Jenis Media: Kesehatan

  • 5 Penyakit Serius yang Kini Banyak Menyerang Usia 20-an di Indonesia

    5 Penyakit Serius yang Kini Banyak Menyerang Usia 20-an di Indonesia

    Jakarta

    Dulu beberapa masalah kesehatan, seperti diabetes dan penyakit jantung, seringkali disebut sebagai ‘penyakit orang tua’. Nyatanya, kini ada semakin banyak anak muda yang mengidap penyakit-penyakit kronis tersebut.

    Kondisi ini disebabkan oleh adanya pergeseran gaya hidup tidak sehat, makanan serba instan, hingga tingkat stres yang semakin tinggi. Ini belum ditambah kurangnya aktivitas fisik yang menjadi salah satu faktor besar pencegahan penyakit serius.

    Penyakit pada Anak Muda

    Setidaknya ada lima masalah kesehatan yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Masalah kesehatan ini menjadi sorotan, lantaran juga semakin banyak anak muda yang mengalaminya. Berikut penjelasan lengkapnya:

    1. Hipertensi

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum di Indonesia. Jika kondisi ini tidak ditangani dengan benar, maka dapat menyebabkan berbagai komplikasi berbahaya seperti penyakit jantung, stroke, hingga gagal ginjal.

    Menurut data Survei Kesehatan Nasional (SKI) 2023, angka prevalensi hipertensi di Indonesia untuk orang-orang berusia 15 tahun ke atas berada di angka 29,2 persen.

    Jika fokus pada kelompok anak muda, prevalensi hipertensi untuk usia 15-24 tahun di angka 9,3 persen dan usia 25-34 dengan 17,4 persen.

    Spesialis jantung dan pembuluh darah dr Berlian Idriansyah Idris, SpJP menuturkan masalah hipertensi memang semakin banyak dialami anak muda. Secara umum, masalah tekanan darah tinggi tidak menunjukkan gejala yang jelas.

    Oleh karena itu, menurutnya pemeriksaan tekanan darah secara rutin perlu dilakukan.

    “Bila sudah didiagnosis hipertensi, pemeriksaan diperlukan untuk melihat dampaknya pada organ, terutama jantung dan ginjal,” kata dr Berlian dalam sebuah wawancara.

    2. Penyakit Jantung

    Menurut SKI 2023, prevalensi kasus penyakit jantung di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter ada di angka 0,85 persen. Untuk kelompok usia 15-24 tahun dan 25-34 tahun prevalensinya sama-sama 0,11 persen.

    dr Berlian menambahkan masalah kardiovaskular, seperti penyakit jantung, juga semakin rentan dialami anak muda. Ini menurutnya berkaitan erat dengan perubahan gaya hidup tidak sehat dan beban stres lebih tinggi.

    Kondisi ini bisa diperparah dengan kenyataan banyak anak muda masih jarang yang rutin memeriksakan kondisi jantungnya ke dokter.

    “Masalah jantung kini banyak dialami anak muda karena gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kurang gerak, diet tinggi garam, lemak, dan gula,” jelas dr Berlian.

    “Sangat mungkin anak muda sering begadang, kurang tidur, yang diketahui berhubungan dengan masalah jantung,” sambungnya.

    3. Stroke

    Stroke adalah kondisi medis serius yang terjadi saat pasokan darah ke otak terganggu, baik karena sumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Jika tidak ditangani segera, stroke dapat menyebabkan kelumpuhan, gangguan bicara, bahkan kematian.

    Stroke tak hanya dialami oleh orang tua. Nyatanya menurut SKI 2023, diungkapkan prevalensi stroke pada kelompok usia 15-24 tahun berada di angka 0,1 persen, sedangkan kelompok usia 25-34 persen di angka 0,5 persen.

    Ini berarti, 1 dari 1.000 anak muda usia 15-24 tahun mengalami stroke, sedangkan untuk kelompok 25-34 tahun ada 5 kasus tiap 1.000 orang.

    Secara keseluruhan, prevalensi stroke untuk pasien di atas usia 15 tahun di Indonesia mencapai 8,3 persen.

    Spesialis saraf dr Reza Aditya Arpandy, SpS menuturkan masalah stroke di usia muda rentan terjadi karena gaya hidup buruk dan faktor risiko yang tidak terkontrol. Padahal, penyakit stroke sebenarnya sangat mungkin dicegah.

    “Stroke, termasuk pada usia muda, umumnya berkaitan dengan faktor risiko yang bisa dicegah, tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi (dislipidemia), gula darah tinggi (diabetes), merokok, obesitas, hingga kurangnya aktivitas fisik,” katanya.

    4. Diabetes Melitus

    Kini juga semakin banyak ditemukan kasus diabetes melitus di Indonesia. Menurut SKI 2023, total prevalensi diagnosis diabetes melitus di Indonesia berada di angka berada di angka 2,2 persen. Sedangkan, dari pemeriksaan kadar gula darah, prevalensinya mencapai 11,7 persen.

    Berdasarkan diagnosis diabetes dari dokter, kelompok usia 15-24 tahun memiliki prevalensi kurang dari 0,05 persen dan kelompok 25-34 tahun berada di angka 0,2 persen.

    Sedangkan, berdasarkan pemeriksaan kadar gula darah, untuk kelompok usia 15-24 tahun prevalensinya di angka 1,8 persen, dan untuk kelompok 25-34 tahun di angka 5,3 persen.

