Jenis Media: Kesehatan

  • Cerita Para Mahasiswa Usia 20-an Kena Gagal Ginjal di Vietnam, Terbiasa Konsumsi Ini

    Cerita Para Mahasiswa Usia 20-an Kena Gagal Ginjal di Vietnam, Terbiasa Konsumsi Ini

    Jakarta

    Meningkatnya kasus gagal ginjal pada usia muda juga terjadi di Vietnam. Data Kementerian Kesehatan setempat menunjukkan terdapat 8,7 juta orang dewasa muda dengan penyakit ginjal kronis atau sekitar 12,8 persen dari populasi.

    Vietnam saat ini memiliki lebih dari 400 unit hemodialisis dan menyediakan layanan dialisis atau yang awamnya dikenal ‘cuci darah’ kepada sekitar 30.000 pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir setiap tahun, tetapi itu hanya memenuhi 30 persen dari kebutuhan pasien yang membutuhkan dialisis secara nasional.

    Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kasus gagal ginjal stadium akhir pada usia muda rentang 20-40 tahun telah meningkat secara mengkhawatirkan. Misalnya, Klinik Nefrologi Rumah Sakit Binh Dan (HCMC) di Vietnam, sekitar sepertiga pasien yang datang untuk pemeriksaan dan pengobatan gagal ginjal berusia di bawah 40 tahun.

    Menurut statistik dari Departemen Ginjal Rumah Sakit Cho Ray, sekitar 400-500 pasien menjalani dialisis rutin. Setiap hari, rata-rata ada 60-70 kasus yang memerlukan dialisis darurat. Jumlah kasus gagal ginjal kronis stadium akhir meningkat pesat.

    Duy, mahasiswa di Hanoi (23) dulunya memiliki gaya hidup yang sama dengan banyak anak muda lain, begadang untuk belajar ujian, makan larut malam, minum teh susu dan minuman ringan. Mahasiswa laki-laki itu tidak menyangka gaya hidup yang tampaknya normal berujung pada harga yang harus dibayar mahal, ‘cuci darah’ seumur hidup.

    Ia baru mengetahui mengidap gagal ginjal kronis stadium IV tahun lalu, tetapi karena sibuk dengan ujian kelulusan universitasnya, ia berpuas diri, tidak melakukan pemeriksaan rutin, dan bahkan berhenti minum obat.

    Ketika kemudian merasa lelah dan mual parah, ia kembali ke rumah sakit. Dokter memberinya kabar buruk bahwa fungsi ginjalnya menurun drastis, mencapai gagal ginjal stadium akhir dan harus segera cuci darah.

    Sejak saat itu, untuk bertahan hidup, Duy harus menjalani cuci darah tiga kali seminggu di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi. Berbaring di ranjang rumah sakit, menyaksikan jarum menembus kulitnya untuk menyaring darahnya.

    “Malam-malam ketika saya begadang hingga pukul 2-3 dini hari untuk belajar ujian, lalu makan larut malam, minum teh susu, saya tidak menganggapnya sesuatu yang serius. Jika saya dapat kembali, saya akan lebih memperhatikan diri sendiri, tetapi sekarang sudah terlambat,” sesalnya.

    Menurut Associate Professor Do Gia Tuyen, Departemen Nefrologi Urologi, Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi, setiap minggu ia menerima hingga 6 pasien dengan gagal ginjal kronis stadium 4-5, yang sebagian besar adalah generasi muda atau setengah baya di bawah 45 tahun. Hal yang mengkhawatirkan, sebagian besar pasien baru mengetahui penyakitnya ketika sudah dalam stadium parah, ketika metode pengobatan konservatif hampir tidak lagi efektif.

    Mengapa pasien gagal ginjal sering terlambat terdeteksi? Associate Professor Tuyen menunjukkan tiga kemungkinan utama:

    Tak ada gejala di awal penyakit

    Penyakit ginjal kronis terjadi secara diam-diam, tanpa gejala yang jelas selama bertahun-tahun. Hanya ketika tanda-tanda seperti edema, oliguria, kelelahan, dan tekanan darah tinggi muncul, pasien pergi ke dokter, tetapi penyakitnya sudah dalam tahap akhir. Banyak orang, terutama kaum muda, tidak menyadari tingkat keparahan penyakit ini, yang menyebabkan mereka mengabaikan tanda-tanda awal.

