Jenis Media: Kesehatan

  • Fakta-fakta Kematian Hulk Hogan, Dugaan Henti Jantung hingga Riwayat Sakit

    Fakta-fakta Kematian Hulk Hogan, Dugaan Henti Jantung hingga Riwayat Sakit

    Jakarta

    Pegulat legendaris WWE Hulk Hogan meninggal dunia di rumahnya di Florida, Amerika Serikat. Pria dengan nama asli Terry Gene Bollea ini menghembuskan napas terakhir di usia 71 tahun pada Kamis (24/7/2025).

    Dikutip dari New York Times, Departemen Kepolisian Clearwater dalam konferensi persnya menyebut Hogan meninggal karena mengalami ‘masalah medis serius’.

    Dikabarkan Henti Jantung

    TMZ Sports melaporkan, sebuah rekaman audio menunjukkan seorang operator panggilan 911 mengirimkan bantuan medis ke kediaman Hogan di Clearwater, Florida. Operator tersebut menyinggung ‘cardiac arrest’ atau henti jantung.

    Sementara itu, beberapa paramedis dalam rekaman video tampak melakukan kompresi dada sementara Hogan dibawa ke ambulans. Hogan dinyatakan meninggal setibanya di rumah sakit.

    “Panggilan tersebut adalah untuk permintaan bantuan henti jantung (cardiac arrest). Seorang warga berusia 71 tahun, Hulk Logan, dirawat oleh kru pemadam kebakaran dan penyelamatan Clear water sebelum dibawa oleh Sunstar ke Rumah Sakit Morton Plant,” kata polisi dalam sebuah pernyataan.

    Tidak ada penyebab resmi kematian yang diungkapkan, meskipun pejabat setempat mengonfirmasi tidak ada dugaan tindak pidana. Namun beberapa bulan ke belakang, rumor tentang kesehatannya memang sempat jadi sorotan, termasuk saat menjalani operasi jantung pada Juni 2025.

    Apa Itu Henti Jantung?

    Dikutip dari Mayo Clinic, cardiac arrest atau henti jantung merupakan kondisi ketika aktivitas jantung terhenti karena denyut yang tidak normal. Tanpa penanganan yang cepat, pasien dapat mengalami kematian.

    Penanganan darurat untuk henti jantung mencakup cardiopulmonary resuscitation (CPR) dan pemberian kejut jantung dengan automated external defibrillator (AED). Penanganan cepat dan tepat bisa memberikan peluang keselamatan bagi pasien.

    Henti jantung berbeda dengan serangan jantung atau heart attack, yang terjadi umumnya karena sumbatan pembuluh darah ke jantung. Namun serangan jantung dapat menjadi salah satu penyebab henti jantung.

    25 Kali Melakukan Operasi

    Pada siniar dengan bersama Logan Paul, Hogan mengatakan bahwa dirinya sudah menjalani sekitar 25 operasi dalam 10 tahun terakhir.

    “Tidak ada yang bilang kalau gimmick ini (WWE) palsu. Saya sudah menjalani 10 operasi punggung, mengganti kedua lutut dan pinggul, bahu, semuanya,” kata Hogan.

    Putrinya, Brooke Hogan, mengonfirmasi bahwa dalam 10 tahun antara 2011 dan 2021, ayahnya menjalani sekitar 25 operasi, termasuk operasi penggantian lutut, bahu, punggung, dan pinggul. Angka sebenarnya kemungkinan mendekati 30 kali operasi.

    Hogan menambahkan bahwa cedera dan prosedur operasi yang ia lakukan membuatnya kesulitan berjalan pada waktu-waktu tertentu. Namun, ini adalah ‘harga’ yang harus dibayar oleh Hogan dari apa yang ia lakukan selama 40 tahun di ring.

    Hogan Dirumorkan Koma

    New York Post melaporkan bahwa sebelum kematian Hogan, beredar rumor terkait kondisi kesehatannya. Salah satu teman Hogan, memberikan pernyataan bahwa pegulat nyentrik tersebut sedang koma.

