Jenis Media: Kesehatan

  • Jasad Juliana Marins Jalani Autopsi Ulang, Dokter Forensik sebut Tak Umum Dilakukan

    Jasad Juliana Marins Jalani Autopsi Ulang, Dokter Forensik sebut Tak Umum Dilakukan

    Jakarta

    Jenazah Juliana Marins, 24 tahun, yang meninggal dunia setelah kecelakaan saat pendakian di Gunung Rinjani, Indonesia, menjalani autopsi ulang di Instituto Médico Legal (IML) Rio de Janeiro. Prosedur ini disahkan oleh pengadilan setelah adanya permintaan dari keluarga.

    Carla Abgussen, seorang dokter di Pusat Tanatologi Forensik di Kantor Pemeriksa Medis São Paulo, yang menangani kasus-kasus serupa dengan Juliana Marins menjelaskan bahwa autopsi ulang ini jarang dilakukan di negara asal ketika kematian terjadi di luar negeri.

    “Ini tidak umum. Setiap kematian di luar Brasil akibat penyebab eksternal harus menjalani pemeriksaan post-mortem, tetapi autopsi kedua tidak umum dilakukan,” ujar Carla Abgussen, PhD dari Pusat Thanatologi Forensik di IML São Paulo kepada CNN Brasil dikutip Sabtu (12/7/2025).

    Carla juga menekankan bahwa, meskipun ada pedoman internasional untuk kasus-kasus tertentu untuk autopsi, setiap negara memiliki protokolnya sendiri.

    “Ada standar, tetapi setiap negara memiliki protokolnya sendiri. Terdapat pedoman internasional untuk beberapa kasus spesifik, tetapi setiap negara mengembangkan protokolnya sendiri,” ujarnya.

    Autopsi Baru Juliana Marins dan Keterbatasannya

    Pemeriksaan awal yang dilakukan di Indonesia dan menunjukkan trauma toraks dengan perdarahan internal sebagai penyebab kematian, selain tidak adanya tanda-tanda nekrosis pada ekstremitas, sehingga menyingkirkan kemungkinan hipotermia.

    Sementara itu autopsi baru dilakukan sekitar delapan hari setelah jenazah perempuan muda itu ditemukan. Autopsi pertama bahkan tidak menunjukkan tanggal pasti kematian. Oleh karena itu, waktu kematian dapat menyulitkan untuk mendapatkan hasil yang konklusif tentang penyebab pasti kematian.

    CNN Brasil berbicara dengan pemeriksa medis dan ahli forensik Caroline Daitx, yang menunjukkan kemungkinan keterbatasan teknis yang mungkin dihadapi oleh autopsi baru.

    “Autopsi pertama telah memanipulasi organ-organ secara internal, sehingga mustahil, misalnya, untuk memperkirakan volume darah yang hilang, sesuatu yang dapat menjadi krusial untuk lebih memahami dinamika kematian,” jelas Daitx, mengingat bahwa jenazah tersebut dibalsem, yang mengubah jaringan dan membuat pemeriksaan lebih lanjut menjadi mustahil.

    Dia juga menyoroti keterbatasan teknis autopsi kedua, yang mungkin tidak menawarkan rekonstruksi kematian yang terperinci, karena, selain intervensi pembalseman, prosedur invasif pada otopsi pertama mengubah susunan anatomi asli tubuh.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Hasil Autopsi Penyebab Kematian Juliana Marins”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/elk)

  • Dokter Jantung Kena Serangan Jantung, Beberkan Gejala Tak Biasa yang Dialami

    Dokter Jantung Kena Serangan Jantung, Beberkan Gejala Tak Biasa yang Dialami

    Jakarta

    Seorang dokter jantung yang pernah mengalami serangan jantung sempat tak percaya dia juga akan merasakan kondisi yang sama dengan banyak pasiennya. Pada saat pertama kali merasakan gejala, dia menyangkalnya dan merasa keluhan itu bukan akibat serangan jantung.

    Sebagai seorang ahli jantung, Dr William Wilson berbicara kepada pasien tentang gejala serangan jantung setiap hari, tetapi ketika nyeri dadanya sendiri mulai muncul, reaksi pertamanya adalah ketidakpercayaan.

    “Jauh di lubuk hati, saya tahu apa itu, meskipun saya menyangkalnya seperti biasa selama mungkin sekitar 10 menit karena saya berpikir bahwa ini tidak mungkin terjadi pada saya,” ujar Dr Wilson, yang berpraktik di Parkview Health di Fort Wayne, Indiana, kepada TODAY.