    Nihil pemeriksaan rutin

    Pemeriksaan fungsi ginjal harus dilakukan secara teratur, terutama pada individu berisiko tinggi seperti pengidap diabetes, mereka yang memiliki tekanan darah tinggi, mereka yang berusia di atas 60 tahun, dan mereka yang memiliki riwayat keluarga penyakit ginjal. Dengan hanya melakukan tes urine atau mengukur proteinuria dan kreatinin darah setiap tahun, penyakit ini dapat dideteksi sejak dini. Namun, banyak orang tidak melakukan pemeriksaan ini karena kurangnya informasi atau subjektivitas.

    Penyakit ginjal kronis dikenal sebagai silent killer atau diam-diam mematikan. Hoai, pasien muda lainnya di rumah sakit seperti Duy dirawat, berjuang melawan diagnosis yang sama di usianya 20 tahun.

    NEXT: Gejala Awal yang Dirasakan

    Hoai relatif cukup sibuk di masa mudanya, karena harus menjalani studi sekaligus bekerja paruh waktu. Karenanya, ia sering melewatkan makan, dan lebih memilih makanan cepat saji dan kafein.

    Gejala awalnya dianggap sebagai gejala yang berhubungan dengan stres, sehingga ia tidak berpikir lebih jauh. Saat ia mencari bantuan profesional, fungsi ginjalnya telah menurun drastis.

    Di Rumah Sakit Umum Duc Giang, jumlah pasien muda yang memerlukan dialisis rutin telah meningkat drastis selama lima tahun terakhir.

    Penyebabnya, menurut Dr Thanh, salah satu dokter di RS tersebut, meliputi faktor gaya hidup seperti kurang olahraga, dehidrasi, dan pilihan makanan yang buruk yang kaya akan garam dan gula.

    Simak Video “Video: Setengah Juta Warga di Singapura Kena Penyakit Ginjal “
    [Gambas:Video 20detik]

  • Masih Banyak WNI Berobat ke Luar Negeri, Faktor Kesenjangan Teknologi?

    Masih Banyak WNI Berobat ke Luar Negeri, Faktor Kesenjangan Teknologi?

    Jakarta

    Masih banyak warga negara Indonesia (WNI) yang memilih berobat ke luar negeri. Ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi dunia kedoteran Tanah Air.

    Terkait alasan banyaknya pasien yang memilih pengobatan di negara-negara tetangga, spesialis urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Prof dr Agus Rizal A.H. Hamid, SpU(K), FICRS, PhD mengatakan salah satu alasannya karena adanya perbedaan kelengkapan alat.

    Di dunia robotic surgery, Prof Rizal merupakan sosok yang kenyang akan pengalaman. Sejak 2013 silam, dirinya sudah melakukan pelatihan tindakan operasi menggunakan robot di beberapa negara seperti Jerman, India, Singapura, hingga Korea Selatan.

    “Beberapa tahun yang lalu, sebelum ada layanan robotik di Indonesia, itu pasien memilih untuk (berobat) ke luar negeri,” kata Prof Rizal kepada detikcom saat ditemui di Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).

    Indonesia Hanya Punya 3 Robot

    Prof Rizal menambahkan, tindakan operasi menggunakan bantuan robot di Indonesia masih belum bisa dilakukan secara optimal. Pasalnya, saat ini rumah sakit yang memiliki robot terbilang belum banyak.

    “Memang saat ini masih RS swasta yang memiliki robot, yang sudah ter-install ada tiga RS swasta dan pada perkembangannya saya dengar sudah mulai membeli (robot) tapi belum ter-install,” katanya.

