    Kondisi Juliana Marins Pasca Jatuh, Dokter Forensik: Organ Rusak-Perdarahan Hebat

    Jakarta

    Juliana Marins (27), turis asal Brasil yang mengalami kecelakaan tragis di Gunung Rinjani, dinyatakan meninggal akibat luka berat yang dialaminya setelah terjatuh ke dalam jurang. Hasil autopsi menunjukkan kematian Juliana bukan disebabkan hipotermia, melainkan benturan keras yang berakhir kerusakan serius pada organ tubuhnya.

    Menurut Ida Bagus Putu Alit, dokter forensik dari RSUP Prof IGNG Ngoerah, ada tanda-tanda kekerasan tumpul hebat. Tulang belakang, dada bagian belakang, punggung, dan paha dilaporkan patah, yang kemudian menyebabkan kerusakan organ dalam serta perdarahan masif.

    “Kami dapat menyimpulkan sebab kematian karena kekerasan tumpul yang menyebabkan kerusakan pada organ-organ dalam dan perdarahan,” ujar Alit dalam konferensi pers di Rumah Sakit Bali Mandara, Jumat (27/6/2025).

    Selain patah tulang, hampir seluruh tubuh Juliana juga dipenuhi luka lecet geser yang menunjukkan adanya gesekan keras dengan benda-benda tumpul selama ia terjatuh dari ketinggian.

    Juliana diketahui terjatuh ke jurang sedalam 200 meter saat mendaki menuju puncak Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025). Meski sempat terlihat masih hidup melalui rekaman drone pada Senin (23/6/2025), dokter forensik memperkirakan Juliana hanya mampu bertahan hidup sekitar 20 menit setelah insiden tragis itu.

    “Dari kondisi luka dan hasil pemeriksaan jaringan, korban diperkirakan meninggal tidak lama setelah terjatuh, sekitar 20 menit,” ungkap Alit.

    Dugaan Juliana meninggal karena hipotermia dibantah tim forensik. Menurut Alit, tidak ditemukan ciri khas kematian akibat suhu ekstrem, seperti perubahan warna pada ujung jari atau penyusutan limpa.

    “Suhu di lokasi memang dingin, tetapi kami tidak menemukan tanda-tanda khas hipotermia. Yang kami temukan justru kerusakan organ karena benturan keras,” jelasnya.

    Jenazah Juliana baru berhasil dievakuasi pada Rabu (25/6/2025), setelah sempat tertahan akibat cuaca buruk dan visibilitas rendah. Ia ditemukan berada di kedalaman sekitar 600 meter dari titik terakhir keberadaannya yang diketahui.

    (naf/up)

  • Tangan Sering Dingin? Ini Penjelasan Medisnya

    Tangan Sering Dingin? Ini Penjelasan Medisnya

    Jakarta

    Tangan sering dingin kerap diartikan sebagai gejala penyakit jantung. Ada benarnya sedikit, tapi lebih banyak tidak tepatnya. Begini penjelasannya secara medis.

    Terkait gejala penyakit jantung, dr Vireza Pratama, SpJP, Subsp.IKKv(K), FIHA, FAsCC, FSCAI, menegaskan tangan sering terasa dingin bukan gejala yang spesifik. Artinya, ada banyak kemungkinan penyebab di luar penyakit jantung.

    “Tidak ada keterkaitan ilmiah bahwa telapak tangan sering basah atau sering dingin itu pasti ada hubungannya dengan penyakit jantung. Tidak ada bukti ilmiah,” tegasnya dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    Memang, tidak menutup kemungkinan tangan dingin tersebut memang dialami oleh pasien penyakit jantung. Namun untuk memastikan kondisi tersebut merupakan indikasi jantung bermasalah, tidak ada bukti kuat untuk mendukungnya.

    “Hal itu bisa saja terjadi. Tangannya basah, tangannya dingin, dan sebagainya, sebagai dampak dari penyakit jantungnya,” jelasnya, menegaskan bahwa keterkaitan antara keduanya tidak bisa dipastikan.

    Menurut dr Vireza, ada banyak kemungkinan penyebab tangan dingin selain penyakit jantung. Di antaranya gangguan tiroid dan riwayat diabetes mellitus.

