Jenis Media: Kesehatan

  • Ilmuwan Temukan Senyawa Penyebab Kanker di Makanan Sehari-hari

    Ilmuwan Temukan Senyawa Penyebab Kanker di Makanan Sehari-hari

    Jakarta

    Seiring meningkatnya perhatian masyarakat terhadap kesehatan, banyak orang mulai rutin berolahraga dan memantau asupan kalori. Tren ini juga mendorong lebih banyak orang memilih makanan bernutrisi seperti buah dan sayur.

    Namun, meski dikenal sehat, bahan pangan ini ternyata dapat terkontaminasi polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs), senyawa organik hidrofobik yang terdiri dari cincin aromatik berfusi dan diketahui bersifat karsinogenik. Hal ini terungkap dari studi yang dilakukan oleh ilmuwan dari Department of Food Science and Biotechnology, Seoul National University of Science and Technology, yang dipimpin Prof Joon-Goo Lee.

    Pada pangan nabati seperti buah dan sayuran, PAHs bisa muncul akibat paparan polusi udara (misalnya dari emisi kendaraan atau industri), penggunaan air irigasi yang tercemar, hingga penyerapan dari tanah yang terkontaminasi. Senyawa ini dapat menempel pada permukaan atau terserap ke jaringan yang dapat dimakan.

    Pada pangan hewani seperti daging dan ikan, PAHs umumnya terbentuk selama proses pengolahan dan memasak, terutama ketika makanan bersentuhan langsung dengan api, asap, atau suhu yang sangat tinggi.

    Bagaimana PAHs bisa terbentuk selama memasak?

    Menurut laporan studi tersebut, selama proses memanggang, barbeque, atau menggoreng, PAHs terbentuk akibat pembakaran tidak sempurna dari lemak dan komponen organik lainnya.

    Senyawa ini cenderung terkonsentrasi pada bagian makanan yang gosong atau sangat kecokelatan. Produk asap dan sangrai, seperti daging asap, ikan asap, keju asap, serta kopi sangrai. sering menunjukkan kadar PAHs yang terukur. Beberapa makanan olahan yang dipanggang lama juga dapat mengandung PAHs, terutama jika permukaannya menggelap.

    Karena beberapa PAHs diketahui bersifat karsinogenik, kehadirannya dalam banyak jenis makanan menimbulkan kekhawatiran publik dan menegaskan pentingnya pengawasan serta upaya mitigasi di seluruh rantai pasok pangan.

    Untuk melindungi konsumen, ekstraksi, identifikasi, dan pengukuran PAHs secara efisien menjadi sangat penting. Metode konvensional seperti solid-phase, liquid-liquid, atau accelerated solvent extraction umumnya terjangkau, tetapi cenderung lambat, rumit, dan kurang ramah lingkungan.

    Metode QuEChERS (Quick, Easy, Cheap, Effective, Rugged, and Safe) muncul sebagai alternatif menjanjikan karena mampu mempercepat analisis, meningkatkan akurasi, serta mempermudah persiapan sampel, menjadikannya opsi yang lebih aman dan andal dalam pengujian PAHs.

    Lebih lanjut, peneliti menerapkan metode QuEChERS untuk mengukur delapan jenis PAHs, yakni Benzo[a]anthracene, Chrysene, Benzo[b]fluoranthene, Benzo[k]fluoranthene, Benzo[a]pyrene, Indeno[1,2,3-cd]pyrene, Dibenz[a,h]anthracene, dan Benzo[g,h,i]perylene. Hasil studi dipublikasikan dalam jurnal Food Science and Biotechnology.

    Dalam penelitiannya, tim menggunakan cairan khusus bernama asetonitril untuk ‘mengambil’ senyawa PAHs dari makanan. Setelah itu, sampel disaring kembali dengan bahan penyerap tertentu agar hasilnya benar-benar bersih dan siap dianalisis. Metode ini diuji pada berbagai jenis makanan, dan hasilnya tetap stabil. Para peneliti juga menemukan bahwa alat pengujinya memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi.