    Sama halnya dengan penyakit tidak menular lain, penyakit diabetes melitus, khususnya tipe dua, di usia muda berkaitan erat dengan pola hidup tidak sehat.

    “Faktor pencetusnya memang obesitas dengan perilaku. Jadi semakin banyak orang diabetes dengan perilaku kesehatan kurang bagus. Dalam hal ini, konsumsi kalori berlebihan. Kalau bicara kalori tentu semua berasal dari karbohidrat, lemak, di antaranya gula simpel. Itu semua ada takarannya,” kata dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD.

    5. Penyakit Ginjal Kronis

    Prevalensi kasus penyakit ginjal kronis di Indonesia menurut SKI 2023 ada di angka 0,18 persen. Sedangkan, untuk prevalensi penyakit ginjal kronis kelompok usia 15-24 ada di angka 0,02 persen, dan kelompok 25-34 dengan 0,07 persen.

    Data juga menunjukkan proporsi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis atau cuci darah. Sebanyak 16,2 persen pasien kelompok 15-24 tahun menjalani cuci darah, sedangkan untuk pasien kelompok usia 25-34 ada di angka 31,4 persen.

    Beberapa waktu lalu sempat viral, kisah pria di Cianjur bernama Ridwan Fadhil mengidap gagal ginjal di usia 20 tahun pada 2022. Semenjak saat itu, ia harus menjalani prosedur cuci darah untuk mempertahankan kualitas hidupnya.

    Ketika berbincang dengan detikcom, ia mengaku dulunya sangat suka minum manis. Ia juga sering begadang, jarang berolahraga, dan mengonsumsi junk food.

    “Intinya jaga pola makan, pola minum sering-sering minum air putih, hindari minuman manis. Juga begadang itu juga ngaruh,” katanya mengingatkan orang-orang untuk tidak melakukan hal yang serupa.

    (avk/tgm)

  • RI Hadapi Tripledemic! Waspadai Penyakit yang Picu Risiko Fatal, Kerap Disangka Flu

    RI Hadapi Tripledemic! Waspadai Penyakit yang Picu Risiko Fatal, Kerap Disangka Flu

    Jakarta

    Indonesia saat ini menghadapi tripledemic, masyarakat bisa terkena tiga serangan wabah sekaligus. Influenza hingga COVID-19 yang belum usai, juga penyakit pernapasan lain dengan beban kasus 8,7 juta infeksi dan 78 ribu di antaranya memerlukan rawat inap.

    “Memang sekarang kita menghadapi tantangan tripledemic, tidak hanya infeksi saluran pernapasan secara umum, tapi COVID-19 masih ada, meski tidak banyak kasusnya dan tidak terlalu infeksius kecuali pada kelompok orang rentan, juga infeksi influenza, dan RSV,” tutur spesialis penyakit dalam Dr dr Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Rabu (9/7/2025).

    Dari ketiga penyakit tersebut, infeksi respiratory syncytial virus (RSV) paling sering diabaikan, yakni pemicu utama infeksi saluran pernapasan akut, termasuk infeksi saluran pernapasan bawah.

    Padahal, risikonya bisa berdampak fatal hingga kematian khususnya pada lansia. Terlebih, gejala RSV yang muncul mirip dengan influenza yakni flu biasa hingga demam.

    “Dan RSV ini lebih menular ketimbang COVID-19,” tandasnya.

    Mengutip suatu riset, dr Sally menjelaskan RSV diprediksi memicu 24,5 juta insiden infeksi saluran pernapasan akut di Asia Tenggara, sementara di Indonesia mencapai 9,7 juta insiden kasus ISPA dalam 5 tahun.

    “Gejalanya pilek, batuk, demam, sakit tenggorokan, bersin, sakit kepala, mengi, sampai kesulitan bernapas. Sehingga sulit dibedakan dari virus pernapasan lainnya seperti influenza atau COVID-19,” kata dia.

    Sayangnya, pada orang dengan sistem imun lemah, infeksi RSV bisa menyebar ke saluran pernapasan bagian bawah dan menyebabkan infeksi sedang sampai berat, seperti pneumonia atau bronkiolitis.

    Pada lansia, kasus RSV bahkan bisa memicu komplikasi masalah jantung hingga gagal jantung. Risikonya lebih besar ketimbang saat terpapar influenza.

    “Saya melihat langsung bagaimana infeksi RSV memperburuk kondisi pasien lansia dengan penyakit penyerta jantung, lansia dengan komplikasi jantung dan pasien gagal jantung memiliki risiko rawat inap akibat RSV 7 kali lebih tinggi, dibandingkan tanpa infeksi virus,” pungkasnya.

    (naf/kna)

  • Krek! Ngeri Banget, Alat Kelamin Pria Ini ‘Patah’ saat Berhubungan Intim

    Krek! Ngeri Banget, Alat Kelamin Pria Ini ‘Patah’ saat Berhubungan Intim

    Jakarta

    Seorang pria di Polandia dilarikan ke unit gawat darurat (UGD) dengan perdarahan hebat dari uretra, tabung tempat pria buang air kecil. Insiden ini terjadi saat pria 28 tahun itu berhubungan seks dengan pasangannya.

    Para petugas medis memperkirakan akan melihat memar, bengkak, atau batang penis yang bengkok atau dikenal dengan ‘eggplant deformity’ atau tanda klasik fraktur penis.

