Jenis Media: Kesehatan

  • Teknologi Penanganan Penyakit Pencernaan Jadi Sorotan di Siloam Summit 2025

    Teknologi Penanganan Penyakit Pencernaan Jadi Sorotan di Siloam Summit 2025

    Jakarta

    Siloam Hospitals, grup rumah sakit terkemuka di Indonesia, menyelenggarakan Siloam Digestive Summit 2025, sebuah simposium ilmiah internasional yang digelar pada Sabtu, 26 Juli 2025, di Ritz-Carlton, Kuningan, Jakarta.

    Mengusung tema “Advances in Digestive Medicine: Enhancing Patient Care with Minimally Invasive Endoscopy and Robotic Surgery”, acara ini mendorong pemanfaatan teknologi medis terkini untuk meningkatkan kualitas penanganan pasien.

    Simposium ini menghadirkan para pakar nasional dan internasional di bidang kedokteran pencernaan, dan memaparkan berbagai terobosan terbaru, mulai dari kolaborasi interdisipliner, kemajuan teknologi endoskopi, hingga penerapan bedah robotik untuk menangani kasus-kasus kompleks.

    Aksi Nyata Inovasi: Live Demo Endoskopi dan Bedah RobotikTeknologi Penanganan Penyakit Pencernaan Jadi Sorotan di Siloam Summit 2025 Foto: dok. Siloam Hospital

    Siloam Digestive Summit 2025 turut menampilkan demonstrasi langsung penggunaan alat-alat medis berteknologi tinggi. Pada sesi pertama, ditampilkan Endoscopic Ultrasound (EUS), alat yang memungkinkan visualisasi detail organ-organ saluran cerna sekaligus melakukan tindakan intervensi dengan presisi tinggi.

    “Metode EUS memungkinkan kami mendapatkan visualisasi yang sangat detail sekaligus melakukan tindakan dengan akurasi tinggi. Selain diagnosis jadi lebih cepat dan akurat, tindakan minimal invasif juga bisa dilakukan lebih dini, dan risiko komplikasi berkurang secara signifikan,” tutur dr Hasan Maulahela, SpPD-KGEH, spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterohepatologi dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk.

    Pada sesi berikutnya, peserta disuguhkan demonstrasi bedah robotik untuk menangani kasus hepatopankreatik kompleks, yakni operasi di area hati dan pankreas yang tergolong sulit dan berisiko tinggi. Alat ini dioperasikan oleh dr Wifanto Saditya Jeo, SpB-KBD, spesialis bedah subspesialis digestif, bersama pembicara internasional dr. Iswanto Sucandy.

    “Teknologi robotik memungkinkan prosedur pembedahan yang sebelumnya sangat kompleks menjadi lebih presisi dan minim invasif. Melalui forum ini, kami berharap peserta dapat melihat langsung bagaimana inovasi ini membuka jalan baru dalam layanan bedah digestif di Indonesia,” jelas dr Wifanto.

    Tantangan Kesehatan Pencernaan Terkini

    Siloam Digestive Summit 2025 mengangkat empat topik utama yang mencerminkan kompleksitas dan dinamika dunia kedokteran digestif masa kini.

    Topik pertama menyoroti pentingnya kolaborasi antarspesialis dalam penanganan kanker kolorektal (kanker usus besar). Kedua, mengulas terobosan di bidang hepatobilier (hati dan saluran empedu), termasuk metode diagnostik dan terapi terbaru untuk penyakit hati, kantung empedu, dan saluran empedu.

    Ketiga, memperjelas perbedaan mendasar antara Irritable Bowel Syndrome (IBS) dan Inflammatory Bowel Disease (IBD), serta tatalaksananya. Keempat, membahas tantangan penanganan IBD pada anak, termasuk pembaruan protokol untuk meningkatkan kualitas hidup pasien anak.

    Mendorong Transformasi Layanan Medis

    Dengan berbagai terobosan yang disampaikan dalam dalam Siloam Digestive Summit 2025, Siloam Hospitals sebagai penyelenggara acara berharap keselamatan dan kualitas layanan pasien rumah sakit akan menjadi lebih baik.

    “Siloam Digestive Summit 2025 merupakan wujud nyata komitmen kami untuk terus menghadirkan inovasi di bidang kesehatan, khususnya dalam gastroenterologi dan bedah digestif. Kami percaya, dengan memperkenalkan teknologi robotik dan menguatkan kolaborasi antar disiplin, para dokter di Indonesia akan semakin terdorong untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada pasien,” ujar dr Melissa, Direktur Siloam Hospitals Kebon Jeruk.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Canggih! Hong Kong Kembangkan AI untuk Rekonstruksi Medis X-ray”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/up)

  • Waspadai COVID ‘Stratus’, Varian Baru yang Kini Dominan di RI

    Waspadai COVID ‘Stratus’, Varian Baru yang Kini Dominan di RI

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melalui laporan sistem surveilans penyakit minggu ke-30 mengumumkan adanya peningkatan kasus COVID-19 serta dominasi varian baru di Indonesia.