    Saat diuji dengan teknik gas chromatography-mass spectrometry, metode ini mampu mendeteksi PAHs dalam jumlah yang sangat kecil, bahkan di kisaran mikrogram per kilogram makanan.

    Pengujian menggunakan gas chromatography-mass spectrometry menghasilkan batas deteksi 0,006-0,035 µg/kg dan batas kuantifikasi 0,019-0.133 µg/kg. Tingkat pemulihan juga tinggi, yakni 86,3-109,6 persen pada konsentrasi 5 µg/kg, 87,7-100,1 persen pada 10 µg/kg, dan 89,6-102,9 persen pada 20 µg/kg. Presisi pengukuran berkisar 0,4-6,9 persen pada seluruh matriks makanan.

    “Metode ini tidak hanya menyederhanakan proses analisis, tetapi juga menunjukkan efisiensi deteksi yang tinggi dibandingkan metode konvensional. Teknik ini dapat diaplikasikan pada berbagai jenis makanan,” kata Prof Lee, dikutip dari Science Daily.

    Di industri pangan, penerapan teknik ini berpotensi meningkatkan efektivitas pengujian keamanan makanan, mengurangi biaya operasional, dan memperbaiki keselamatan kerja di laboratorium.

    “Penelitian kami dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dengan memastikan keamanan pangan. Selain itu, metode ini juga mengurangi penggunaan dan emisi bahan kimia berbahaya selama proses pengujian,” kata Prof Lee.

    Secara keseluruhan, studi ini menunjukkan bahwa teknik analisis PAHs berbasis QuEChERS merupakan metode yang cepat, akurat, dan lebih ramah lingkungan dibandingkan pendekatan tradisional.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Kemenkes Kaji Terapi GLP-1 untuk Obesitas Susul Panduan Resmi WHO

    Kemenkes Kaji Terapi GLP-1 untuk Obesitas Susul Panduan Resmi WHO

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bakal mengkaji penggunaan dan pembiayaan terapi Glucagon-Like Peptide-1 (GLP-1) untuk penanganan obesitas di Indonesia. Langkah ini diambil menyusul terbitnya rekomendasi terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait pengobatan tersebut.

    Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan obesitas kini masuk dalam lima besar temuan masalah kesehatan terbanyak berdasarkan program cek kesehatan gratis (CKG). Kondisi ini banyak ditemukan pada kelompok dewasa hingga lanjut usia.

    “Pemerintah sedang memperbarui Pedoman Nasional Praktek Klinis (PNPK) untuk obesitas, termasuk tata laksana pengobatannya. Selama ini obat diberikan pada pasien obesitas yang sudah memiliki gejala penyakit lain, seperti gangguan jantung atau sulit bergerak,” beber Nadia dalam keterangan tertulis, diterima detikcom Minggu (7/12/2025).

    Terkait kemungkinan memasukkan terapi GLP-1 sebagai layanan yang ditanggung BPJS Kesehatan, Nadia menegaskan keputusan tersebut membutuhkan proses penilaian Health Technology Assessment (HTA). Selain itu, pemerintah perlu memastikan ketersediaan obat GLP-1 di Indonesia.

    Ia menambahkan, Kemenkes juga akan melibatkan pakar untuk mendapatkan masukan terkait penggunaan obat-obatan bagi penderita obesitas.

    GLP-1 sendiri merupakan hormon yang berperan dalam mengatur metabolisme. Adapun GLP-1 Receptor Agonist adalah kelompok obat yang umum digunakan untuk menurunkan kadar gula darah, membantu penurunan berat badan, menurunkan risiko komplikasi jantung dan ginjal, serta menurunkan risiko kematian dini pada pasien diabetes tipe 2.

    Sebelumnya diberitakan, WHO menerbitkan pedoman penggunaan terapi GLP-1 untuk menangani obesitas. Dokumen itu disusun sebagai respons atas meningkatnya permintaan dari berbagai negara yang menghadapi tantangan obesitas.

    Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pedoman tersebut menekankan pentingnya akses terhadap terapi GLP-1 dan perlunya sistem kesehatan mempersiapkan fasilitas pendukungnya.

    “Obesitas berdampak pada semua negara dan dikaitkan dengan 3,7 juta kematian di seluruh dunia pada 2024. Tanpa tindakan tegas, jumlah orang dengan obesitas diperkirakan meningkat dua kali lipat pada 2030,” ujar Tedros dalam laman resmi WHO.

    Ia menilai obesitas menjadi awal munculnya berbagai penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, kanker, hingga memperburuk penyakit infeksi.

    Pedoman tersebut juga menegaskan obesitas merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan komprehensif dan berkelanjutan. Tedros menekankan penggunaan obat saja tidak cukup untuk menyelesaikan krisis obesitas global.

    “Terapi GLP-1 bisa membantu jutaan orang mengatasi obesitas dan mengurangi risikonya. Namun terapi ini tetap harus disertai pendekatan lain,” ujarnya.

    Dalam pedoman tersebut, WHO memberikan dua rekomendasi utama yang bersifat kondisional:

    Terapi GLP-1 dapat digunakan untuk pengobatan obesitas jangka panjang pada orang dewasa, kecuali ibu hamil.

    Rekomendasi ini bersifat kondisional karena keterbatasan data mengenai efektivitas dan keamanan jangka panjang, biaya yang tinggi, serta kesiapan sistem kesehatan.

    Perubahan pola hidup intensif, seperti konsumsi makanan sehat dan peningkatan aktivitas fisik, wajib menjadi bagian dari terapi GLP-1.

    “Obesitas bukan hanya masalah individu, tetapi tantangan masyarakat yang memerlukan aksi multisektor,” kata Tedros.

    Kemenkes memastikan kajian penggunaan GLP-1 di Indonesia akan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut, mulai dari efektivitas, keamanan, hingga kesiapan sistem pembiayaan kesehatan nasional.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: WHO Keluarkan Pedoman Baru Syarat Terapi GLP-1 untuk Obesitas”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Ternyata 6 Buah Ini Bisa Bikin Ginjal Lebih Sehat

    Ternyata 6 Buah Ini Bisa Bikin Ginjal Lebih Sehat

    Jakarta

    Ginjal bekerja tanpa henti menyaring limbah, menyeimbangkan cairan, dan menjaga kadar nutrisi penting dalam tubuh. Asupan makanan, terutama buah-buahan, mengandung kombinasi vitamin, mineral, antioksidan, dan serat yang ampuh berperan besar dalam melindungi fungsi organ vital ini.

    “Sebuah studi mengamati data lebih dari 98 ribu peserta dan menemukan bahwa makan lebih banyak buah dikaitkan dengan risiko 6 hingga 8 persen lebih rendah terkena penyakit ginjal,” beber ahli diet, Jen Hernandez, RD, dikutip dari Eating Well.

    Namun, tidak semua buah memberi manfaat yang sama. Berikut enam buah yang dinilai paling baik untuk kesehatan ginjal menurut ahli:

    1. Anggur Merah

    Anggur merah kaya senyawa resveratrol, antioksidan yang membantu melindungi sel ginjal dari kerusakan dan peradangan. Kandungan kaliumnya juga relatif lebih rendah dibanding buah lain, sehingga lebih ramah bagi ginjal.

    2. Apel

    Apel mengandung serat larut dan senyawa antiinflamasi yang membantu menurunkan kolesterol, serta kadar gula darah. Manfaat ini penting karena diabetes dan tekanan darah tinggi, yang merupakan penyebab utama gangguan ginjal.

    3. Blueberry

    Buah beri ini kaya antosianin dan vitamin C yang bekerja sebagai antioksidan kuat. Konsumsi buah-buahan kaya flavonoid seperti blueberry diketahui dapat menurunkan risiko penyakit ginjal kronis secara signifikan.

