Jenis Media: Kesehatan

  • Penjelasan Dokter Harvard soal Penyakit yang Dialami Trump, Berbahayakah?

    Penjelasan Dokter Harvard soal Penyakit yang Dialami Trump, Berbahayakah?

    Jakarta

    Pihak Gedung Putih atau White House mengumumkan Presiden AS Donald Trump mengidap chronic venous insufficiency atau insufisiensi vena kronis. Penyakitnya ini ketahuan setelah dia menjalani pemeriksaan imbas kakinya yang bengkak.

    Dokter emergensi Dr Jeremy Faust dari Harvard Medical School menjelaskan insufisiensi vena kronis adalah kondisi ketika katup di dalam vena tertentu tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga darah dapat mengumpul di dalam vena. Sekitar 150.000 orang didiagnosis dengan kondisi ini setiap tahun, dan risikonya meningkat seiring bertambahnya usia.

    “Pada dasarnya ini bukan informasi yang mengkhawatirkan, dan tidak mengejutkan,” ujar Dr Faust kepada CNN.

    Dia mengatakan, seiring bertambahnya usia, sebagian aliran darah kembali ke jantung, yang disebut aliran balik vena, melambat pada beberapa pasien dibandingkan pasien lainnya, dan hal ini dapat menyebabkan pembengkakan, yang mungkin terlihat seperti varises.

    Kondisi ini merupakan bagian yang cukup normal dari penuaan, terutama bagi seseorang yang berada dalam kategori kelebihan berat badan hingga obesitas, seperti yang dialami oleh Trump.

    “Namun, kekhawatiran yang lebih besar adalah bahwa gejala seperti ini perlu dievaluasi untuk kondisi yang lebih serius,” ucap dia.

    Insufisiensi vena kronis bisa berujung kepada trombosis vena dalam, yaitu gumpalan darah abnormal. Gumpalan darah ini dapat menyumbat aliran darah dan berpotensi menyebabkan masalah serius jika gumpalan tersebut lepas dan terbawa ke paru-paru atau organ lain.

    “Jika darah Anda terlalu kental atau terlalu lambat kembali ke jantung, yang merupakan kondisi yang dialami presiden, gumpalan darah ini dapat mulai menumpuk di tempat yang tidak seharusnya atau menjadi terlalu besar sehingga tidak aman,” katanya.

    (kna/kna)

  • Bukan Penyakit Guna-guna, Begini Fakta Epilepsi yang Sering Disalahartikan

    Bukan Penyakit Guna-guna, Begini Fakta Epilepsi yang Sering Disalahartikan

    Jakarta

    Epilepsi atau ayan adalah gangguan saraf kronis yang ditandai dengan kejang berulang akibat aktivitas listrik abnormal di otak. Banyaknya stigma tentang penyakit ini membuat pasien kerap enggan memeriksakan diri ke dokter.

    “Epilepsi bukan kutukan, bukan gangguan jiwa, dan banyak pasien bisa menjalani hidup normal dengan

    diagnosis dan pengobatan yang tepat,” ujar Kelompok Kerja Epilepsi dan EEG, Perdosni Pusat, dr Aris Catur Buntoro, SpN, Subsp.NNET (K), Jumat (18/72025).

    dr Aris menjelaskan epilepsi adalah gangguan pada sistem saraf pusat yang menyebabkan aktivitas otak menjadi tidak normal, mengalami kejang, sensasi tidak biasa, atau kehilangan kesadaran. Penyakit ini bisa muncul dengan gejala yang tak selalu dramatis, seperti melamun mendadak, gerakan aneh yang berulang, atau kehilangan kesadaran sesaat.

    Hanya saja minimnya pemahaman masyarakat membuat pasien epilepsi kerap dikucilkan, bahkan di lingkungan keluarga sendiri. Banyak dari mereka yang merasa cemas menjalani aktivitas normal seperti naik kendaraan umum, bekerja, bahkan sekadar bersekolah, karena risiko kejang yang bisa datang tiba-tiba.

