Jenis Media: Kesehatan

  • Parenting ala Asmirandah, Tak Mau ‘Tergocek’ Medsos untuk Kesehatan Anak

    Parenting ala Asmirandah, Tak Mau ‘Tergocek’ Medsos untuk Kesehatan Anak

    Jakarta

    Aktris kenamaan Indonesia, Asmirandah Zantman mengatakan dirinya selalu memberikan yang terbaik kepada sang buah hati, Chloe. Terlebih, terkait kesehatan, Asmirandah tidak ingin ‘tergocek’ konten atau tren di media sosial.

    “Aku selalu berusaha untuk positif ya. Jadi berusaha memilah dan memilih mana yang posotif dan negatif,” kata Asmirandah saat ditemui di peluncuran OB Combi Anak Batuk Pilek, Jakarta Pusat, Selasa (29/7/2025).

    “Jadi aku nggak semua mencari di media sosial. Karena nggak semua media sosial itu benar (informasinya),” lanjutnya.

    Asmirandah melanjutkan, dirinya bersama sang suami, Jonas Rivanno selalu mencari pertolongan ke tenaga medis terlebih dahulu, jika Chloe mengalami masalah terkait kesehatannya.

    “Kalau nggak bisa menghubungi dokter, aku akan melihat sedini mungkin apa sih gejalanya, apa yang terjadi sama Chloe,” katanya.

    Selain itu, Asmirandah juga mengupayakan tindakan preventif, agar Chloe terhindar dari sakit tertentu, seperti batuk dan pilek.

    “Untuk menjaga imunnya itu memang dari makanan yang bergizi, nutrisinya terjaga dengan baik,” kata Asmirandah.

    “Aku juga selalu sedia obat-obatan, entah itu vitamin yang dibutuhkan Chloe, meskipun memang tidak dikonsumsi setiap hari ya. Tetapi selalu sedia itu di rumah, penting,” tutupnya.

    (dpy/up)

  • Dokter Ungkap Perbedaan Gejala Batuk Pilek Tanpa Demam & Disertai Demam

    Dokter Ungkap Perbedaan Gejala Batuk Pilek Tanpa Demam & Disertai Demam

    Jakarta

    Batuk pilek merupakan salah satu keluhan kesehatan yang paling umum dialami anak-anak, terutama yang berusia 2 hingga 5 tahun. Karena itu penting bagi orang tua untuk memahami perbedaan gejala batuk pilek.

    Dokter Spesialis Anak, dr. Kanya Ayu Sp.A mengatakan penting bagi orang tua untuk memahami perbedaan gejala batuk pilek yang tanpa demam dan disertai demam, karena penanganannya pun bisa berbeda.

    “Gejala dimulai dari saluran pernapasan, entah itu mampet, meler, atau sudah bersih-bersin. Namun, belum ada gejala yang khas. Seringkali orang tua tidak mengetahui, apalagi kalau tanpa demam. Jadi, dianggap tidak masalah, padahal sudah mengandung virus,” ujar dr. Kanya pada acara Peluncuran OB Combi Anak Batuk Pilek di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (29/7/2025).

    Anak-anak juga cenderung belum mampu untuk menjaga kebersihan diri secara optimal sehingga belum memiliki daya tahan tubuh yang optimal. Tidak jarang mereka bermain dengan teman yang sedang batuk dan bersin kemudian menyentuh mainan yang digunakan bersama. Hal ini menjadi salah satu penyebab penyebaran virus menjadi sangat cepat.

    “Pada usia 2 hingga 5 tahun, daya tahan tubuh anak masih dalam tahap perkembangan. Selain itu, anak-anak mulai memasuki fase sosialisasi yang lebih intens, seperti bermain di playground, masuk PAUD, atau dititipkan di daycare saat orang tua kembali bekerja. Hal ini membuat mereka lebih rentan tertular virus,” jelasnya.

    Lebih lanjut, dr. Kanya Ayu Sp.A menjelaskan bahwa ada dua kondisi pada kasus batuk pilek, yakni tanpa demam dan disertai demam. Kedua kondisi ini perlu disikapi dengan cermat karena baik tanpa maupun dengan demam, anak tetap berisiko menularkan virus kepada orang lain.