    Serangan jantung Wilson, yang terjadi pada Januari 2018, benar-benar mengejutkannya. Ia berusia 63 tahun saat itu, tidak merokok, dan tidak memiliki tekanan darah tinggi atau kolesterol tinggi. Ia memiliki berat badan normal dan sangat aktif berolahraga.

    Satu-satunya faktor risikonya adalah riwayat penyakit jantung dalam keluarga, ayahnya pernah mengalami serangan jantung dan stroke.

    Gejala yang dialami

    Dr Wilson sedang libur ketika masalah jantungnya mulai muncul. Istrinya dijadwalkan bertemu pelatihnya di pusat kebugaran pagi itu, jadi dia datang dan hanya berjalan-jalan santai ketika nyeri dada mulai terasa.

    “Saya tidak ingin orang-orang berpikir bahwa saya sedang di pusat kebugaran dan benar-benar berlatih keras, lalu menjadi gila, berolahraga terlalu keras, itu sama sekali bukan kejadian yang sebenarnya,” kata Dr Wilson.

    “Hal yang sama persis ini bisa saja terjadi di toko swalayan atau di rumah karena saya tidak melakukan aktivitas berat.”

    Selain nyeri dada, Wilson menyadari tubuhnya basah kuyup, berkeringat seperti yang belum pernah ia alami sebelumnya, kenangnya. Ketika ia bercermin, ia melihat wajahnya berubah menjadi abu-abu.

    Sebelum mencari pertolongan, Wilson memiliki keinginan kuat untuk pergi ke kamar mandi, fenomena yang disebabkan oleh perubahan tubuh yang terjadi selama serangan jantung. Krisis ini memengaruhi sistem saraf otonom, yang mengontrol fungsi tubuh yang tidak dapat dikendalikan seseorang, seperti berkeringat.

    “Orang sering merasa perlu buang air kecil atau besar ketika hal itu terjadi,” ucap Dr Wilson.

    Pasien serangan jantung sering kali merasa ingin buang air kecil atau buang air besar besar secara tiba-tiba karena tekanan yang dialami tubuh mengganggu kendali fungsi tubuh.

    Dr Wilson MD kemudian menelepon unit gawat darurat tempat ia menangani pasien-pasiennya sendiri, memberi tahu mereka tentang serangan jantungnya. Setibanya di sana, staf rumah sakit sudah siap menyambutnya”, menunjukkan momen yang menegangkan bagi sang dokter.

    “Saya mungkin bukan orang yang mereka duga akan mengalami serangan jantung. Kunci untuk menangani serangan jantung adalah pergi ke rumah sakit secepat mungkin,” ucapnya.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Tips Menyimpan ASI di dalam Freezer agar Nutrisinya Tidak Hilang menurut IDAI

    Tips Menyimpan ASI di dalam Freezer agar Nutrisinya Tidak Hilang menurut IDAI

    Jakarta

    Tips Menyimpan ASI di dalam Freezer agar Nutrisinya Tidak Hilang menurut IDAI

    Bagi ibu menyusui yang aktif bekerja atau memiliki aktivitas padat, menyimpan Air Susu Ibu (ASI) di freezer menjadi solusi yang praktis. Tapi, penyimpanan yang kurang tepat bisa membuat nutrisi di ASI hilang.

    Padahal, ASI merupakan sumber nutrisi utama bagi bayi. Penting untuk memahami cara menyimpan ASI agar kandungan gizinya tetap optimal.

    Tips Menyimpan ASI di dalam Freezer agar Nutrisinya Tidak Hilang

    Dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), saat disimpan di freezer, sebaiknya ASI disimpan dalam batasan waktu yang dianjurkan. Untuk penyimpanan di freezer dengan pintu di atas (-20°C), lama penyimpanannya adalah 6-12 bulan, sedangkan freezer dengan lemari es 2 pintu (-18°C) selama 3-6 bulan. Sementara, untuk penyimpanan di freezer dengan lemari es pintu 1 (-15°C), waktunya adalah 2 minggu

    ASI yang disimpan lebih lama aman digunakan tetap aman, tapi kandungan lemaknya mulai terdegradasi, sehingga kualitasnya menurun. Adapun beberapa tips dalam membekukan ASI yaitu:

    1. Kencangkan tutup botol penyimpanan ASI
    2. Sisakan ruang sekitar 2,5 cm dari tutup botol, karena volume ASI akan meningkat pada saat beku
    3. Jangan simpan ASI pada bagian pintu lemari es atau freezer.
    4. Simpan ASI pada bagian belakang, di mana suhu berada dalam kondisi paling stabil

    Sementara itu, menurut Ketua/Founder Komunitas Pejuang ASI Indonesia, dr Ameetha Drupadi, CIMI, agar nutrisi ASI tidak hilang, simpan ASI di botol kaca atau plastik BPA-free, kantong khusus penyimpanan asi, serta tutup rapat dan hindari bekas makanan.