    “Takut jatuh, cedera, atau menjadi perhatian orang sekitar membuat sebagian besar pasien menarik diri

    dari lingkungan sosialnya. Tak sedikit pasien yang terganggu pekerjaannya karena stigma atau dianggap tidak mampu,” ucap dia.

    Diagnosis epilepsi membutuhkan ketelitian, dan ditunjang oleh mesin elektroensefalografi (EEG) sebagai alat pemeriksaan utama untuk mendiagnosa epilepsi secara akurat, untuk merekam aktivitas listrik otak. Melalui pola-pola ini, epilepsi dapat teridentifikasi.

    Pada kesempatan yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, bahwa, setidaknya lebih dari satu juta orang di Indonesia diperkirakan hidup dengan epilepsi.

    Sebagian besar belum mendapatkan diagnosis yang tepat, bahkan banyak yang belum menyadari bahwa mereka mengalami gangguan pada sistem syaraf yang sebenarnya dapat ditangani secara medis.

    “Akibatnya, banyak pasien epilepsi yang tidak tertangani secara optimal dan justru mengalami stigma atau mendapat pengobatan tradisional yang tidak tepat. Hal ini dikhawatirkan dapat memperburuk kualitas hidup mereka dan meningkatkan risiko komplikasi,” kata Nadia.

    Di sisi lain, menurut dokter Siti terdapat keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan neurologis, terutama di daerah-daerah terpencil. Fasilitas seperti elektroensefalografi (EEG) sebagai alat utama dalam mendiagnosis epilepsi masih sangat terbatas dan umumnya hanya tersedia di rumah sakit tipe A atau B, dan sebagian tipe C.

    “Selain itu, jumlah dokter spesialis saraf (neurolog) juga masih minim dan penyebarannya tidak merata di seluruh wilayah Indonesia,” tandas Nadia.

    (sao/kna)

  • Momen ‘Sleeping Prince’ Dirawat karena Koma 20 Tahun sebelum Meninggal di Usia 36

    Momen ‘Sleeping Prince’ Dirawat karena Koma 20 Tahun sebelum Meninggal di Usia 36

    Sarah Oktaviani Alam – detikHealth

    Minggu, 20 Jul 2025 17:00 WIB

    Jakarta – Pangeran Al-Waleed bin Khaled bin Talal bin Abdulaziz Al Saud atau yang ‘Sleeping Prince’ meninggal di usia 36 tahun. Ia meninggal setelah koma selama 20 tahun.

  • Alasan Psikologis di Balik Selingkuh dengan Rekan Kerja, Heboh gegara Coldplay

    Alasan Psikologis di Balik Selingkuh dengan Rekan Kerja, Heboh gegara Coldplay

    Jakarta

    Baru-baru ini, viral momen romantis tersorot kamera di konser Coldplay, yang diduga perselingkuhan. Tak diduga, reaksi pasangan yang sempat dikira romantis, berubah menjadi momen memalukan lantaran keduanya langsung berbalik dan menghindari kamera.

    Momen tersebut ramai di media sosial dan banyak orang mengklaim pria berambut abu-abu dan wanita berambut pirang itu adalah rekan kerja yang tengah berselingkuh. Si pria disebut CEO Astronomer, Andy Byron, dan wanitanya Chief People Officer-nya, Kristin Cabot.

    Astronomer adalah perusahaan teknologi yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS). Tetapi, keduanya masih belum menanggapi berita tersebut. Terlepas dari kebenarannya, apa alasan yang menyebabkan orang berselingkuh dengan rekan kerja?

    Seorang psikolog pasangan Kathy Nickerson, PhD, yang fokus dalam pemulihan perselingkuhan menyebutkan bahwa rekan kerja adalah pasangan perselingkuhan paling umum.

    “Apa yang saya saksikan selama 25 tahun dalam praktik menunjukkan bahwa secara umum perselingkuhan berfungsi sebagai obat penghilang rasa sakit emosional untuk melepaskan diri dari tekanan batin yang mendalam,” jelas Dr Nickerson yang dikutip dari laman Self.

