Jenis Media: Kesehatan

  • Video: Meski di Ruang Ber-AC, Tubuh Tetap Mengeluarkan Cairan Lho

    Video: Meski di Ruang Ber-AC, Tubuh Tetap Mengeluarkan Cairan Lho

    Video: Meski di Ruang Ber-AC, Tubuh Tetap Mengeluarkan Cairan Lho

  • 16 Buah yang Baik Dikonsumsi Pengidap Diabetes, Enak dan Mudah Didapat

    16 Buah yang Baik Dikonsumsi Pengidap Diabetes, Enak dan Mudah Didapat

    Jakarta

    Buah dikenal sebagai sumber alami vitamin dan antioksidan. Namun, banyak pengidap diabetes ragu untuk mengonsumsinya karena kandungan gula alami yang dimiliki. Padahal, buah tetap penting dalam pola makan sehari-hari, termasuk bagi mereka yang hidup dengan diabetes.

    Meskipun buah mengandung karbohidrat yang akan diproses tubuh menjadi gula, karbohidrat tersebut tergolong sehat dan dibutuhkan untuk mendukung fungsi otak serta sel darah merah. Kandungan serat yang tinggi dalam buah juga membantu menyeimbangkan kadar gula alami yang terkandung di dalamnya.

    “Serat memperlambat pencernaan,” jelas Kate Patton, MEd, RD, CSSD, LD, ahli diet dari Cleveland Clinic.

    “Itu membantu kita merasa kenyang lebih lama dan mencegah lonjakan gula darah.”

    Selain itu, buah juga mengandung berbagai nutrisi penting seperti vitamin, mineral, serat, dan antioksidan yang berperan dalam menurunkan risiko penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung.

    Buah yang Baik untuk Pengidap Diabetes

    Semua buah pada dasarnya baik dikonsumsi, bahkan bagi pengidap diabetes. Namun, agar lebih aman dan tepat, pemilihan buah sebaiknya mempertimbangkan indeks glikemik (IG), yakni ukuran seberapa cepat makanan yang mengandung karbohidrat dapat meningkatkan kadar gula darah.

    Indeks glikemik diukur dalam skala 0 hingga 100. Makanan dengan nilai IG rendah, memiliki angka 50 atau kurang, dianggap tidak menyebabkan lonjakan gula darah secara signifikan.

    Beberapa contoh buah dengan indeks glikemik rendah yang aman untuk dikonsumsi pengidap diabetes antara lain:

    ApelCeriPersikRaspberryAprikotPirAnggurJerukStroberiBlueberryJeruk baliDelimaAraNectarineKiwiAlpukat

    Secara umum, buah terbaik untuk pengidap diabetes atau siapapun adalah buah segar. Buah utuh dalam kondisi segar atau beku sebaiknya menjadi pilihan utama karena kaya akan serat dan berbagai nutrisi penting.

    “Buah dan sayur dengan warna berbeda memiliki vitamin, mineral, dan antioksidan yang berbeda pula,” ujar Patton.

    “Untuk mendapatkan semua manfaatnya, carilah buah dan sayur yang berwarna-warni, mulai dari stroberi merah hingga blackberry ungu tua dan semua warna di antaranya.”

    (suc/suc)

  • Dokter Onkologi Beberkan Gejala Kanker yang Bisa Muncul di Malam Hari

    Dokter Onkologi Beberkan Gejala Kanker yang Bisa Muncul di Malam Hari

    Jakarta

    Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal yang membelah secara tidak terkendali serta mampu menyerang dan merusak jaringan tubuh normal. Dalam banyak kasus, kanker juga memiliki kemampuan untuk menyebar ke bagian tubuh lainnya.

    Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di dunia. Meski demikian, tingkat kesembuhan untuk berbagai jenis kanker terus meningkat seiring kemajuan dalam metode skrining, pengobatan, dan upaya pencegahan.

    Dokter spesialis hematologi onkologi, Prof Dr dr Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FACP, FINASIM menjelaskan, terdapat lima tanda utama yang menjadi gejala kanker. Salah satunya adalah keringat berlebih di malam hari, meskipun suhu udara terasa dingin.

    “Bawaannya gerah aja. Biasanya kalau malam-malam, iya (walaupun dingin),” ucapnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa (8/7/2025).