    “Cedera mengerikan ini dapat terjadi selama posisi seksual akrobatik atau bahkan saat berolahraga. Alih-alih melihat kerusakan yang jelas, penis pasien itu tampak normal secara eksternal,” tulis para peneliti yang dipublikasikan di Jurnal Cureus.

    Dikutip dari The Sun, satu-satunya tanda bahwa ada sesuatu yang salah secara serius adalah darah yang mengalir dari ujung penis. Khawatir ada yang tidak beres, petugas medis di Rumah Sakit Spesialis Provinsi Janusz Korczak, di Słupsk, tempat pria itu dirawat, memutuskan untuk melakukan operasi.

    Sesampainya di rumah sakit, tim medis menemukan robekan tersembunyi di bagian bawah penisnya. Itu merupakan cedera langka yang berbahaya yang telah merobek rongga ereksi dan uretra.

    Kulitnya dikupas dan batang penisnya dibilas dengan larutan garam untuk menentukan kerusakannya, sebelum dokter bedah menjahitnya kembali. Pria itu dipulangkan tiga hari kemudian, dengan kateter terpasang dan pulih sepenuhnya.

    Para dokter menyatakan sebagian besar fraktur penis biasanya menyebabkan suara berderak semacam ‘krek’, nyeri, dan pembengkakan. Hal itu karena penis terbuat dari jaringan ereksi yang terbungkus lapisan keras yang disebut tunika albuginea.

    Saat ereksi, lapisan ini meregang kencang. Jika jaringan robek saat berhubungan seks yang tidak disengaja, akan menimbulkan suara berderak dan menyebabkan cedera.

    “Namun, sebanyak 20 persen kasus juga melibatkan cedera uretra. Hal yang patut dicurigai jika terdapat perdarahan dari uretra atau kesulitan buang air kecil,” jelas peneliti.

    “Meskipun jarang terjadi, ruptur gabungan uretra dan korpus kavernosa setelah hubungan seksual dapat terjadi dan memerlukan diagnosis dan perbaikan bedah yang cepat,” sambungnya.

    Jika tidak ditangani, cedera ini dapat menyebabkan masalah jangka panjang seperti disfungsi ereksi dan jaringan parut.

    Dalam kasus yang jarang terjadi, bakteri dapat masuk melalui robekan dan menyebabkan infeksi serius yang disebut urosepsis. Ini dimulai di saluran kemih, tetapi dapat dengan cepat berkembang menjadi sepsis yang mengancam jiwa saat tubuh bereaksi berlebihan terhadap infeksi.

    (sao/kna)

  • Sederet Gejala Awal yang Jadi Tanda Penyakit Tiroid

    Sederet Gejala Awal yang Jadi Tanda Penyakit Tiroid

    Jakarta

    Penyakit tiroid merupakan istilah umum untuk menggambarkan kondisi medis yang menyebabkan kelenjar tiroid tidak mampu memproduksi hormon dalam jumlah yang seimbang. Gangguan ini dapat dialami oleh siapa saja, baik pria maupun wanita.

    Secara umum, terdapat dua jenis utama penyakit tiroid, yakni hipotiroidisme atau kelenjar tiroid kurang aktif, dan hipertiroidisme atau kelenjar tiroid terlalu aktif. Masing-masing kondisi memiliki berbagai kemungkinan penyebab, mulai dari faktor autoimun hingga gangguan langsung pada fungsi kelenjar itu sendiri.

    Meski dapat dikendalikan dengan pengobatan, penyakit tiroid tetap membawa perubahan besar dalam kehidupan pengidapnya. Hal inilah yang dialami oleh Ian, seorang pria di Inggris yang didiagnosis mengalami hipertiroidisme pada usia 52 tahun.

    Dikutip dari British Thyroid Foundation, Ian bercerita gejala awal yang ia alami meliputi penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas sekitar 13 pon atau 5,8 kg, kulit menjadi lebih pucat, detak jantung yang cepat, serta rasa lelah yang berkepanjangan.

    Meskipun telah menjalani berbagai pemeriksaan, penyebab pastinya belum dapat dipastikan, karena hasil tes tidak menunjukkan adanya penyakit Graves maupun nodul pada tiroid. Ian baru mendapat diagnosis hipertiroidisme setelah menjalani tes darah di klinik dokternya. Hasil pemeriksaan tersebut langsung dikirim sebagai rujukan darurat dan ditindaklanjuti hanya dalam waktu 24 jam.

    ‘Bagian tersulit di awal adalah ketika dokter berkata ‘kita belum bisa menyingkirkan kemungkinan buruk pada tahap ini’. Berbagai macam hal terlintas di benak saya, terutama dengan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Rasanya lega (dengan cara yang lucu) ketika saya mengetahui diagnosisnya,” ucap Ian.

    Setelah itu, Ian mulai menjalani pengobatan. Beberapa waktu kemudian, pemindaian tiroid yang dilakukan di rumah sakit tidak menunjukkan adanya masalah lebih lanjut. Pada pemeriksaan darah terakhir, kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH) Ian telah kembali ke kisaran normal. Ia kini menunggu jadwal evaluasi lanjutan di rumah sakit untuk menentukan apakah pengobatannya dapat dihentikan sepenuhnya atau tetap dilanjutkan dalam dosis rendah.

    Berat badan Ian juga telah kembali naik, penampilannya pun tampak lebih sehat. Ia dijadwalkan menjalani tes darah kembali. Jika hasilnya stabil, frekuensi pemeriksaan dapat dikurangi menjadi tiga bulan sekali, dibanding sebelumnya yang dilakukan setiap enam minggu.