    Ada hal yang menjadi alasan mengapa perselingkuhan antar rekan kerja menjadi klise dan begitu umum. Menurut terapis pasangan di Los Angeles Patrice Le Goy, PhD, LMFT, hal ini memang benar adanya dan bisa memabukkan.

    Bagi sebagian orang, merahasiakan suatu hubungan bukan hanya dengan pasangan. Tetapi, juga dengan rekan kerja dapat meningkatkan rasa kebahagiaan.

    Ada juga faktor-faktor yang lebih sederhana seperti kenyamanan berada di dekat rekan kerja begitu sering.

    “Ini disebut efek kedekatan. Kita tertarik pada orang yang lebih sering kita temui, itulah sebabnya keakraban dan kenyamanan itu dapat dengan cepat berkembang menjadi sesuatu yang lebih intim,” terang Dr Nickerson.

    Ditambah lagi dengan rasa kebersamaan yang terjalin karena stres bersama, misalnya karena tenggat waktu yang akan datang dan keberhasilan sehari-hari dari sebuah proyek yang berjalan dengan baik. Hal ini yang dapat meningkatkan kenyamanan berada di dekat rekan kerja.

    Meskipun tidak satu pun dari alasan-alasan ini membenarkan perselingkuhan, hal ini menjelaskan mengapa perselingkuhan sering terjadi antar rekan kerja. Dan menurut kedua pakar perselingkuhan, godaan jangka pendek dapat dengan mudah menutupi dampak jangka panjang dari menyakiti pasangan hingga membahayakan karier.

    (sao/kna)

  • Viral Sister Hong, Wanita Jadi-jadian yang Tularkan Virus HIV ke Ribuan Pria

    Viral Sister Hong, Wanita Jadi-jadian yang Tularkan Virus HIV ke Ribuan Pria

    Jakarta

    Belakangan viral pria di China yang dikenal sebagai ‘Sister Hong’. Ia mengaku telah berhubungan seks dengan lebih dari 1.000 pria dan merekam aktivitas tersebut diam-diam.

    Dikutip dari South China Morning Post, pria yang mengaku sebagai wanita itu ditangkap polisi Nanjing, Provinsi Jiangsu, China, pada 5 Juli 2025 karena menjual konten seksualnya.

    Pria berusia 38 tahun bermarga Jiao itu mengaku sebagai wanita untuk menjebak pria-pria. Ia menggunakan riasan tebal, wig, rok panjang, dan memalsukan suaranya untuk menipu korbannya.

    Dilaporkan Jiao telah berhubungan seks dengan 1.691 pria. Menurut laporan China Press, banyak dari pria didiagnosis HIV setelah pertemuan mereka dengan ‘Sister Hong’ atau ‘Sister Red’.

    Namun, jumlah pasti orang yang terinfeksi masih belum diungkapkan. Menurut otoritas setempat, jika seseorang secara sadar melakukan aktivitas seksual tanpa pengaman meski mengetahui status HIV atau infeksi menular seksual (IMS), terdapat risiko penularan penyakit dalam skala besar.

    Sesuai hukum dataran China yang berlaku, jika konsekuensi serius belum terjadi, hukumannya berkisar antara 3-10 tahun penjara. Dalam kasus yang mengakibatkan cedera parah, kematian, atau kerugian signifikan atas properti publik atau pribadi, hukumannya dapat diperpanjang hingga lebih dari 10 tahun penjara, penjara seumur hidup, atau bahkan hukuman mati.

    HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4 atau sejenis sel darah putih. Seiring berjalannya waktu, HIV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh hingga tidak dapat lagi melawan infeksi dan penyakit secara efektif, yang menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).

    Dikutip dari laman WHO, penyakit ini dapat ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh dari orang dengan HIV termasuk darah, ASI, air mani, dan cairan vagina. HIV juga dapat ditularkan ke anak selama kehamilan dan persalinan.

