Asah Otak
Aida Adha Siregar – detikHealth
Sabtu, 06 Des 2025 13:02 WIB
Jakarta – Kalau kamu merasa bisa berpikir secepat kilat, jangan sombong dulu! Coba pecahkan 3 tebak gambar ini dalam hitungan detik.

Asah Otak
Aida Adha Siregar – detikHealth
Sabtu, 06 Des 2025 13:02 WIB
Jakarta – Kalau kamu merasa bisa berpikir secepat kilat, jangan sombong dulu! Coba pecahkan 3 tebak gambar ini dalam hitungan detik.

Jakarta –
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) memastikan kebutuhan obat-obatan dan bahan medis habis pakai bagi warga terdampak bencana Sumatera masih tercukupi. Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Lucia Rizka Andalusia.
Rizka menjelaskan, salah satu risiko kesehatan yang kerap muncul di lokasi bencana adalah luka akibat terkena benda tajam seperti seng atau paku. Untuk mencegah infeksi serius, terutama tetanus, Kemenkes menyiapkan anti tetanus serum bagi korban.
“Kalau ada bencana, banyak yang terkena luka akibat seng atau paku. Kita berikan serumnya, anti tetanus serum untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi,” ujar Rizka dalam konferensi pers, Jumat (5/12/2025).
Ia menegaskan bahwa hingga saat ini seluruh kebutuhan logistik kesehatan, mulai dari obat-obatan, bahan medis habis pakai, hingga dukungan pelayanan dasar, masih dapat dipenuhi dan didistribusikan dengan baik ke wilayah terdampak.
Rizka juga menambahkan, tidak ada hambatan berarti dalam pemenuhan logistik kesehatan untuk para pengungsi maupun fasilitas kesehatan di wilayah bencana Sumatera.
“Semua bisa dipenuhi terutama untuk pelayanan kesehatan dasar buat masyarakat di kamp-kamp pengungsian maupun di rumah sakit,” ujarnya.
Halaman 2 dari 2
(suc/kna)

Jakarta –
Janji kulit putih instan yang ditawarkan produk skincare ilegal atau tidak berizin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyimpan bahaya tersembunyi yang bersifat permanen, bahkan mengancam nyawa.
Dokter spesialis kulit memperingatkan bahwa penggunaan krim yang mengandung bahan berbahaya seperti merkuri atau hidrokuinon dosis tinggi bukan hanya merusak kulit, tetapi juga organ vital di dalam tubuh.
“Kenapa kita concern sekali kan sama krim-krim yang tidak bertanggung jawab ini? Karena pertama, dia kan menawarkan hasil yang singkat, langsung putih,” ujar dr Idrianti Idrus, SpDVE dalam temu media Regenesis, Jumat (5/12/2025).
Putih Instan karena Kerusakan
Menurut dr Idrianti, hasil putih instan tersebut bukan karena kulit sehat, melainkan akibat proses yang dipaksakan. Ini terjadi karena “over exfoliation” (pengelupasan berlebihan) yang menekan pigmen kulit sehingga tidak terjadi penggelapan (hiperpigmentasi).
Namun, efek jangka pendeknya sudah terlihat.
“Biasa itu jadi akan lebih iritasi, merah-merah, karena terjadi over exfoliation, seperti yang tadi hidrokuinon dan juga merkuri,” jelasnya.
Selain iritasi, kulit yang ‘putih’ secara paksa tersebut justru akan memperlihatkan pembuluh darah yang nampak, yang pada akhirnya memicu jerawat berulang.
Ancaman Jangka Panjang: Flek Hingga Gagal Ginjal
Bahaya yang paling serius muncul dalam jangka panjang. Ketika pengguna menghentikan pemakaian krim ilegal, flek hitam akan muncul kembali dan menjadi lebih parah. Kondisi ini disebut okronosis.
Okronosis bukan sekadar flek biasa. Spesialis kulit dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ini menjelaskan bahwa ochronosis bisa bersifat exogenous (di luar kulit) atau berkembang menjadi endogenous (di dalam tubuh).
“Jadi, kalau misalnya kamu pernah lihat lidah yang titik-titik hitam, itu ada. Dia sudah masuk ke dalam,” ungkapnya, memperingatkan bahwa kerusakan sudah meresap secara sistemik.
Gagal Ginjal dan Cacat Janin
Dampak sistemik yang paling mematikan adalah ancaman kerusakan organ.
“Efek samping dari yang banyak saya laporan itu, tadi gagal ginjal. Kalau dipakai jangka panjang,” tegas dr Idrianti.
Bagi ibu hamil, bahayanya bahkan lebih fatal. Kandungan zat berbahaya yang terserap ke dalam darah dapat memengaruhi janin.
“Bisa menjadi cacat janin. Karena sudah terjadi peresapan di dalam darah, sehingga kan nanti janin akan mengambil nutrisi dari si ibu,” lanjutnya.
Hal ini akan memicu gangguan pertumbuhan tulang, gangguan pertumbuhan otak, dan masalah perkembangan janin lainnya. Oleh karena itu, dia mengimbau untuk selalu memeriksa izin BPOM pada produk skincare yang digunakan dan menghindari janji hasil instan yang berujung pada kerusakan permanen.
Halaman 2 dari 2
(kna/kna)