    “Hogan diduga berada di rumah sakit dan saya mendengar orang-orang berkata bahwa dia mungkin tidak akan selamat,” kata Todd Clem dalam acara radionya beberapa waktu lalu.

    Namun, Perwakilan Hogan membantah klaim kesehatan tersebut, melalui sang istri, Sky Daily menjelaskan bahwa Hogan baru saja menjalani operasi leher pada bulan Mei dan sedang dalam pemulihan yang cepat.

    Beberapa hari sebelum kematian Hogan, anggota lain dari acara radio itu kembali menegaskan dan mengatakan bahwa manajer Hogan telah memberi tahu orang-orang bahwa pegulat itu dalam masalah.

    “Hogan sedang tidak sehat, dia tidak bisa bicara, trakeanya atau apa pun itu rusak, dan dia mengalami masalah, dan kondisinya tidak terlihat baik,” kata pembawa acara radio tersebut.

    Manajemen Hogan juga membantah klaim tersebut, dan bersikeras bahwa dia baru saja bernyanyi di karaoke.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Menyoal Kematian Mendadak pada Orang yang Tampak Sehat”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)

  • Efek Fatal Minum Bir saat Olahraga, Dehidrasi hingga Gangguan Fungsi Hati

    Efek Fatal Minum Bir saat Olahraga, Dehidrasi hingga Gangguan Fungsi Hati

    Jakarta

    Aksi bagi-bagi bir oleh sebuah komunitas lari di ajang Pocari Sweat Run 2025 di Bandung, Jawa Barat, menuai kontroversi. Dari sisi kesehatan, banyak dokter yang mengingatkan akan risiko mengonsumsi alkohol saat berolahraga.

    Sebagai informasi, komunitas lari Freeruners Bandung mencoba menyemangati para pelari menjelang garis finish dengan membagikan bir di dalam gelas plastik. Tentu, aksi ini menuai kontroversi dari warganet.

    Aturan Alkohol di Kota Bandung

    Kota Bandung sendiri memiliki Peraturan Daerah (Perda) khusus untuk mengatur minuman beralkohol. Aturan ini tertuang pada Perda Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pelarangan, Pengawasan, dan Pengendalian Minuman Beralkohol.

    Perda ini bertujuan untuk mencegah dampak negatif minuman beralkohol terhadap kesehatan dan ketertiban masyarakat, serta mengatur penjualan, pengawasan, dan sanksi terkait minuman beralkohol.

    Risiko Kerusakan Hati

    Spesialis penyakit dalam dr Rudy Kurniawan, SpPD mengatakan mengonsumsi bir pasca olahraga tidak sejalan dengan tujuan meningkatkan kesehatan. Menurutnya, salah satu dampak mengonsumsi alkohol adalah terganggunya metabolisme lemak.

    Akibatnya, muncul istilah ‘beer belly’ untuk menggambarkan obesitas sentral yang jamak dialami peminum bir sehingga perutnya tampak buncit.

    Lebih jauh, konsumsi alkohol juga memicu perlemakan hati atau fatty liver. Jika berlanjut, kondisi tersebut dapat menyebabkan kerusakan lebih serius yakni hepatitis alkoholik dan bahkan sirosis atau pengerasan hati.

    “Tidak ada tingkat konsumsi alkohol yang sepenuhnya aman,” tegasnya.

    Menyebabkan Gangguan Kesadaran

    Senada, spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH menjelaskan, Bir atau minuman beralkohol pada dasarnya lebih banyak membawa mudarat dibanding manfaat.

    “Menyebabkan gangguan kesadaran atau mabuk sehingga dapat menyebabkan gangguan perilaku yang kadang dapat menyebabkan kerusakan,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Kamis (24/7/2025).

    “Selain itu alkohol juga diharamkan bagi pemeluk agama islam,” tuturnya.

    Tak hanya itu, dr Aru mengatakan konsumsi alkohol dalam jangka panjang juga berisiko tinggi menyebabkan kerusakan hati, yang dapat berkembang menjadi gagal hati, baik akut maupun kronik. Hal Ini tentu menjadi ancaman serius bagi kesehatan yang sering kali diabaikan oleh para peminum.