    (sao/kna)

  • Sederet Pasien yang Koma Bertahun-tahun, Pangeran Alwaleed ‘Tidur’ 20 Tahun

    Sederet Pasien yang Koma Bertahun-tahun, Pangeran Alwaleed ‘Tidur’ 20 Tahun

    Jakarta

    Koma merupakan keadaan tidak sadar yang berkepanjangan yang membuat seseorang yang masih hidup, tetapi tidak dapat dibangunkan dan tidak menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Kondisi ini adalah keadaan darurat medis yang dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, termasuk cedera otak traumatis, stroke, atau penyakit lainnya.

    Ternyata, ada beberapa orang di dunia yang mengalami kondisi koma dalam waktu yang lama. Bahkan, kondisi itu terjadi selama puluhan tahun.

    Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa pasien yang ‘tidur’ terlama akibat koma:

    1. Pangeran Al-Waleed bin Khaled bin Talal Al Saud

    Salah satu pasien yang mengalami koma terlama adalah Pangeran Al-Waleed bin Khaled bin Talal Al Saud atau dikenal sebagai ‘Sleeping Prince’. Kondisi ini terjadi setelah ia kecelakaan lalu lintas, saat belajar sebagai kadet militer di London.

    Saat itu, ia baru berusia 15 tahun saat insiden itu terjadi pada 2005. Pangeran Al-Waleed mengalami cedera otak parah dan perdarahan internal dan koma hingga 20 tahun.

    Namun, putra sulung Pangeran Khaled bin Talal Al Saud, mengumumkan kematian ‘Sleeping Prince’ dalam sebuah unggahan di X, Sabtu (19/7/2025).

    “Dengan hati yang meyakini kehendak dan ketetapan Tuhan, serta dengan kesedihan dan duka yang mendalam, kami berduka atas putra tercinta kami, Pangeran Al-Waleed Bin Khalid Bin Talal Bin Abdulaziz Al Saud, semoga Tuhan mengasihaninya, yang meninggal dunia hari ini.”

    2. Edwarda O’Bara ‘Putri Salju yang Tertidur’

    Edwarda O’Bara dikenal sebagai ‘Putri Salju yang Tertidur’ di Amerika. Kehidupannya berubah tragis saat ia mengalami koma selama empat dekade saat remaja, tetapi tidak pernah bangun lagi.

    Dikutip dari The Sun, saat Edwarda berusia 16 tahun ia mengalami pneumonia. Tetapi, ia bereaksi buruk terhadap obat yang diberikan kepadanya.

    Orang tua Edwarda, Kaye dan Joye, mengatakan putrinya itu sempat terbangun dengan gemetar dan kesakitan yang luar biasa karena insulin oral yang ia konsumsi tidak mencapai aliran darahnya. Joye sempat mendapati kaki Edwarda dipenuhi ‘benjolan gula’ di bawah kulit.

    Edwarda menghabiskan 42 tahun tanpa sadarkan diri, sementara keluarganya berjuang keras untuk mempertahankan hidupnya. Tetapi, sebelum koma Edwarda meninggalkan keluarganya dengan satu pesan terakhir yang akan mengubah hidup mereka.

    “Janji, ibu tidak akan meninggalkanku,” kata Edwarda sebelum koma.

    Edwarda akhirnya meninggal dunia pada 21 November 2012 di usia 59 tahun. Ribuan orang terus mengunjungi rumah O’Bara setelah kematiannya, yang memang tergerak karena kisah luar biasa tentang cinta dan komitmen yang tidak pernah pudar.

    3. Jean-Pierre Adams

    Mantan pesepakbola Prancis, Jean-Pierre Adams, meninggal dunia setelah 39 koma. Ia meninggal pada usia 73 tahun.

    Adams dirawat di rumah sakit untuk operasi lutut pada Maret 1982, tetapi tidak pernah sadar kembali setelah terjadi kesalahan dalam pemberian anestesi.