    “Batuk pilek pada anak dapat dibedakan menjadi dua kondisi. Pertama, batuk pilek tanpa demam yang umumnya ditandai dengan gejala ringan seperti hidung meler, suara serak, dan batuk ringan. Kedua, batuk pilek disertai demam yang menandakan tubuh sedang melawan infeksi. Gejala ini biasanya lebih berat, seperti demam tinggi, nyeri tubuh, atau anak tampak sangat lemas,” ungkapnya.

    Combiphar Luncurkan Varian Terbaru Obat Batuk Pilek Anak

    Salah satu solusi yang ditawarkan dalam permasalahan tersebut diwujudkan oleh Combiphar yang secara resmi menghadirkan produk terbaru OBH Combi Anak Batuk Pilek Tanpa Demam.

    Direktur Combiphar Weitarsa Hendarto menyampaikan bahwa peluncuran ini merupakan bagian dari inovasi dan komitmen jangka panjang perusahaan dalam menghadirkan solusi kesehatan yang relevan bagi masyarakat Indonesia.

    “Combiphar senantiasa berinovasi untuk menghadirkan solusi kesehatan yang relevan demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. OBH Combi Anak Batuk Pilek kami hadirkan sebagai salah satu jawaban nyata untuk para orang tua yang menghadapi keluhan batuk pilek ringan pada anak, khususnya tanpa demam,” imbuhnya.

    Sementara itu, GM Marketing Consumer Healthcare Combiphar, Sandi Wijaya mengatakan bahwa OB Combi Anak diformulasikan dengan rasa yang disukai oleh anak di Indonesia.

    “Kita sangat memahami kebutuhan orang Indonesia hadir dengan harga yang terjangkau. Dan ini yang penting, supaya non-drama pada saat anak sakit tentunya kita menawarkan rasa-rasa yang rasa yang disukai oleh anak-anak Indonesia, yakni rasa strawberry,” pungkasnya.

    (anl/ega)

  • Diplomat ADP Disebut ‘Burnout’ soal Pekerjaan, Sempat Cari Layanan Kesehatan Mental

    Diplomat ADP Disebut ‘Burnout’ soal Pekerjaan, Sempat Cari Layanan Kesehatan Mental

    Jakarta

    Kasus kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP (39) di kosan Menteng, Jakarta Pusat memasuki babak baru. Asosiasi Psikologi Forensik Himpunan Psikologi Indonesia atau Apsifor Himpsi menjawab pertanyaan ‘burnout’ di balik kematian sang diplomat.

    “Almarhum pekerja kemanusiaan, memikul berbagai tanggung jawab, menjalankan tugas peran profesional sekaligus peran humanistik sebagai pelindung, pendengar, penyelamat bagi WNI yang terjebak dalam situasi krisis dan memastikan bahwa negara hadir bagi WNI yang di luar negeri,” kata Ketua Umum Apsifor Nathanael Sumampouw dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025).

    “Ini semua tentu menimbulkan dampak seperti kelelahan, kelelahan, kepedulian, terus menerus terpapar trauma, dinamika psikologis itu kami temukan di masa akhir kehidupannya,” sambungnya.

    Apsifor menambahkan sambil menemukan bukti bahwa ADP sempat mencari bantuan medis terkait kesehatan mental. Namun, ini dilakukan ADP lebih dari 10 tahun yang lalu.

    “Kami menemukan pada almarhum, ada riwayat yang berupaya mengakses layanan kesehatan mental secara berani. Terakhir kali dari data yang dihimpun, kami melihat kurang lebih di tahun 2013,” kata Nathanael.

    ADP Sosok yang Tertutup

    ADP juga sebagai sosok dengan kepribadian yang selalu berusaha menekan apa yang ia rasakan. Hal ini membuat dirinya cenderung sulit atau mengalami hambatan saat ini mengelola kondisi psikologis negatif, sehingga lebih memilih untuk menutupi alih-alih mencoba terbuka.

    “Dinamika tersebut membuat almarhum mengalami hambatan pribadi untuk mengakses dukungan bantuan psikologis dari lingkungan terdekat tenaga profesional kesehatan mental,” kata Nathanael.

    “Setelah terakumulasi mengenai dirinya dalam tekanan hidup, episode terakhir kehidupannya ini kemudian mempengaruhi proses pengambilan keputusan almarhum terkait cara kematian, atau upaya untuk mengakhiri kehidupannya,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Menyoal Kematian Mendadak pada Orang yang Tampak Sehat”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)

  • Hasil Autopsi Diplomat Kemlu: Mati Lemas karena Gangguan Pertukaran Oksigen

    Hasil Autopsi Diplomat Kemlu: Mati Lemas karena Gangguan Pertukaran Oksigen

    Jakarta

    Tim forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengungkapkan hasil pemeriksaan forensik jasad diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) berinisal ADP yang ditemukan tewas di kamar kosnya. Hasil autopsi menemukan ADP meninggal karena mati lemas.