Jakarta –
Fenomena konten pendek seperti TikTok dan Reels memang menghibur, namun istilah ‘brain rot’ yang kini populer menunjukkan kekhawatiran tentang dampaknya pada kesehatan otak.
Menurut spesialis neurolog dr Ade Wijaya, SpN, rangsangan eksternal seperti video TikTok, Reels, atau konten media sosial lainnya pasti akan memengaruhi cara kerja otak. Dampaknya bisa positif atau negatif, tergantung pada kualitas dan jenis konten yang dikonsumsi.
“Jadi nonton video-video itu pasti akan berpengaruh ke otak. Rangsangan dari luar seperti video TikTok, Reels, bisa membawa dampak positif atau negatif tergantung isi konten tersebut,” jelas dr Ade saat ditemui detikcom di sela diskusi Hemaviton Health Corner di Jakarta Selatan, Sabtu (6/12/2025).
Dia menjelaskan bahwa jika isi kontennya bagus atau edukatif, hal itu akan berdampak positif pada informasi yang didapatkan, sehingga dapat memicu perkembangan dan kinerja otak. Sebaliknya, konten yang negatif justru akan membawa efek buruk.
Hemaviton Health Corner Foto: Erlisa Anggia Putri/detikHealth
Untuk melindungi kesehatan otak dari paparan konten negatif yang memicu stres dan brain rot atau penurunan fungsi kognitif, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Mengingat otak bereaksi langsung terhadap apa yang dikonsumsi melalui indra, kuncinya adalah selektif dalam menonton konten yang berseliweran di sosial media.
dr Ade juga mengingatkan pentingnya menyeimbangkan waktu antara berinteraksi dengan media sosial dan bersosialisasi di dunia nyata.
“Pilih konten edukatif yang berdampak positif ke otak. Jangan lupa juga untuk membagi waktu bersosialisasi jadi nggak cuma interaksi dengan sosial media,” tandasnya.
(kna/kna)