    “Dan tentunya pihak RS pemerintah ini sangat menunggu dari bantuan pemerintah, baik Kementerian Kesehatan, pemerintah pusat, maupun Pemerintah Daerah untuk membantu adanya pelaksanaan dalam robotic surgery,” lanjutnya.

    Robot Membantu Dokter dan Pasien

    Dengan adanya robot, lanjut Prof Rizal, maka dokter dan pasien akan mendapat keuntungan tambahan. Selain, memberikan minim bekas luka, tindakan operasi menggunakan robot juga membantu dokter melakukan pekerjaannya bisa lebih cepat dan presisi.

    “Menurut saya, saya yakin banyak masyarakat kita yang jika terpaksa operasi, mereka ingin dikerjakan di ‘rumah’-nya, di negaranya,” kata Prof Rizal.

    “Dan saya rasa ini terjadi di seluruh negara ya. Jika layanan itu tidak ada di negaranya sendiri, pasti dia (pasien) akan mencari alternatif ke negara sekitarnya,” sambungnya.

    NEXT: Dua Juta WNI ke Luar Negeri Tiap Tahun

    Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut ada sekitar dua juta masyarakat Indonesia yang lebih memilih pengobatan di luar negeri.

    “Dari data-data yang kita dapatkan dari beberapa tahun terakhir, kita bisa lihat 2 juta masyarakat Indonesia berobat di luar negeri. Ini kurang lebih menghabiskan hampir Rp 150 triliun per tahun,” saat peresmian KEK Sanur dan Bali International Hospital, di Denpasar, Bali, dikutip dari detikFinance, Sabtu (28/6/2025).

    Oleh karena itu, Erick menyatakan kehadiran Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur akan menjadi solusi untuk menyediakan layanan kesehatan yang bakal semakin dibutuhkan masyarakat Indonesia ke depan.

  • 5 Gejala Liver Bermasalah yang Sering Diabaikan

    5 Gejala Liver Bermasalah yang Sering Diabaikan

    Jakarta

    Liver atau hati merupakan organ penting di dalam rongga dada, terletak di sisi kanan. Beratnya sekitar 1,8 kg, berfungsi membantu sistem metabolisme dan membuang racun dan pengotor di dalam tubuh.

    Fungsi hati akan bermasalah ketika organ ini mengalami berbagai gangguan penyakit. Bicara tentang penyakit liver, umumnya merujuk pada kondisi kronis yang memicu kerusakan progresif pada hati. Infeksi virus, keracunan, dan beberapa kondisi metabolik bisa menyebabkan penyakit liver kronis.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, liver memiliki kemampuan regenerasi atau memperbaiki diri sendiri yang baik. Namun jika dihadapkan pada masalah terus menerus, maka liver tidak bisa ‘keep-up’ pada akhirnya.

    Tahapan Liver Bermasalah

    Masalah penyakit liver sangat beragam, namun secara sederhana dapat dibagi menjadi 4 level.

    Hepatitis, yang artinya radang pada jaringan hepar atau liver. Penyebabnya beragam, infeksi virus hingga autoimun.Fibrosis, yakni ketika jaringan liver mengeras dan membuat fungsinya mulai terganggu. Pada beberapa kondisi, kerusakan ini masih reversibel atau bisa pulih.Sirosis atau cirrhosis, yakni kerusakan parah dan permanen pada hati yang sudah tidak reversibel. Meski demikian, pada kondisi ini kerusakan masih bisa dihentikan agar tidak semakin parah.Gagal hati atau liver failure, yakni ketika liver sudah tidak bisa menjalankan fungsi secara adekuat.5 Gejala Liver Bermasalah

    Sayangnya, dikutip dari Mayo Clinic, penyakit hati tidak selalu memunculkan gejala yang mudah teramati. Namun demikian, ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai sebagai tanda-tanda liver mulai bermasalah.

    1. Fatigue atau letih berlebihan

    Salah satu fungsi liver adalah membantu sistem metabolisme mengolah nutrisi, hingga mengatur kadar gula darah. Kerusakan seperti karena infeksi virus hepatitis dapat memicu kelelahan karena tubuh tidak bisa mengolah sumber energi yang cukup.