    Menurut Prof Ikhwan, kondisi ini terjadi karena sel kanker menghasilkan zat bernama sitokin (cytokine). Zat ini menyebabkan peningkatan metabolisme dalam tubuh, sehingga pasien cenderung merasa mudah panas atau gerah tanpa sebab yang jelas.

    Akibatnya, tubuh bereaksi dengan mengeluarkan keringat, terutama pada malam hari saat metabolisme tetap aktif meskipun tubuh sedang beristirahat.

    “Walaupun dingin dia merasa gerah aja. Semua (jenis kanker) sih mestinya (memicu gejala tersebut,” lanjutnya.

    Meskipun demikian, lanjutnya, keringat malam bukan satu-satunya tanda kanker. Beberapa gejala lain, seperti penurunan berat badan tanpa sebab jelas, penurunan nafsu makan, demam tanpa infeksi, serta kelelahan yang tidak membaik dengan istirahat juga termasuk gejalanya.

    “Itu 5 cardinal signs of cancer, 5 tanda besar dari kanker itu tadi,” sambungnya lagi.

    (suc/suc)

  • Kondisi Terkini Eks PM Malaysia Mahathir Mohamad Usai Masuk RS Pasca Ultah Ke-100

    Kondisi Terkini Eks PM Malaysia Mahathir Mohamad Usai Masuk RS Pasca Ultah Ke-100

    Jakarta

    Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, telah dipulangkan dari rumah sakit setelah menjalani perawatan akibat kelelahan usai merayakan ulang tahunnya yang ke-100 dengan piknik.

    Mahathir, yang pernah memimpin negara di Asia Tenggara itu selama lebih dari dua dekade, memiliki riwayat masalah jantung dan telah menjalani operasi bypass. Ia beberapa kali dirawat di rumah sakit dalam beberapa tahun terakhir, terakhir pada Oktober lalu akibat infeksi saluran pernapasan

    Ia menjalani observasi di Institut Jantung Nasional di Kuala Lumpur karena masalah terkait kelelahan pada hari Minggu, menurut kantornya.

    “Mahathir telah diizinkan pulang pada pukul 16.45 (08.45 GMT),” demikian pernyataan kantor tersebut, dikutip dari Reuters.

    Seorang dokter yang pernah menjabat sebagai anggota parlemen hingga 2022, Mahathir mengendarai mobilnya sendiri pada Minggu untuk menghadiri perayaan ulang tahunnya yang ke-100. Acara tersebut juga sekaligus merayakan ulang tahun ke-99 sang istri, Hasmah Mohd Ali, yang jatuh sehari sebelumnya, menurut laporan media lokal.

    Dalam laporan tersebut disebutkan, Mahathir sempat bersepeda selama satu jam sebelum terlihat kelelahan. Ulang tahunnya sendiri jatuh pada Kamis.

    Mahathir menjabat sebagai perdana menteri selama 22 tahun hingga 2003. Ia kembali memimpin pada 2018 setelah membawa koalisi oposisi meraih kemenangan bersejarah, namun pemerintahannya runtuh dalam waktu kurang dari dua tahun akibat pertikaian internal.

    (suc/suc)

  • Batas Waktu Aman Simpan Daging Rendang di Freezer Menurut Ahli

    Batas Waktu Aman Simpan Daging Rendang di Freezer Menurut Ahli

    Jakarta

    Rendang merupakan salah satu makanan favorit orang Indonesia. Jika disimpan dengan benar, maka rendang yang lezat bisa bertahan lama.

    Lantas apa yang perlu diperhatikan agar rendang bisa lebih awet untuk disimpan? Begini penjelasannya.

    Masa Simpan Rendang di Freezer

    Dokter spesialis gizi klinik dr Raissa E Djuanda, MGizi, SpGK menuturkan freezer adalah salah satu tempat penyimpanan yang cocok untuk rendang. Menyimpan masakan di tempat yang dingin memperlambat pertumbuhan bakteri serta mikroorganisme yang menyebabkan makanan cepat basi.

    Menurutnya, rendang yang disimpan dalam freezer bisa bertahan sampai 6 bulan. Jika dikonsumsi dalam waktu yang lebih lama, rendang mungkin akan mengalami penurunan kualitas rasa dan tekstur.