    “Labeli setiap wadah. Tulis tanggal dan jam pemerahan. Tambahkan nama bayi,” kata dr Ameetha kepada detikcom, Jumat, (11/7/2025).

    Kandungan ASI

    ASI memiliki kandungan bervariasi yang dipengaruhi oleh diet utama ibu selama kehamilan hingga tingkat nutrisi ibu. ASI yang dikeluarkan pada 7 hari pertama setelah bayi lahir disebut dengan kolostrum.

    Kolostrum sangat baik diberikan ke bayi yang baru lahir. Zat ini mengandung banyak antibodi, sel darah putih, serta vitamin A yang diperlukan bayi untuk memberi perlindungan terhadap infeksi dan alergi.

    Tips Memerah dan Mencairkan ASI

    Untuk memerah dan mencairkan ASI, ketahui beberapa tips dari IDAI berikut ini.

    Pompa payudara sesuai jam bayi minum ASIUntuk meningkatkan jumlah ASI yang diperah, kompres payudara dengan air hangat dan pijat dengan lembut sebelum memerahJika jumlah ASI yang keluar sedikit, jangan putus asa. Biasanya, memompa secara rutin akan meningkatkan produksi ASI dalam 2 mingguSimpan ASI sebanyak yang diminum bayi. Sebab, ASI dalam volume kecil akan lebih cepat dicairkan dan jarang tersisa atau terbuang jika volume minum bayi tiap sesi hanya sedikit.Jika memompa ASI saat bekerja di kantor, simpan ASI dalam cooler bag yang sudah diisi es batu atau ice pack atau ice gel.Cek tanggal pada label wadah ASI. Gunakan ASI yang paling dulu disimpanASI tidak harus dihangatkan. Beberapa ibu memberikan ASI dalam keadaan dinginUntuk ASI beku, pindahkan wadah ke lemari es selama 1 malam atau ke dalam bak berisi air dingin. Naikkan suhu air perlahan-lahan hingga mencapai suhu pemberian ASIJangan menaruh wadah ASI di dalam microwave. Microwave tidak dapat memanaskan ASI secara merata dan justru dapat merusak komponen ASI dan membentuk bagian panas yang melukai bayi. Botol juga dapat pecah bila dimasukkan ke dalam microwave dalam waktu lama.Goyangkan botol ASI dan teteskan ke pergelangan tangan terlebih dahulu. – …Hal ini dilakukan untuk mengecek apakah suhu sudah hangatdan aman untuk diberikan ke bayi.Berikan ASI yang dihangatkan ke bayi dalam waktu 24 jam. Jangan membekukan ulang ASI yang sudah dihangatkan.

    (elk/tgm)

  • Foto Boneka Barbie Edisi Pengidap Diabetes Tipe 1, Ada Pompa Insulinnya

    Foto Boneka Barbie Edisi Pengidap Diabetes Tipe 1, Ada Pompa Insulinnya

    Khadijah Nur Azizah – detikHealth

    Sabtu, 12 Jul 2025 09:29 WIB

    Jakarta – Mattel, perusahaan pembuat boneka Barbie, berharap koleksi baru diabetes tipe 1 ini akan membantu kaum muda dengan kondisi tersebut merasa lebih percaya diri.

  • Latihan Lari Rutin Bukan Jaminan Bebas Cedera, Pahami Metode RICE

    Latihan Lari Rutin Bukan Jaminan Bebas Cedera, Pahami Metode RICE

    Jakarta

    Lari kini menjadi olahraga yang semakin digemari banyak orang di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Bahkan, tak sedikit orang yang mengikuti event lari untuk untuk menyalurkan hobi atau sekadar memacu adrenalin.

    Meski menyenangkan, olahraga lari tentunya memerlukan persiapan fisik dan mental, termasuk menghadapi kemungkinan terburuk seperti cedera. Cedera lari bisa terjadi kapan saja dan di mana saja

    Oleh sebab itu, penting untuk memahami cara penanganan awal dengan tepat. Dengan begitu, runners (pelari) bisa tetap aman, nyaman, dan fokus hingga mencapai garis finish.

    Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Mayapada Hospital Bandung, dr. Alvin Wiharja, Sp.KO, M.M.R.S menjelaskan runners perlu memahami penyebab cedera saat berlari.

    “Pada pelari, cedera yang sering terjadi disebabkan oleh beberapa hal, seperti baru pertama kali berlari, tidak melakukan pemanasan, atau memaksakan diri untuk berlari terlalu cepat. Area yang paling sering terkena cedera adalah lutut, betis, dan telapak kaki,” ujar dr. Alvin dalam keterangannya, Sabtu (12/7/2025).

    Untuk menghindari cedera, runners pun disarankan untuk selalu melakukan pemanasan agar otot siap digunakan selama berlari. Namun, jika cedera tetap terjadi saat berolahraga, runners dapat mengikuti tips dari dr. Alvin dengan menerapkan metode RICE, yakini Rest, Ice, Compress, dan Elevate.

    Jika runners merasa tidak nyaman saat berlari, segera lakukan Rest dengan mengistirahatkan tubuh agar cedera tidak memburuk. Setelah itu, lanjutkan dengan Ice, dengan menempelkan es pada area cedera selama 15-20 menit setiap 3-4 jam. Gunakan kain tipis sebagai alas agar es tidak langsung menyentuh kulit dan untuk mencegah risiko radang dingin.

    Langkah berikutnya adalah Compress, yaitu membalut area cedera dengan perban elastis untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan balutan tidak terlalu ketat, dan segera longgarkan jika muncul kesemutan, mati rasa, perubahan warna kulit menjadi kebiruan, atau nyeri yang semakin parah.

    Terakhir, lakukan Elevate dengan memposisikan bagian tubuh yang cedera lebih tinggi dari jantung. Cara ini membantu mengurangi pembengkakan secara efektif.

    “Metode RICE efektif untuk menangani cedera olahraga ringan. Agar hasilnya optimal, metode ini sebaiknya diterapkan sesegera mungkin setelah cedera terjadi, lalu dilanjutkan selama 24 hingga 36 jam pertama,” papar dr. Alvin.

    Pada kondisi tertentu, cedera yang dialami dapat bersifat lebih serius dan tidak menunjukkan perbaikan meskipun telah melakukan metode RICE. Agar cedera tidak semakin parah, Dokter Spesialis Ortopedi (Tulang dan Traumatologi) Konsultan Cedera Olahraga Mayapada Hospital Bandung, dr. Alvin Danio Harta Da Costa, Sp.OT, Subsp.CO (K) pun menyarankan runners untuk memeriksakan diri segera.

    “Segera konsultasikan ke dokter atau tenaga medis jika runners mengalami nyeri yang semakin parah, pembengkakan, benjolan atau perubahan bentuk pada area cedera, sendi berbunyi saat digerakkan, tubuh terasa lemah hingga kesulitan beraktivitas dan menopang badan, kehilangan keseimbangan, kesulitan bernapas, atau demam,” jelasnya.

    Memahami metode RICE menjadi langkah penting dalam menjaga kesiapan fisik sekaligus menghadapi risiko cedera saat berlari. Bagi para runners yang akan mengikuti Pocari Sweat Run Indonesia 2025, Mayapada Hospital, sebagai Official Medical Partner, siap mendukung kesiapan runners untuk #saferunning dengan berbagai layanan pendukung.

    Mayapada Hospital menghadirkan berbagai layanan mulai dari MCU Runner, VO2 Max, hingga Konsultasi dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Sebagai inisiatif untuk #secureMYstep, Mayapada Hospital juga menyediakan self-health assessment berisikan beberapa pertanyaan seputar kondisi dan riwayat kesehatan.

    Mayapada Hospital juga menyediakan layanan Sport Injury Treatment & Performance Center (SITPEC). Layanan ini menyediakan akses layanan komprehensif mulai dari pencegahan cedera, skrining pra-latihan hingga peningkatan performa fisik, dengan dukungan tim dokter dan fisioterapis profesional. Layanan ini juga dilengkapi dengan fasilitas modern seperti gym, VO2 max, dan Body Composition Analysis.

    Konsultasi Mudah dan Praktis Lewat Aplikasi MyCare

    Kini, menjadwalkan konsultasi dengan dokter di SITPEC Mayapada Hospital dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun melalui aplikasi MyCare. Aplikasi ini dapat membantu menentukan jadwal pemeriksaan, konsultasi dokter, hingga mengakses layanan kegawatdaruratan dengan mudah.