Jakarta –
Salah satu kesalahan yang pemula yang dilakukan saat memulai berlari adalah berpatokan dengan jarak. Target seperti ‘harus 5K’ atau ‘harus 10K’ terkadang membuat seseorang justru berlari di luar kemampuannya.
Spesialis kedokteran olahraga Siloam Hospitals TB Simatupang dr Bernadette Laura, SpKO menjelaskan seorang pelari pemula membutuhkan penyesuaian sebelum benar-benar fokus rutin lari.
“Jadi memang kita biasanya berpatokan pada waktu dulu ya, bukan jarak. Kenapa bukan jarak? Karena kalau kita mau mengejar jarak biasanya kita malah jadi cenderung untuk lebih cepat, biasanya seperti itu,” ungkap dr Laura ketika ditemui detikcom di Jakarta Barat, Kamis (5/12/2025).
“Kalau (patokan) waktu, kita sebetulnya balik lagi ya tadi start slow go slow ya. Jadi santai aja, kita nggak usah ngejar,” sambungnya.
Fokus pada jarak seringkali menipu, karena tiap orang memiliki kecepatan yang berbeda. Ada orang yang mungkin mampu lari 1 km hanya dalam 6 menit, tapi ada juga orang yang baru bisa mencapai jarak tersebut dalam 12-15 menit atau bahkan lebih.
Akibatnya, sesi latihan jadi menjadi terlalu panjang dan terlalu berat bagi pemula. Kondisi ini tentu saja dapat meningkatkan risiko cedera.
Ketika menggunakan patokan waktu, misalnya bertahan lari 20-30 menit non-stop untuk latihan, maka ritme lari akan cenderung lebih santai dan terkendali. Lalu perlahan bisa ditingkatkan dan jika sudah terbiasa, bisa mulai berpatokan dengan jarak.
Selain itu, pemula juga bisa mencoba patokan pace dan intensitas ketika mencoba lari. Pace adalah waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu km saat berlari. Namun perlu diingat, patokan pace dan intensitas juga tidak perlu terlalu ngoyo sehingga memberatkan diri sendiri.
“Dengan mungkin bagi pelari pemula, ya mungkin pace-nya masih di 8-9 lah ya. Itu nggak apa-apa gitu, nggak ada masalah sebetulnya,” ujar dr Laura menyebut pace dan intensitas menjadi faktor paling penting dalam berlatih lari.
“Kadang itu memang kita tidak mau mengejar jarak, karena orang jadi punya patokan nih. Misalnya dengan jarak 1 km, orang kan bisa lebih dari 30 menit, itu yang mungkin perlu dipertimbangkan. Pace-nya paling penting,” tandasnya.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video KuTips: Sinyal Tubuh Kelelahan Pas Lari, Segera Lakukan Ini detikers!”
[Gambas:Video 20detik]
(avk/kna)

Jakarta –
Ancaman kesehatan yang dihadapi ratusan ribu korban banjir dan longsor di Sumatera kian kompleks. Selain penyakit menular sistemik, kondisi lingkungan yang lembap, sanitasi yang buruk, dan kurangnya air bersih memicu darurat penyakit kulit di pos-pos pengungsian.
Spesialis kulit dan kelamin, dr Idrianti Idrus, SpDVE dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), menyebut bahwa penyakit kulit menjadi salah satu momok terbesar bagi pengungsi. Paparan air dan kondisi lembap yang berkepanjangan adalah pemicu utama.
“Penyakit kulit yang paling banyak itu biasa eksim. Kemudian yang paling sering juga itu digigit-gigit binatang, seperti dermatitis venenata,” jelas dr Idrianti kepada detikcom, Jumat (5/12/2025).
Lebih lanjut, kondisi basah terus-menerus membuat kulit rentan terserang jamur.
“Jamur makin banyak. Karena dia lembap terus, dia basah terus. Jadi jamurnya akhirnya masih bisa memakan sel-sel kerja sehat,” ucap dia.
Penyakit akibat higienitas yang buruk seperti kutu (kutu rambut atau kutu badan) juga bisa dialami para warga di pengungsian. Di samping itu air kotor mengandung banyak bakteri dapat memicu penyakit kulit lain, seperti koreng-koreng (prurigonodularis).
Untuk meminimalisir penyakit kulit, dr Idrianti menekankan bahwa pertolongan pertama yang harus diprioritaskan adalah menjaga higienitas dan memastikan kulit dapat kering. Namun, hal ini sulit dilakukan karena langkanya air bersih.
Ia mendesak pemerintah agar memprioritaskan penyaluran sabun dan air bersih untuk sanitasi mendasar. Selain itu, ia juga menyoroti satu kebutuhan vital yang sering terlewatkan yakni pembalut bagi perempuan.
“Kalau pembalutnya dipakai terus-terus bisa menjadi jamur di selangkangan. Atau bisa infeksinya masuk ke dalam vagina. Itu yang berbahaya sih,” tandas dia.
Halaman 2 dari 2
(kna/kna)