    “Jadi lebih banyak keburukan alkohol dibanding kebaikannya. Sesuai dengan itu maka alkohol termasuk bir sebaiknya dihindari,” katanya.

    Menyebabkan Dehidrasi

    Salah satu efek alkohol adalah diuretik, yang berarti dapat meningkatkan produksi urine dan menyebabkan tubuh kehilangan lebih banyak cairan. Dikhawatirkan, mengonsumsi alkohol saat olahraga dapat menyebabkan dehidrasi.

    “Jadi ya memang benar, risiko dehidrasinya jadi lebih tinggi,” ujar spesialis olahraga, dr Andhika Raspati SpKO.

    Selain itu, lanjut dr Dhika, alkohol juga dapat memberikan dampak buruk lain bagi para pelari, seperti mengganggu pemulihan.
    “Selain peluang dehidrasi meningkat adalah dia mengganggu atau menghambat proses recovery jaringan kita. Jadi kalau kita olahraga itu kan pingin recovery berlangsung sempurna ya,” kata dr Dhika.

    “Olahraga kan ‘merusak’ tubuh, tapi dengan proses recovery yang baik, dia akan berkembang tuh kebugaran kita. Otot jadi lebih baik, lebih kuat, lebih cepat kontraksinya,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Cara Mudah Ketahui Kulit Dehidrasi”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)

    Heboh Bagi-bagi Bir Saat Lari

    5 Konten

    Aksi bagi-bagi bir di event lari menuai kontroversi. Selain menabrak norma, dari sisi kesehatan ada dampak buruk minuman beralkohol bagi tubuh.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Cara Menghitung IMT Anak Usia 5-18 Tahun: Panduan untuk Orang Tua Cerdas

    Cara Menghitung IMT Anak Usia 5-18 Tahun: Panduan untuk Orang Tua Cerdas

    Jakarta

    Orang tua tentu ingin memastikan anak tumbuh sehat dan aktif. Salah satu indikator kesehatan yang sering diabaikan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT).

    Dengan memahami dan menghitung IMT anak usia 5-18 tahun, orang tua bisa mengetahui apakah berat badan dan gizi anak dalam kategori yang baik atau tidak. Yuk, pelajari cara menghitung IMT.

    Apa Itu Indeks Massa Tubuh (IMT)?

    Indeks massa tubuh adalah hasil perhitungan berat badan seseorang dibagi dengan kuadrat tinggi badan. Dikutip dari laman Universitas Airlangga, cara ini dikembangkan para ahli untuk mengetahui kisaran berat badan yang sehat sesuai dengan tinggi badan.

    Menurut Permenkes Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak, Indeks Massa Tubuh anak usia 5-18 tahun digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, gizi lebih, dan obesitas.

    Cara Menghitung IMT Anak Usia 5-18 tahun.

    Cara menghitung Indeks Massa Tubuh menurut Kemenkes adalah:

    Berat badan (kg)/Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

    Rumus ini bisa ditunjukkan dengan kg/m2/ IMT dibulatkan dalam satu desimal.
    Jika menggunakan kalkulator dengan tombol (x2) berikut cara mudah menghitungnya:

    Masukkan angka berat badan dalam kgTekan tombol bagiMasukkan angka tinggi badan dalam meterTekan tombol x2. Maka akan muncul tinggi badan dalam kuadratTekan tombol =, maka muncul nilai IMTBulatkan angka IMT menjadi satu desimalKetentuan IMT/U Anak Usia 5-18 Tahun

    Setelah mendapatkan hasil IMT, bagi hasil IMT dengan umur anak. Bandingkan hasil akhir dengan tabel berikut.

    Gizi kurang: -3SD s/d -2SDGizi baik (normal): -2SD s/d +1SDGizi lebih: +1SD s/d +2SDObesitas: >+2SD

    Contoh perhitungan, misalnya IMT anak 10,2 dan umurnya 7 tahun.

    Maka: 10,2:7= 1,45 yang berarti gizi lebih.