    Penyebab Tangan Terasa Dingin

    Dikutip dari Mayo Clinic, ada banyak penyebab tangan terasa dingin, terlebih jika hanya sesekali dirasakan. Sesimpel habis berada di ruangan yang dingin atau sejuk bisa menjadi penyebabnya, yang menandakan tubuh berusaha mengontrol temperaturnya.

    Namun demikian, tangan yang selalu dingin bisa jadi menandakan ada masalah pada aliran darah di tangan. Dikutip dari Cleveland Clinic, darah mengalir dari jantung ke tangan melalui ulnar artery dan radial artery di lengan bawah. Saat terpapar dingin, otot di sekitar pembuluh darah berkontraksi sehingga aliran darah dikonsentrasikan ke organ dalam seperti jantung.

    Terkadang, pembuluh darah menyempit atau konstriksi secara tiba-tiba meski tidak sedang kedinginan. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut vasospasm. Mekanisme ini membuat tangan terasa dingin meski temperatur di sekitarnya normal. Pada kasus langka, vasospasm yang terlalu sering bisa memicu kerusakan jaringan dan melukai kulit.

    Gejala penyerta yang perlu diwaspadai

    Umumnya, tangan terasa dingin tidak menjadi persoalan serius. Namun sebaiknya periksa jika disertai gejala lain yakni:

    luka (ulcers)nyerikesemutanmengalami perubahan pada kulit, terutama jika terasa kencang atau mengeras, atau berubah warnasering terasa dingin juga di kaki dan jari-jari.Bisa Juga Dipicu Penyakit

    Beberapa penyakit atau kondisi kesehatan juga dapat disertai gejala tangan sering terasa dingin. Di antaranya:

    1. Raynoud’s syndrome

    Sindrom ini menyebabkan pembuluh darah di jari dan jempol mengalami konstriksi mendadak. Kulit tangan dan jari juga akan berubah warna menjadi biru, putih, atau ungu.

    2. Hipotiroidisme

    Terjadi ketika kelenjar tiroid tidak melepas hormon tiroid dalam jumlah yang cukup. Dampaknya, metabolisme melambat sehingga tubuh gampang merasa dingin meski temperatur di sekitarnya normal.

    3. Lupus

    Merupakan gangguan autoimun yang dapat memicu radang di berbagai bagian tubuh. Dapat pula terjadi di kulit dan pembuluh darah sehingga menjadi sensitif terhadap temperatur.

    4. Scleroderma

    Scleroderma juga termasuk gangguan autoimun yang menyebabkan kulit di jemari dan tangan lebih tebal dari seharusnya. Pengidapnya umumnya juga memiliki riwayat Raynoud’s syndrom.

    Mengatasi Tangan Selalu Dingin

    Berdasarkan pemeriksaan, dokter mungkin bisa meresepkan obat atau terapi untuk mengatasi penyebab. Sedangkan untuk mengatasi gejala tangan terasa dingin, beberapa tips berikut bisa diikuti.

    mengurangi paparan suhu dinginmemakai sarung tangan atau semacamnyamengelola stres dan anxiety atau kegelisahanmembatasi asupan alkohol, atau menghindari sama sekali akan lebih baikmelakukan perawatan kulit.

    (up/up)

  • Pernah Jatuh-Terselamatkan di Jurang Rinjani, Ini Pengakuan Pendaki Irlandia

    Pernah Jatuh-Terselamatkan di Jurang Rinjani, Ini Pengakuan Pendaki Irlandia

    Jakarta

    Belakangan, Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi perbincangan publik. Ini karena insiden terjatuhnya Juliana Marins, pendaki asal Brasil. Marins meninggal 20 menit usai terperosok ke dalam jurang.

    Hal itu diungkap oleh Ida Bagus Putu Alit, dokter forensik dari RSUP Prof IGNG Ngoerah, Denpasar. Menurutnya, perempuan 27 tahun tersebut mengalami luka parah akibat benturan keras di beberapa bagian tubuh.

    “Perkiraan 20 menit,” ujarnya terkait perkiraan lamanya korban bertahan hidup, seperti dikutip dari detikBali, Jumat (27/6/2025).