Jakarta –
Kebiasaan duduk rada ngangkang beberapa pengguna transportasi publik dinilai meresahkan. Bukan hanya memakan space, tapi juga bikin penumpang lain merasa tidak nyaman.
Tidak selalu, tapi seringkali kebiasaan duduk ngangkang seperti itu dilakukan para cowok. Sebenarnya, apa yang bikin cowok-cowok sesulit itu duduk dengan posisi yang biasa saja?
“Memang bentuk pinggul pada perempuan dan laki-laki sedikit berbeda,” kata dr Benedictus Deriano, SpOT, AIFO-K, seorang dokter ortopedi, saat berbincang dengan detikcom, Jumat (5/12/2025).
Perbedaan tersebut, menurut dokter yang akrab disapa dr Ben tersebut antara lain berkaitan dengan fungsi reproduksi. Panggul cewek cenderung lebih lebar karena secara struktur dibutuhkan untuk hamil dan melahirkan.
Namun demikian, ia menegaskan perbedaan tersebut tidak sampai membuat para cowok tidak bisa duduk normal. Secara anatomi, struktur tulang cowok sangat memungkinkan untuk duduk biasa saja tanpa ada risiko cedera serius.
“Jadi, pada laki-laki duduk, tidak ada bagian anatomi yang mengharuskan untuk lebih melebar (ngangkang),” tegas dr Ben.
Sependapat dengan dr Ben, Zizu seorang pengguna KRL Commuter Line juga menganggap kebiasaan duduk ngangkang umumnya bukan sesuatu yang disengaja. Meski memang makan tempat, berdasarkan pengalamannya para penumpang yang duduk agak mengangkang akan segera memperbaiki posisi duduknya ketika diingatkan.
“Risih sih yang nggak terlalu. Bisa aja, kita tinggal minta duduk,” sarannya jika memang butuh berbagi tempat di bangku panjang.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Buka Puasa saat di KRL-Transjakarta? Simak Aturannya!”
[Gambas:Video 20detik]
(dgh/up)

Video Kemenkes soal Bantuan Obat dari Malaysia untuk Korban Banjir Sumatera

Jakarta –
Siapa yang suka minum kopi? Minuman satu ini memang kerap dikaitkan dengan berbagai manfaat kesehatan, termasuk menambah energi.
Tak heran, banyak orang memilih secangkir kopi sebagai ‘pemanasan’ sebelum mulai berolahraga, termasuk saat akan berlari, karena dianggap bisa meningkatkan performa. Tapi, benarkah demikian?
Spesialis kedokteran olahraga Siloam Hospitals TB Simatupang dr Bernadette Laura, SpKO, menuturkan secara umum kopi memang dapat bermanfaat untuk meningkatkan performa olahraga. Hal ini disebabkan oleh kandungan kafein yang ada di dalamnya.
Namun, dr Laura menjelaskan manfaat tersebut lebih efektif pada orang yang sudah terbiasa mengonsumsi kopi. Pada sebagian orang yang jarang atau tidak terbiasa minum kopi, kafein justru bisa menimbulkan efek samping seperti rasa tidak nyaman.
“Kalau sudah terbiasa sebetulnya nggak masalah dia menggunakan kopi untuk boost performa,” ucap dr Laura ketika ditemui di Jakarta Barat, Jumat (5/12/2025).
“Tapi kalau tidak biasa, ya itu efeknya cukup tidak enak ya. Karena itu kan berpengaruh pada heart rate jadi deg-degan segala macam,” sambungnya.
Ini juga belum ditambah dengan faktor jenis kopi yang dikonsumsi. Apabila kopi ditambahkan susu, maka ada juga risiko untuk merasakan mulas ketika lari, sehingga performa tentu makin drop.
Oleh karena itu, dr Laura mengingatkan pentingnya menyesuaikan kondisi tubuh dengan asupan yang dibutuhkan. Sebaiknya, tidak terlalu mudah mengikuti tips-tips olahraga yang mungkin dianggap bagus untuk meningkatkan performa.
“Karena memang banyak sih yang ngikut-ngikut, biar meningkatkan performa. Akhirnya dia minum, padahal tidak terbiasa. Akhirnya nggak nyaman, mungkin berefek ke perut juga,” tandasnya.
Halaman 2 dari 2
(avk/suc)