    Cara Mencegah Obesitas pada Anak

    Kini obesitas sudah banyak dialami oleh anak-anak. Dikutip dari buku Masalah Status Gizi Lebih Pada Anak Usia Sekolah Dasar Akibat Pandemi oleh Nadiya Ayu Nopihartati, dkk, pencegahan obesitas pada anak usia sekolah bisa dilakukan dengan cara berikut:

    Sering melakukan aktivitas fisik dengan olahraga secara teraturMengonsumsi makanan yang rendah lemak dan sehat, menjaga berat badan anak dengan cara yang sehat.

    Menurut IDAI cara mencegah obesitas bisa dilakukan dengan rumus 5210. Begini penjelasannya:

    5 kali minimal makan buah dan sayur setiap hari. Usahakan buah dan sayur selalu adaAnak tidak boleh duduk lebih dari dua jam. Kebanyakan duduk bisa membuat metabolisme tubuh terganggu dan tidak ada pembakaran kalori.Aktivitas fisik minimal 1 jam per hari yang disesuaikan dengan dengan usia anak0 berarti tidak konsumsi gula tambahan dari manapun

    (elk/kna)

  • Pengakuan Nick Jonas Idap Diabetes Tipe 1, Ini Gejala Awal yang Dirasakan

    Pengakuan Nick Jonas Idap Diabetes Tipe 1, Ini Gejala Awal yang Dirasakan

    Jakarta

    Nick Jonas menceritakan pengalamannya didiagnosis diabetes tipe 1 saat usia 13 tahun. Dalam podcast Penn Badgley pada 24 Juli 2025, Nick, Kevin, dan Joe Jonas mengenang kembali saat kesehatan Nick menurun selama tur sekolah Jonas Brothers pada 2006.

    Nick yang kini berusia 32 tahun menceritakan apa yang terjadi pada tubuhnya saat belum mengetahui dirinya mengalami diabetes tipe 1.

    “Berat badan saya mulai turun drastis, minum banyak air, dan sering ke kamar mandi. Semua tanda yang sekarang saya ketahui adalah gejala diabetes tipe 1,” kenangnya yang dikutip dari laman People, Jumat (25/7/2025).

    Itu merupakan kondisi kronis, saat pankreas memproduksi sedikit atau tidak sama sekali insulin. Tanda-tanda diabetes tipe 1 pada anak-anak cenderung berkembang dengan cepat, dan gejalanya meliputi penurunan berat badan, rasa haus, sering buang air kecil, dan kelelahan.

    Saat itu, Nick tidak tahu bahwa kondisi yang dialaminya adalah tanda atau gejala dari diabetes tipe 1.

    “Ini sebenarnya bukti kurangnya informasi dan kesadaran tentang diabetes tipe 1 saat itu,” sambungnya.

    Sampai saat melakukan perjalanan, Nick dan Joe yang saat itu berusia 16 tahun mengunjungi sebuah tempat di Lancaster, Pennsylvania, untuk bersantai. Nick merasa saat itu Joe seperti mengawasasi dia.

    Ketika pergi ke kolam renang, Joe melihat punggung Nick dan langsung menelepon orang tuanya. Joe mengatakan sepertinya ada yang tidak beres dengan kondisi Nick.

    “Karena saat itu dia (Nick) sangat kurus,” kata Joe (37).

    “Bahkan bila melihat setiap tulangnya,” tambah Kevin (37).

    Nick mengungkapkan saat itu ia merasa tidak enak badan. Saat pergi ke dokter, ia memeriksa kadar glukosa atau gula dalam darahnya.

    Normalnya, kadar glukosa seseorang sekitar 70-120 mg/dL. Dikutip dari Mount Sinai, kadar glukosa darah maksimum untuk seseorang berusia 13-19 tahun adalah 150 mg/dL, saat tidur.

    “(Tapi) kadar glukosa darah saya sekitar 900 mg/dL, yang jelas sangat tinggi,” beber Nick.

    Nick pun memuji pada dokter yang menanganinya saat itu. Ia juga menghabiskan waktu beberapa hari di rumah sakit dan bisa kembali beraktivitas seminggu setelahnya.

    “Saya akan memasuki tahun kedua puluh hidup dengan penyakit ini, yang kebetulan bertepatan dengan tahun ke-20 saya bergabung dengan band ini,” katanya.