    Jauh sebelum insiden yang dialami Marins, Paul Farrel, pendaki asal Irlandia juga sempat terperosok di jurang gunung dengan ketinggian 3.762 mdpl ini. Paul terjatuh pada Oktober 2024 silam.

    “Tanah di sana (Gunung Rinjani) berbeda, tempat yang membuat Anda seolah melangkah maju satu langkah dan mundur dua langkah. Karena kami berada di gunung berapi, medannya berpasir dan Anda bisa menenggelamkan kaki,” kata Paul, dikutip dari BBC, Sabtu (28/6/2025).

    Paul mengaku dirinya harus melakukan apa saja untuk bertahan hidup usai terjatuh di jurang. Termasuk bersembunyi di bawah batu besar di kedalaman sekitar 200 meter.

    “Meski begitu, aku tidak aman. Di tempat itu, kau bisa terpeleset kapan saja,” katanya.

    “Itu jelas sangat menakutkan. Saya berdoa kepada Tuhan agar saya bisa keluar dari sana dalam keadaan hidup, atau hanya dengan beberapa tulang yang patah,” sambungnya.

    Beruntung, setelah sekitar lima jam tim penyelamat berhasil menemukan lokasinya. Paul mengaku sangat lega ketika benar-benar bisa keluar dari jurang tersebut.

    “Saya menyukai adrenalin dan olahraga ekstrem, tetapi situasi ini sudah sangat mendekati batas,” katanya.

    Medan pendakian Gunung Rinjani memang bisa dikatakan tidak ramah untuk para pemula, sehingga dibutuhkan fisik kuat dan tetap fokus selama mendaki. Menurut Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) area puncak gunung itu terbilang rawan karena berpasir dengan kanan kiri adalah jurang.

    (dpy/up)

  • WHO Bicara Lagi soal Asal Usul COVID-19, Teori Kebocoran Lab Wuhan Menguat?

    WHO Bicara Lagi soal Asal Usul COVID-19, Teori Kebocoran Lab Wuhan Menguat?

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa semua kemungkinan asal usul pandemi COVID-19 masih terbuka, termasuk teori kebocoran laboratorium. Hal ini disampaikan setelah penyelidikan selama empat tahun belum juga membuahkan kesimpulan, akibat keterbatasan akses data penting.

    Dalam konferensi pers, Jumat (27/6/2025), Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menegaskan belum ada satu pun teori yang bisa dipastikan.

    “Semua hipotesis masih harus berada di atas meja, termasuk penularan dari hewan dan kebocoran laboratorium,” ujar Tedros, dikutip dari CNA.

    Sebuah laporan dari Scientific Advisory Group for the Origins of Novel Pathogens (SAGO) menyebutkan, berdasarkan bukti ilmiah yang tersedia, penularan dari hewan ke manusia masih menjadi teori yang paling kuat. Namun, ketua SAGO Marietjie Venter menekankan bahwa asal usul virus belum bisa dipastikan tanpa data tambahan.

    “Selama belum ada informasi tambahan atau bukti baru, asal-usul SARS-CoV-2 dan bagaimana virus ini menjangkiti manusia akan tetap belum bisa disimpulkan,” katanya.

    Teori kebocoran laboratorium, lanjut Venter, juga belum bisa ditelusuri lebih jauh karena kurangnya data penting. Tedros secara terbuka menyebut kurangnya kerja sama dari pihak China, sebagai hambatan besar dalam penyelidikan ini.

    “China belum memberikan ratusan urutan genetik dari pasien awal, data detail tentang hewan di pasar Wuhan, maupun informasi soal penelitian dan keamanan laboratorium di Wuhan,” tegasnya.

    WHO juga telah meminta akses ke laporan intelijen dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, yang pada masa pemerintahan Donald Trump sempat mendukung teori kebocoran lab sebagai sumber pandemi.

    Tedros menyebut mengungkap asal usul COVID-19 adalah kewajiban moral untuk menghormati jutaan korban jiwa dan mencegah wabah di masa depan.

    “Virus ini terus bermutasi, mengambil nyawa, dan meninggalkan beban panjang seperti long COVID,” ujar Tedros.

    SAGO sendiri berkomitmen untuk terus mengevaluasi bukti ilmiah terbaru. Namun, laporan menyebut permintaan data ke negara lain seperti Jerman dan AS juga belum membuahkan hasil.