    Pada saat itu, Adams menjalani operasi untuk memperbaiki tendon yang rusak di lututnya. Kondisi itu dialaminya saat mengikuti kamp pelatihan, banyak staf di rumah sakit di Lyon mogok kerja, secara eksternal.

    Operasi tetap berjalan dengan ahli anestesi menangani delapan pasien, termasuk Adams, pada saat yang bersamaan. Adams diawasi oleh seorang peserta pelatihan.

    “Saya tidak mampu melaksanakan tugas yang dipercayakan kepada saya,” tutur Adams yang dikutip dari BBC.

    Banyak kesalahan yang dilakukan antara ahli anestesi dan peserta pelatihan, menyebabkan Adams mengalami henti jantung dan kerusakan otak. Baru pada pertengahan 1990-an, ahli anestesi dan peserta pelatihan dihukum – hukuman percobaan satu bulan dan denda 750 euro atau sekitar 14 juta rupiah.

    Adams dipulangkan dari rumah sakit setelah 15 bulan dan dirawat di rumah di Nimes oleh istrinya, Bernadette, sejak saat itu. Selama empat dekade, ia menghabiskan hampir setiap hari merawat Jean-Pierre, mengganti pakaiannya, menyiapkan makanannya, tak pernah lupa memberinya hadiah, dan sering kali juga berbicara dengannya.

    Namun, Bernadette mengungkapkan bahwa rumah sakit tidak pernah meminta maaf atas kecelakaan yang selalu ia pikirkan setiap hari.

    4. Munira Abdulla

    Seorang wanita asal Uni Emirat Arab (UEA) yang mengalami luka parah dalam kecelakaan lalu lintas pada tahun 1991 di Jerman. Beruntungnya, ia pulih setelah koma selama 27 tahun.

    Dikutip dari BBC, Abdulla yang pada saat 32 tahun mengalami kecelakaan hingga menyebabkan cedera otak parah. Mobil yang ditumpanginya bertabrakan dengan sebuah bus dalam perjalanannya menjemput putranya dari sekolah.

    Putranya, Omar Webair, yang saat digendong ibunya berhasil selamat tanpa cedera. Tetapi, Abdulla mengalami luka parah yang dirawat di rumah sakit di Jerman.

    Abdulla akhirnya dibawa ke rumah sakit, dan kemudian dipindahkan ke London. Di sana, dia dinyatakan dalam kondisi vegetatif atau tidak responsif, tetapi masih bisa merasakan sakit.

    Ia dikembalikan ke Al Ain, sebuah kota di UEA di perbatasan dengan Oman. Abdulla dipindahkan ke berbagai fasilitas medis sesuai dengan persyaratan asuransi.

    Abdulla tinggal di sana selama beberapa tahun, diberi makan melalui selang dan tetap hidup. Ia menjalani fisioterapi untuk memastikan otot-ototnya tidak melemah karena kurangnya gerakan.

    Sampai akhirnya, ia sadar dan menjadi lebih responsif. Abdulla bisa merasakan sakit dan berbicara.

    Namun, untuk bisa pulih ia harus menjalani fisioterapi dan rehabilitasi lebih lanjut. Terutama untuk memperbaiki postur tubuhnya saat duduk dan mencegah otot berkontraksi.

    5. Martha von Bulow

    Seorang pewaris di Amerika Serikat, Martha von Bulow, menghabiskan hampir tiga dekade dalam keadaan koma. Wanita yang dikenal sebagai Sunny itu ditemukan tak sadarkan diri di rumah besarnya di Rhode Island pada Desember 1980.

    Keluarga von Bulow sedang merayakan Natal tepat sebelum Natal tahun 1980 ketika Sunny von Bulow. Sunny yang saat itu berusia 48 tahun dan memiliki riwayat konsumsi narkoba, serta kebiasaan minum alkohol yang berlebihan jatuh sakit dalam keadaan linglung.