    Nick menjelaskan bahwa dalam hal mengendalikan diabetes yang diidapnya, ia menggunakan seperti monitor glukosa.

    “Namun, kemajuan yang telah kami buat sungguh menakjubkan, dari segi teknologi, dan bahkan informasi yang kami miliki sekarang dibandingkan dengan yang kami miliki saat itu sungguh luar biasa,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Video: Kekhawatiran Jika Toilet Training Anak Tertunda, Bisa Sebabkan Ini…

    Video: Kekhawatiran Jika Toilet Training Anak Tertunda, Bisa Sebabkan Ini…

    Video: Kekhawatiran Jika Toilet Training Anak Tertunda, Bisa Sebabkan Ini…

  • Bos WHO Sebut Blokade Bantuan Israel Picu Kelaparan Massal di Gaza

    Bos WHO Sebut Blokade Bantuan Israel Picu Kelaparan Massal di Gaza

    Jakarta

    Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Rabu (23/7/2025) bahwa Gaza tengah menghadapi kelaparan massal buatan manusia. Hal ini merujuk pada blokade Israel yang masih berlangsung dan pembatasan ketat terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan.

    “Saya tidak tahu apa yang akan Anda sebut selain kelaparan massal, itu perbuatan manusia dan itu sangat jelas,” tegas Tedros dalam konferensi pers virtual.

    “Ini karena blokade,” sambungnya yang dikutip dari Channel News Asia, Jumat (25/7).

    Komentar Tedros ini menyusul seruan lebih dari 100 lembaga bantuan yang memperingatkan krisis kelaparan yang semakin para di Gaza. Di mana berton-ton makanan, air bersih, dan pasokan medis masih tertahan di luar wilayah kantong tersebut.

    Lembaga-lembaga bantuan mengungkapkan persediaan makanan Gaza telah habis sejak Israel memberlakukan blokade penuh pada Maret 2025. Ini dilakukan sebagai bagian dari perangnya melawan kelompok militan Palestina, Hamas.

    Meskipun blokade telah dilonggarkan pada bulan Mei, organisasi internasional mengatakan hanya aliran bantuan terbatas yang mencapai populasi Gaza yang berjumlah 2,2 juta jiwa.

    Israel menegaskan bahwa pembatasan diperlukan untuk mencegah pengalihan bantuan kepada militan, dan mengatakan telah memfasilitasi pengiriman makanan yang cukup. Israel telah berulang kali menyalahkan Hamas atas penderitaan di Gaza.

    Kematian Meningkat Akibat Kelaparan

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sekitar 10 orang lagi telah meninggal dalam semalam akibat kelaparan, sehingga totalnya menjadi 111 sejak konflik dimulai. Sebagian besar terjadi dalam beberapa minggu terakhir seiring meluasnya kelaparan.

    WHO mengatakan setidaknya 21 kematian anak akibat malnutrisi telah dilaporkan sepanjang tahun ini. Tetapi, mereka menekankan bahwa jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.

    “Pusat-pusat perawatan malnutrisi penuh dan kekurangan pasokan darurat,” kata para pejabat.

    Tedros menambahkan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mitra kemanusiaannya tidak dapat mengirimkan makanan apapun antara bulan Maret dan Mei selama hampir 80 hari, dan bahwa pengiriman bantuan sejak saat itu masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan.

    Menurut WHO, hasil skrining menunjukkan bahwa sekitar 10 persen penduduk Gaza menderita malnutrisi sedang atau berat, termasuk hingga 20 persen ibu hamil.

    “Pada bulan Juli saja, 5.100 anak telah dimasukkan ke dalam program malnutrisi, termasuk 800 anak yang sangat kurus,” kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk wilayah Palestina.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Bocah Umur 12 Tewas Terinfeksi Amoeba Pemakan Otak saat Berenang di Danau

    Bocah Umur 12 Tewas Terinfeksi Amoeba Pemakan Otak saat Berenang di Danau

    Jakarta

    Seorang bocah berusia 12 tahun di South Carolina, Amerika Serikat meninggal akibat terinfeksi amoeba pemakan otak saat berenang di danau.