    “Maka sebab mati akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran atas napas yang sebabkan mati lemas,” ucap dokter forensik RSCM dr Yoga Tohjiwa di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025).

    dr Yogi menjelaskan berdasarkan permintaan dari kepolisian dan izin keluarga korban, tim dokter forensik RSCM lalu melakukan autopsi tubuh korban pada 17.30 WIB. Saat diperiksa, ditemukan adanya luka terbuka dangkal dengan tepi tidak rata pada bibir bawah bagian dalam.

    Kemudian terdapat luka-luka lecet pada pipi kanan dan leher yang terdiri dari satu buah lecet di pipi kanan dan ada lima buah luka lecet di bagian leher.

    Hasil pemeriksaan forensik juga menemukan memar di kelopak mata kiri, lengan atas, lengan bawah kanan dan luka di leher.

    “Selanjutnya kami temukan pada organ dalam pada kedua paru ditemukan adanya sembab paru atau pembengkakan paru serta pada seluruh organ-organ dalam kami temukan pelebaran pembuluh darah dan bintik-bintik perdarahan,” katanya.

    Seluruh organ kemudian diambil sampel jaringan untuk uji toksikologi dan histopatologi. Melalui uji histopatologi, terkonfirmasi bahwa terdapat gambaran kekurangan oksigen akut.

    Pada paru, ditemukan adanya perbendungan disertai pembengkakan, serta organ-organ dalam lainnya terdapat gambaran pelebaran pembuluh darah dan ekstravasasi sel darah merah atau keluarnya sel dari pembuluh-pembuluh darah.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Hasil Autopsi Jasad Arya Daru: Ada Luka hingga Memar”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/up)

  • Dokter Ungkap Tanda-tanda Henti Jantung, Penyebab Hulk Hogan Meninggal

    Dokter Ungkap Tanda-tanda Henti Jantung, Penyebab Hulk Hogan Meninggal

    Jakarta

    Hulk Hogan telah menjalani pertandingan terakhirnya, dikalahkan bukan oleh rival di atas ring, melainkan oleh henti jantung. Meskipun Hogan, 71 tahun, mungkin telah membangun warisannya dengan bertahan dari body slam dan kandang baja, henti jantung terbukti menjadi salah satu lawan yang bahkan tak dapat diatasi oleh sang legenda berkumis tebal itu.

    “Dia menderita sesak napas, mudah lelah, kehilangan banyak berat badan, dan harus menggunakan oksigen saat nyawanya melayang di rumahnya di Clearwater, Florida,” ungkap seorang sumber kepada Daily Mail mengenai momen-momen terakhir Hulk Hogan.

    Henti jantung adalah keadaan darurat medis yang mematikan di mana jantung tiba-tiba berhenti berdetak, atau berdetak sangat tidak teratur sehingga tidak dapat memompa darah sama sekali. Ketika itu terjadi, oksigen berhenti mengalir ke otak dan organ-organ vital. Dalam beberapa menit, tubuh mulai mati, dan tanpa bantuan segera, risiko kematiannya tinggi.

    “Tanda-tanda umum henti jantung meliputi hilangnya kesadaran secara tiba-tiba dengan mata berputar ke belakang, aktivitas seperti kejang akibat kurangnya aliran oksigen ke otak, dan pernapasan tidak teratur, sesak, atau bahkan tidak bernapas sama sekali,” ujar Dr Irfan Asif, profesor dan ketua Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas di University of Alabama di Birmingham dikutip dari NYPost.

    “Selain itu, seseorang yang mengalami henti jantung mungkin memiliki denyut nadi yang sangat lemah atau bahkan tidak teraba denyut nadinya sama sekali,” sambungnya.

    Tanda-tanda peringatan lain yang dapat muncul sebelum henti jantung meliputi rasa tidak nyaman di dada, sesak napas, lemas, dan palpitasi jantung seperti jantung berdebar kencang, berdebar-debar, atau berdebar-debar.

    Namun, inilah masalahnya: Terkadang tidak ada peringatan sama sekali. Itulah sebabnya mengetahui cara merespons ketika seseorang terkena henti jantung dapat menentukan hidup dan mati.