    Menariknya, laporan SAGO kali ini juga diwarnai dinamika internal. Satu anggota mengundurkan diri dan tiga lainnya meminta namanya dihapus dari laporan.

    (naf/up)

  • Warga Bandung Waspada Virus Hanta! Ini Gejalanya Mirip Flu Biasa

    Warga Bandung Waspada Virus Hanta! Ini Gejalanya Mirip Flu Biasa

    Jakarta

    Infeksi Hantavirus atau Virus Hanta ditemukan di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, baru-baru ini. Pria 52 tahun warga Desa Bojongkoneng, Ngamprah, dinyatakan positif terpapar berdasarkan hasil uji laboratorium.

    Kepala Dinkes Bandung Barat, Ridwan Abdullah, menjelaskan gejala awal yang dialami pasien mencakup:

    pusingdemamnyeri lambung.

    Pasien berinisial O tersebut mengalami gejala sejak 2 Mei 2025. Hasil penelusuran menunjukkan, pasien sempat digigit tikus saat bekerja di proyek bangunan di Ciwidey, Kabupaten Bandung.

    Kemenkes Catat 8 Kasus di 4 Provinsi

    Hingga Juni 2025, Kementerian Kesehatan RI mencatat ada 8 kasus hantavirus tersebar di 4 provinsi sebagai berikut:

    DI YogyakartaJawa BaratNusa Tenggara TimurSulawesi Utara.

    Temuan kasus Hantavirus dinyatakan sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa) antara lain jika ditemukan 2 kasus konfirmasi atau lebih dalam satu masa inkubasi yakni 2 pekan.

    “Kasus di Bandung Barat belum memenuhi kriteria KLB,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, dikutip dari Antara, Sabtu (21/6/2025).

    Sementara itu, laman Kemenkes RI menyebut hingga saat ini hanya ditemukan kasus hantavirus dengan manifestasi klinis Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) di Indonesia.

    Kemenkes RI melaporkan, 8 kasus yang tercatat seluruhnya saat ini sudah sembuh. Termasuk satu kasus di Kabupaten Bandung Barat, saat ini pasien sudah sembuh dan kembali bekerja.

    Gejala Infeksi Hantavirus

    Hantavirus merupakan keluarga virus yang menyebabkan penyakit serius dan bisa memicu kematian.

    Laman The US Center for Disease Control and Prevention (US CDC) menyebut infeksi hantavirus dapat menular melalui kontak dengan hewan pengerat seperti tikus. Paparan urine dan liur dapat menularkan virus, demikian juga gigitan atau cakaran meski relatif langka.

    Infeksi hantavirus dapat menyebabkan dua sindrom sebagai berikut:

    Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS)

    Gejala HPS

    HPS merupakan penyakit yang potensial mematikan dan menyerang paru-paru. Gejala muncul 1-8 pekan setelah kontak dengan hewan penular.

    Gejala awal meliputi:
    fatigue atau kelelahandemamnyeri ototsakit kepalapusingmenggigilgangguan lambung seperti mual, muntah, diare, hingga nyeri perut

    HPS dapat mematikan. Sebanyak 38 persen pasien HPS yang mengalami gejala pernapasan dapat meninggal dunia.

    Gejala HFRS

    Jika HPS menyerang pernapasan, HFRS sesuai namanya menyerang renal atau ginjal. HFRS juga bisa mematikan, gejalanya muncul 1-2 pekan setelah paparan.

    Beberapa gejala yang bisa muncul adalah sebagai berikut:

    sakit kepala intensnyeri punggung dan perutdemam dan menggigilmualmata buram.

    Gejala lanjutan dapat berupa:

    tekanan darah rendahaliran darah berkurang (syok akut)perdarahan internal (kebocoran pembuluh darah)gagal ginjal akut.

    (up/up)

  • Menkes soal Arahan Prabowo Perbanyak Dokter: Presiden Minta Tak Pakai Aturan Kuno

    Menkes soal Arahan Prabowo Perbanyak Dokter: Presiden Minta Tak Pakai Aturan Kuno

    Jakarta

    Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyambut baik arahan Presiden RI Prabowo Subianto untuk menambah jumlah fakultas kedokteran di Indonesia. Langkah ini diambil sebagai upaya menjawab masalah kekurangan tenaga kesehatan, terutama dokter spesialis.