    Ketika memanaskan rendang yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan, pastikan juga tidak ada tanda-tanda pembusukan.

    “Rendang yang sudah dimasak matang dan disimpan dengan benar di dalam freezer bisa bertahan cukup lama, yaitu 3 hingga 6 bulan. Namun, untuk kualitas rasa dan tekstur terbaik, disarankan untuk mengonsumsinya dalam waktu 1-3 bulan,” jelas dr Raissa ketika dihubungi detikcom.

    “Lewat dari 6 bulan, rendang mungkin masih aman dikonsumsi, tetapi kualitas rasanya bisa menurun dan teksturnya mungkin jadi kurang baik,” sambungnya.

    Cara Menyimpan Rendang yang Aman

    dr Raissa membagikan beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menyimpan rendang dalam freezer. Berikut beberapa di antaranya:

    Simpan dalam wadah tertutup rapat.Simpan dalam kemasan-kemasan kecil, sesuai porsi yang dibutuhkan.Berikan catatan tanggal penyimpanan.Pastikan suhu freezer tetap stabil.Jika daging sudah dipanaskan, konsumsi hari itu juga, dan jangan dibekukan kembali.

    Selain memengaruhi rasa dan tekstur makanan, penyimpanan terlalu lama dalam freezer juga dapat memengaruhi nutrisi di dalamnya.

    “Penurunan nutrisi bisa terjadi meskipun minimal, jika disimpan dalam keadaan benar. Terutama vitamin larut air. Namun, yang utama berubah adalah rasa dan tekstur dari daging tersebut,” tandas dr Raissa.

    Dalam kesempatan terpisah, pakar teknologi pangan sekaligus Ketua Umum Pergizi Pangan Prof Dr Ir Hardinsyah, MS menambahkan, jika daging rendang bertipe basah, ada baiknya dipisahkan dulu dari bumbu atau kuahnya. Ia mengatakan ini akan menambah masa simpan dari rendang.

    “Misalnya juga rendang itu kan ada dua tipe, rendang yang berkuah itu dipisah dulu bumbunya. Atau rendang yang memang sudah kering, yang nggak lengket, berarti ya itulah yang dimasukkan (disimpan),” katanya.

    Efek Menyimpan Daging Masak Terlalu Lama

    Berikut ini sederet efek yang ditimbulkan jika masakan berbahan dasar daging disimpan dalam freezer terlalu lama:

    1. Freezer Burn

    Freezer burn merupakan istilah untuk hilangnya kelembapan dari makanan beku. Dikutip dari WebMD, ini terjadi ketika daging disimpan terlalu lama dalam freezer sehingga kehilangan kelembapan, berubah warna, dan mengerut.

    Ada dua penyebab mengapa daging dan makanan beku bisa mengalami freezer burn. Pertama, karena makanan terlalu lama dalam kondisi beku, sehingga banyak molekul air berpindah dari permukaan. Kedua, karena daging tidak dibungkus dengan rapat sebelum masuk freezer.

    2. Perubahan Tekstur dan Rasa

    Masakan daging yang mengalami freezer burn, akan mengalami perubahan rasa dan tekstur setelah dicairkan. Tekstur daging akan terasa keras, kasar, dan kering. Rasa makanan juga cenderung hambar dan aneh, karena oksigen dari udara di sekitar telah menarik rasa dan warna dari jaringan daging.

    Daging yang mengalami freezer burn biasanya juga berubah warna menjadi abu-abu, cokelat, atau abu-abu kecokelatan.

    3. Oksidasi Lemak

    Selain memicu freezer burn, masakan daging yang disimpan terlalu lama dalam freezer juga bisa mengalami oksidasi lemak. Dalam sebuah studi tahun 2019, disebutkan proses pembekuan dapat membentuk kristal es yang menusuk dan merusak dinding sel serta membran sel otot daging.

    Kondisi tersebut lebih rentan terjadi bila pembekuan berlangsung lambat atau suhu freezer tidak stabil. Proses oksidasi ini menimbulkan efek tengik pada daging, menurunkan kualitas tekstur dan rasa, serta memicu pembentukan radikal bebas dan senyawa berbahaya seperti Malondialdehyde (MDA).

    Dalam banyak penelitian, MDA berkaitan dengan peningkatan berbagai risiko masalah kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes, penyakit neurodegeneratif, dan beberapa jenis kanker.