    Siapa yang berisiko mengalami henti jantung?

    Penyebab paling umum henti jantung adalah irama jantung yang tidak teratur yang disebut fibrilasi ventrikel, yang membuat jantung tidak dapat memompa darah secara efektif.

    Kondisi jantung tertentu seperti penyakit arteri koroner, masalah katup jantung, dan riwayat serangan jantung-dapat meningkatkan risiko irama jantung yang berbahaya ini. Namun, henti jantung juga dapat menyerang orang yang tidak memiliki masalah jantung.

    Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko meliputi:

    Merokok atau penggunaan alkohol/narkoba yang berlebihanTekanan darah tinggi atau kolesterolKadar kalium atau magnesium yang rendahObesitasDiabetesSleep apneaPenyakit ginjal kronisGaya hidup yang tidak banyak bergerakRiwayat keluarga dengan penyakit jantung atau henti jantung

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Kapan Anak Harus Berhenti Minum Obat Saat Bapil? Ini Penjelasan Dokter

    Kapan Anak Harus Berhenti Minum Obat Saat Bapil? Ini Penjelasan Dokter

    Jakarta

    Batuk pilek (bapil) adalah penyakit umum yang sering menyerang anak-anak, terutama saat cuaca tidak menentu. Berdasarkan National Library of Medicine di tahun 2003, insiden pilek pada anak dapat terjadi 6-10 kali dalam setahun. Adapun durasi rata-rata sampai anak sembuh bisa sampai 1-2 minggu.

    Saat bapil, biasanya banyak orang tua langsung memberikan obat saat gejala muncul. Namun pertanyaannya, kapan sebenarnya anak harus berhenti minum obat saat bapil?

    Dokter Spesialis Anak, dr. Kanya Ayu Paramastri Sp.A menyampaikan pemberian obat pada anak pada dasarnya berbeda tergantung dengan periode infeksi virus di dalam tubuh.

    “Satu periode infeksi virus itu rata-rata antara 5-7 hari, tapi bisa 10-14 hari dalam satu periode. Bahkan bisa 21 SOS kondisinya membaik,” ujar dr. Kanya pada acara Peluncuran OB Combi Anak Batuk Pilek di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (29/7/2025).

    Meski demikian, dokter yang akrab disapa momdoc ini menyarankan agar stop mengonsumsi obat jika dirasa keluhan sudah tidak ada.

    “Biasanya kami merekomendasikan dan juga apoteker, obat itu sekali sudah dibuka, kalau memang dia bersisa, kita tidak merekomendasikan untuk disimpan dan lalu digunakan ulang karena khawatirnya terkontaminasi. Pasti sekali dibuka, ada pengaruh suhu udara, dan sebagainya,” jelasnya.

    “Jadi sebaiknya habis tidak habis, bila keluhan sudah tidak ada, boleh di-stop. Sisa obatnya lebih baik dibuang saja, daripada disimpan lalu digunakan ulang,” sambungnya.

    Lebih lanjut, dr. Kanya mengimbau agar para orang tua mengecek kembali keterangan yang tertera pada produk.

    “Biasanya masing-masing produk, di leafletnya ada keterangannya maksimal untuk berapa hari. Misalnya ternyata maksimal 7 hari, tapi 7 hari itu belum membaik, atau belum sembuh total, mungkin dengan berat hati terpaksa harus membeli yang baru. Pasti tiap produk punya penelitiannya masing-masing, jadi dikembalikan ke produknya masing-masing,” ungkapnya.

    Combiphar Hadirkan Varian Baru Obat Bapil untuk Anak

    Dalam rangka menjawab kebutuhan orang tua dalam merawat anak saat bapil, Combiphar meluncurkan varian terbaru OB Combi Anak Batuk Pilek.

    Direktur Combiphar Weitarsa Hendarto mengatakan sejak tahun 1972, OBH Combi telah dipercaya menjadi pilihan keluarga Indonesia dari generasi ke generasi. Hingga hari ini, OBH Combi juga dipercaya oleh konsumen Indonesia untuk menjadi obat batuk sirup dalam kemasan botol nomor 1 di Indonesia.

    “Sebagai bagian dari komitmen kami untuk terus memberikan layanan yang terbaik, hari ini kami memperkenalkan OB Combi Anak Batuk Pilek, yaitu varian terbaru dari OBH Combi,” katanya.