    “Kebanyakan penderita tidak menyadari jika dirinya sedang terinfeksi virus hepatitis C akut. Gejala seperti mual, lelah, dan perut begah sering dianggap gejala masuk angin, maag, atau kelelahan,” kata dr Femmy Nurul Akbar SpPD KGEH dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    2. Nyeri perut kanan atas

    Tanda lain yang bisa dicermati adalah nyeri di perut bagian kanan atas, yang merupakan tempat liver berada. Liver sendiri tidak memiliki jaringan saraf, namun punya lapisan tipis yang disebut Glisson’s capsule yang punya reseptor nyeri.

    Saat terjadi radang dan pembengkakan pada liver, maka bagian tersebut akan merasakan nyeri atau ketidaknyamanan. Tingkatan nyeri yang terasa bisa bervariasi.

    3. Mata menguning

    Jaundice atau warna kekuningan pada kulit hingga mata merupakan indikasi penumpukan bilirubin. Kondisi ini terjadi karena liver gagal memetabolismenya dengan efektif, karena mengalami kerusakan.

    “Infeksi pun bisa menyebabkan kuning akibat kerusakan sel-sel hati akibat infeksi,” kata dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH.

    4. Urine gelap

    Penumpukan bilirubin juga bisa menyebabkan warna urine menjadi gelap hingga kecokelatan. Warna gelap akibat masalah pada fungsi hati ini tidak pudar meski hidrasi tercukupi.

    5. Berat badan turun

    Kegagalan fungsi hati memetabolisme sumber nutrisi juga berdampak pada penurunan berat badan, baik karena nafsu makan berkurang maupun pencernaan terganggu. Waspada jika mengalami penurunan berat badan secara cepat dan tidak jelas penyebabnya.

    Kapan Harus Periksa?

    Jika salah satu atau beberapa gejala muncul terus menerus, maka sebaiknya periksa untuk memastikan kondisi liver.

    Apa Saja Pemeriksaan untuk Melihat Kondisi Liver?

    Ada banyak tes yang bisa dilakukan untuk mengetahui kondisi liver. Beberapa di antaranya:

    tes darah untuk mengamati enzym, protein, dan kadar bilirubinpemindaian, baik dengan abdominal ultrasound, CT Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging)elastography, yakni pemindaian untuk mengetahui pengerasan pada jaringan liverendoskopi, melibatkan alat berupa kamera kecil atau endoskop yang dimasukkan ke dalam tubuhdan sebagainya.

    (up/up)

  • Beredar Isu Jokowi Kritis dan Dilarikan ke RS, Ini Faktanya

    Beredar Isu Jokowi Kritis dan Dilarikan ke RS, Ini Faktanya

    Jakarta

    Di media sosial beredar kabar bahwa Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo sedang dalam keadaan kritis, hingga dirinya dilarikan ke rumah sakit. Narasi tersebut merupakan hoax.

    Dari unggahan video yang dilihat detikcom di X, pada Minggu (29/6/2025), kerumunan warga tampak di sebuah bangunan. Warga tampak sibuk merekam dengan HP masing-masing.

    Dalam video tersebut terlihat sebuah sosok yang diduga Jokowi sedang berada di sebuah bangunan dengan tulisan ‘Toko Obat Sumber Husodo’. Video tersebut disertai narasi yang tertulis ‘Jokowi kritis masuk rumah sakit’.

    Merespons hal ini, ajudan Jokowi Kompol Syarif Fitriansyah menepis kabar tersebut.

    “Tidak, beliau sedang tidak dirawat di rumah sakit,” kata Syarif saat dimintai konfirmasi, Sabtu (28/6/2025).

    Syarief menegaskan bahwa video dan narasi yang beredar merupakan berita bohong. Dirinya juga meminta kepada publik untuk memilah dan bijak dalam menerima informasi yang berseliweran di medsos.

    “Hoaks itu, mari kita bersama-sama lebih bijak dalam menerima dan membagikan informasi,” katanya.