    4. Lemon

    Lemon membantu mencegah pembentukan batu ginjal berkat kandungan sitratnya. Selain itu, menambahkan perasan lemon ke dalam air dapat meningkatkan asupan cairan, yang penting untuk fungsi ginjal optimal.

    5. Nanas

    Nanas kaya vitamin C, mangan, dan senyawa antiinflamasi, termasuk enzim bromelain. Buah ini juga memiliki kadar kalium yang lebih rendah, sehingga lebih aman bagi individu yang perlu membatasi asupan kalium.

    6. Raspberry

    Raspberry merupakan salah satu buah dengan kandungan serat tertinggi. Serat ini membantu menjaga kestabilan gula darah, faktor penting dalam melindungi ginjal, terutama pada orang dengan diabetes.

    Para ahli menekankan konsumsi buah-buahan secara rutin, disertai pola makan seimbang dan hidrasi yang cukup. Hal ini dapat membantu menjaga ginjal tetap sehat dalam jangka panjang.

    (sao/naf)

  • Ternyata 6 Buah Ini Bisa Bikin Ginjal Lebih Sehat

    Ternyata 6 Buah Ini Bisa Bikin Ginjal Lebih Sehat

    Jakarta

    Ginjal bekerja tanpa henti menyaring limbah, menyeimbangkan cairan, dan menjaga kadar nutrisi penting dalam tubuh. Asupan makanan, terutama buah-buahan, mengandung kombinasi vitamin, mineral, antioksidan, dan serat yang ampuh berperan besar dalam melindungi fungsi organ vital ini.

    “Sebuah studi mengamati data lebih dari 98 ribu peserta dan menemukan bahwa makan lebih banyak buah dikaitkan dengan risiko 6 hingga 8 persen lebih rendah terkena penyakit ginjal,” beber ahli diet, Jen Hernandez, RD, dikutip dari Eating Well.

    Namun, tidak semua buah memberi manfaat yang sama. Berikut enam buah yang dinilai paling baik untuk kesehatan ginjal menurut ahli:

    1. Anggur Merah

    Anggur merah kaya senyawa resveratrol, antioksidan yang membantu melindungi sel ginjal dari kerusakan dan peradangan. Kandungan kaliumnya juga relatif lebih rendah dibanding buah lain, sehingga lebih ramah bagi ginjal.

    2. Apel

    Apel mengandung serat larut dan senyawa antiinflamasi yang membantu menurunkan kolesterol, serta kadar gula darah. Manfaat ini penting karena diabetes dan tekanan darah tinggi, yang merupakan penyebab utama gangguan ginjal.

    3. Blueberry

    Buah beri ini kaya antosianin dan vitamin C yang bekerja sebagai antioksidan kuat. Konsumsi buah-buahan kaya flavonoid seperti blueberry diketahui dapat menurunkan risiko penyakit ginjal kronis secara signifikan.

    4. Lemon

    Lemon membantu mencegah pembentukan batu ginjal berkat kandungan sitratnya. Selain itu, menambahkan perasan lemon ke dalam air dapat meningkatkan asupan cairan, yang penting untuk fungsi ginjal optimal.

    5. Nanas

    Nanas kaya vitamin C, mangan, dan senyawa antiinflamasi, termasuk enzim bromelain. Buah ini juga memiliki kadar kalium yang lebih rendah, sehingga lebih aman bagi individu yang perlu membatasi asupan kalium.

    6. Raspberry

    Raspberry merupakan salah satu buah dengan kandungan serat tertinggi. Serat ini membantu menjaga kestabilan gula darah, faktor penting dalam melindungi ginjal, terutama pada orang dengan diabetes.

    Para ahli menekankan konsumsi buah-buahan secara rutin, disertai pola makan seimbang dan hidrasi yang cukup. Hal ini dapat membantu menjaga ginjal tetap sehat dalam jangka panjang.

    (sao/naf)

  • 10 Kebiasaan yang Bikin Otak Lebih Cerdas Kata Ahli Saraf, Apa Saja?