    (avk/tgm)

  • Bayi-bayi di Palestina Berbagi Inkubator Akibat Perang dan Krisis Bahan Bakar

    Bayi-bayi di Palestina Berbagi Inkubator Akibat Perang dan Krisis Bahan Bakar

    Foto Health

    Tripa Ramadhan – detikHealth

    Minggu, 13 Jul 2025 17:30 WIB

    Gaza – Krisis bahan bakar di Gaza memaksa bayi-bayi Palestina berbagi inkubator. Rumah sakit berjuang di tengah serangan militer Israel yang terus berlangsung.

  • Jangan Asal Pakai Lagi! Ini Batas Aman Minyak Goreng Bekas untuk Kesehatan Menurut Ahli

    Jangan Asal Pakai Lagi! Ini Batas Aman Minyak Goreng Bekas untuk Kesehatan Menurut Ahli

    Jakarta

    Salah satu kebiasaan memasak yang banyak dilakukan masyarakat adalah menyimpan minyak goreng sisa. Ketika minyak bekas penggorengan masih tersisa banyak, rasanya sayang untuk membuang semuanya.

    Perlu jadi perhatian, nyatanya penggunaan minyak goreng bekas ada batas amannya. Jika tetap digunakan secara berlebihan, ini tentu dapat berdampak buruk bagi kesehatan, khususnya sistem kardiovaskular.

    Berapa Kali Minyak Bekas Boleh Dipakai Lagi?

    Minyak yang digunakan untuk menggoreng akan mengalami peningkatan suhu sangat tinggi. Pakar teknologi pangan dan Ketua Umum Pergizi Pangan Prof Dr Ir Hardinsyah, MS menuturkan suhu yang tinggi dapat mengubah kandungan dari dalam minyak goreng.

    Salah satu perubahan yang berbahaya adalah munculnya asam lemak trans. Konsumsi lemak trans berkaitan erat dengan kenaikan risiko kesehatan kardiovaskular, seperti penyakit jantung.

    “Apalagi kalau deep frying yang minyak suhu tinggi sampai 200-an derajat celsius. Itu banyak perubahan terjadi pada minyaknya jadi ya asam-asam lemaknya jadi berubah, trans fat namanya, lemak minyak trans itu bahaya buat kesehatan,” kata Prof Hardinsyah ketika dihubungi detikcom.

    Oleh karena itu, ia menyarankan minyak bekas atau jelantah sebaiknya tidak dipakai lebih dari dua kali atau total tiga kali sejak minyak goreng pertama kali digunakan.

    “Kalau untuk orang yang mampu, saya sarankan sih sekali aja jelantahnya digunakan. Kalau kurang mampu, ya maksimum sampai dua kali lah, jangan sampai lebih dipakai lagi,” sambungnya.

    Tanda Minyak Sudah Jelek

    Menurut Prof Hardinsyah, salah satu tanda fisik paling umum dari minyak yang sudah jelek adalah warna yang kehitaman. Selain itu, makanan yang digoreng menggunakan minyak berulang biasanya juga menyisakan sensasi gatal atau serak di tenggorokan.

    Ketika dihubungi terpisah, dokter spesialis gizi klinik dr Raissa E Djuanda, SpGK menambahkan beberapa tanda lain yang menunjukkan minyak sudah buruk kualitasnya.

    “Tandanya warna berubah gelap, berbau tengik, menghasilkan asap berlebihan saat dipanaskan, tekstur lebih kental, berbusa saat dipanaskan, terdapat endapan atau sisa makanan hangus, dan makanan cepat gosong,” katanya.

    Bahaya Menggunakan Minyak Bekas Berulang

    Hati-hati, ada banyak dampak kesehatan yang mengancam jika tetap nekat menggunakan minyak bekas secara berulang. Berikut beberapa di antaranya:

    1. Memicu Lemak Trans

    Seperti yang sudah disinggung, penggunaan minyak goreng berulang memicu munculnya lemak trans. Lemak trans merupakan jenis lemak tidak sehat yang dapat meningkatkan kadar kolesterol ‘jahat’ low-density lipoprotein (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol ‘baik’ high-density lipoprotein.