    “Saya masih tidak yakin apakah saya akan memerlukan pengobatan seumur hidup atau hanya untuk sementara. Sayangnya, prosesnya memang memakan waktu, tetapi saya percaya pada dokter untuk memastikan saya tetap sehat,” Imbuh Ian.

    1. Gejala Penyakit Tiroid

    Ada berbagai gejala yang dapat dialami saat mengidap penyakit tiroid. Sayangnya, gejala-gejala ini sering kali menyerupai tanda-tanda dari kondisi medis lain atau bahkan perubahan yang umum terjadi dalam tahap kehidupan tertentu.

    Hal ini membuat deteksi gangguan tiroid menjadi lebih sulit, karena banyak orang tidak menyadari keluhan yang dialami sebenarnya berkaitan dengan masalah pada kelenjar tiroid.

    Secara umum, gejala penyakit tiroid dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu gejala yang berkaitan dengan kelebihan hormon tiroid (hipertiroidisme) dan kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme). Kedua kondisi ini sering menunjukkan gejala yang saling bertolak belakang. Hal ini karena hipertiroidisme mempercepat metabolisme, sementara hipotiroidisme memperlambat metabolisme.

    Gejala hipertiroidisme

    Denyut jantung lebih cepat dari biasanya ( takikardia )Kesulitan tidurPenurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskanMerasa sensitif terhadap panasKulit lembap dan berkeringatMerasa cemas, mudah tersinggung, atau gugupSiklus menstruasi tidak teratur atau tidak adanya menstruasi ( amenore )

    Gejala Hipotiroidisme

    Detak jantung lebih lambat dari biasanyaMerasa lelah ( fatique )Kenaikan berat badan yang tidak dapat dijelaskanMerasa sensitif terhadap dinginKulit kering dan rambut kering dan kasarSuasana hati tertekanPeriode menstruasi berat (menoragia)

    Secara umum, penyakit tiroid tidak dapat dicegah, karena sebagian besar kasusnya berkaitan dengan faktor genetik atau kondisi autoimun yang berada di luar kendali individu.

    Apabila mengalami gejala hipertiroidisme atau hipotiroidisme, atau melihat adanya perubahan fisik di area leher tempat kelenjar tiroid berada, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga medis. Diagnosis yang tepat dan penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

    Jika memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tiroid, informasi tersebut juga perlu disampaikan kepada tenaga medis agar dapat dicatat dalam riwayat kesehatan. Penyakit tiroid diketahui memiliki kecenderungan genetik dan sering kali diturunkan dalam keluarga. Mengetahui riwayat kesehatan keluarga akan membantu dalam proses evaluasi dan penanganan bila mengalami gejala gangguan tiroid.

    (suc/tgm)

  • Video Dokter Sebut RS Gaza Akan Berubah Jadi Kuburan Bagi Para Pasiennya

    Video Dokter Sebut RS Gaza Akan Berubah Jadi Kuburan Bagi Para Pasiennya

    Video Dokter Sebut RS Gaza Akan Berubah Jadi Kuburan Bagi Para Pasiennya

  • Heboh Lee Si Young Hamil Anak Kedua Lewat Prosedur Bayi Tabung setelah Bercerai

    Heboh Lee Si Young Hamil Anak Kedua Lewat Prosedur Bayi Tabung setelah Bercerai

    Jakarta

    Aktris Korea Selatan Lee Si-young, 43, mengungkapkan bahwa ia saat ini sedang mengandung embrio yang diciptakan bersama mantan suaminya melalui program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF), meskipun sang mantan suami tidak memberikan persetujuan.

    Lee Si-young menjelaskan bahwa ia dan mantan suaminya telah mempersiapkan anak kedua melalui program IVF selama pernikahan mereka. Namun, waktu berlalu tanpa adanya implantasi embrio dan pasangan tersebut mulai membahas perceraian.

    Saat perpisahan resmi mereka diresmikan, masa penyimpanan embrio beku mereka selama lima tahun hampir berakhir. Dihadapkan dengan pilihan untuk membuang embrio atau melanjutkan implantasi, Lee mengatakan ia memilih yang terakhir.

    “Meskipun mantan suami saya tidak setuju dengan keputusan tersebut, saya telah memutuskan untuk bertanggung jawab penuh atas pilihan yang saya buat,” tulisnya. “Saya tidak tega membuang embrio yang telah menunggu selama ini.”

    Mantan hakim Pengadilan Keluarga Seoul, pengacara Lee Hyun Gon, menyatakan bahwa aktris Lee Si Young mungkin menghadapi tanggung jawab hukum setelah mengungkapkan bahwa ia hamil melalui program bayi tabung menggunakan embrio beku yang dibuat selama pernikahannya, tanpa persetujuan mantan suaminya.

    “Mungkin ada tanggung jawab hukum yang dipermasalahkan terkait kelahiran melalui program bayi tabung tanpa izin mantan suaminya. Hubungan antara kedua belah pihak dan hubungan ayah-anak adalah masalah yang terpisah,” kata Lee Hyun dikutip dari Chosun Daily.

    Menyoal program bayi tabung atau IVF

    Dikutip dari Mayo Clinic, program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF), adalah serangkaian prosedur kompleks yang dapat menghasilkan kehamilan. Selama fertilisasi in vitro, sel telur matang diambil dari ovarium dan dibuahi oleh sperma di laboratorium.