    “OB Combi Anak Batuk Pilek ini diformulasikan khusus untuk meredakan gejala batuk dan pilek yang tidak disertai dengan demam. Produk ini hadir dalam rasa yang disukai anak-anak, yakni rasa strawberry. Kami berharap kehadiran produk ini merupakan salah satu jawaban, terutama untuk ibu-ibu di Indonesia, yang anaknya mungkin mengalami kondisi batuk pilek tanpa demam,” sambungnya.

    Di sisi lain, GM Marketing Consumer Healthcare Combiphar, Sandi Wijaya mengatakan peluncuran OB Combi Anak Batuk Pilek melengkapi produk-produk Combiphar lainnya.

    “Sebelumnya kita sudah mempunyai OBH Combi Anak Batuk Flu, sekarang menambah lengkap dengan OB Combi Anak Batuk Pilek, yang memang efektif meredakan batuk pilek tanpa demam,” pungkasnya.

    (akd/akd)

  • Membangun Percaya Diri Anak untuk Mengeksplorasi Minat dan Potensinya

    Membangun Percaya Diri Anak untuk Mengeksplorasi Minat dan Potensinya

    Jakarta

    Bagi orang tua, mengenali potensi bakat yang dimiliki anak sangatlah penting. Tapi dalam perjalanannya, tak jarang orang tua merasa dilema antara membebaskan anak memilih bakatnya sendiri atau perlu turun tangan dalam mengambil keputusan untuk anak.

    Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendktisaintek), Prof Stella Christie mengungkapkan bahwa memilihkan keputusan terbaik untuk anak perlu dilakukan ketika memang ada keterbatasan-keterbatasan.

    “Kita pilih kesempatan yang seoptimal mungkin, sebaik-baiknya untuk anak kita, saya rasa itu perlu dilakukan. Dan itu akan signifikan,” kata Prof Stella kepada detikcom beberapa waktu lalu.

    Kendati demikian, dalam perkembangannya, anak anak bisa mengalami perubahan minat dan bakat. Jadi, diperlukan untuk membangun rasa percaya diri pada anak.

    “Kepercayaan diri bahwa kita bisa belajar apapun dan kita bisa mengejar yang kita sukai, itu yang penting. Apakah, jadi kalau kita lihat di dunia, apapun itu bidangnya, kalau kita menjadi pakar, kita pasti hidupnya terjamin kok,” tegasnya.

    Adanya kemungkinan perubahan minat dan bakat pada anak dibuktikan oleh penelitian yang dipublikasikan oleh Asia-Pasific Science Education. Para ahli menganalisis siswa di sekolah dasar di Korea selama fase perkembangan minat.

    Empat siswa dari setiap tingkat pengembangan dipilih untuk berpartisipasi. Mereka menulis jurnal foto selama 12 minggu sambil bertemu dengan peneliti setiap dua minggu untuk wawancara semi-terstruktur.

    Hasilnya, siswa yang lebih banyak berpartisipasi dalam kegiatan sains cenderung punya minat lebih tinggi pada sains. Temuan ini menunjukkan bahwa faktor-faktor dalam mikrosistem, seperti guru sekolah atau orang tua bisa memengaruhi minat siswa terhadap sains, terlepas dari tingkat minat mereka sebelumnya.

    Kapan Tes Bakat atau Minat Diperlukan?

    Menurut Menurut Psikolog Anak Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi, pilihan orang tua dalam memilih aktivitas dan pendidikan yang tepat bisa memberi dampak besar dalam membantu anak mengembangkan kecerdasan dan bakat alami mereka. Orang tua perlu menyadari peran mereka dalam memberi stimulasi yang bisa mengembangkan potensi anak secara maksimal.

    “Terutama di periode emas 1000 Hari Pertama Kehidupan, anak-anak membutuhkan stimulasi yang tepat sesuai dengan tahapan tumbuh kembang mereka. Setiap pilihan yang diambil orang tua, baik dalam memberikan pendidikan maupun kegiatan yang merangsang potensi anak, akan membentuk masa depan mereka. Ini adalah langkah awal untuk mencapai potensi terbaik anak,” ungkap Prof. Rose.

    Orang tua juga dapat melibatkan anak dalam tes minat dan bakat untuk mengetahui potensi mereka. Namun, penting untuk memahami waktu yang tepat untuk menjalani tes ini agar hasilnya lebih bermanfaat.