    Aplikasi ini juga memiliki fitur Health Articles & Tips yang memuat tips dan informasi seputar olahraga lari. Ada pula fitur Personal Health, yang terhubung dengan Health Access dan Google Fit, untuk memantau jumlah langkah harian, kalori yang terbakar, detak jantung, hingga Body Mass Index (BMI).

    Aplikasi MyCare saat ini telah dapat diunduh melalui Google Play Store atau App Store. Dapatkan poin reward berupa potongan harga bagi pengguna baru untuk berbagai jenis pemeriksaan di seluruh unit Mayapada Hospital.

    (akd/akd)

  • Penjelasan Lengkap Ahli Forensik Brasil soal Hasil Autopsi Kedua Juliana Marins

    Penjelasan Lengkap Ahli Forensik Brasil soal Hasil Autopsi Kedua Juliana Marins

    Jakarta

    Pendaki asal Brasil, Juliana Marins meninggal dunia setelah terjatuh di jurang Gunung Rinjani. Hasil autopsi kedua oleh tim forensik Brasil menyatakan Juliana Marins meninggal akibat beberapa trauma karena terjatuh dari ketinggian.

    Menurut Reginaldo Franklin, seorang dokter forensik di Kepolisian Sipil Rio de Jeneiro Brasil, Juliana meninggal 32 jam setelah terjatuh pertama kali. Perkiraan waktunya adalah tengah hari tanggal 22 Juni.

    “Larva ditemukan di kulit kepala dan dada Juliana. Kami berkonsultasi dengan dokter forensik yang menjadi rujukan dalam studi kasus ini dan, berdasarkan biologi serangga dan waktu yang dibutuhkan serangga tersebut untuk mencapai ukuran tersebut, kami menghitung waktu secara retroaktif,” kata Franklin dikutip dari O Globo, Sabtu (12/7/2025).

    “Beginilah cara kami memperkirakan waktu kematian, yang kemungkinan terjadi tengah hari tanggal 22 Juni, waktu Indonesia. Setelah terjatuh terakhir yang lebih kuat, ia meninggal dalam waktu 15 menit,” kata dokter forensik tersebut.

    Atas permintaan keluarga Juliana, jenazahnya menjalani autopsi ulang di Institut Medis Forensik Rio de Janeiro. Menurut para ahli forensik Brasil, mustahil untuk menentukan tanggal kematian secara akurat karena kondisi jenazah saat tiba di Brasil.

    Meskipun demikian, para ahli mengonfirmasi penyebab kematian: perdarahan internal yang disebabkan oleh cedera multiorgan akibat beberapa trauma, sesuai dengan benturan berenergi kinetik tinggi, yang umum terjadi pada jatuh dari ketinggian.

    Foto rontgen yang diambil di Brasil menunjukkan fraktur pada tulang rusuk, tulang paha, dan panggul, yang menyebabkan pendarahan hebat. Pukulan lateral mengenai organ dalam, menyebabkan memar ginjal dan laserasi hati, yang menyebabkan kerusakan struktural pada visera dan perdarahan internal.

    Laporan tersebut juga mengungkapkan adanya memar di dada, paru-paru yang tertusuk oleh salah satu tulang rusuk, dan bukti pendarahan di dasar tengkorak.

    “Kami melihat tanda-tanda tarikan, yang menunjukkan arah luncuran. Hingga saat itu, tidak ada gangguan pada saluran pernapasan internal. Cedera yang menyebabkan kematian disebabkan oleh benturan kinetik tinggi. Hal ini terlihat dari hebatnya cedera tersebut,” kata Franklin.

    Juliana jatuh 220 meter dari jalur saat jatuh pertama kali. Ia kemudian meluncur 60 meter lagi. Namun, ia hanya ditemukan 650 meter dari tempatnya jatuh.

    Dokumen Brasil juga mengesampingkan kemungkinan bertahan hidup lebih lama setelah benturan keras. Penilaian koroner IML menunjukkan bahwa Juliana bertahan hidup maksimal 15 menit setelah jatuh.

    Menurut laporan forensik yang dilakukan di Indonesia, kematian perempuan Brasil tersebut terjadi antara pukul 01.15 tanggal 23 Juni dan 01.15 tanggal 24 Juni. Jenazahnya baru ditemukan pada malam tanggal 24 oleh relawan Basarnas-Badan SAR Nasional Indonesia-dan ditemukan sekitar 600 meter di bawah jejak awal.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Batas Aman Simpan ASI di Freezer Menurut Ikatan Dokter Anak

    Batas Aman Simpan ASI di Freezer Menurut Ikatan Dokter Anak

    Jakarta

    Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber nutrisi terbaik untuk bayi, terutama di usia 0-6 bulan. Meski demikian, tidak semua ibu bisa memberikan ASI secara langsung setiap saat, sehingga menyimpan ASI menjadi solusi praktis.