    Laporan tersebut mencakup hasil pemantauan rutin terhadap penyakit pernapasan, termasuk influenza dan COVID-19, yang dilakukan di 39 Puskesmas, 35 rumah sakit, dan 14 Balai Karantina Kesehatan yang berfungsi sebagai sentinel site. Pemantauan dilakukan untuk memonitor tren penyakit, tingkat keparahan gejala, hingga karakteristik molekuler virus yang beredar.

    Data terbaru menunjukkan peningkatan positivity rate COVID-19, dari 3 persen pada minggu sebelumnya menjadi 9 persen. Per minggu ke-29, dari 205 pemeriksaan, tercatat 15 kasus positif, yang terdiri dari 6 kasus di sentinel ILI (influenza-like illness) dan 9 kasus dari luar sentinel, dengan positivity rate sebesar 7,32 persen.

    Hingga minggu ke-30, total kasus COVID-19 sepanjang tahun 2025 tercatat 291 kasus dari 12.853 spesimen yang diperiksa, menghasilkan positivity rate kumulatif sebesar 2,26 persen. Sementara itu, jumlah kasus yang terdeteksi di lokasi sentinel hingga minggu ke-25 mencapai 82 kasus dari 2.613 spesimen.

    Adapun positif kumulatif tahun 2025 terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta. Adapun varian yang kini mendominasi di Indonesia adalah varian baru XFG atau kerap disebut ‘Stratus’.

    “Pada Bulan Juni Varian dominan di Indonesia adalah XFG (75 persen pada Mei, dan 100 persen pada Juni), dan XEN (25 persen pada Mei),” demikian bunyi laporan Kemenkes, dikutip Minggu (27/7/2025).

    Kemenkes RI mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap gejala infeksi saluran pernapasan, menerapkan protokol kesehatan dasar, dan segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala flu berat, batuk, atau demam tinggi. Vaksinasi tetap dianjurkan terutama bagi kelompok rentan.

    “Total kasus COVID-19 dari M1-M30 tahun 2025 sebanyak 291 kasus dari total 12.853 spesimen diperiksa (positivity rate 2,26%). Jumlah kasus COVID-19 pada sentinel site hingga M25 berjumlah 82 kasus dari 2.613 spesimen diperiksa,” tutur Kemenkes.

    (suc/suc)

  • Tanda-tanda Tubuh Sudah Terlalu Banyak Minum Kopi, Salah Satunya Pusing

    Tanda-tanda Tubuh Sudah Terlalu Banyak Minum Kopi, Salah Satunya Pusing

    Jakarta

    Kopi merupakan salah satu minuman favorit banyak orang. Kebanyakan dari mereka memilih kopi untuk mencegah rasa kantuk dan semangat menjalani hari.

    Minuman ini juga disebut dapat mengatasi rasa lesu di siang hari. Tak heran, sebuah artikel di StatPearls menyebut kafein adalah obat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia.

    Namun, terlalu banyak minum kopi juga tidak baik untuk tubuh. Sebuah studi yang dipublikasikan pada Mei 2018 di Nutrients mengidentifikasi 92 kasus di mana kafein, senyawa yang ada pada kopi, ditemukan sebagai satu-satunya penyebab kematian.

    Mereka mencatat bahwa kasus-kasus ini lebih umum terjadi pada bayi, pasien psikiatri, dan atlet. Salah satu kasus yang mendapat banyak perhatian adalah seorang pelatih yang berbasis di Inggris yang meninggal setelah mengonsumsi suplemen bubuk kafein, yang setara dengan sekitar 200 cangkir kopi.

    Ini dilaporkan di BBC pada Maret 2022. Tampaknya ia salah mengukur dosis, sehingga menghasilkan dosis stimulan yang beracun.

    Berapa Jumlah Kafein yang Sudah Disebut Terlalu Banyak?

    Tentu saja, kafein dapat menjadi bagian yang aman dari kehidupan sehari-hari bagi kebanyakan orang. Menurut Badan Pengawas Obat dan Penyakit AS atau Food and Drug Association (FDA) menunjukkan, bahwa hingga 400 mg kafein sehari masih baik untuk orang dewasa.