    Misalnya, ada anak yang ingin mengenyam pendidikan di bidang tertentu, namun tidak memiliki kemampuan visual spasialnya yang cukup. Pada kondisi ini, orang tua bisa mengarahkan ke bidang lain.

    “Kita bilang ke dia, kamu bisa sekolah di engineering tapi jangan langsung yang kayak teknik sipil, tapi teknik industri. Jadi kita cari dia senangnya apa, terus kita gabung sama potensinya dia,” kata psikolog anak, Saskhya Aulia Prima, M.Psi, dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    Menurutnya, tes minat bakat lebih efektif dilakukan saat anak berusia 14 tahun. Sebab, saat itu sudah mulai terlihat minat dan bakat pada anak. Sementara, pada usia di bawah 14 tahun, anak masih menyukai banyak bidang.

    “Di bawah usia 14 tahun memang itu masih masanya anak eksplorasi. Maka dari itu, kita biasanya nggak nyaranin orang tua ambil tes minat bakat untuk anaknya di bawah usia 14 tahun karena masih ganti-ganti banget minat si anak ini,” tutur Saskhya.

    Mengetahui bakat anak sangat diperlukan. Bahkan, penting untuk memberikan berbagai macam stimulus sejak dini untuk mengasah minat dan bakatnya.

    “Kalau anak nggak tahu bakatnya apa, dia akan kesulitan menentukan goals dan kebingungan saat beranjak dewasa. Makanya kita lihat ada anak sudah mau lulus SMA tetapi bingung menentukan jurusan dan pilihan kuliah,” tutur psikolog Jovita Maria Ferlina, M.PSi kepada detikcom.

    Masa depan Si Kecil bukan terjadi karena kebetulan, tapi terbentuk dari pilihan terbaik yang orang tua buat hari ini. Karena #WaktuTakBisaKembali Morinaga memahami bahwa peran orang tua sangat penting dalam menentukan arah tumbuh kembang anak. Karena itu, Morinaga hadir mendampingi Bunda dan Ayah melalui tiga kunci penting: memberikan Atensi penuh di setiap tahap perkembangan Si Kecil, mengasah Potensi unik yang dimilikinya, dan memenuhi kebutuhan Nutrisi Tepat sebagai fondasi tumbuh kembang optimal. Dengan dukungan terbaik sejak sekarang, setiap pilihan Ayah dan Bunda adalah langkah besar menuju masa depan terbaik Si Kecil.

    Morinaga. Your Choice, Their Future

    (up/up)

  • Uji Toksikologi Kematian Diplomat Muda Temukan Kandungan Obat Flu di Tubuh ADP

    Uji Toksikologi Kematian Diplomat Muda Temukan Kandungan Obat Flu di Tubuh ADP

    Jakarta

    Tim Subdirektorat Toksikologi Forensik Puslabfor Bareskrim Polri telah melakukan rangkaian pemeriksaan laboratorium terhadap bagian tubuh dan cairan tubuh diplomat muda almarhum ADP (39), pegawai Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang meninggal dunia di kosnya. Sampel tersebut diterima dari penyidik Resmob Polda Metro Jaya pada 10 Juli 2025.

    Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya senyawa toksik dalam cairan dan organ tubuh, seperti obat-obatan, bahan kimia, pestisida, alkohol, hingga lainnya.

    “Setelah dilakukan rangkaian sample didapatkan hasil sebagai berikut, seluruh organ dan cairan tubuh almarhum ADP tidak ditemukan senyawa toksin seperti pestisida, sianida, arsenik, alkohol, maupun narkoba,” kata Puslabfor Bareskrim Polri, ⁠AKP Ade Laksono,dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (29/7/2025).

    Hasilnya, tidak ditemukan senyawa beracun seperti pestisida, sianida, arsenik, alkohol, maupun narkotika di seluruh organ dan cairan tubuh ADP.

    Namun, dalam pemeriksaan lanjutan, ditemukan kandungan paracetamol dan chlorpheniramine pada sejumlah organ tubuh. Paracetamol terdeteksi di otak, ginjal, dan urine. Sementara klorfeniramin terdeteksi di empedu, limfa, hati, ginjal, lambung, darah, serta urine.

    Mengacu pada studi literatur dari farmakologi, Ade mengatakan chlorpheniramine (dikenal juga sebagai CTM) merupakan antihistamin yang lazim digunakan untuk meredakan gejala alergi seperti bersin dan hidung tersumbat, serta memiliki efek samping berupa kantuk.