    Dikutip dari BBC News, dokter menyimpulkan bahwa Sunny menderita kerusakan otak yang membuatnya berada dalam ‘kondisi vegetatif persisten’. Meskipun ia tetap hidup melalui selang makanan dengan perkiraan biaya ratusan ribu dolar per tahun, Sunny von Bulow tidak pernah sadar kembali.

    Sampai akhirnya, Sunny meninggal dunia pada usia 76 tahun setelah dinyatakan koma selama 28 tahun.

  • 8 Bayi di Inggris Lahir Lewat Gabungan DNA 3 Orang Tua, Kok Bisa?

    8 Bayi di Inggris Lahir Lewat Gabungan DNA 3 Orang Tua, Kok Bisa?

    Jakarta

    Delapan bayi di Inggris lahir dengan DNA tiga orang tua, memungkinkan mereka terbebas dari penyakit mitokondria atau kelainan genetik langka. Metode ini memanfaatkan DNA dari tiga orang sekaligus: ibu, ayah dan donor perempuan.

    DIkutip dari Science Direct, bayi-bayi tersebut, empat perempuan dan empat laki-laki, termasuk satu pasang kembar identik, lahir dari tujuh perempuan yang berisiko tinggi menularkan penyakit serius yang disebabkan oleh mutasi pada DNA mitokondria.

    Temuan ini, yang dilaporkan pada 16 Juli oleh tim Newcastle University Inggris, yang memelopori donasi mitokondria menggunakan sel telur manusia yang telah dibuahi, menunjukkan bahwa pengobatan baru ini, yang dikenal sebagai transfer pronuklear, efektif dalam mengurangi risiko penyakit DNA mitokondria yang sebelumnya tidak dapat disembuhkan.

    “Semua bayi sehat saat lahir, memenuhi tonggak perkembangan mereka, dan mutasi DNA mitokondria penyebab penyakit pada ibu tidak terdeteksi atau terdapat pada tingkat yang sangat kecil kemungkinannya menyebabkan penyakit,” demikian tulis penelitian yang dipublikasikan di jurnal The New England Journal of Medicine (NEJM).

    Teknik ini dipelopori oleh tim yang berbasis di Universitas Newcastle, Inggris, dan Yayasan NHS Rumah Sakit Newcastle upon Tyne, dalam penelitian yang didanai oleh Wellcome dan NHS Inggris.

    “Penyakit mitokondria dapat berdampak buruk pada keluarga. Berita hari ini menawarkan harapan baru bagi lebih banyak perempuan yang berisiko mewariskan kondisi ini, yang kini memiliki kesempatan untuk memiliki anak tanpa penyakit mengerikan ini,” kata Profesor Sir Doug Turnbull dari Universitas Newcastle yang terlibat dalam penelitian ini.

    Ibu dari bayi perempuan yang lahir melalui donasi mitokondria berkata mereka sangat bahagia dengan terobosan medis ini, membuat yakin bahwa anaknya akan terbebas dari penyakit serius.

    “Setelah bertahun-tahun ketidakpastian, perawatan ini memberi kami harapan-dan kemudian melahirkan bayi kami. Kami memandang mereka sekarang, penuh kehidupan dan kemungkinan, dan kami dipenuhi rasa syukur. Sains memberi kami kesempatan,” ucapnya.

    (kna/kna)

  • Donald Trump Sakit Chronic Venous Insufficiency, Ketahuan gegara Kaki Bengkak

    Donald Trump Sakit Chronic Venous Insufficiency, Ketahuan gegara Kaki Bengkak

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump sakit chronic venous insufficiency atau insufisiensi vena kronis. Penyakitnya ini ketahuan setelah dia menjalani pemeriksaan imbas kakinya yang bengkak.

    Sekretaris pers Karoline Leavitt juga membahas memar di punggung tangan Trump, yang terlihat dalam foto-foto terbaru yang ditutupi riasan yang tidak sama persis dengan warna kulitnya. Ia mengatakan memar tersebut “konsisten” dengan iritasi akibat “sering berjabat tangan dan penggunaan aspirin.” Trump mengonsumsi aspirin untuk mengurangi risiko serangan jantung dan stroke.