    Mengonsumsi lemak trans dalam jumlah banyak dan rutin, lalu dikombinasikan dengan gaya hidup tidak sehat, sangat berisiko meningkatkan kemungkinan penyakit jantung.

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, ditemukan minyak goreng yang digunakan lebih dari dua kali sudah mengalami peningkatan kadar asam lemak.

    “Semakin warnanya pekat dan menghitam, maka semakin tinggi kandungan asam lemak transnya,” kata peneliti dari Prodi Teknologi Laboratorium Medis UM Surabaya, Vella Rohmayani dikutip dari laman resmi kampus.

    2. Merusak Nutrisi Makanan

    Minyak goreng yang digunakan berkali-kali juga dapat menurunkan nutrisi makanan serta menimbulkan reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi pada minyak goreng membuat warna makanan menjadi jelek, berbau tengik, dan merusak kandungan vitamin dan mineral.

    3. Merusak Jaringan Tubuh

    Minyak goreng yang digunakan berulang juga memicu terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul tidak stabil yang memicu kerusakan sel dan berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan.

    Paparan radikal bebas biasanya muncul dari paparan polusi, asam rokok, hingga radiasi.

    “Selain itu, reaksi oksidasi juga dapat memicu terbentuknya radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sel dan jaringan tubuh ketika kita mengkonsumsi makanan yang diolah menggunakan minyak goreng bekas,” tandas Vella.

    4. Meningkatkan Risiko Kanker

    Dalam sebuah penelitian tahun 2020, ditemukan penggunaan minyak goreng secara berulang dikaitkan dengan munculnya senyawa karsinogenik (bersifat kanker) seperti polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH).

    Disebutkan, konsumsi minyak yang digunakan berulang menyebabkan tingginya insiden gentokoksik (kerusakan materi genetik), mutagenik (mutasi DNA), tumorigenik (memicu tumor), serta berbagai jenis kanker. Beberapa jenis kanker dikaitkan dengan penggunaan minyak berulang meliputi kanker paru, kolorektal, payudara, dan prostat.

    (avk/tgm)

  • Wanita Samarinda Kena Kanker Saluran Empedu Stadium 4 di Usia 38, Inikah Pemicunya?

    Wanita Samarinda Kena Kanker Saluran Empedu Stadium 4 di Usia 38, Inikah Pemicunya?

    Jakarta

    Kanker saluran empedu atau cholangiocarcinoma adalah jenis kanker yang terbentuk pada saluran empedu, saluran tipis yang membawa cairan empedu dari hati ke kantong empedu dan usus halus.

    Kondisi ini umumnya dialami oleh individu berusia di atas 50 tahun, meskipun dapat terjadi pada usia yang lebih muda. Salah satu contohnya adalah Agatha, seorang wanita asal Samarinda, Kalimantan Timur, yang terdiagnosis kanker saluran empedu stadium 4 pada usia 38 tahun.

    Agatha mengatakan, gejala pertama muncul pada Maret 2024. Ia mengalami gejala yang mirip seperti sakit maag biasa. Dalam waktu satu bulan, ia tiga kali mengunjungi instalasi gawat darurat dan menerima terapi injeksi obat lambung. Namun, gejala tidak menunjukkan perbaikan dan justru disertai demam serta penurunan kondisi umum.

    Terlebih, ia juga mengalami gejala berupa gatal hebat di telapak tangan dan kaki, yang menyebar ke seluruh tubuh. Kulitnya tampak menguning, bagian putih mata berubah warna, dan telapak kakinya sering terasa panas. Buang air besar sesekali tampak berminyak, tubuhnya cepat lelah, dan demam serta menggigil terjadi hampir setiap hari. Ia juga mulai merasakan nyeri tajam di bagian kanan atas perut, tepat di bawah tulang rusuk.

    “Dokter pertama, spesialis dalam di Samarinda, mengatakan bahwa saya hanya mengidap sedikit gangguan hati. Karena saya tidak puas dengan hasilnya, saya cek ke dokter spesialis dalam lainnya dan di-USG abdomen, ditemukan ada batu empedu. dan saya diberi obat penghancur batu empedu,” ucap Agatha saat dihubungi detikcom, Selasa (8/7/2025).