    Setelah itu prosedur selanjutnya dilakukan untuk menempatkan satu atau lebih sel telur yang telah dibuahi, yang disebut embrio, ke dalam rahim, tempat bayi berkembang. Satu siklus penuh IVF memakan waktu sekitar 2 hingga 3 minggu. Terkadang, langkah-langkah ini dibagi menjadi beberapa bagian dan prosesnya bisa memakan waktu lebih lama.

    Fertilisasi in vitro adalah jenis perawatan kesuburan paling efektif yang melibatkan penanganan sel telur atau embrio dan sperma. Secara keseluruhan, rangkaian perawatan ini disebut teknologi reproduksi berbantuan.

    (kna/kna)

  • Kemenkes Bicara Potensi Warga +62 Capai Umur 100 Tahun, Mungkinkah?

    Kemenkes Bicara Potensi Warga +62 Capai Umur 100 Tahun, Mungkinkah?

    Jakarta

    Angka usia harapan hidup di Indonesia relatif meningkat dari semula 72,13 tahun pada 2023, menjadi 72,39 tahun di 2024. Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes RI Imran Pambudi menyebut peningkatan ini dibarengi dengan tren lansia usia 60 tahun ke atas juga terus bertambah.

    Saat ini, sekitar 12 persen dari penduduk di Indonesia atau sekitar 32,4 juta jiwa adalah lansia. Diperkirakan peningkatan akan bertambah menjadi 16 persen pada 2045 dengan jumlah lansia 48 juta jiwa.

    Menurut dr Imran, ada banyak faktor di balik peningkatan usia harapan hidup. Hal yang terpenting adalah pola hidup atau pola makan dan status gizi lansia.

    Saat lansia menua dengan sehat, status gizi mereka kerap terpantau. Sayangnya, tren tersebut tidak terjadi secara merata di seluruh wilayah, melainkan hanya kota-kota besar.

    Bila ingin berkaca pada negara blue zone, salah satunya Jepang dengan rata-rata angka harapan hidup 100 tahun, diperlukan perbaikan gizi yang merata di seluruh wilayah.

    “Peningkatan harapan hidup, pola hidupnya, makanannya, terutama juga masalah gigi, gigi jangan dianggap remeh begitu orangtua ada masalah gigi, akhirnya nggak bisa makan, nutrisinya jelek, akhirnya dia akan lebih mudah jatuh ke penyakit-penyakit lainnya,” beber dia, saat menanggapi kemungkinan usia rata-rata warga Indonesia ke depan mencapai 100 tahun.

    “Jadi yang utama itu nutrisinya bagus dan status imunisasinya baik,” lanjutnya, saat ditemui di Jakarta Pusat, Rabu (9/7/2025).

    Melalui hasil cek kesehatan gratis, lansia terbanyak menghadapi kondisi hipertensi yang bisa memicu komplikasi penyakit jantujng juga stroke. dr Imran menyebut hal ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk lebih luas menyiapkan akses layanan fasilitas kesehatan agar risiko kematian akibat penyakit tersebut bisa dicegah dengan skrining lebih awal.

    “Jadi kita upayakan juga agar akses layanan kepada faskes mereka lebih dekat, dengan salah satunya cek kesehatan gratis,” tandas dia.

    “Juga kalau ada masalah mereka bisa berobat lebih dekat,” pungkasnya.

    (naf/kna)

  • Mayapada Hospital Sediakan MCU Khusus Runner di Pocari Sweat Run 2025

    Mayapada Hospital Sediakan MCU Khusus Runner di Pocari Sweat Run 2025

    Jakarta

    Mayapada Hospital menyediakan layanan Medical Check Up (MCU) Runner agar pelari bisa lari dengan aman dan performa tetap maksimal saat lomba. Hal ini dilakukan sebagai official medical partner Pocari Sweat Run Indonesia 2025, untuk memastikan kondisi tubuh pelari benar-benar siap.

    Menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Ekokardiografi di Mayapada Hospital Bandung, dr. Mohammad Rizki Akbar, Sp.JP(K), MCU berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan secara menyeluruh, mulai dari kebugaran, keluhan tersembunyi, hingga potensi penyakit yang tak disadari. Ini membantu pelari memahami kapasitas tubuh dan menghindari resiko cedera.

    “Selain itu, MCU berguna untuk memastikan organ dalam tubuh mampu mendukung aktivitas fisik yang intens, mulai dari kondisi jantung, ginjal untuk menyeimbangkan cairan dan tekanan darah, organ hati bekerja secara optimal, dan memastikan kecukupan sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh.” jelas Dokter Rizki dalam keterangan tertulis, Kamis (10/7/2025).

    MCU biasanya terdiri dari rangkaian pemeriksaan mencakup pemeriksaan jantung dengan EKG, pemeriksaan laboratorium, hingga pemeriksaan oleh dokter spesialis kedokteran olahraga atau kedokteran fisik dan rehabilitasi untuk mengevaluasi kondisi fisik dan tingkat kebugaran pelari secara menyeluruh.

    Sementara itu, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Mayapada Hospital Bandung, dr. Alvin Wiharja, Sp.KO, MMRS menambahkan, pelari juga dapat menjalani tes VO2 Max untuk mengetahui jumlah maksimal oksigen dan mengukur kapasitas jantung dan paru selama olahraga.

    “Semakin tinggi nilai VO2 Max, berarti semakin bugar dan optimal untuk olahraga. Tes ini juga menilai performa atletik dan membantu merancang program latihan yang efektif dengan intensitas, durasi, serta jenis latihan sesuai kebutuhan individu,” imbuh Dokter Alvin Wiharja.