    Sementara paracetamol adalah obat yang berfungsi meredakan nyeri dan menurunkan demam.

    “Pada otak ditemukan atau terdeteksi paracetamol, empedu terdeteksi chlorpheniramine, limfa terdeteksi chlorpheniramine, hati terdeteksi chlorpheniramine, ginjal terdeteksi paracetamol dan klorfeniramin, lambung terdeteksi chlorpheniramine, darah terdeteksi chlorpheniramine, urine terdeteksi paracetamol dan chlorpheniramine,” ucap tim.

    “Kombinasi kedua zat tersebut umum ditemukan dalam obat flu dan demam yang dijual bebas di pasaran. Temuan ini menunjukkan adanya konsumsi atau paparan obat sebelum kematian,” jelasnya lagi.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Pakar Farmasi: Obat Flu yang Dibeli Istri Bintang Emon Aman Dikonsumsi”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/up)

  • Tebak-tebakan Seru untuk Mengasah Otak, Bisa Jawab Semua di Bawah 120 Detik?

    Tebak-tebakan Seru untuk Mengasah Otak, Bisa Jawab Semua di Bawah 120 Detik?

    Jakarta

    Tebak-tebakan tak hanya sekedar hiburan yang mengisi waktu luang. Di balik keseruannya, jenis permainan ini juga bisa menjadi sarana untuk mengasah otak, dan melatih logika.

    Mulai dari teka-teki lucu sampai soal logika, tebak-tebakan bisa menjadi aktivitas ringan tapi penuh manfaat. Tidak heran jika banyak orang dari segala usia suka memainkannya. Berikut sejumlah contoh tebak-tebakan untuk mengasah otak.

    Tebak-tebakan Asah Otak

    Berikut beberapa tebak-tebakan yang bisa mengasah otak. Apa kamu bisa menjawabnya?

    1. Ada seekor kucing berdiri di tengah jalan. Dia melihat ke kanan, lalu ke kiri, lalu kembali ke kanan, dia berjalan lurus. Di mana kucing itu sekarang?
    2. KRL bergerak ke arah barat dari timur dengan kecepatan 80 km per jam. Jika angin dari arah berlawanan berhembus dengan kecepatan 40 km per jam, ke mana arah asapnya? Barat, Timur, Selatan, atau salah semua?
    3. Dalam suatu kolam, terdapat 16 ekor ikan. Suatu hari, 4 ikan dimakan bangau, 2 tenggelam, dan satu dimakan kucing. Sisanya berapa?
    4. Perhatikan pola warna pada setiap kotak

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    5. Perpaduan warna mana yang tepat?

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    6. Benda apa yang memiliki 6 buka, tapi tidak bisa pakai make up dan memiliki 21 mata, tapi tidak bisa melihat?
    7. Seorang ibu hamil keluar dari kamar, berjalan menuju kulkas untuk membuka tua kaleng, yoghurt, soda, dan es krim. Apa yang harus dia buka pertama?
    8. Jika jerapah memiliki 2 mata, kelinci 2 mata, dan gajah dua mata. Maka, kita memiliki berapa mata?
    9. Simbol apakah berikutnya?

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    10. Pada gambar, terdapat soal dengan jawaban yang salah. Geser satu korek supaya hasilnya benar.

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    11. 5 anak sedang sibuk menunggu buka puasa. Anita bermain hp, Dian sedang membaca buku, Deka sedang menyanyi, Fatimah sedang bermain badminton. Apa yang dilakukan oleh anak ke lima, yakni Dewa?

    12. Semakin banyak kamu membuatnya, semakin banyak pula kamu meninggalkannya, apakah itu?

    Jawaban Tebak-tebakan Asah Otak

    Yakin jawabanmu benar? Coba cocokkan dengan jawaban berikut:

    1. Di tengah. Kucing tetap berada di tengah jalan dan hanya melihat ke kiri dan ke kanan.
    2. Salah semua, karena KRL tidak mengeluarkan asap
    3. 11. karena ikan memang hidup di air, jadi tenggelam di air.
    4. Jawaban yang tepat adalah C

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    5. Jawabannya adalah B

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    6. Dadu
    7. Pintu kulkas
    8. 4 mata, 2 mataku, dan 2 mata kamu. Kita artinya kamu dan akuAsah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    9. Jawabannya adalah B. Simbol-simbol ini sering ditemui di jalan raya dan merupakan persimpangan dalam rambu lalu lintas.