    Leavitt tidak menyebutkan kapan Trump pertama kali menyadari pembengkakan di kaki bagian bawahnya. Sebagai bagian dari perawatan medis rutin presiden dan sebagai “tindakan pencegahan yang sangat hati-hati”, ia mengatakan Trump menjalani “pemeriksaan komprehensif” yang mencakup pemeriksaan pembuluh darah, ekstremitas bawah, dan ultrasonografi.

    Selain itu hasil pemeriksaan juga menunjukkan tidak ada bukti adanya trombosis vena dalam, sejenis bekuan darah atau penyakit arteri, yang dapat mencakup penyumbatan.

    Foto-foto Trump di final Piala Dunia Antarklub di New Jersey selama akhir pekan menunjukkan dia dengan pergelangan kaki yang terlihat bengkak, memicu spekulasi tentang penyebabnya.

    Kata pakar soal chronic venous insufficiency

    Perhimpunan Bedah Vaskular yang berbasis di AS mengatakan chronic venous insufficiency dapat menyebabkan rasa berat pada anggota tubuh yang terkena, serta pembengkakan dan nyeri. Dalam beberapa kasus, insufisiensi vena kronis juga dapat menyebabkan kram, kejang, dan ulkus kaki yang menyakitkan.

    “Insufisiensi vena kronis dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup, tetapi deteksi dan pengobatan dini dapat membuat perbedaan yang substansial,” ujar Joshua A. Beckman, MD, FAHA, mantan ketua Komite Penasihat Kesehatan Vaskular dan Dewan Ilmiah Penyakit Vaskular Perifer dari American Heart Association.

    Mengenakan stoking kompresi medis yang dibuat khusus dapat membantu mengatasi kondisi ini, dan para ahli juga menyarankan pasien untuk meninggikan kaki mereka di malam hari dan menggunakan losion.

    (kna/kna)

  • Momen ‘Sleeping Prince’ Dirawat karena Koma 20 Tahun sebelum Meninggal di Usia 36

    Kisah Haru Ayah ‘Sleeping Prince’, Rawat Anaknya dari Koma hingga Meninggal

    Jakarta

    Pangeran Khaled bin Talal mengumumkan wafatnya putranya, Pangeran Alwaleed bin Khaled bin Talal atau ‘Sleeping Prince’, setelah hampir dua dekade koma akibat kecelakaan di London pada tahun 2005. Pangeran Alwaleed mengalami koma total setelah kecelakaan tersebut saat ia menempuh pendidikan di Inggris.

    “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan menyenangkan [Nya], dan masuklah ke dalam Surga-Ku… Dengan hati yang meyakini kehendak dan ketetapan Allah, dan dengan duka yang mendalam, kami berduka atas putra tercinta kami,” tulis Pangeran Khaled bin Talal bin Abdulaziz, ayahnya, mengonfirmasi berita meninggalnya putranya.

    Diberitakan Gulf News, selama anaknya koma, Pangeran Khaled dengan tegas menolak untuk melepaskan alat bantu kehidupan, menyatakan keyakinannya yang teguh bahwa hidup dan mati sepenuhnya berada di tangan Tuhan.

    Pada tahun 2015, dokter menyarankan untuk melepaskan alat bantu kehidupan, tetapi ayahnya menolak, berpegang teguh pada harapan akan keajaiban.

    “Jika Tuhan menghendakinya meninggal dalam kecelakaan itu, ia pasti sudah berada di kuburnya sekarang,” katanya pada saat itu.

    Pada tahun 2019, kondisi Pangeran Alwaleed disebut ada kemajuan dengan bereaksi seperti mengangkat jari atau menoleh. Hanya saja setelah momen itu, tidak ada perbaikan.