    Menjelang acara Pocari Sweat Run Indonesia 2025 di Bandung pada 19-20 Juli mendatang, runners bisa mengecek kesiapan tubuh di Mayapada Hospital untuk membantu pelari #secureMYstep melalui layanan MCU Runner, VO2 Max, konsultasi bersama Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, hingga self-health assessment untuk menilai kesiapan tubuh untuk mewujudkan safe running.

    Mayapada Hospital juga menghadirkan Sport Injury Treatment & Performance Center (SITPEC), layanan kesehatan khusus kebugaran dan olahraga yang menyediakan program skrining, peningkatan performa olahraga, pencegahan, dan penanganan cedera bersama tim dokter multidisiplin dan fisioterapis profesional yang dilengkapi fasilitas modern seperti gym, VO2 Max, dan Body Composition Analysis.

    Seluruh layanan SITPEC dapat diakses melalui aplikasi MyCare untuk menjadwalkan konsultasi dan menghubungi layanan dengan cepat. Ada pula fitur Personal Health yang terkoneksi ke Google Fit atau Health Access untuk memantau langkah kaki, kalori terbakar, detak jantung, dan Body Mass Index (BMI). Ragam tips kesehatan dan olahraga lainnya juga tersedia dalam fitur Health Articles & Tips.

    Unduh aplikasi MyCare di Google Play Store dan App Store sekarang! Dapatkan reward point saat registrasi pertama yang bisa digunakan sebagai potongan harga layanan di seluruh unit Mayapada Hospital.

    (akd/ega)

  • Dampak Lewatkan Sarapan di Pagi Hari, Termasuk Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

    Dampak Lewatkan Sarapan di Pagi Hari, Termasuk Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

    Jakarta

    Melewatkan sarapan di pagi hari adalah kebiasaan yang sering dilakukan oleh banyak orang. Hal ini disebabkan oleh sejumlah alasan, mulai dari tak merasa lapar atau ingin menurunkan berat badan.

    Padahal, sarapan penting untuk mengakhiri puasa semalaman dan menstabilkan kadar gula darah. Jika dilewatkan, tubuh bisa kekurangan energi, sulit fokus, dan cenderung makan berlebihan di siang hari. Bahkan melewatkan sarapan secara terus-menerus tanpa perencanaan pola makan yang baik sepanjang hari justru dapat menghambat pencapaian tujuan kesehatan.

    “Melewatkan sarapan bukan hanya soal rasa lapar; itu adalah kesempatan yang hilang untuk memberi nutrisi pada tubuh dan pikiran secara optimal,” jelas Claire Rifkin, MS, RDN, ahli gizi asal New York City yang juga pendiri praktik kesehatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi perempuan.

    1. Dampak Melewatkan Sarapan

    Melewatkan sarapan dapat menimbulkan berbagai efek, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dikutip dari Eating Well, berikut ini beberapa dampak yang bisa dirasakan.

    Lemas

    Menurut Marcie Vaske, MS, LN, CNS, saat seseorang bangun di pagi hari, kadar glukosa dalam darah berada pada tingkat yang lebih rendah. Jika kondisi ini dibiarkan terlalu lama tanpa asupan makanan, dapat menyebabkan kelelahan fisik, termasuk munculnya gejala seperti kebingungan atau brain fog. Sarapan secara teratur menjadi penting karena otak sangat bergantung pada glukosa untuk dapat berfungsi secara optimal.

    Senada, buku Recent Developments in Applied Microbiology and Biochemistry (2021), menjelaskan, glukosa adalah sumber energi utama bagi otak, dan glukosa sebagian besar berasal dari karbohidrat. Oleh karena itu, asupan karbohidrat yang cukup melalui sarapan membantu menjaga kestabilan kadar gula darah, yang pada gilirannya berperan dalam meningkatkan energi, fokus mental, serta kinerja kognitif secara keseluruhan.

    Mengganggu Keseimbangan Hormon

    Terlalu lama menahan lapar dapat menurunkan kadar gula darah dan mengganggu keseimbangan hormon tubuh. Menurut Endocrine Society, salah satu hormon yang terpengaruh adalah kortisol, yakni hormon stres yang berperan penting dalam mengatur suasana hati, respons terhadap tekanan, serta kemampuan dalam menghadapi berbagai situasi harian.

    Dokter keluarga di Amerika Serikat (AS), Laura Purdy, MD, MBA,menjelaskan kadar kortisol biasanya berada pada tingkat tertinggi saat seseorang bangun di pagi hari, kemudian perlahan menurun sepanjang hari.

    “Makan sarapan pagi dapat membantu mengelola kadar ini dan stres, memberi Anda dorongan mental untuk menjalani hari,” katanya.

    Perubahan Mood atau Cemas

    Ketika keseimbangan hormon terganggu, wajar jika tubuh terasa tidak nyaman atau lebih rentan mengalami perubahan suasana hati. Sebelum menyimpulkan penyebabnya terlalu jauh, ada baiknya meninjau kembali pola makan dalam beberapa waktu terakhir-terutama kebiasaan melewatkan sarapan.

    Sebuah studi tahun 2020 yang dimuat dalam jurnal Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity dan melibatkan 21.972 mahasiswa menemukan, kebiasaan melewatkan sarapan, baik secara rutin maupun tidak, berkaitan dengan penurunan tingkat kebahagiaan, serta peningkatan risiko depresi dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).