    10. Pindahkan korek dari tanda ‘+’ untuk mengubah 5 menjadi 6. Sehingga jawabannya benar.

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    11. Dewa bermain badminton bersama Fatimah, karena badminton butuh 2 orang pemain.
    12. Jejak kaki.

    Halaman 2 dari 6

    Simak Video “Video: Momen Petugas Medis di Rusia Teruskan Operasi di Tengah Gempa”
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/up)

  • Bruce Willis Sakit Demensia Frontotemporal, Tak Bisa Lagi Bicara hingga Berjalan

    Bruce Willis Sakit Demensia Frontotemporal, Tak Bisa Lagi Bicara hingga Berjalan

    Jakarta

    Legenda Hollywood Die Hard, Bruce Willis, dikabarkan kini dalam kondisi tak bisa bicara dan bergerak, seiring memburuknya perjuangannya melawan demensia frontotemporal (FTD).

    Dikenal lewat kariernya yang telah berlangsung puluhan tahun di dunia film aksi, drama, dan komedi, Willis resmi pensiun dari dunia akting pada 2022 setelah didiagnosis afasia, yang kemudian berkembang menjadi demensia frontotemporal, sebuah kondisi neurologis progresif yang memengaruhi kepribadian, kemampuan berbahasa, dan keterampilan motorik.

    Meski beredar rumor bahwa Willis kini hanya terbaring di tempat tidur dan telah kehilangan kemampuan berbicara, sang istri, Emma Heming Willis, meluruskan kabar tersebut lewat unggahan di Instagram Stories-nya.

    “Kepada Yth. Yang Berkepentingan: Jika Anda menemukan berita yang diawali dengan ‘sumber dekat keluarga mengatakan…’, bantulah diri Anda sendiri dan berhentilah membaca,” demikian kata Emma melalui Instagram Storynya, dikutip dari Times of India.

    Sebenarnya apa itu demensia frontotemporal atau FTD?

    Demensia frontotemporal (FTD), juga dikenal sebagai degenerasi frontotemporal, merupakan sekelompok gangguan neurodegeneratif yang disebabkan oleh hilangnya sel saraf secara progresif di area lobus frontal dan temporal otak. Kedua area ini berperan penting dalam mengatur kepribadian, pengendalian emosi, bahasa, dan gerakan.

    Seiring waktu, bagian otak yang terdampak akan mengalami penyusutan (atrofi) dan kehilangan konektivitas, yang kemudian memicu gejala kognitif dan perilaku yang signifikan.

    FTD tergolong demensia tipe 2, yaitu bentuk demensia yang lebih jarang dibandingkan Alzheimer, namun cenderung lebih berbahaya. Tidak seperti Alzheimer yang umum pada usia lanjut, FTD sering kali menyerang individu berusia 45 hingga 65 tahun, meskipun bisa terjadi lebih awal atau lebih lambat.

    FTD diperkirakan menyumbang sekitar 10-20 persen dari seluruh kasus demensia, dan merupakan bentuk paling umum dari demensia pada orang di bawah usia 60 tahun.

    Faktor Risiko Demensia Frontotemporal (FTD)

    Faktor risiko demensia frontotemporal (FTD) meliputi riwayat keluarga dengan FTD,terutama jika orang tua atau saudara kandung juga mengalami kondisi serupa, serta mutasi genetik dan kemungkinan riwayat trauma kepala. Meskipun beberapa kasus bersifat familial dan berkaitan dengan gen tertentu, sebagian besar kasus FTD dianggap sporadis, atau muncul tanpa riwayat keluarga yang jelas.

    Usia juga menjadi faktor penting, dengan FTD paling umum terjadi pada rentang usia 40 hingga 65 tahun. Selain itu, gaya hidup atau riwayat cedera kepala mungkin turut berperan dalam meningkatkan risiko.

    Secara biologis, FTD sering kali disebabkan oleh penumpukan protein abnormal di dalam sel-sel otak, seperti protein tau atau TDP-43, yang memicu kematian sel dan penyusutan (atrofi) pada bagian lobus otak tertentu.

    Diperkirakan sekitar 30 hingga 50 persen kasus FTD melibatkan komponen genetik. Beberapa mutasi gen yang diketahui berperan antara lain MAPT, PGRN, dan C9ORF72, yang merupakan penyebab umum dalam kasus-kasus familial.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/kna)