    Ayahnya juga kerap mendoakan putranya dan membagikan kondisi Pangeran Alwaleed lewat sosial media. Di setiap kesempatan, sang ayah yang berduka tetap teguh pada harapan, memohon dengan keyakinan yang mendalam agar putra kesayangannya segera pulih dan menunggu keajaiban meski anaknya sudah dua dekade koma.

    Koma adalah kondisi tidak sadar yang berkepanjangan, dan meskipun beberapa orang pulih, beberapa mungkin mengalami komplikasi seperti infeksi, pembekuan darah, atau pneumonia, yang dapat berakibat fatal. Selain itu, koma dapat berkembang menjadi mati otak, ketika semua fungsi otak berhenti, dan tubuh tidak dapat bertahan hidup tanpa alat bantu hidup buatan.

    (kna/kna)

  • Donald Trump Didiagnosis Chronic Venous Insufficiency, Penyakit Apa Itu?

    Donald Trump Didiagnosis Chronic Venous Insufficiency, Penyakit Apa Itu?

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump didiagnosis dengan kondisi chronic venous insufficiency atau insufisiensi vena kronis. Kabar ini disampaikan langsung oleh pihak White House.

    “USG Doppler vena bilateral pada ekstremitas bawah dilakukan dan menunjukkan insufisiensi vena kronis, suatu kondisi jinak dan umum, terutama pada individu berusia di atas 70 tahun,” tulis dokter kepresidenan AS Capt. Sean Barbabella.

    Dalam foto yang dirilis APNews, terlihat kaki kiri Trump tampak bengkak saat menerima kunjungan Putra Mahkota Bahrain, Salman bin Hamad Al Khalifa, di Oval Office.

    Apa itu chronic venous insufficiency?

    chronic venous insufficiency atau insufisiensi vena kronis adalah kondisi ketika katup di dalam vena tertentu tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga darah dapat menggenang atau terkumpul di dalam vena. Sekitar 150.000 orang didiagnosis dengan kondisi ini setiap tahun, dan risikonya meningkat seiring bertambahnya usia.

    “Pada dasarnya ini bukan kondisi yang mengkhawatirkan, dan tidak mengejutkan,” ujar Dr. Jeremy Faust, asisten profesor kedokteran darurat di Harvard Medical School, kepada CNN.

    “Ini adalah bagian yang cukup normal dari penuaan, terutama bagi seseorang yang berada dalam kategori kelebihan berat badan hingga obesitas, yang selalu dialami presiden. Namun, kekhawatiran yang lebih besar … adalah gejala seperti ini perlu dievaluasi untuk kondisi yang lebih serius, dan itulah yang terjadi.”

    Menurut hasil pemeriksaan fisik Trump pada April 2025, fungsi jantungnya normal dan “aliran darah ke ekstremitasnya tidak terganggu.” Hasil pemeriksaan fisik terakhirnya juga menunjukkan tinggi badannya 190 cm dan berat badannya 100 kg, yang menunjukkan ia kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan atau obesitas merupakan faktor risiko insufisiensi vena kronis.

    Apa gejala chronic venous insufficiency?

    Ketika darah menggenang di kaki akibat insufisiensi vena kronis atau chronic venous insufficiency, hal ini dapat menyebabkan pembengkakan seperti yang terlihat di pergelangan kaki Trump dalam foto-foto terbaru.

    Hal ini juga dapat disertai rasa sakit dan gatal, atau dalam kasus yang lebih serius dapat disertai perubahan pada kulit, borok, pendarahan, atau trombosis vena dalam-pembekuan darah di kaki.

    “Hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi serius, tetapi kondisi ini sendiri bukanlah kondisi serius, dan sangat umum,” ujar Dr. Matthew Edwards, ketua Departemen Bedah Vaskular di Universitas Wake Forest, kepada BBC.

    Para ahli mengatakan risiko lainnya termasuk kelebihan berat badan, memiliki riwayat pembekuan darah, dan memiliki pekerjaan yang mengharuskan pasien berdiri dalam jangka waktu lama.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Yang Ditemukan dari Pemeriksaan Medis Trump Selama 5 Jam”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)