    “Jika kadar kortisol terus-menerus tinggi, kadarnya dikaitkan dengan kecemasan dan depresi. Berita baiknya? Sarapan adalah kesempatan awal untuk menyehatkan otak dan kesehatan mental Anda. ” ucap Rifkin.

    “Kekurangan nutrisi yang mendukung otak, seperti asam lemak omega-3 dan vitamin B, terkait dengan gangguan suasana hati, dan makanan sarapan dapat menyediakannya. Sarapan yang bergizi lebih dari sekadar bahan bakar fisik; sarapan merupakan komponen penting dalam menjaga kesehatan mental dan emosional,” lanjutnya.

    Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

    Melewatkan waktu makan, khususnya sarapan, dapat membawa dampak serius dalam jangka panjang, termasuk meningkatkan risiko penyakit jantung. Sejumlah penelitian telah menunjukkan hubungan antara kebiasaan tidak sarapan dengan kesehatan kardiovaskular yang buruk.

    Sebuah meta-analisis tahun 2019 yang diterbitkan dalam American Journal of Cardiology menemukan, melewatkan sarapan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Hal ini diduga berkaitan dengan gangguan metabolik yang muncul, seperti fluktuasi kadar gula darah, kecenderungan makan berlebihan di kemudian hari, serta keterkaitan dengan gaya hidup tidak sehat yang berkontribusi terhadap risiko penyakit jantung.

    Tinjauan lain pada tahun 2020 yang dimuat dalam jurnal Obesity juga mencatat bahwa individu yang tidak sarapan cenderung memiliki kadar kolesterol LDL (low-density lipoprotein) yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang rutin sarapan. LDL sendiri merupakan jenis kolesterol yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke jika kadarnya berlebihan.

    Studi tambahan dari American Heart Association juga menyoroti berbagai penelitian terkait efek melewatkan sarapan terhadap kesehatan jantung dan penyakit kronis lainnya. Meskipun belum ada konsensus tunggal akibat kompleksitas faktor penyebab penyakit jantung, data menunjukkan, mereka yang rutin sarapan dan menjaga waktu makan cenderung memiliki profil kesehatan jantung yang lebih baik dibandingkan yang tidak.

    Menurut Maggie Berghoff, praktisi pengobatan fungsional dan pendiri DetoxDaily di AS, yang terpenting bukan hanya soal waktu makan, tetapi juga pola pikir serta kualitas nutrisi yang dikonsumsi.

    “Yang terpenting adalah pola pikir dan perhatian terhadap jenis makanan yang Anda konsumsi, mendapatkan nutrisi berkualitas dalam pola makan Anda, dan secara konsisten menerapkan kebiasaan gaya hidup sehat,” katanya.

    Memperlambat Metabolisme Tubuh

    Sebagian orang sengaja melewatkan sarapan dengan harapan dapat menurunkan berat badan. Namun, kebiasaan ini justru dapat menghambat proses penurunan berat badan dengan memengaruhi fungsi metabolisme tubuh.

    Menurut ahli diet nutrisi fungsional dari Georgia, Stephanie Darby, RD, ketika tubuh tidak mendapatkan asupan energi di pagi hari, ia akan mulai mencari cadangan energi dari jaringan lemak dan otot. Proses ini memerlukan energi tambahan, sehingga tubuh secara alami akan memperlambat proses metabolisme untuk menghemat energi dan mempertahankan fungsi vital.

    Akibatnya, metabolisme melambat untuk memungkinkan konservasi energi ini terjadi, menurunkan tingkat energi dan menyimpan cadangan apa pun dalam jaringan lemak untuk kebutuhan selanjutnya,” kata Darby.

    Darby menjelaskan, hal ini merupakan bagian dari mekanisme bertahan hidup alami tubuh ketika tidak mengetahui kapan asupan makanan berikutnya akan datang. Oleh karena itu, mengonsumsi sarapan justru merupakan pilihan yang lebih sehat dan berkelanjutan untuk mendukung penurunan berat badan serta menjaga kesehatan metabolisme.

    2. Manfaat Sarapan

    Dikutip dari Better Health, banyak penelitian telah menunjukkan sarapan memberikan berbagai manfaat kesehatan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, sarapan dapat meningkatkan energi dan kemampuan konsentrasi. Sementara dalam jangka panjang, kebiasaan sarapan dikaitkan dengan pengelolaan berat badan yang lebih baik serta penurunan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

    Sarapan juga berperan penting dalam mencukupi kebutuhan gizi harian. Orang yang rutin sarapan cenderung lebih mampu memenuhi asupan vitamin dan mineral harian yang direkomendasikan dibandingkan mereka yang tidak sarapan.

    Vitamin, mineral, dan nutrisi penting lainnya hanya bisa diperoleh melalui makanan. Meskipun tubuh dapat menyimpan energi dari makanan sebelumnya, asupan nutrisi mikronutrien seperti vitamin dan mineral tetap perlu ditambah secara berkala agar fungsi tubuh tetap optimal. Oleh karena itu, sarapan menjadi momen penting untuk mendukung kesehatan dan menjaga vitalitas sepanjang hari.

    3. Waktu Terbaik untuk Sarapan

    Dari perspektif metabolisme, sarapan sebelum pukul 08.30 pagi dianggap ideal. Pada waktu ini, tubuh berada dalam kondisi paling sensitif terhadap insulin, yang dapat memproses karbohidrat lebih efisien. Hal ini dapat membantu menstabilkan kadar gula darah dan menjaga energi tetap optimal sepanjang hari.