    “Namun kondisi tidak kunjung membaik, semakin menguning hingga badan lemas sampai saya tidak bisa kerja dan aktivitas normal, BB turun drastis (waktu itu dalam sebulan saya turun 3 kg), sering sesak napas,” sambungnya.

    Agatha kemudian berkonsultasi dengan dokter spesialis gastroenterohepatologi yang menyarankannya menjalani pemeriksaan Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP).

    Hasil awal menunjukkan adanya batu yang menyumbat saluran empedu utama, serta kelainan pada struktur hati. Agatha menyebut, kondisi ini yang dialami disebut dokter langka dan sulit ditangani. Dokter juga menduga kondisi dialami adalah kelainan genetik, kemungkinan bawaan sejak lahir.

    Lantaran merasa pelayanan medis di daerahnya kurang memadai, dan dalam kondisi yang semakin memburuk, Agatha memutuskan untuk melanjutkan pengobatan di Jakarta pada Agustus 2024.

    Dalam kondisi sangat lemah dan harus menggunakan kursi roda, ia menjalani pemeriksaan ulang. Operasi pertama dilakukan pada September 2024, dan hasil patologi anatomi (PA) menunjukkan adanya kanker ganas di saluran empedu yang telah menyebar ke hati (metastasis).

    “Di Jakarta kemudian rawat inap karena infeksi/peradangan lagi di saluran empedu. Dan di sinilah saya baru tahu dan dokter baru menjelaskan hasil PA tahun sebelumnya (Sept 24) bahwa pada waktu itu saya terkena kanker saluran empedu sudah metastasis (menyebar) ke liver,” imbuh Agatha.

    “Karena badan saya tetap kuning dan tidak kunjung sembuh, dilakukan operasi kembali oleh dr bedah digestif RSPAD, yaitu by pass lambung dan usus (longmire procedure) di bulan Februari 25. ada jaringan yang diambil utk uji lab (PA), dan ditemukan bahwa sel kanker tidak hanya menyebar ke liver tapi juga ke duodenum (usus dua belas jari),” sambung Agatha.

    Apa pemicunya?

    Agatha mengatakan, dokter menduga penyebab utama kanker saluran empedu yang ia alami berkaitan dengan faktor genetik atau kelainan bawaan. Pada usia 3 tahun, wanita yang kini berusia 39 tahun itu pernah menjalani operasi untuk mengangkat kista di hati dan tindakan bypass usus.

    Menurut dokter, lanjut Agatha, kemungkinan besar penyakit tersebut kembali muncul. Selain itu, Agatha juga memiliki riwayat beberapa kali menjalani operasi pengangkatan tumor jinak di payudara, sehingga tubuhnya diduga memiliki kecenderungan genetik yang mendukung pembentukan jaringan abnormal.

    “Jadi badan saya seperti lahan subur untuk tumor, seperti itu,” kata Agatha.

    Selain faktor genetik, gaya hidup dan pola makan yang tidak seimbang juga berperan sebagai pemicu. Agatha mengakui ia memiliki pola hidup yang tak sehat, seperti jarang mengonsumsi sayur dan buah, sering mengonsumsi makanan tak sehat seperti bakso, mi instan, serta kopi instan dalam kemasan, hingga kopi kekinian.

    “Saya bukan penggemar makanan dan minuman manis. sperti kopi, itu selalu double shot dan less sugar, tapi karena susu (lemak) dan kopi membuat saya jadi kurang minum air putih,” ucapnya lagi.

    Senada, dokter spesialis hematologi onkologi, Prof Dr dr Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FACP, FINASIM, mengatakan memang ada beberapa kasus kanker saluran empedu ditemukan pada usia muda. Biasanya hal ini berhubungan dengan genetik.

    “Biasanya berhubungan dengan genetik, jadi memang sudah ada gennya dari lahir. (0:20) Ya kanker-kanker yang memang sudah gennya dari lahir, dia ketemunya pada usia yang lebih muda,” tuturnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa (7/8).