    Menurut Budi, dirinya akan segera berkoordinasi dengan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) guna membahas reformasi sistem pendidikan kedokteran, termasuk menghapus prosedur birokratis yang dinilai sudah usang.

    “Pak Presiden tahu bahwa masalah utama kita adalah jumlah dokter yang masih sangat kurang, apalagi dokter spesialis. Karena itu, saya diminta untuk membuat terobosan. Jangan lagi pakai cara-cara birokratis dan kuno,” ujar Budi Gunadi usai memberikan pembekalan kepada kepala daerah di Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (26/6).

    Budi menegaskan penambahan fakultas kedokteran untuk meningkatkan jumlah dokter tidak mengenyampingkan mutu lulusan. Ia juga memastikan akan mengatur pemerataan, distribusi dokter di seluruh wilayah Indonesia.

    “Inisiatif ini diharapkan mampu menambah jumlah dokter secara agresif, menjaga kualitas pendidikan, dan memastikan penyebarannya merata,” lanjutnya.

    Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto menyuarakan keprihatinan krisis dokter di Indonesia. Ia menilai sistem pendidikan kedokteran saat ini masih terlalu terbelit oleh birokrasi, sehingga tidak cukup adaptif terhadap tantangan sektor kesehatan masa kini.

    Prabowo juga mendorong peningkatan jumlah dokter spesialis secara signifikan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 2024, saat ini Indonesia memiliki 49.670 dokter spesialis. Namun, menurut perhitungan Bappenas, rasio ideal dokter spesialis adalah 0,28 per 1.000 penduduk. Artinya, Indonesia masih kekurangan sekitar 29.179 dokter spesialis.

    “Kita harus tambah juga akademi-akademi perawatan dan kita harus tambah pendidikan spesialis dengan efisien dan jangan terlalu terhimpit oleh prosedur-prosedur dan peraturan-peraturan kuno. Peraturan-peraturan yang sudah tidak bisa menjawab kesulitan dan tantangan masa kini,” beber Prabowo saat meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur dan Bali International Hospital di Denpasar, Rabu (25/6).

    (naf/up)

  • Video: Begini Pola-Makanan yang Baik Untuk Pekerja Kantoran

    Video: Begini Pola-Makanan yang Baik Untuk Pekerja Kantoran

    Jakarta – Spesialis Gizi dr. Johanes Casay Chandrawinata, MND, Sp.GK menjelaskan bagaimana pola makan yang baik untuk pekerja kantoran. Agar terhindar dari berbagai penyakit seperti obesitas, hipertensi, dan juga diabetes.

    Yaitu mulai dari menjaga asupan kalori, garam dan lemak. Dengan harus selalu mengusahakan makan makanan yang sehat.

    Tonton juga berita video lainnya terkait kesehatan di sini ya!

    (/)

    makanan pola makan pekerja kantoran makanan pekerja kantoran kalori garam lemak

  • Ini Cara Membedakan Batuk Flu dan Batuk TBC

    Ini Cara Membedakan Batuk Flu dan Batuk TBC

    Jakarta

    Sama seperti influenza atau flu dan penyakit pernapasan pada umumnya, Tuberkulosis (TB) atau populer dengan sebutan TBC juga ditandai dengan gejala batuk. Namun ada beberapa perbedaan yang bisa dikenali di antara keduanya.

    Selain perlu mengenali perbedaan gejala di antara keduanya, penting juga untuk mengetahui cara penularan influenza dan TBC. Pada kondisi tertentu, keduanya sama-sama bisa berakibat fatal.

    Flu Vs TBC

    Meski identik dengan penyakit sehari-hari, flu juga bisa mematikan. Awal Februari 2025, aktris Taiwan pemeran Shancai dalam serial lawas Meteor Garden, Barbie Hsu meninggal dunia setelah terinfeksi flu yang berujung komplikasi pneumonia.

    Pada periode waktu yang sama, Kementerian Kesehatan RI juga sama-sama mewaspadai peningkatan kasus influenza. Vaksin flu dapat mengurangi risiko penularan di tengah adanya tren peningkatan kasus.