    Jumlah tersebut setara dengan sekitar 4-5 cangkir kopi berukuran 8 ons. Ini menjadi satu patokan, meski sebuah penelitian telah menemukan bahwa kadar kafein dapat bervariasi, tergantung pada biji kopi yang digunakan, cara memanggangnya, dan cara kopi diseduh.

    Sebuah studi yang dipublikasikan pada Februari 2019 di Food Research International membandingkan delapan metode penyeduhan. Mereka menemukan bawa kopi yang disaring cenderung mengandung lebih sedikit kafein per cangkir dibandingkan metode lain.

    Data yang dikumpulkan antara tahun 2011 dan 2012 dan dipublikasikan di Nutrients pada tahun 2016 menunjukkan bahwa di antara konsumen kafein, asupan harian rata-rata adalah sekitar 135 mg, dan hanya berasal dari tiga sumber utama: kopi, teh, dan minuman ringan.

    Secangkir kopi 8 ons biasanya mengandung 80 hingga 100 mg kafein, 8 ons teh hijau atau hitam mengandung 30 hingga 50 mg, dan 12 ons minuman ringan berkafein mengandung 30 hingga 40 mg, menurut penelitian lain.

    “Apa yang terlalu banyak untuk satu orang, mungkin baik-baik saja untuk orang lain,” kata Dr Marilyn Cornelis, PhD, dikutip dari Everyday Health, Sabtu (26/7/2025).

    “Beberapa orang mungkin lebih responsif terhadap kafein pada dosis yang lebih rendah dan mengalami beberapa efek samping yang tidak menyenangkan,” sambungnya.

    Berikut tanda seseorang sudah terlalu banyak mengonsumsi kopi:

    1. Gelisah

    Kafein adalah stimulan yang dikenal karena meningkatkan kewaspadaan dan rasa energi. Dr Cornelis mengatakan zat ini bekerja dengan mengikat reseptor adenosin otak.

    Adenosin adalah molekul yang mengaktifkan perasaan tenang dan lelah. Saat kafein memblokir reseptor adenosin di otak, kafein dapat membantu mengganti perasaan lelah dengan perasaan waspada.

    Hal ini umumnya baik bagi orang yang perlu berenergi untuk bekerja. Tetapi, bagi sebagian orang efek ini dapat meluap menjadi perasaan cemas atau gelisah.

    2. Kesulitan Tidur

    “Tergantung pada orangnya, jumlah yang dikonsumsi, dan waktu asupannya. Kafein dapat meningkatkan waktu yang dibutuhkan untuk tertidur dan menurunkan kualitas tidur Anda secara keseluruhan,” jelas Dr Cornelis.

    Penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kafein mencapai puncaknya dalam darah hingga sekitar dua jam setelah dikonsumsi. Tetapi, beberapa studi menemukan bahwa kafein dapat bertahan hingga 9,5 jam, yang berpotensi mengganggu waktu tidur.

    3. Kepala Terasa Berdenyut

    Rasa kepala yang berdenyut bisa karena asupan kopi sebanyak tiga cangkir. Hipereksitabilitas sistem saraf pusat yang diinduksi kafein dapat berkontribusi terhadap timbulnya migrain pada orang-orang tertentu, terutama pada asupan yang tinggi.

    Hal ini dipublikasikan dalam sebuah studi pada Agustus 2019 di American Journal of Medicine. National Headache Foundation melaporkan, bagi kebanyakan orang, mengonsumsi 200 mg kafein dalam jumlah sedang setiap hari tidak masalah.

    Tetapi, organisasi tersebut menyarankan agar mereka yang sering menderita sakit kepala menghindari penggunaan kafein setiap hari.

    4. Detak Jantung Meningkat Pesat

    Bagi sebagian orang, kafein dapat menyebabkan takikardia atau peningkatan kecepatan detak jantung.

    “Orang yang sensitif terhadap kafein atau mereka yang memiliki gangguan fungsi jantung berisiko lebih tinggi mengalami palpitasi jantung,” terang Dr Cornelis.

    Namun, menurut tinjauan studi dalam jurnal Food and Chemical Toxicology edisi November 2017, orang dewasa sehat yang mengonsumsi kurang dari 400 mg kafein dalam sehari biasanya tidak akan mengalami efek samping yang berarti pada detak jantung.

    5. Merasa Lesu di Sore Hari

    Kafein membuat konsumen merasa memiliki tingkat energi yang luar biasa. Tetapi, saat tubuh memetabolisme obat tersebut, tubuh justru menghadapi efek sebaliknya.