    “Nah, pada organ-organ yang lain, misalnya yang tadi saya sebutkan ya, pada saluran empedu juga ada modelnya. Karena ada penyakit saluran empedu yang memang dibawa dari lahir. Yang akhirnya juga berlanjut bisa menjadi kanker,” katanya lagi.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Benarkah Batu Empedu Bisa Picu Kanker Saluran Empedu? Ini Kata Dokter Onkologi

    Benarkah Batu Empedu Bisa Picu Kanker Saluran Empedu? Ini Kata Dokter Onkologi

    Jakarta

    Kanker saluran empedu atau cholangiocarcinoma memang jarang terjadi, tetapi bersifat agresif dan menyebar dengan cepat. Karenanya, pengobatan segera sangat dibutuhkan. Adapun salah satu faktor risiko kanker ini disebut-sebut akibat adanya batu empedu. Bagaimana faktanya?

    Dokter spesialis hematologi onkologi, Prof Dr dr Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FACP, FINASIM, mengatakan batu empedu memang ada kaitannya dengan kanker saluran empedu. Hal ini dikarenakan ketika batu empedu keluar dan melewati saluran empedu, gesekan yang ditimbulkan dapat menyebabkan lecet pada dinding saluran.

    Lecet-lecet tersebut dapat menimbulkan peradangan. Peradangan yang terus berlangsung inilah yang berpotensi menjadi cikal bakal kanker. Meski begitu, ia menegaskan tak semua orang dengan batu empedu akan berisiko kanker.

    “Tapi ternyata orang yang ada batu empedu nggak 100 persen jadi kanker. Cuma sekian persen dikit lah. Sehingga sekarang di kedokterannya, kalau orang ada batu di kantong empedu itu nggak selalu dilakukan dengan pengangkatan kantong empedu,” ucapnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa (8/7/2025).

    Prof Ikhwan menjelaskan, sebagian besar atau sekitar 70 hingga 90 persen pasien dengan kanker kantong empedu memang ditemukan memiliki batu empedu. Namun, bukan berarti batu tersebut menjadi penyebab utama kanker. Juga, kejadian atau kasus batu empedu memicu kanker saluran empedu hanya sedikit.

    “Karena ternyata yang ada batu, diikutin orang yang ada batu, berapa lama gitu, 0,5-3 persen yang jadi kanker. Kalo yang pertama 70-90 persen ada kanker kantong empedu, ada batunya. Jadi banyak yang ada kankernya, terus ada batunya,” kata Prof Ikhwan.

    “Kalo yang satu lagi, ini orang ada batu empedu, dipantau, diobservasi bertahun-tahun, ternyata yang jadi kanker dari 100, cuman setengah orang. Jadi memang nggak banyak (kasusnya),” lanjutnya lagi.

    Lebih lanjut, ia menjelaskan batu empedu bisa memicu kanker jika menyebabkan iritasi kronis di kantong empedu. Iritasi tersebut menyebabkan luka yang terus-menerus, dan pada akhirnya dapat memicu perubahan struktur sel. Aktivasi peradangan jangka panjang inilah yang mendorong terjadinya proliferasi sel abnormal dan meningkatkan risiko keganasan.

    “Ada lecet-lecet. Itu lama-lama akan mengubah daerah peradangan itu menjadi kanker. Gitu ya, menjadi kanker, walaupun tidak 100 persen terjadi pasti. Tapi secara mekanismenya begitu,” ujar Prof Ikhwan.

    (suc/suc)

  • Wanita Samarinda Kena Kanker Saluran Empedu Stadium 4 di Usia 38, Inikah Pemicunya?

    Cerita Wanita Samarinda Kena Kanker Saluran Empedu Stadium 4 di Usia 38, Dikira Maag

    Jakarta

    Seorang wanita berdomisili di Samarinda, Kalimantan Timur, membagikan kisahnya yang didiagnosis kanker saluran empedu stadium 4 di usia yang masih muda, yakni 38 tahun. Wanita bernama Agatha itu tak menyangka gejala seperti maag yang dirasakan menjadi awal dari perjalanan panjang melawan kanker saluran empedu stadium akhir.

    Agatha mengatakan, awalnya ia mengalami nyeri di lambung, seperti sakit maag biasa. Selama sebulan, ia bahkan sempat tiga kali keluar masuk UGD. Meski telah mendapatkan pengobatan, kondisi Agatha tak kunjung membaik, bahkan semakin memburuk.

    “Tiga kali juga diinject dan didiagnosa hanya sakit maag, namun yang terakhir setelah di-inject obat maag, maag tidak kunjung sembuh, malah semakin parah dan disertai demam,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Selasa (8/7/2025).