    Salah satu cara menyimpan ASI yang umum adalah dengan membekukannya di dalam freezer. Namun, tahukah ibu bahwa ada batas waktu penyimpanan ASI yang benar?

    Batas Aman Simpan ASI di Freezer

    Dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), berikut panduan menyimpan asi di freezer:

    Freezer dengan lemari es pintu 1 (-15°C): 2 MingguFreezer dengan lemari es 2 pintu (-18°C): 3-6 bulanFreezer dengan pintu di atas (-20 °C): 6-12 bulan

    ASI sebaiknya disimpan pada bagian belakang freezer, di mana suhu ada di kondisi yang paling stabil. Hal ini juga disampaikan oleh, Ketua/Founder Komunitas Pejuang ASI Indonesia, dr Ameetha Drupadi, CIMI.

    “Penyimpanan ASI dalam freezer tergantung dari jenis freezernya,” kata dr Ameetha, saat dihubungi detikcom, Jumat (11/7/2025).

    Untuk freezer dalam satu kulkas (-15°C), penyimpanannya selama dua minggu. Dalam hal ini, suhunya tidak stabil, kulkas sering terbuka.

    Sementara, untuk freezer terpisah dari kulkas atau dua pintu (-18°C), ASI bisa disimpan 3-6 bulan. Penyimpanannya stabil dan kulkas jarang dibuka.

    Terakhir, untuk deep freezer atau khusus pembeku yang sangat dingin (-20 °C), penyimpanan ASI bisa mencapai 6-12 bulan. Dalam kulkas ini, penyimpanan sangat stabil dan kulkas jarang dibuka.

    Batas Aman Simpan ASI di Kulkas-Suhu Ruang

    Tak hanya di freezer, ASI juga bisa disimpan di lemari es ataupun suhu ruang. Tapi, dengan ketentuan berikut ini.

    Lemari es (4°C): 5 hariCooler bag tertutup (-15-4 °C): 24 jamMeja (suhu ruang max 24 °C): 6-8 jam

    Sama seperti penyimpanan di freezer, ASI yang disimpan di kulkas sebaiknya diletakkan pada bagian belakang.

    Untuk penyimpanan ASI di cooler bag dibutuhkan es batu/ice pack/ ice gel sebagai pendingin. Biasanya ASI dibekukan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam cooler bag. Pastikan pendingin menyentuh wadah ASI sepanjang waktu dan hindari untuk membuka cooler bag.

    Sementara itu, untuk ASI yang diletakkan di suhu ruang, wadah harus ditutupi dan dijaga sedingin mungkin. Jika perlu, balut dengan handuk dingin.

    Cara Menyimpan ASI yang Harus Diketahui

    Selain mengetahui batas waktu penyimpanan, ada beberapa cara lain yang harus diketahui. Mulai dari pemilihan wadah dan pelabelan tanggal harus diketahui.

    Pastikan mencuci tangan sebelum memerah ASI ataupun menyimpannyaPastikan wadah penyimpanan bersih. Gunakan botol kaca atau kontainer dengan tutup rapat dengan bahan bebas bisphenol A (BPA)Hindari menyimpan ASI menggunakan kantong plastik yang tidak diperuntukan untuk ASI atau botol susu disposable. Sebab, wadah ini mudah bocor dan terkontaminasi.Simpan ASI sesuai dengan kebutuhan bayiBerikan label nama dan tanggal ASI diperah pada wadah ASIPenulisan tanggal kapan ASI diperah bertujuan untuk memastikan bahwa ASI yang dipakai adalah ASI yang lebih lamaJangan campurkan ASI yang telah dibekukan dan ASI yang masih baruJangan menyimpan sisa ASI yang sudah dikonsumsi untuk pemberian berikutnya.Jangan mengocok ASI karena bisa merusak komponen penting dalam susu.

    (elk/tgm)

  • Waspadai Gejala Tensi Tinggi, Kondisi yang Bisa Picu Serangan Jantung

    Waspadai Gejala Tensi Tinggi, Kondisi yang Bisa Picu Serangan Jantung

    Jakarta

    Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu penyakit yang dialami jutaan orang di seluruh dunia. Hal yang membuatnya berbahaya adalah kecenderungannya untuk berkembang tanpa gejala yang jelas atau langsung.

    Kebanyakan orang tidak menyadari tekanan darah tinggi mereka selama bertahun-tahun. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan internal yang berkembang secara diam-diam di dalam tubuh.