    “Berdasarkan data beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan kasus pada akhir ke awal tahun, pada musim hujan,” ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI dr Ina Agustina Isturini, MKM saat dihubungi detikcom Selasa (4/2/2025).

    Dikutip dari The US Center for Disease Control and Prevention (US CDC), flu merupakan penyakit menular pernapasan yang disebabkan oleh virus influenza. Ada 4 tipe virus flu yakni tipe A, B, C, dan D. Flu musiman disebabkan oleh virus influenza tipe A dan B, meskipun di wilayah tropis bersirkulasi sepanjang tahun.

    Di sisi lain, TBC merupakan infeksi pernapasan yang dipicu oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia saat ini menempati peringkat kedua di dunia setelah India sebagai negara dengan jumlah kasus TBC terbanyak, dengan lebih dari 1 juta kasus dan 125 ribu kematian setiap tahun.

    Perbedaan Batuk Flu dan TBC

    Beberapa ciri yang membedakan gejala batuk akibat flu dan TBC terangkum sebagai berikut.

    1. Penyebab

    Batuk karena flu disebabkan oleh infeksi bakteri influenza, sedangkan TBC disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis.

    2. Durasi

    Sebagaimana pada infeksi virus pada umumnya, batuk karena influenza umumnya sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Lain halnya dengan infeksi TBC, batuk yang dialami pasien bisa berlangsung dalam waktu lama.

    “Batuk yang terus menerus selama paling nggak hampir sampai dua minggu dan berdahak itu yang menjadi ciri khas (TBC),” kata dr Henry Diatmo, MKM dari Stop TB Partnership Indonesia (STPI) dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    3. Bercak darah

    Bercak darah dalam dahak merupakan salah satu pembeda batuk pada TBC dari batuk biasa, termasuk flu. Seperti dialami Budi Hermawan, seorang penyintas TBC resisten obat, sebagaimana diungkap dalam wawancara dengan detikcom.

    “Di malam itu, saya berkeringat banyak, dan beberapa hari kemudian, saya mulai batuk darah. Saya pergi ke klinik untuk berobat. Hasil rontgen saya menunjukkan bahwa saya positif TBC, jadi dokter meresepkan beberapa obat TBC,” kata Budi, Rabu (7/8/2024).

    4. Gejala penyerta

    Pada pasien TBC, batuk bisa disertai nyeri dada dan penurunan berat badan. Namun pada TB-dormant, yakni ketika bakteri dalam kondisi tidak aktif, pasien bisa saja tidak bergejala.

    Sementara itu, influenza bisa disertai dengan demam dan menggigil, nyeri telan, serta hidung meler. Rasa letih bisa ditemukan baik pada TBC maupun influenza.

    5. Media penularan

    US CDC menyebut, para pakar meyakini penularan flu utamanya terjadi melalui droplet atau bercak dahak saat pasien batuk, bersin, atau berbicara.

    TBC juga menular dengan cara yang sama, namun penularan paling umum terjadi pada orang-orang yang tinggal lama dengan pasien TBC aktif atau di area yang banyak kasus TBC.

    Rangkuman

    Perbedaan dan persamaan batuk karena flu dan TBC dapat dirangkum sebagai berikut:

    PerbedaanTBCFluDurasilebih dari 2 minggulebih singkat, self limitingPenyebabMycobacterium tuberculosisvirus influenzaBercak darahumum ditemukanjarangGejala penyertaberat badan turun, dada sesak, letihdemam, nyeri telan, hidung melerMedia penularandropletdroplet

    (up/up)

  • Ternyata Jalan Kaki Seperti Ini Bisa Turunkan Risiko Sakit Jantung

    Ternyata Jalan Kaki Seperti Ini Bisa Turunkan Risiko Sakit Jantung

    Jakarta

    Jalan kaki ternyata bisa menjadi cara sederhana dan efektif untuk menjaga kesehatan jantung. Adalah pola jalan kaki 6-6-6, yang membagi waktu jalan di 6 pagi, 6 sore, selama 60 menit, dengan 6 menit pemanasan dan 6 menit pendinginan. Total sekitar 72 menit sehari yang bisa membawa perubahan besar pada kesehatan jantung.