    Prisma Health Children’s Hospital-Midlands, rumah sakit yang menangani pasien tersebut mengonfirmasi bahwa bocah malang itu meninggal karena Primary Amebic Meningoencephalitis (PAM), infeksi otak langka namun seringkali berakibat fatal yang disebabkan oleh organisme Naegleria fowleri.

    Menurut Departemen Kesehatan Masyarakat South Carolina, paparan amoeba ini kemungkinan terjadi di Danau Murray, Colombia. Para pejabat kesehatan mengatakan ini adalah kasus pertama amuba pemakan otak di South Carolina sejak tahun 2016.

    Dr Anna-Kathryn Burch, dokter penyakit menular anak di rumah sakit tersebut menjelaskan bahwa infeksi ini sangat fatal, dengan sebagian besar kasus di Amerika Serikat berakhir dengan kematian.

    “Lebih dari 97% kasus yang terjadi sejak tahun 60-an berakhir fatal,” ungkapnya dikutip dari CBS News.

    Dr Burch menjelaskan bahwa infeksi terjadi ketika air bertekanan masuk ke hidung dan bisa menembus hingga ke otak. Ini bisa terjadi saat beraktivitas di air tawar hangat seperti danau, sungai, atau mata air panas, tempat amoeba ini berkembang biak.

    Amoeba pemakan otak umumnya ditemukan di perairan tawar hangat seperti danau, sungai, dan sumber air panas. Amoeba ini juga hidup di kolam renang yang kurang terawat atau minim klorin, dan tinggal di habitat tersebut untuk memakan bakteri.

    Infeksi amoeba pemakan otak sangat jarang terjadi, tetapi hampir selalu berakibat fatal. Gejala biasanya muncul dalam satu hingga 12 hari setelah terpapar dan dapat meliputi sakit kepala, demam, mual, muntah, leher kaku, kejang, dan perubahan kondisi mental.

    (kna/kna)

  • Wadah Makanan si Kecil hingga Galon Air Minum Belum BPA Free? Ini Kata Dokter soal Bahayanya

    Wadah Makanan si Kecil hingga Galon Air Minum Belum BPA Free? Ini Kata Dokter soal Bahayanya

    Jakarta

    Bahaya Bisphenol A (BPA) masih kerap diabaikan. Padahal bahan ini banyak ditemukan dalam produk sehari-hari, mulai dari galon air minum berbahan polikarbonat hingga wadah makanan. Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian ekstra para orang tua untuk memastikan produk yang digunakan bebas BPA.

    Praktisi kesehatan anak, dr Reza Fahlevi, SpA mengatakan penggunaan BPA baik pada galon air minum maupun wadah makanan sama-sama berbahaya. Idealnya, semua benda yang digunakan untuk anak harus BPA-free.

    “Terutama untuk bayi, termasuk botol susunya, kemudian tempat makannya, dan galonnya juga gitu. Jadi ya sama aja sebenernya, sama-sama berbahaya,” kata dr Reza kepada detikcom, Kamis, (24/7/2025).

    Khusus pada galon air minum polikarbonat, risiko cemaran BPA mendapat sorotan khusus. Menurut dr Reza, air minum digunakan terus menerus sehingga risiko kontaminasinya perlu mendapat perhatian lebih.

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI sudah mengatur batas maksimal cemaran BPA dalam galon air minum guna ulang. Namun demikian, perlu juga diperhatikan risiko jangka panjang sekalipun dalam kadar kecil.

    Risiko akumulasi makin jadi persoalan ketika banyak orang tidak menyadari adanya potensi cemaran BPA dalam produk yang digunakannya. Paparan BPA yang tidak disadari juga harus diperhitungkan, dan sebisa mungkin menghindarinya.

    Dampak dari cemaran BPA memang tidak langsung kelihatan karena sifatnya jangka panjang terakumulasi di jaringan tubuh, seperti hati dan tiroid. Namun demikian, bahayanya bisa dialami oleh anak-anak hingga orang dewasa.