    Gejala yang muncul juga kerap disalahartikan dengan masalah sehari-hari, seperti stres atau lemas.

    Pada kasus yang parah, saat tekanan darah meningkat drastis, gejala yang lebih parah akan muncul. Gejalanya seperti sakit kepala parah, kesulitan bernapas, nyeri dada, irama jantung tidak teratur, atau rasa berdebar di dada, leher, atau telinga.

    Pusing, mimisan, dan perubahan penglihatan juga mungkin terjadi. Tetapi, tanda-tanda yang intens ini biasanya muncul saat hipertensi telah mencapai tingkat kritis, misalnya saat kondisi hipertensi parah.

    Dikutip dari laman Heart, hipertensi, atau tekanan darah tinggi, secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung karena memberikan tekanan ekstra pada jantung dan merusak pembuluh darah. Kerusakan ini dapat menyebabkan aterosklerosis (penumpukan plak di arteri), dan ketika plak ini pecah, dapat menyebabkan gumpalan darah yang menyumbat arteri, yang menyebabkan serangan jantung.

    Dikutip dari Times of India, berikut gejala tekanan darah tinggi yang kerap diabaikan:

    1. Sakit Kepala di Pagi Hari

    Bangun tidur dengan sakit kepala umumnya dikaitkan dengan stres atau kurang tidur, tetapi mungkin merupakan indikator tekanan darah tinggi yang sulit dipahami. Sakit kepala ini biasanya disertai tekanan tumul dan terasa di bagian belakang kepala.

    Tekanan tengkorak meningkat ketika tekanan darah melonjak saat tidur atau dini hari, menyebabkan ketidaknyamanan saat bangun tidur. Jika sakit kepala di pagi hari secara teratur, disarankan untuk memeriksakan kondisi tersebut.

    2. Penglihatan Kabur dan Bergeser

    Perubahan penglihatan juga merupakan gejala yang tidak terlihat. Peningkatan tekanan darah mengeraskan pembuluh darah kecil di mata, suatu kondisi retinopati hipertensi.

    Penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau kehilangan penglihatan sementara pun terjadi. Kebanyakan orang mengaitkannya dengan mata lelah akibat terlalu lama menatap layar, tetapi jika kondisi ini terjadi tanpa alasan yang jelas bisa jadi tanda hipertensi.

    3. Kelelahan atau Gangguan Mental

    Kelelahan atau ketidakmampuan untuk fokus bukanlah kondisi yang sangat serius. Tetapi, gejala-gejala ini dapat menandakan bahwa otak dan jantung tidak menerima cukup darah beroksigen karena tekanan darah tinggi.

    Perlahan tapi pasti, hal ini dapat mempengaruhi ketajaman intelektual dan kekuatan fisik. Orang menjadi tidak dapat fokus atau merasa lelah, bahkan setelah tidur nyenyak di malam hari.

    Tekanan darah tinggi memiliki gejala yang sangat ringan atau minimal, sehingga sangat mudah terlewatkan. Deteksi dini hipertensi memerlukan pemeriksaan kesehatan rutin, terutama bagi pasien yang memiliki faktor risiko tinggi.

    Dengan mewaspadai gejala-gejala, seperti perubahan penglihatan, kelelahan, dan sakit kepala.

    (sao/kna)

  • Rutin Jalan Kaki Terbukti Cegah Banyak Penyakit Plus Bikin Panjang Umur

    Rutin Jalan Kaki Terbukti Cegah Banyak Penyakit Plus Bikin Panjang Umur

    Jakarta

    Berjalan kaki setiap pagi dapat memberikan dampak besar bagi kesehatan. Dikutip dari WebMD, studi menunjukkan bahwa satu jam jalan cepat dapat meningkatkan harapan hidup hingga dua jam.

    Seseorang yang panjang umur tentunya terhindar dari berbagai masalah kesehatan. Dengan berjalan kaki pagi secara teratur, dapat membantu:

    Merasa lebih baik.Menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, diabetes, dan beberapa jenis kanker.Menjernihkan pikiran.Menurunkan tekanan darah.Meningkatkan energi.Meningkatkan daya ingat dan menurunkan risiko demensia.Meningkatkan kesehatan mental dan emosional.Mencegah penambahan berat badan.

    Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, luangkan setidaknya 150 menit seminggu untuk rutinitas jalan kaki di pagi hari.