    Tanpa kafein yang menghalangi reseptor adenosin di otak, zat kimia pemicu tidur tersebut dapat dilepaskan. Pada penelitian lain, terlalu banyak mengonsumsi kopi dapat membuat tubuh menjadi sangat sensitif terhadapnya.

    Jadi, kecenderungan menguap pukul 14.00 dan motivasi kerja yang lebih rendah dapat dikaitkan dengan terlalu banyak kafein di pagi hari. Catatlah berapa banyak kafein yang dikonsumsi di pagi hari dan bagaimana perasaan di sore hari untuk melihat apakah ada korelasinya.

    6. Kesulitan untuk Mengendalikan Keinginan pada Gula

    Menurut studi yang dipublikasikan pada Agustus 2017 di Journal of Food, secangkir kopi saat pagi mungkin membuat seseorang lebih sulit menahan diri untuk tidak menyentuh kue. Para peneliti menemukan bahwa kafein dapat mempengaruhi indera perasa untuk semetara waktu, dan membuat makanan serta minuman terasa kurang manis, yang dapat memicu keinginan lebih akan gula.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Pentingnya Vitamin D dan D3: Perbedaan, Sumber, dan Dosis yang Tepat

    Pentingnya Vitamin D dan D3: Perbedaan, Sumber, dan Dosis yang Tepat

    Jakarta

    Vitamin D adalah salah satu mikronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh. Dikutip dari Medlineplus, vitamin D secara umum memiliki banyak sekali manfaat, seperti membantu penyerapan kalsium. Ketika penyerapan kalsium terganggu, ini tentu akan meningkatkan risiko berbagai penyakit tulang seperti osteoporosis atau rakitis (melemahnya tulang pada anak).

    Selain itu, vitamin D juga berperan penting dalam menjaga kesehatan otot, saraf, dan kekebalan tubuh. Otot berperan untuk pergerakan tubuh, saraf berfungsi untuk menyampaikan pesan antara otak dan tubuh, lalu sistem kekebalan tubuh dibutuhkan untuk melawan bakteri dan virus.

    Perbedaan Vitamin D dan D3

    Vitamin D dibagi menjadi dua jenis, yaitu vitamin D2 (ergokalsiferol) dan D3 (kolekalsiferol). Jadi sebenarnya vitamin D3 tidak berbeda dengan vitamin D, melainkan bentuk lebih spesifiknya.

    Ketika menemukan tulisan ‘vitamin D’ dalam sebuah produk, bisa jadi itu berisi vitamin D2, vitamin D3, atau campuran dari keduanya.

    Lantas apa kelebihannya? Vitamin D3 dan D2 sebenarnya sama-sama meningkatkan kadar vitamin D dalam darah, tapi vitamin D3 bisa meningkatkan kadarnya lebih tinggi dan bertahan lebih lama dibanding vitamin D2. Bisa dibilang, vitamin D3 adalah bentuk vitamin D yang paling aktif dan efektif dalam tubuh manusia.

    Berikut ini beberapa keunggulan atau perbedaan lain dari vitamin D3:

    Vitamin D3 dari Hewan

    Vitamin D3 hanya didapatkan dari makanan produk hewan. Misalnya seperti ikan berlemak, minyak ikan, hati sapi, kuning telur, dan mentega. Sedangkan vitamin D2, cenderung ditemukan dari sumber-sumber nabati, misalnya jamur yang tumbuh di bawah sinar UV dan makanan yang difortifikasi (ditambahkan vitamin D).

    Vitamin D2 lebih murah untuk diproduksi, sehingga lebih umum dipakai dalam fortifikasi makanan seperti sereal dan susu.

    Vitamin D3 Bisa Terbentuk di Kulit

    Vitamin D3 bisa dibentuk oleh kulit. Ini terjadi ketika kulit terkena sinar matahari, lalu terbentuk vitamin D dari senyawa 7-dehydrocholesterol di kulit. Proses serupa juga terjadi di jamur dan tanaman, membentuk vitamin D2 dari ergosterol.

    Pada lingkungan iklim yang panas seperti Indonesia, berjemur selama 30 menit sehari sebanyak dua kali seminggu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin D. Meski begitu, perlu diingat berjemur juga tidak boleh terlalu lama, khususnya bila tak menggunakan tabir surya. Ini untuk mencegah risiko kanker kulit.

    Efek Vitamin D3 Lebih Besar ke Kesehatan

    Seperti yang sudah disinggung, efek vitamin D3 lebih besar bila dibanding D2. Ketika kedua jenis vitamin ini dimetabolisme oleh hati, vitamin D2 akan berubah menjadi 25-hidroksivitamin D2 dan vitamin D3 menjadi 25-hidroksivitamin D3. Kedua senyawa itu dikenal sebagai kalsifediol.