    Jalan kaki pagi hari, tepatnya pukul 6 pagi, punya efek luar biasa, mengacu penelitian The Heart Foundation, berjalan kaki selama 30 menit saja bisa menurunkan risiko penyakit jantung hingga 35 persen.

    Udara yang masih segar di pagi hari membantu paru-paru bekerja lebih baik, dan oksigen yang masuk ke dalam darah lebih maksimal. Jalan kaki pagi juga bisa mempercepat detak jantung secara alami, tanpa membuat jantung ‘kaget’. Ini sangat baik untuk memperkuat otot jantung secara bertahap.

    Selain itu, aktivitas fisik pagi hari juga berperan dalam menurunkan tekanan darah dan menjaga kadar kolesterol tetap stabil, dua faktor penting dalam mencegah penyakit jantung koroner.

    Stres adalah salah satu musuh utama jantung. Setelah seharian beraktivitas, tubuh sering membawa sisa ketegangan yang memengaruhi sistem kardiovaskular. Nah, jalan kaki pukul 6 sore bisa menjadi waktu terbaik untuk menurunkannya.

    Saat kamu berjalan di sore hari, tubuh secara alami mengurangi kadar hormon stres seperti kortisol. Ini membuat tekanan darah turun dan denyut jantung menjadi lebih tenang. Aktivitas fisik ringan seperti ini juga membantu memperbaiki ritme sirkadian tubuh, yang berperan besar dalam kualitas tidur dan pemulihan fungsi jantung di malam hari.

    Kombinasi jalan pagi dan sore ini membentuk siklus sehat, pagi untuk aktivasi, sore untuk relaksasi. Keduanya memberi manfaat langsung ke kesehatan jantung.

    Kelebihan dari aturan 6-6-6 adalah konsistensinya. Kamu tidak perlu olahraga berat, tidak perlu alat, dan tidak harus ke gym. Cukup jalan kaki secara teratur, dan biarkan tubuh bekerja memperkuat jantung secara perlahan tapi pasti.

    Dengan 60 menit jalan kaki per sesi, tubuh memasuki fase pembakaran lemak dan peningkatan sirkulasi darah. Ini berarti aliran darah ke jantung dan organ vital menjadi lebih lancar, mencegah penumpukan plak pada pembuluh darah.

    Tak hanya itu, pemanasan 6 menit sebelum jalan membantu mempersiapkan jantung agar tidak kaget dengan aktivitas fisik. Sedangkan pendinginan 6 menit setelahnya membantu jantung kembali ke ritme normal secara bertahap, keduanya mengurangi risiko aritmia dan tekanan darah melonjak tiba-tiba.

    Aturan 6-6-6 bukan cuma soal olahraga. Ini soal menjaga ritme hidup yang mendukung kerja jantung. Dengan jalan kaki rutin dua kali sehari, kamu memberi waktu bagi jantung untuk bekerja optimal dan pulih dengan baik. Tanpa sadar, kamu juga menurunkan risiko hipertensi, stroke, hingga serangan jantung.

    (naf/naf)

  • Kenapa Bau Mulut Tak Hilang Meski Sudah Gosok Gigi?

    Kenapa Bau Mulut Tak Hilang Meski Sudah Gosok Gigi?

    Jakarta

    Gosok gigi dapat mencegah penumpukan bakteri pada partikel makanan yang membusuk, yang bisa menempel pada gigi atau gusi. Bakteri ini menghasilkan senyawa sulfur yang bisa menyebabkan bau mulut, terutama jika tidak dibersihkan.

    Kendati demikian, menyikat gigi tidak selalu bisa mengatasi bau mulut. Lantas apa yang menyebabkan bau mulut padahal sudah sikat gigi?

    Penyebab Bau Mulut Meski Sudah Sikat Gigi

    Di dunia medis, bau mulut yang tidak sedap disebut dengan istilah halitosis. Ada beberapa penyebab mengapa masih bau mulut padahal sudah menggosok gigi dengan benar. Dikutip dari laman Healthline, berikut kemungkinannya.

    1. Gigi Berlubang dan Sakit Gusi

    Bakteri yang menyebabkan bau mulut bisa bersembunyi di rongga gigi. Hal ini membuat bakteri sulit dihilangkan saat menggosok gigi, sebab bakteri bersembunyi di tempat yang tidak bisa dijangkau. Selain itu, bakteri tersebut juga bisa bersembunyi akibat penyakit gusi.