    10 Kebiasaan yang Bikin Otak Lebih Cerdas Kata Ahli Saraf, Apa Saja?

    Jakarta

    Ahli saraf semakin menegaskan bahwa kebiasaan kecil yang dilakukan secara konsisten mampu membentuk ulang jalur saraf di otak. Pola berulang inilah yang diam-diam memengaruhi ketajaman berpikir, kecepatan belajar, hingga ketahanan mental seseorang dalam menghadapi tekanan.

    Hal ini disampaikan ahli bedah saraf lulusan AIIMS, Arun L Naik. Ia menyebut otak berkembang paling cepat lewat pengulangan.

    “Ketika kita melakukan suatu tugas berulang kali, neuron akan aktif pada pola yang sama. Neuron yang aktif bersama akan terhubung bersama,” terang Dr Arun, dikutip dari Times of India.

    Berikut 10 kebiasaan yang disebut dapat membantu ‘menajamkan’ otak jika dilakukan secara konsisten:

    1. Tidur dan Bangun di Waktu yang Sama Setiap Hari

    Ritme tidur yang teratur membantu mengatur jam biologis tubuh dan memperkuat konsolidasi memori. Konsistensi ritme sirkadian disebut berkaitan dengan aktivitas hipokampus yang lebih optimal.

    2. Meluangkan Waktu Membaca 20-30 Menit per Hari

    Membaca dapat melatih fokus, memperkaya kosakata, dan mengaktifkan banyak area otak. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini disebut bisa meningkatkan kinerja kognitif.

    3. Rutin Jalan Kaki atau Olahraga

    Aktivitas fisik harian meningkatkan kadar brain-derived neurotrophic factor (BDNF), protein penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel saraf. Dampaknya tak hanya pada fisik, tetapi juga pada fungsi eksekutif dan daya ingat.

    4. Minum Air Secara Teratur

    Hidrasi tiap 2-3 jam menjaga neurotransmisi tetap optimal. Bahkan, dehidrasi ringan dilaporkan bisa menurunkan konsentrasi dan daya ingat jangka pendek.

    5. Meditasi di Waktu yang Tetap

    Latihan mindfulness atau meditasi membantu memperpanjang rentang perhatian, mengatur emosi, dan memperkuat memori kerja.

    6. Menulis Jurnal Setiap Hari

    Kebiasaan menulis memperkuat proses refleksi, perencanaan, dan kejernihan emosi. Aktivitas juga membantu penguatan memori.

    7. Belajar Satu Hal Baru Tiap Hari

    Mempelajari kata baru, fakta, atau keterampilan sederhana setiap hari. Hal ini menjaga hipokampus tetap aktif dan mendukung neuroplastisitas.

    8. Menghindari Kebiasaan Multitasking

    Sering berpindah tugas dinilai dapat merusak jaringan fokus. Sebaliknya, fokus pada satu tugas memperkuat sirkuit saraf yang mendukung konsentrasi.

    9. Membuat Rencana atau Daftar Tugas Harian

    Menyusun agenda membantu pengambilan keputusan dan mengurangi beban mental. Terutama saat tugas-tugas mulai menjadi rutinitas.

    10. Menjalani Pola Makan Konsisten Ramah Otak

    Pola makan rendah peradangan, seperti kaya sayur, buah, biji-bijian utuh, kacang, dan lemak sehat. Ini dikaitkan dengan risiko penurunan kognitif yang lebih rendah.

    Dr Arun menegaskan kebiasaan tersebut bukanlah hal yang rumit. Cara-cara ini dapat dilakukan, jika dijalani secara konsisten, dapat menjadi ‘investasi’ jangka panjang bagi kesehatan otak.