    Kalsifediol inilah yang bersirkulasi dalam darah dan mencerminkan cadangan vitamin D dalam darah. Studi menunjukkan vitamin D2 menghasilkan kalsifediol yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang sama dari vitamin D3.

    Oleh karena itu, vitamin D3 lebih disarankan untuk suplementasi demi mendapatkan manfaat seperti penyerapan kalsium optimal, fungsi otot dan saraf yang baik, serta sistem imun yang lebih kuat.

    Dosis Vitamin D yang Pas

    Jumlah vitamin D yang dibutuhkan manusia setiap hari tergantung pada usia. Rekomendasi dalam international unit (IU) adalah sebagai berikut:

    Bayi usia 0-12 bulan: 400 IUAnak-anak 1-13 tahun: 600 IURemaja 14-18 tahun: 600 IUDewasa 19-70 tahun: 600 IUDewasa 71 tahun ke atas: 800 IUIbu hamil atau menyusui: 600 IU

    (avk/kna)

  • Kebiasaan 3 Menit yang Bisa Kurangi Risiko Kena Penyakit Jantung

    Kebiasaan 3 Menit yang Bisa Kurangi Risiko Kena Penyakit Jantung

    Jakarta

    Kebanyakan orang mungkin tidak memiliki waktu yang banyak untuk berolahraga. Tetapi, tidak berolahraga sama sekali dapat berpengaruh pada kesehatan jantung.

    Apakah berbagai gerakan sederhana dan cepat yang dilakukan sehari-hari dapat melindungi kesehatan jantung?

    Sebuah studi inovatif berjudul ‘Respons Dosis Aktivitas Fisik Insidental terhadap Kejadian Kardiovaskular dan Mortalitas’ menunjukkan hal itu. Hasil temuannya menunjukkan bahwa hanya dengan tiga menit sehari aktivitas sedang, tanpa olahraga terstruktur apapun, dapat secara signifikan mengurangi risiko penyakit jantung.

    Studi yang dilakukan para peneliti di Charles Perkins Centre, Sydney University, meneliti lebih dari 24 ribu orang dewasa berusia antara usia 40-79 tahun. Tak satu pun dari mereka yang rutin berolahraga.

    Setiap peserta studi menggunakan akselerometer pergelangan tangan untuk memantau aktivitas harian, bukan olahraga, melainkan gerakan yang dilakukan dalam rutinitas seperti terburu-buru menghadiri rapat, membawa tas belanja, hingga mengepel lantai.

    Hasil Penelitian

    Hasil penelitian mereka sungguh mengejutkan. Orang-orang yang melakukan aktivitas fisik insidental atau incidental physical activity (IPA) sedang hingga berat, bahkan dalam episode singkat.

    Mereka memiliki risiko hingga 50 persen lebih rendah terkena penyakit kardiovaskular mayor, seperti serangan jantung atau stroke.

    “Aktivitas fisik insidental adalah apa yang kita lakukan secara otomatis,” jelas Dr Emmanuel Stamatakis, peneliti utama, dikutip dari Economic Times.

    “Dari perjalanan pulang pergi dan pekerjaan rumah hingga naik tangga, semuanya itu penting (untuk kesehatan),” sambungnya.

    Studi ini memberikan bukti bahwa dengan beraktivitas ringan dapat berdampak baik pada kesehatan.

    Angka-angka ini memberikan hasil yang mengejutkan. Hanya dengan 4,6 menit aktivitas fisik insidental berat atau 23,8 menit aktivitas fisik insidental sedang setiap hari dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

    Aktivitas itu seperti mengangkat kotak, membersihkan dapur, atau berjalan kaki. Bahkan, satu menit melakukan gerakan berat kira-kira setara dengan tiga menit gerakan sedang atau 35-48 menit aktivitas ringan, seperti jalan santai.

    Intinya, tiga menit melakukan pekerjaan rumah yang memompa jantung setiap hari bisa menjadi jaminan kesehatan yang paling mudah.

    “Ketahuilah bahwa tidak ada gerakan yang sia-sia, semuanya berarti. Gunakan setia kesempatan dalam hidup untuk bergerak, seperti naik tangga atau berjalan cepat,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Kemendukbangga Bicara Skema yang Atur Ibu Rumah Tangga Bisa Dapat Insentif

    Kemendukbangga Bicara Skema yang Atur Ibu Rumah Tangga Bisa Dapat Insentif

    Jakarta

    Deputi Bidang Pengendalian Kependudukan Kemendukbangga/BKKBN Bonivasius Prasetya Ichtiarto menekankan pentingnya skema yang mengatur ibu rumah tangga (IRT) bisa mendapatkan insentif atau jaminan dari pemerintah yang termasuk ke dalam bagian dari care economy.