    2. Mulut Kering

    Air liur memiliki banyak peran. Mulai dari membantu memecah makanan di mulut, membantu mengunyah, menelan, hingga berbicara.

    Tak hanya itu, air liur juga menjaga bakteri di mulut tetap terkendali, membersihkan sisa-sisa makanan, dan menjaga mulut tetap lembab.

    Jika kelenjar ludah tidak memproduksi air liur yang cukup, mulut bisa kering. Mulut kering bisa menyebabkan penumpukan bakteri pada gigi. Hal ini bisa menyebabkan bau mulut dan meningkatkan risiko kerusakan gigi dan penyakit gusi.

    Adapun beberapa hal yang meningkatkan mulut kering adalah beberapa jenis obat-obatan, penggunaan tembakau, dan alkohol.

    3. Gastroesofageal refluks disease (GERD)

    GERD atau refluks asam kronis merupakan gangguan pencernaan yang menyebabkan isi lambung mengalir balik ke kerongkongan. Muntahan makanan yang belum dicerna dan asam lambung bisa menjadi penyebab bau mulut.

    GERD juga bisa menimbulkan sensasi panas di dada (heartburn) dan rasa asam atau pahit di mulut.

    4. Kondisi Kesehatan Lain

    Sejumlah kondisi kesehatan bisa menyebabkan bau mulut. Hal ini disebabkan karena perubahan kimia dalam aliran darah atau perubahan kadar bakteri dalam tubuh.

    Beberapa kondisi kesehatan yang menyebabkan bau mulut di antaranya:

    DiabetesGagal ginjalGagal hatiTukak lambung

    5. Konsumsi Makanan Tertentu

    Aroma makanan tertentu, seperti bawan merah dan bawang putih bisa tersisa meskipun sudah menggosok gigi. Misalnya, butuh satu hari atau lebih agar bau bawang putih hilang.

    Begitu bawang putih mencapai perut, minyaknya masuk ke aliran darah dan paru-paru, serta napas. Menurut studi tahun 2016, apel, selada, dan daun mint bisa menghilangkan bau mulut akibat bawang putih.

    6. Postnasal Drip

    Postnasal drip atau lendir yang menetes dari bagian belakang hidung ke tenggorokan juga bisa menyebabkan bau mulut. Lendir tersebut bisa menarik bakteri yang pada gilirannya bisa menyebabkan napas berbau tidak sedap.

    Beberapa kemungkinan penyebab postnasal drip yaitu infeksi sinus, pilek, flu, dan radang tenggorokan.

    7. Merokok

    Merokok bisa menyebabkan bau mulut, karena asap tembakau menempel di napas. Tak hanya itu, merokok juga bisa membuat mulut kering dan meningkatkan risiko terkena penyakit gusi. Seperti yang sudah dijelaskan, mulut kering dan penyakit gusi bisa menyebabkan bau mulut.

    Cara Mengatasi Bau Mulut

    Umumnya, bau mulut bisa diatasi dengan meningkatkan kebersihan gigi. Berikut rekomendasi dari American Dental Association atau Asosiasi Dokter Gigi Amerika:

    Menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluorideMembersihkan sela-sela gigi setiap hari dengan benang gigi atau tusuk gigiMengonsumsi makanan sehat dan membatasi minuman dan makanan ringan yang manisMengunjungi dokter gigi secara teratur untuk pemeriksaan dan perawatanMenyikat dan membersihkan lidahKapan Harus Mendapat Perawatan Medis?

    Jika bau mulut tetap ada meski sudah menjaga kebersihan mulut dengan baik, maka alangkah baiknya periksakan diri ke dokter gigi. Dokter gigi bisa membantu mengidentifikasi tanda-tanda penyakit gusi atau mulut kering yang mungkin menjadi penyebab bau mulut.

    Tindakan yang dilakukan akan bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Misalnya, jika mengidap penyakit gusi, dokter gigi akan memberikan pembersihan menyeluruh. Sementara, jika GERD adalah penyebabnya, maka, mengubah pola makan yang mengonsumsi obat bisa membantu.

    (elk/up)