    Studi lain yang dipublikasikan pada 14 November 2025 di British Journal of Sports Medicine juga mengungkapkan bahwa peningkatan aktivitas fisik seperti jalan kaki setiap hari dapat memperpanjang umur seseorang. Aktivitas fisik yang rutin dilakukan dapat memperpanjang usia hidup hingga 11 tahun.

    Para ahli lebih lanjut berspekulasi bahwa perubahan infrastruktur, seperti lingkungan yang dapat dilalui dengan berjalan kaki di ruang terbuka yang asri, dapat membuat panjang umur pada populasi umum.

    Bagaimana Jalan Kaki Bisa Memperpanjang Umur?

    Seorang dokter yang mengkhususkan diri dalam kesehatan preventif dan gaya hidup, John Lowe, MD, yang terlibat dalam penelitian menjelaskan bahwa berjalan kaki secara teratur memiliki beberapa manfaat yang berkontribusi pada umur yang lebih panjang.

    Berjalan kaki dapat membantu menurunkan detak jantung saat istirahat, mengelola kolesterol, dan mengurangi risiko serangan jantung atau stroke.

    “Berjalan kaki dapat bermanfaat untuk metabolisme glukosa. Karena diketahui dapat meningkatkan kerja insulin, yang akan memungkinkan pengelolaan gula darah yang lebih baik dan mengurangi risiko diabetes tipe 2. Berjalan kaki setelah makan sangat efektif untuk mengontrol glukosa darah,” terang Lowe.

    Menurut Lowe, teratur berjalan kaki juga dapat melindungi tubuh dari peradangan sistemik. Peradangan sistemik telah dikaitkan dengan beberapa penyakit kronis dalam studi epidemiologi.

    “Mempertahankan rutinitas berjalan kaki membantu menurunkan penanda inflamasi, termasuk protein C-reaktif (CRP), yang membantu meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh dan menjaga kesehatan sel,” pungkasnya.

    (sao/kna)

  • Hasil Autopsi Jenazah Juliana Marins Versi Ahli Forensik Brasil dan Forensik RI

    Hasil Autopsi Jenazah Juliana Marins Versi Ahli Forensik Brasil dan Forensik RI

    Jakarta

    Pemerintah Brasil mengumumkan hasil autopsi kedua Juliana Marins. Perempuan yang meninggal di dekat kawah Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB).

    Dikutip dari Oglobo Globo Brasil, hasil autopsi dari otoritas Brasil menyebut Juliana diperkirakan bertahan hidup selama sekitar 10 hingga 15 menit setelah benturan (terjatuh).

    Akibat insiden tersebut, Juliana tidak memiliki peluang untuk bergerak atau memberikan respons yang efektif.

    Dokumen Kepolisian Sipil juga menjelaskan kemungkinan ‘periode agonal’, yakni sebuah fase antara trauma dan kematian. Itu ditandai dengan stres ekstrem dan kegagalan organ progresif.

    Para ahli meyakini bahwa Juliana mengalami luka fatal dan menderita, beberapa menit sebelum kematiannya. Analisis terbaru juga tidak dapat menentukan hari dan waktu kematian secara akurat

    Penyebab langsung kematiannya adalah perdarahan internal yang disebabkan oleh cedera poliviseral dan beberapa trauma, yang sesuai dengan benturan berenergi tinggi.

    Keluarga Juliana menuduh pihak berwenang Indonesia lalai, terutama karena keterlambatan operasi penyelamatan.

    Hasil Autopsi Juliana di Indonesia

    Juliana diberitakan terjatuh ke jurang di kawasan Cemara Tunggal, di salah satu jalur pendakian Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6). Proses evakuasi menghadapi sejumlah tantangan, termasuk cuaca ekstrem dan kabut tebal.

    Tim dokter RSUP Prof IGNG Ngoerah, Denpasar menyimpulkan bahwa Juliana diperkirakan meninggal 20 menit setelah terjatuh.

    “Kami dapat menyimpulkan sebab kematian karena kekerasan tumpul yang menyebabkan kerusakan pada organ-organ dalam dan pendarahan,” kata Ida Bagus Putu Alit, dokter forensik yang melakukan autopsi, dikutip dari detikBali, Jumat (27/6).

    Hasil autopsi menunjukkan adanya patah tulang di bagian tulang belakang, dada bagian belakang, punggung, dan paha korban. Juliana juga mengalami kerusakan organ yang memicu perdarahan hebat.

    “Kami tidak menemukan tanda bahwa korban itu (akhirnya) meninggal dalam jangka waktu lama. Jadi kita perkiraan paling lama 20 menit,” kata Alit.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Hasil Autopsi Penyebab Kematian Juliana Marins”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)