    “Care economy ini tidak hanya merawat anak, tetapi juga merawat lansia, orang sakit, difabel, itu adalah care economy, karena ketika pekerjaan yang formal itu sudah jelas, ada angkanya di situ,” tuturnya dalam kunjungan ke Ambarawa, Semarang, Sabtu (26/7/2025).

    Menurutnya, pekerjaan informal selama ini tentu tidak dibayar. Padahal, pekerjaan seperti merawat orang tua, anak-anak, orang sakit, juga perlu diperhitungkan untuk mendapatkan bantuan.

    “Nah care economy ini mencoba untuk menghitung itu nilainya berapa,” kata dia.

    Ia menjelaskan, selama ini pemerintah melalui Kemendukbangga/BKKBN telah merancang beberapa program untuk membuat perempuan tetap produktif, salah satunya melalui Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), yakni tempat penitipan anak atau daycare di tempat kerja.

    “Kalau seorang ibu merawat anaknya, dia tidak bisa bekerja, berarti kan dia kehilangan pekerjaan, nah pandangannya begitu kurang lebih,” tandas dia.

    Saat ini, rencana aksi untuk care economy tengah diperhitungkan. Termasuk saat ibu sedang tidak bekerja dan masih harus merawat anaknya. Ia tidak merinci kemungkinan besaran yang diberikan.

    “Nanti setiap dukungan yang diberikan itu dihitung nilainya, kalau misal dia nggak bekerja tetapi merawat anaknya, ada dukungan dari pemerintah,” ujar dia.

    Jaminan tersebut juga menurutnya tidak selalu bisa diberikan dalam insentif, tetapi melalui dukungan fasilitas lain, misalnya penyediaan perawat ketika penduduk di usia produktif memasuki masa lansia seperti di negara-negara Skandinavia.

    “Ada dukungan dari pemerintah, tidak hanya berupa uang, tetapi misalnya berupa hal yang lain, insentif lah kepada ibu kita yang merawat anaknya atau merawat orang tua, atau nanti juga bisa seperti di kasus di negara Skandinavia.”

    “Jadi kalau kita merawat orang tua kita, maka itu angkanya dinilai tetapi tidak berupa uang. Jadi, ketika kita nanti juga lansia, maka kita berhak meminta kepada pemerintah ada orang yang merawat kita,” tuturnya.

    (naf/kna)

  • Menu Pangan Lokal yang Tekan Stunting hingga 0 Kasus di Desa Semarang

    Menu Pangan Lokal yang Tekan Stunting hingga 0 Kasus di Desa Semarang

    Semarang

    Jatirejo, kelurahan di Kota Semarang menjadi salah satu desa yang berhasil memanfaatkan pangan lokal untuk anak stunting. Dalam lima bulan, kasusnya berhasil ditekan hingga ‘zero case’ dari semula terdapat lima hingga 6 anak balita stunting setiap tahun.

    Ketua rumah data kependudukan di Jatirejo, Dwi Sayekti Kadarini menjelaskan wilayahnya kaya dengan pangan lokal berkat ternak lele, ayam, hingga penanaman sayur-sayuran serta bahan pangan lain.

    Pemberian pangan bergizi juga untuk stunting juga tidak hanya diberikan pada anak balita, tetapi pada ibu hamil.

    “Pemanfaatan pangan lokal untuk anak stunting yang khas di Jatirejo, di sini kan kebetulan ada susu juga, tapi yang untuk susu itu, tidak untuk balita saja, kita berikan kepada ibu hamil,” cerita dia saat menjawab pertanyaan detikcom, ditemui Jumat (25/7/2025).

    “Untuk anak itu kita ada ayam KUB, ayam KUB itu kita nanti telurnya kalau ada yang stunting, satu bulan sekali PKK kelurahan membantu balita yang merawat stunting, kemudian juga kita edukasi untuk beternak, perikanan lele, kita budidayakan di galon bekas le minerale kita arahkan kepada masing-masing warga untuk membuat itu, kemudian ikannya kita olah,” lanjutnya.

    Menu tersebut dipastikan memenuhi kebutuhan protein, lemak, dan karbohidrat secara seimbang.

    Dwi juga menyebut stunting semula banyak terjadi pada anak yang tidak mendapatkan perhatian cukup dari orangtua karena tengah bekerja.

    “Kasus stunting kebanyakan malah di sini itu karena ditinggal kerja ibunya, di rumah sama nenek yang penting makan, anaknya seneng, kenyang,” beber dia.