    “Jangan mudah percaya sebelum memastikan kebenarannya. Menyebarkan hoaks hanya akan menimbulkan keresahan dan merugikan banyak orang. Verifikasi dulu, sebarkan kemudian,” lanjutnya.

    NEXT: Video Lama Tahun 2020

    Dikutip dari Antara, toko obat tersebut berlokasi di kawasan Malioboro, Yogyakarta.

    Video tersebut ternyata merupakan dokumentasi kerumunan yang terjadi pada Minggu (20/9/2020), saat penertiban terhadap para pengunjung Angkringan Kopi Jos yang melanggar protokol kesehatan COVID-19.

    Dengan demikian narasi bahwa Jokowi dilarikan adalah hoaks. Video tersebut merupakan video pengunjung Angkringan Kopi Jos yang melanggar protokol kesehatan COVID-19 pada 2020.

    Simak Video “Video WHO soal Gaza: Butuh Waktu 5-10 Tahun Evakuasi Semua Pasien Kritis”
    [Gambas:Video 20detik]

  • 12 Makanan Alami yang Bantu Cegah Batu Ginjal, Murah dan Mudah Didapat

    12 Makanan Alami yang Bantu Cegah Batu Ginjal, Murah dan Mudah Didapat

    Jakarta

    Penyakit batu ginjal kini mulai menyerang anak muda. Bahkan, Gen Z yang kini berusia 20-an tahun, tergolong paling rentan terkena masalah batu ginjal. Lalu, bagaimana caranya agar terhindar dari kondisi ini?

    Spesialis urologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Prof dr Ponco Birowo SpU(K), PhD mengatakan ada beberapa makanan dan minuman yang direkomendasikan agar batu ginjal tak muncul.

    “Makanan yang mengandung asam sitrat itu mencegah munculnya batu. Utamanya itu (asam sitrat) sama air putih,” kata dr Ponco kepada detikcom, saat ditemui di Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).

    Lalu, apa saja makanan-makanan yang mengandung asam sitrat?

    Dikutip dari Healthline, batu ginjal sering diobati dengan asam sitrat sebagai kalium sitrat. Namun, mengonsumsi makanan yang mengandung asam alami ini dapat memberikan manfaat serupa dalam mencegah batu ginjal.

    Asam sitrat dapat ditemukan di banyak sumber makanan alami. Makanan yang mengandung asam sitrat alami yang tinggi adalah buah jeruk, terutama sari lemon dan jeruk nipis.

    Berikut makanan-makanan yang mengandung asam sitrat alami tertinggi:

    Jeruk lemonJeruk nipisJeruk baliJeruk keprokBuah beri (kecuali blueberry)StroberiNanasTomatBrokoliWortelPaprikaCeri

    (dpy/naf)

  • Awas, Kebiasaan Naik Motor Seperti Ini Bisa Bikin Bapak-bapak Susah Punya Anak

    Awas, Kebiasaan Naik Motor Seperti Ini Bisa Bikin Bapak-bapak Susah Punya Anak

    Jakarta

    Ada banyak faktor yang tanpa disadari bisa mempengaruhi kualitas sperma. Bahkan, kebiasaan sehari-hari seperti naik motor pun bisa menurunkan kualitas sperma.

    Spesialis urologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Prof dr Ponco Birowo SpU(K), PhD mengatakan suhu yang meningkat pada testis dapat merusak sperma. Hal ini bisa terjadi karena cara naik motor yang kurang tepat.

    “Kalau dia naik motor, testisnya ada (nempel) di tangki, tangki kan panas. Jadi dia (testis) kepanasan,” kata dr Ponco saat ditemui detikcom di Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).

    “Agar sperma sehat, testis harus lebih dingin dua sampai empat derajat (celsius). Nggak boleh kepanasan testis itu,” sambungnya.

    dr Ponco menambahkan, jika testis berada dalam suhu yang terlalu panas, dia akan berhenti memproduksi sperma karena ada protein yang tidak bekerja. Suhu normal agar testis bisa memproduksi sperma yang baik ada di kisaran 32-34 derajat celsius.