    “Kalau untuk anak, ya gangguan tumbuh-kembang, kemudian ke depannya bisa jangkau infertilitas, dan kalau untuk perempuan-perempuan, ya itu juga ke depannya bisa nanti berdampak ke janinnya juga. Kalau batasnya melebihi ya,” tuturnya.

    dr Reza menambahkan, “Mungkin ada hal-hal yang di luar kendali kita yang nggak mungkin kita atur ya, tapi hal-hal yang bisa kita atur maksudnya seperti galon, tempat makan, dan lainnya, kita atur biar dia free BPA, misalnya seperti itu.”

    Dengan ada potensi risiko seperti ini, penting bagi orang tua untuk lebih selektif dan sadar akan produk yang digunakan setiap hari, termasuk dalam memilih air minum untuk keluarga. Hal ini turut menjadi perhatian Le Minerale untuk menjawab kekhawatiran masyarakat dengan terus berupaya menghadirkan air minum yang sehat, aman serta higienis untuk seluruh anggota keluarga.

    Galon Le Minerale yang ditandai dengan kode segitiga PET no 01, menandakan galonnya sudah 100% Bebas BPA, artinya sudah pasti terjamin aman untuk dikonsumsi. Selain itu, Le Minerale memiliki kemasan yang bening dan selalu baru dari pabrik, sehingga terjamin kehigienisannya.

    (up/up)

  • Studi Ini Bawa Peringatan Buat Ortu, Gadget di Bawah 13 Tahun Rusak Mental Anak!

    Studi Ini Bawa Peringatan Buat Ortu, Gadget di Bawah 13 Tahun Rusak Mental Anak!

    Jakarta

    Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa anak-anak, terutama perempuan, yang diberi ponsel sebelum usia 13 tahun berisiko mengalami masalah kesehatan mental yang lebih buruk saat mereka dewasa. Studi ini menganalisis hasil kuesioner dari lebih dari 100 ribu anak muda berusia 18 hingga 24 tahun.

    Penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan gadget sebelum usia 13 tahun dikaitkan dengan hasil kesehatan mental yang lebih buruk.

    Responden yang mendapatkan smartphone lebih awal melaporkan gejala seperti agresi, perasaan terpisah, halusinasi, dan bahkan pikiran untuk bunuh diri.

    Kepemilikan smartphone di usia dini juga terkait dengan citra diri dan harga diri yang lebih rendah pada anak perempuan maupun laki-laki. Anak perempuan melaporkan ketahanan emosional dan kepercayaan diri yang lebih rendah, sementara anak laki-laki merasa kurang tenang, kurang stabil, dan kurang empati.

    “Semakin muda usia anak memiliki smartphone, semakin banyak paparan ini memengaruhi mereka secara psikologis dan membentuk cara mereka berpikir serta memandang dunia,” jelas Tara Thiagarajan, salah satu penulis studi kepada ABC News.

    Hubungan dengan Pikiran Bunuh Diri

    Hasil penelitian mengungkap 48 persen anak perempuan yang memiliki smartphone di usia 5 atau 6 tahun melaporkan memiliki pikiran bunuh diri yang parah, dibandingkan dengan 28 persen anak perempuan yang memiliki smartphone di usia 13 tahun atau lebih.

    Pada anak laki-laki, 31 persen dari mereka yang memiliki smartphone di usia 5 atau 6 tahun melaporkan pikiran bunuh diri yang parah, berbanding 20 persen pada mereka yang memiliki smartphone di usia 13 tahun atau lebih.

    Para penulis studi merekomendasikan untuk membatasi akses smartphone dan media sosial bagi anak-anak di bawah 13 tahun. Mereka juga mendorong pendidikan literasi digital dan akuntabilitas perusahaan teknologi.

    “Idealnya, anak-anak tidak seharusnya memiliki smartphone sampai usia 14 tahun. Dan ketika mereka mendapatkannya, orang tua harus meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan anak-anak mereka tentang cara berinteraksi di internet dan menjelaskan konsekuensinya,” tambah Thiagarajan.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Survei: ChatGPT Berpeluang Jadi Medium Baru untuk Terapi Kesehatan Mental”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • Manfaat Kopi untuk Kesehatan Otak, Prabowo Sebut Bisa Bikin Pintar

    Manfaat Kopi untuk Kesehatan Otak, Prabowo Sebut Bisa Bikin Pintar

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto mengaku rutin mengonsumsi kopi. Baginya, ini merupakan ‘senjata rahasia’ demi menjaga otaknya tetap encer.