    Ia mengaku sempat ada penolakan terkait pemberian gizi yang cukup lantaran orangtua merasa anaknya sehat-sehat saja. Dalam kasus ini, para kader melakukan pendekatan secara kekeluargaan.

    “Kasus stunting di sini baru sampai 0 kasus sekitar 5 bulanan, karena itu bertahap, karena banyak tantangan, pendekatan dan lain-lain, termasuk saat memberikan menu pangan,” pungkasnya.

    (naf/sao)

  • Dokter Temukan Cacing Hidup Menggeliat di Alat Kelamin Pria, Kok Bisa?

    Dokter Temukan Cacing Hidup Menggeliat di Alat Kelamin Pria, Kok Bisa?

    Jakarta

    Seorang pria berusia 22 tahun mendapati adanya cacing yang menggeliat di bawah kulitnya, tepatnya di area penisnya. Kondisi ini terjadi setelah ia pergi ke pantai.

    Awalnya pria di Colombo, Sri Lanka, itu mengeluhkan ruam gatal di penisnya selama seminggu. Ia langsung pergi ke klinik kesehatan seksual.

    Di sana, pria yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan pada petugas medis bahwa ia berbaring di pantai terdekat, tanpa busana beberapa hari sebelumnya.

    Para dokter di St Mary’s Community Health Campus di Portsmouth mempublikasikan kasus ini di jurnal BMJ of Sexually Transmitted Infections, dengan deskripsi ruam merah menonjol sepanjang sekitar 5 cm di sepanjang bagian atas penisnya.

    Mereka mendiagnosisnya dengan cutaneous larva migrans (CLM). Itu merupakan kondisi infeksi kulit yang disebabkan oleh larva cacing kecil yang menggali tepat di bawah kulit.

    Kondisi CLM ini juga dikenal sebagai infeksi merayap, yang menyebabkan garis-garis merah gatal yang menjalar di kulit saat larva bergerak. Larva itu berasal dari cacing tambang atau hookworms yang ditemukan di dalam kotoran hewan, seperti anjing, kucing, dan sapi.

    CLM umum terjadi di daerah tropis seperti Sri Lanka, terutama saat kulit terpapar tanah atau pasir yang terkontaminasi. Larva biasanya menginfeksi telapak kaki, karena yang paling sering bersentuhan dengan tanah.

    Jika tidak diobati, ruam dapat terinfeksi hingga menyebabkan kemerahan yang menyakitkan, pembengkakan, bahkan luka bernanah. Menggaruk hanya akan memperburuknya dan berisiko menyebab infeksi kulit serius yang membutuhkan antibiotik.

    Dalam kasus ini, pasien diobati dengan albendazole oral selama tiga hari. Sekitar seminggu kemudian, ruamnya sembuh.

    Meskipun kasus genital jarang terjadi, dokter mengingatkan pentingnya untuk bertindak cepat dan meresepkan obat anti-cacing.

    “Wisatawan yang berkunjung ke pantai tropis perlu mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan ini,” tulis para penulis yang dikutip dari The Sun.

    “Jika Anda pergi ke pantai tropis musim panas ini, hindari kontak kulit langsung dengan pasir dengan mengenakan sepatu dan duduk di atas handuk atau tikar,” sambungnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Nasib Tragis Pria Bugar Meninggal gegara Henti Jantung

    Nasib Tragis Pria Bugar Meninggal gegara Henti Jantung

    Jakarta

    Robbie Bassett merupakan seorang pria berotot dan sehat. Keluarganya mengatakan pria yang tinggal di Wales, Britania Raya, itu adalah orang yang bugar dan bersepeda setiap hari ke tempat kerja.

    “Dia masih muda, bugar, selalu ke tempat gym, dan selalu bersepeda. Bahkan, ia berotot, perutnya six-pack,” tutur sepupunya, Callum Thomas, yang dikutip dari The Sun, Sabtu (26/7/2025).

    “Anda tidak akan menyangka ada yang salah (dengan kesehatannya),” sambungnya.

    Pria 38 tahun membantu merawat dermaga Newport, di area kota tersebut untuk bekerja.

    Namun, saat shift kerjanya pada Kamis (17/7), Robbie bekerja jauh dari rekan-rekannya. Mereka khawatir karena sudah lama tidak melihat Robbie.

    Rekan-rekannya mulai mencari di area dermaga di samping Sungai Usk. Sampai akhirnya, mereka menemukan Robbie sudah tidak bernyawa.