    Dikutip dari Mayo Clinic, ada beberapa cara lain yang bisa dilakukan untuk menjaga sperma agar tetap dalam keadaan sehat.

    1. Menjaga Berat Badan

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan body mass index (BMI) dikaitkan dengan penurunan jumlah sperma dan pergerakan sperma.

    Infeksi menular seksual (IMS) seperti klamidia dan gonore dapat menyebabkan kemandulan pada pria. Untuk menurunkan risiko tertular IMS, jangan memiliki banyak pasangan seksual dan selalu gunakan alat kontrasepsi saat berhubungan seks. Lalu, bisa juga dengan menjalin hubungan hanya dengan satu orang yang tidak mengidap IMS.

    3. Mengelola Stres

    Stres dapat menurunkan kemampuan seseorang untuk berhubungan seks. Stres juga dapat memengaruhi hormon yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan sperma yang sehat.

    (dpy/up)

  • Banyak Gen Z Sudah Kena Batu Ginjal di Usia 20-an, Dokter Ungkap Pemicunya

    Banyak Gen Z Sudah Kena Batu Ginjal di Usia 20-an, Dokter Ungkap Pemicunya

    Jakarta

    Penyakit batu ginjal kini mulai mengintai generasi muda. Tak terkecuali para Generasi Z yang kini memasuki usia 20-an tahun.

    Spesialis urologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Prof dr Ponco Birowo SpU(K), PhD, mengatakan faktor utama penyebab batu ginjal di usia muda adalah kurangnya minum air putih.

    “Paling banyak usia pekerja ya (batu ginjal), 20-an ke atas sampai 50 tahun,” kata dr Ponco saat ditemui di Jakarta Urology Medical Update 2025 (JUMP), di Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).

    “Utamanya orang kena batu ginjal ya karena kurang minum atau dia minum sudah banyaj tapi terlalu banyak berkeringat,” sambungnya.

    dr Ponco menambahkan, jenis air yang dikonsumsi juga harus diperhatikan.

    “Misalnya kalau airnya itu mengandung mineral yang terlalu banyak atau air tanah yang belum diukur mineralnya itu bisa membentuk batu,” katanya.

    Makanan, lanjut dr Ponco juga memengaruhi. Makanan seperti jeroan, emping, yang asin-asin, dan kacang-kacangan juga bisa memicu munculnya batu ginjal.

    “Bisa juga dia ada infeksi, dan itu merangsang batu juga bisa. Obat-obatan juga bisa merangsang batu jika diminum dalam jangka waktu lama, kebanyak obatnya antiretroviral atau berhubungan dengan HIV,” tutupnya.

    (dpy/up)

  • Picu Meninggalnya Juliana Marins di Rinjani, Bagaimana Benturan Bisa Mematikan?

    Picu Meninggalnya Juliana Marins di Rinjani, Bagaimana Benturan Bisa Mematikan?

    Jakarta

    Pendaki asal Brasil, Juliana Marins meninggal dunia setelah terjatuh di jurang Gunung Rinjani. Menurut hasil autopsi, Marins meninggal karena benturan benda keras.

    Ida Bagus Putu Alit, dokter forensik dari RSUP Prof IGNG Ngoerah, Denpasar mengatakan benturan tersebut menyebabkan patah tulang di bagian dada belakang, tulang punggung, dan paha dan memicu perdarahan di dalam tubuh.

    “Jadi kalau kita lihat yang paling terparah, itu adalah yang berhubungan dengan pernapasan. Yaitu ada luka-luka terutama di dada-dada, terutama di dada-dada bagian belakang tubuhnya. Itu yang merusak organ-organ di dalamnya,” beber Alit dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu (28/6/2025).

    Lalu, bagaimana trauma dari benturan benda tumpul bisa menyebabkan kematian?

    Dikutip dari Cleveland Clinic, trauma benda tumpul merupakan penyebab paling umum dari cedera traumatis dan kematian di seluruh dunia.