    “Ini cangkir, isinya teh, bukan kopi. Kopi itu senjata rahasia saya. Kalau saya minum kopi, saya jadi pintar,” kata Prabowo saat berpidato dalam perayaan Harlah ke-27 PKB di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (23/7/2025) malam.

    Lalu, benarkah efek kafein pada kopi dapat membuat otak lebih encer?

    Meningkatkan Fungsi Kognitif

    Dikutip dari Healthline, para peneliti menemukan bahwa efek kafein dapat membantu meningkatkan kesehatan kognitif.

    Kafein memengaruhi sistem saraf pusat (SSP) dalam beberapa cara. Efeknya diyakini berasal dari cara kafein berinteraksi dengan reseptor adenosin.

    Kafein tidak memperlambat aktivasi neuron seperti adenosin. Sebaliknya, kafein mencegah adenosin memperlambat aktivitas saraf. Zat ini meningkatkan stimulasi SSP, membuat seseorang merasa lebih waspada.

    Selain itu, kafein dapat menyebabkan peningkatan entropi otak saat istirahat.

    Entropi otak sangat penting bagi fungsi otak, dan kadar yang tinggi menunjukkan kognitif yang lebih baik. Peningkatan entropi otak saat istirahat menunjukkan kapasitas pemrosesan informasi yang lebih fleksibel dan bervariasi.

    Kopi dan kafein juga dapat memengaruhi ingatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kafein mungkin memiliki efek positif yang signifikan terhadap memori jangka pendek dan jangka panjang.

    Manfaat Lain Rutin Mengonsumsi Kopi

    Berikut adalah manfaat kesehatan yang bisa didapatkan ketika rutin mengonsumsi kopi.

    1. Meningkatkan Energi

    Kafein dalam kopi diketahui dapat membantu ‘melawan’ rasa lelah dan meningkatkan energi. Hal ini karena kafein dapat memblokir reseptor neurotransmitter yang disebut adenosin, dan ini meningkatkan kadar neurotransmitter lain di otak yang mengatur tingkat energi, termasuk dopamin.

    2. Menurunkan Risiko Diabetes Tipe 2

    Mengonsumsi kopi hitam pahit secara teratur, menurut penelitian dapat menurunkan risiko terkena penyakit diabetes tipe 2. Salah satu studi menemukan setiap cangkir kopi yang dikonsumsi dapat menurunkan risiko diabetes sebesar 11 persen.

    Namun, hal ini tidak berlaku jika seseorang sudah terlanjur mengidap diabetes tipe 2.

    3. Membantu Mengelola Berat Badan

    Meski hubungannya tidak kuat, peneliti menemukan kopi hitam dapat membantu mengendalikan berat badan. Salah satu studi menunjukkan minuman berkafein, seperti kopi, cenderung tidak menyebabkan kenaikan berat badan.

    Studi lain juga menunjukkan mengonsumsi minuman berkafein 30 menit hingga 4 jam sebelum makan dapat mengurangi nafsu makan. Namun, manfaat kafein tersebut akan berkurang jika kopi ditambah gula, krimer, atau zat pemanis lain.

    4. Meningkatkan Suasana Hati

    Kandungan kafein yang ada pada kopi dapat membantu meningkatkan suasana hati. Penelitian juga menunjukkan mengonsumsi empat cangkir kopi atau lebih sehari dapat membantu mengurangi risiko depresi.

    5. Mengurangi Risiko Kanker

    Penelitian menunjukkan kopi dapat membantu menurunkan risiko terkena beberapa jenis kanker seperti kanker payudara, kolorektal, dan hati.

    Para ilmuwan berpendapat khasiat ini berasal dari antioksidan yang terkandung di dalam kopi. Antioksidan dapat membantu melindungi sel-sel tubuh dari molekul berbahaya yang disebut radikal bebas.

    Halaman 2 dari 3

    (dpy/kna)