    Dikutip dari Today, temuan ini sejalan dengan hasil penelitian 2023 yang diterbitkan di Jurnal Nature Communications, menunjukkan sarapan setelah pukul 09.00 pagi dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Artinya, waktu sarapan yang lebih awal kemungkinan juga memberikan manfaat bagi kesehatan jantung.

    Selain itu, beberapa studi menunjukkan bahwa makan lebih awal dapat membantu mengatur nafsu makan dan mengurangi asupan kalori secara keseluruhan. Konsumsi kalori di pagi hari diketahui berkaitan dengan penurunan berat badan yang lebih efektif, mengontrol kadar trigliserida, pengendalian glukosa yang lebih baik, serta penurunan rasa lapar di sepanjang hari.

    4. Rekomendasi Makanan

    Sarapan yang baik biasanya tinggi serat, protein, lemak sehat , dan mikronutrien. Dikutip dari Healthline, berikut daftar makanannya.

    Telur

    Telur merupakan sumber protein yang penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan massa otot. Selain itu, mengonsumsi telur dapat membantu memberikan rasa kenyang lebih lama, sehingga berpotensi mendukung pola makan yang lebih terkontrol.

    Oatmeal

    Oatmeal berasal dari oat yang digiling pipih (rolled oats) atau dipotong kasar (steel-cut oats). Makanan ini mengandung serat larut yang disebut beta-glucan, yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dan glukosa dalam darah, serta memiliki sifat antioksidan dan prebiotik.

    Lemak Sehat

    Dikutip dari Hopkins Medicine, lemak berperan penting dalam menambah rasa dan daya tarik pada makanan, termasuk menu sarapan. Ahli gizi klinis Regina Shvets dari Sibley Memorial Hospital menyarankan untuk menambahkan sumber lemak sehat pada waktu sarapan guna meningkatkan energi, menjaga kesehatan jantung, serta membantu mengontrol kadar gula darah. Beberapa pilihan lemak sehat yang direkomendasikan antara lain:

    AlpukatKacang-kacangan seperti kenari, almond, dan pecanBiji-bijian seperti biji labu dan biji bunga matahariSelai kacang atau mentega yang terbuat dari kacang dan biji sehatIkan salmon asap

    (suc/tgm)

  • Studi: Pria Cenderung Gugat Cerai Jika Istrinya Sakit, Wanita Sebaliknya

    Studi: Pria Cenderung Gugat Cerai Jika Istrinya Sakit, Wanita Sebaliknya

    Jakarta

    Sebuah studi oleh peneliti Italia yang diterbitkan dalam Journal of Marriage and Family mempertimbangkan hubungan antara kesehatan dan tingkat perceraian pada orang dewasa yang lebih tua. Mereka menemukan pria cenderung menggugat cerai jika istrinya sakit.

    Studi ini menggunakan data selama 18 tahun, mulai dari tahun 2004 hingga 2022, dari 25.542 pasangan heteroseksual Eropa berusia 50 hingga 64 tahun.

    Hasilnya menunjukkan beberapa hal yang mengejutkan. Ketika istri jatuh sakit atau mengalami keterbatasan fisik, tingkat perceraian mulai meningkat.

    “Sebaliknya, risiko perceraian tidak berubah secara signifikan ketika pria mengalami kesehatan yang dinilai buruk atau keterbatasan aktivitas dibandingkan dengan pasangan yang kesehatannya baik,” kata penulis studi dikutip dari SCMP.

    Pola baru ‘perpecahan perak’

    Psikolog Amerika Mark Travers, dengan gelar dari Cornell University di New York State dan University of Colorado Boulder, di Amerika Serikat, berpendapat bahwa hasil studi ini sebagian besar disebabkan oleh peran gender yang telah terbentuk selama beberapa dekade.

    Dipengaruhi secara sosial sejak usia dini untuk menghargai keterampilan domestik, perempuan telah memikul beban tanggung jawab yang tidak adil di rumah, ujarnya.

    “Harapan mendalam bahwa seorang istri akan selalu memastikan rumah tangga berjalan lancar begitu mengakar, sehingga setiap penyimpangan dari peran ini dapat terasa seperti, atau dianggap sah, sebagai keretakan dalam ikatan pernikahan,” tulisnya di majalah Psychology Today.

    Ini bukanlah studi pertama yang menunjukkan bahwa pernikahan lebih mungkin berakhir ketika seorang istri sakit parah dibandingkan ketika seorang suami sakit. Dalam sebuah studi terhadap orang-orang yang telah menikah yang didiagnosis menderita tumor otak atau multiple sclerosis, pasangannya lebih mungkin “ditinggalkan” ketika istrinya yang sakit.

    Dalam kasus-kasus tersebut, 21 persen pernikahan berakhir. Ketika suami yang sakit parah, hanya 3 persen pasangan yang bercerai.

    Dalam banyak budaya, perempuan secara tradisional merupakan pengasuh utama dalam keluarga. Ketika seorang istri jatuh sakit, sang suami mungkin kesulitan beradaptasi dengan peran pengasuh, atau sang istri mungkin tidak puas dengan perawatan yang diterimanya. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan dan ketidakpuasan dalam pernikahan.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Cerita Mona Ratuliu Bahas Perkembangan Mima Atasi Masalah Kesehatan Mental”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)