    Tubuh memiliki pertahanan internal untuk melindungi dari trauma tumpul atau setidaknya membatasi tingkat keparahannya. Perlindungan tersebut didapat dari tulang, jaringan ikat, jaringan lunak, lapisan membran, refleks, rasa nyeri, indera, hingga ruang internal seperti di ronggal perut atau dada.

    Trauma benda tumpul dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk:

    Fraktur tulangGegar otakMemar pada organ dan tulangCedera wajah seperti rahang retak, hidung patah atau fraktur orbitaCedera organ dalam yang lebih parah, seperti pecahnya limpa atau kolapsnya paru-paru (pneumotoraks)Dislokasi sendiKulit robekCedera tulang belakang, termasuk yang menyebabkan paraplegia atau quadriplegia.

    Beberapa gejala trauma benda tumpul sama saja, tidak peduli bagian tubuh mana yang terkena cedera. Gejalanya meliputi:

    NyeriMemar atau kemerahanPembengkakanPerdarahan (ketika kekuatannya cukup untuk merobek atau membelah kulit)

    Namun, beberapa gejala sangat spesifik pada bagian tubuh yang terkena, contohnya meliputi:

    Trauma kepala: Kebingungan, merasa pusing atau pening, atau komaTrauma dada: Kesulitan bernapas, irama jantung tidak teratur, atau kuku atau bibir membiru (sianosis )Trauma perut: Mual dan muntah atau nyeri kambuh (ini terjadi ketika perut ditekan dan nyeri mulai muncul ketika berhenti menekan)

    (dpy/up)

  • Dokter RSCM Ungkap Alasan Masih Banyak WNI Berobat ke LN, Singgung Teknologi Robotik

    Dokter RSCM Ungkap Alasan Masih Banyak WNI Berobat ke LN, Singgung Teknologi Robotik

    Jakarta

    Beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menyebut masih banyak masyarakat Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri.

    Setidaknya, ada sekitar satu juta orang terbang ke luar negeri untuk mendapatkan penanganan medis. Imbasnya, Indonesia mengalami ‘kebocoran’ devisa hingga Rp 200 T per tahun.

    Lantas, mengapa masih banyak pasien yang memilih untuk berobat ke negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, alih-alih di ‘rumah’ sendiri?

    Spesialis urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Prof dr Agus Rizal A.H. Hamid, SpU(K), FICRS, PhD mengatakan salah satu alasannya karena adanya perbedaan kelengkapan alat.

    “Beberapa tahun yang lalu, sebelum ada layanan robotik di Indonesia, itu pasien memilih untuk (berobat) ke luar negeri,” kata Prof Rizal kepada detikcom saat ditemui di Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).

    dr Rizal merupakan salah satu dokter Indonesia yang memiliki banyak sertifikasi pengoperasian robotic surgery. Sejak 2013 silam, dirinya sudah melakukan pelatihan tindakan operasi menggunakan robot di beberapa negara seperti Jerman, India, Singapura, hingga Korea Selatan.

    Namun, sayangnya operasi dengan bantuan robot ini masih belum optimal dilakukan di Indonesia.

    “Memang saat ini masih RS swasta yang memiliki robot, yang sudah ter-install ada tiga RS swasta dan pada perkembangannya saya dengar sudah mulai membeli (robot) tapi belum ter-install,” katanya.

    “Dan tentunya pihak RS pemerintah ini sangat menunggu dari bantuan pemerintah, baik Kementerian Kesehatan, pemerintah pusat, maupun Pemerintah Daerah untuk membantu adanya pelaksanaan dalam robotic surgery,” lanjutnya.

    NEXT: Menguntungkan dokter maupun pasien

    Menurut dr Rizal, operasi dengan bantuan robot dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, baik si dokter itu sendiri maupun pasien.

    “Menurut saya, saya yakin banyak masyarakat kita yang jika terpaksa operasi, mereka ingin dikerjakan di ‘rumah’-nya, di negaranya,” kata Prof Rizal.