    Jenazah Robbie langsung dibawa untuk dicari penyebab kematiannya. Dari hasil pemeriksaan, terungkap bahwa Robbie mengalami henti jantung atau cardiac arrest.

    Henti jantung merupakan kondisi saat jantung tiba-tiba berhenti memompa darah ke seluruh tubuh. Keluarganya hampir tidak percaya karena semasa hidup Robbie adalah pria yang menerapkan gaya hidup sehat.

    Untuk membantu keluarga dekat Robbie dalam mengurus pemakamannya, sebuah penggalangan dana telah disiapkan. Callum dan keluarganya kini mengimbau orang lain untuk waspada terhadap kesehatan jantung mereka, terutama jika memiliki kerabat yang mengalami kondisi yang berhubungan dengan jantung.

    “Kakek kami mengalami hal yang sama, jadi sekarang kami semua akan memeriksakannya,” kata Callum.

    Menyoal Henti Jantung

    Banyak orang yang mengalami henti jantung tanpa ada riwayat masalah jantung sebelumnya. Tetapi, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.

    Ini termasuk kondisi jantung yang sudah ada sebelumnya, seperti penyakit jantung, serangan jantung, atau gagal jantung. Bahkan kondisi lainnya, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes.

    Faktor gaya hidup seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, obesitas, dan gaya hidup yang kurang gerak juga berkontribusi terhadap peningkatan risiko. Selain itu, obat-obatan tertentu, ketidakseimbangan elektrolit (kalium atau magnesium rendah), dan bahkan stres emosional yang parah dapat memicu henti jantung.

    Apa Saja Tanda-tanda Henti Jantung?

    Henti jantung dapat terjadi tanpa peringatan. Seseorang yang mengalaminya biasanya akan tiba-tiba pingsan, tak sadarkan diri, tidak responsif, dan tidak bernapas atau tidak bernapas normal.

    Tanpa perawatan segera, seseorang akan meninggal. Maka dari itu, orang dengan kondisi ini perlu segera diberikan perawatan.

    Penting untuk dicatat bahwa henti jantung berbeda dengan serangan jantung.

    Serangan jantung terjadi saat suplai darah ke otot jantung terputus. Kondisi ini seringkali terjadi karena adanya gumpalan di salah satu arteri koroner.

    Namun, jantung masih memompa darah ke seluruh tubuh. Hal ini membuat orang yang mengalaminya biasanya akan sadar dan bernapas.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Dokter Bedah Hidupkan Lagi Jantung dari Bayi yang Meninggal untuk Transplantasi

    Dokter Bedah Hidupkan Lagi Jantung dari Bayi yang Meninggal untuk Transplantasi

    Jakarta

    Ahli bedah di Duke University menghidupkan kembali jantung yang ‘mati’ di meja operasi setelah berhenti berdetak selama lebih dari lima menit. Organ tersebut kemudian ditransplantasikan ke dada seorang bayi lain berusia tiga bulan, menyelamatkan nyawanya.

    Bayi yang mendapatkan donor jantung itu terus menunjukkan fungsi organ normal dan tidak ada tanda-tanda penolakan setelah enam bulan.

    Diberitakan Science Direct, dengan persetujuan keluarga donor, ahli bedah menghidupkan kembali jantung donor kecil di meja operasi menggunakan oksigenator, pompa sentrifugal, dan reservoir gantung untuk menampung darah yang dikeluarkan.

    Alat ini harus dirancang khusus, karena sistem perawatan saat ini yang menjaga organ tetap hidup di luar tubuh terlalu besar untuk jantung bayi.

    Dalam jurnal New England Journal of Medicine (NEJM), tim medis menjelaskan bahwa dengan klem aorta dan pembilasan cairan pengawet dingin, mereka berhasil menemukan tiga jantung donor untuk transplantasi.

    Dengan menjepit sistem peredaran darah jantung, tim memisahkan pekerjaan mereka dari otak donor (yang menimbulkan kekhawatiran etis terkait resusitasi).

    “Teknik kami hanya mengalirkan larutan preservatif beroksigen ke jantung donor, tanpa reanimasi jantung dan tanpa perfusi sistemik atau otak,” jelas tim medis.

    Dalam operasi awal, teknik ini menunjukkan “hasil pascaoperasi awal yang sangat baik”. Ketiga jantung donor berhasil ditransplantasikan dengan fungsi yang sehat.

    Beberapa kritikus berpendapat bahwa secara moral tidak benar untuk melepaskan alat bantu hidup pasien terminal, membuat jantungnya berdetak kembali, lalu melepaskannya untuk transplantasi. Kekhawatiran muncul terkait pernyataan kematian, dan bagaimana cara mereanimasi organ secara etis.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)