    Wanita yang kini berusia 39 tahun itu juga mengalami gejala berupa rasa nyeri yang mengarah ke bagian kanan atas perut, tepat di bawah rusuk, gatal-gatal di telapak tangan dan kaki, lalu merambat ke seluruh tubuh, bahkan ia juga merasakan perubahan warna kulit menjadi kuning hingga gelap, cepat lelah, serta mengalami demam dan menggigil hampir setiap hari.

    Beberapa dokter spesialis penyakit dalam di Samarinda awalnya mendiagnosisnya hanya mengalami gangguan ringan pada hati. Namun, Agatha merasa ada yang tidak beres.

    “Karena saya tidak puas dengan hasilnya, saya cek ke dokter spesialis dalam lainnya dan di-USG abdomen, ditemukan ada batu empedu. dan saya diberi obat penghancur batu empedu,” ucap Agatha.

    “Namun Kondisi tidak kunjung membaik, semakin menguning hingga badan lemas sampai saya tidak bisa kerja dan aktivitas normal, BB turun drastis (waktu itu dalam sebulan saya turun 3 kg), sering sesak napas, kemudian saya cek ke dokter Gastroentero Hepatologi, dan diarahkan untuk Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP),” lanjutnya.

    Hasil MRCP menunjukkan terdapat batu yang menyumbat saluran empedu utama dan ditemukan kelainan struktur hati. Agatha lalu dirujuk ke dokter bedah digestif di Samarinda, yang menyebut kondisi tersebut kemungkinan merupakan kelainan bawaan atau genetik.

    Merasa pengobatan wilayahnya terlalu lambat dengan kondisi yang terus melemah menggunakan kursi roda, Agatha akhirnya memutuskan untuk ke Jakarta pada Agustus 2024 untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

    Di sana, seluruh pemeriksaan diulang. Pada September 2024, ia menjalani operasi pertama, dan hasil patologi anatomi (PA) menunjukkan adanya tumor ganas di saluran empedu yang sudah menyebar ke hati.

    “Kemudian kami pulang. kondisi saya juga semakin membaik. namun bulan November muncul gejala kembali, yaitu kulit saya mulai menguning sampai ke mata saya. Urine juga kuning pekat seperti teh. hal ini terjadi terutama jika kondisi tubuh saya terlalu lelah,” tuturnya.

    Keadaan semakin memburuk dan pada pertengahan Januari 2025, Agatha kembali ke Jakarta dalam kondisi yang sangat lemah. Berat badannya turun hingga total 10 kilogram, bahkan ia juga mengalami mual, muntah, demam menggigil, sesak napas, dan kelelahan ekstrem.

    Saat dirawat inap di Jakarta, Agatha baru benar-benar mendapatkan penjelasan dari dokter bahwa sejak September 2024 ia telah terdiagnosis kanker saluran empedu yang telah menyebar ke hati (metastasis) atau stadium 4.

    Pada Februari 2025, ia kembali menjalani operasi kedua berupa prosedur by pass lambung dan usus (Longmire Procedure). Dari jaringan yang diambil saat operasi, diketahui bahwa sel kanker juga telah menyebar ke duodenum atau usus dua belas jari.

    “Jadi waktu saya umur 3 tahun itu saya pernah dioperasi karena kista di hati dan usus di bypass. nah kata dokter, kemungkinan penyakit yang dulu itu mengamuk atau muncul lagi setelah puluhan tahun. tapi sebelumnya saya juga sudah beberapa kali operasi angkat tumor jinak di payudara,” sambungnya.

    “Jadi badan saya seperti lahan subur untuk tumor, seperti itu,” ungkapnya lagi.

    Pada akhir Mei 2025, Agatha menjalani prosedur Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) dan dipasang tiga stent di saluran empedu untuk mencegah penyumbatan. Pada bulan Juni 2025, ia memilih menjalani imunoterapi, setelah mempertimbangkan bahwa kemoterapi memiliki kemungkinan keberhasilan yang sangat kecil.

    “Seharusnya dengan kondisi gatal-gatal seperti ini saya sudah harus kontrol ke dokter dan kemungkinan ganti stent, namun posisi saya masih di Samarinda, paling lambat awal bulan depan saya kembali lagi ke Jakarta,” ucapnya.