    “Dan saya rasa ini terjadi di seluruh negara ya. Jika layanan itu tidak ada di negaranya sendiri, pasti dia (pasien) akan mencari alternatif ke negara sekitarnya,” tutupnya.

  • Virus Hanta Muncul di Bandung, Bahaya atau Bisa Sembuh? Ini Kata Dokter

    Virus Hanta Muncul di Bandung, Bahaya atau Bisa Sembuh? Ini Kata Dokter

    Jakarta

    Infeksi hantavirus atau virus hanta ditemukan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) baru-baru ini. Meski infeksi tersebut bisa memicu komplikasi yang lebih fatal, pasien saat ini dilaporkan sudah sembuh.

    “Saat ini kasus sudah dinyatakan sembuh dan sudah kembali bekerja,” tulis Kementerian Kesehatan RI, menyinggung kasus di KBB, dalam laporan yang dipublikasikan pada Sabtu (21/6/2025).

    Kasus infeksi hantavirus di KBB dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada 20 Mei 2025. Kasus konfirmasi ditemukan di RSUP Hasan Sadikin Kota Bandung.

    Selain kasus di KBB, Kemenkes RI hingga 19 Juni 2025 juga mencatat total 8 kasus infeksi hantavirus di 4 provinsi yakni:

    DI YogyakartaJawa BaratNusa Tenggara TimurSulawesi UtaraApakah Hantavirus Berbahaya?

    Laman The US Center for Disease Control and Prevention (US CDC) menyebut hantavirus merupakan kelompok virus yang dapat memicu penyakit serius dan bahkan mematikan. Kelompok virus tersebut dapat memicu komplikasi sebagai berikut:

    Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS)

    Kemenkes RI menyebut, seluruh kasus yang ditemukan di Indonesia memiliki manifestasi klinis HFRS.

    Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)

    Dikutip dari Mayo Clinic, kasus HPS dapat secara cepat mengancam nyawa. Kondisi keparahan pada HPS dapat dipicu oleh kegagalan jantung memompa oksigen ke seluruh tubuh. Tingkat kematian beragam tergantung jenis virusnya, salah satunya yang ditularkan oleh tikus rusa atau deer mice (Peromyscus) memicu kematian hingga 30-50 persen.

    Gejala yang menyertai HPS dapat muncul pada 4-10 hari sejak fase awal, antara lain:

    fatigue atau kelelahandemamnyeri ototsakit kepalapusingmenggigilgangguan lambung seperti mual, muntah, diare, hingga nyeri perut.

    Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS)

    HFRS dapat berakibat fatal karena mempengaruhi fungsi ginjal. Gejala biasanya muncul dalam 1-2 pekan sejak paparan, dan dalam kasus langka dalam 8 pekan. Gejala awalnya antara lain:

    sakit kepala intensnyeri punggung dan perutdemam dan menggigilmualmata buram.

    Gejala lanjutan dapat berupa:

    tekanan darah rendahaliran darah berkurang (syok akut)perdarahan internal (kebocoran pembuluh darah)gagal ginjal akut.

    Tingkat kematian bervariasi tergantung jenis virus yang menginfeksi. Virus Hantaan dan Dobrava bisa memiliki tingkat kematian hingga 5-15 persen.

    Pengobatan Hantavirus

    US CDC menyebut tidak ada pengobatan yang spesifik untuk hantavirus. Pasien cukup diberi perawatan suportif, mencakup istirahat, hidrasi, dan perawatan sesuai gejala.

    Pencegahan Infeksi

    Infeksi virus hanta menular melalui kontak dengan urine, tinja, liur, dan bahkan tempat bersarang rodentia atau hewan pengerat. Pencegahannya adalah dengan menghindari kontak.

    menerapkan perilaku bersih dan sehatmenjaga kebersihan rumah dan tempat-tempat yang lama tidak dipakaihindari menyentuh rodentia, baik hidup maupun matimengelola sampah dengan benarmenempatkan perangkap tikus untuk mengurangi populasi rodentiamenggunakan alat pelindung diri jika bekerja di lingkungan yang berisiko kontak dengan rodentia.

    (up/up)