    Seiring waktu, rutinitas sederhana ini mampu meningkatkan fokus, kejernihan mental, suasana hati, hingga ketahanan kognitif dalam jangka panjang.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Video: Saran Pakar soal Pemberian Susu Formula untuk Bayi Korban Bencana

    Video: Saran Pakar soal Pemberian Susu Formula untuk Bayi Korban Bencana

    Video: Saran Pakar soal Pemberian Susu Formula untuk Bayi Korban Bencana

  • 4 Potensi Wabah Penyakit Pasca-Bencana Banjir dan Tanah Longsor

    4 Potensi Wabah Penyakit Pasca-Bencana Banjir dan Tanah Longsor

    Epidemiolog Dicky Budiman menyorot soal dampak penyakit pasca-bencana banjir dan longsor seperti yang tengah terjadi di Sumatera. Setidaknya ada empat penyakit yang menjadi sorotan Dicky Budiman. Apa saja?

    “Yang paling sering dari data-data, bukan hanya di Indonesia tapi di dunia, setelah banjir atau longsor, itu adalah Leptospirosis,” jelasnya saat dihubungi oleh Tim 20Detik.

    “Kedua, yang bisa menjadi wabah adalah penyakit akibat sumber air bersihnya tercemar atau terkontaminasi. Di Indonesia pola epidemiologisnya setiap tahun pasca-banjir, muncul peningkatan kasus diare. Ketiga, yang sering menjadi wabah adalah demam tifoid,” tambah Dicky.

    Sementara potensi penyakit keempat datang dari peningkatan jumlah nyamuk yang bisa menyebabkan DBD maupun malaria. Namun, kasus DBD maupun malaria biasanya terjadi satu bulan pasca-bencana.

  • 4 Tahapan yang Terjadi pada Organ Tubuh saat Bercinta

    4 Tahapan yang Terjadi pada Organ Tubuh saat Bercinta

    Jakarta

    Aktivitas hubungan seksual bukan hanya soal kenikmatan bagi suami dan istri. Namun, juga melibatkan serangkaian biologis yang kompleks di dalam tubuh.

    Mulai dari detak jantung yang meningkat hingga perubahan pada organ reproduksi. Semuanya terjadi dalam apa yang dikenal sebagai siklus respons seksual.

    Spesialis obstetri dan ginekologi, Truong Nghia Binh, menjelaskan bagaimana tubuh bereaksi selama berhubungan intim. Secara umum, siklus respons seksual terbagi menjadi empat tahap utama, yaitu stimulasi, gairah (plateau), orgasme, dan relaksasi (resolusi).

    Baik pria maupun wanita melewati fase yang sama, meskipun durasinya dapat berbeda.

    1. Fase Stimulasi atau Arousal

    Tahap ini biasanya dimulai dalam hitungan detik, setelah adanya rangsangan fisik maupun emosional. Pada pria, penis mulai mengalami ereksi.

    Sementara pada wanita, vagina mulai menghasilkan pelumasan dan organ genital mengalami pembengkakan ringan. Keduanya juga dapat merasakan detak jantung, tekanan darah, dan frekuensi napas yang meningkat.

    2. Fase Gairah atau Plateau

    Perubahan pada fase sebelumnya semakin intens. Para pria akan merasakan ereksi penuh dan testis tertarik ke arah skrotum.

    Pada wanita, aliran darah meningkat ke arah panggul, dinding vagina menebal, dan klitoris menjadi lebih sensitif. Baik pria maupun wanita juga akan merasakan otot mulai menegang dan kulit tampak memerah.

    3. Fase Orgasme

    Ini adalah puncak dari siklus respons seksual dan biasanya berlangsung singkat. Pada pria, terjadi ejakulasi yang disertai kontraksi ritmis.

    Pada wanita, kontraksi ritmis terjadi pada dinding vagina dan rahim. Keduanya juga merasakan detak jantung dan tekanan darah yang mencapai titik tertinggi, diikuti sensasi kenikmatan yang intens.

    4. Fase Relaksasi atau Resolusi

    Di fase ini, tubuh pasutri akan kembali ke kondisi normal. Penis para pria kembali ke kondisi tidak ereksi dan muncul periode refrakter, atau tidak bisa langsung mengalami orgasme lagi.

    Sementara wanita, organ reproduksinya kembali ke posisi semula dan sebagian dapat mengalami orgasme berulang, jika stimulasi berlanjut. Otot keduanya juga mulai mengendur dan kemerahan pada kulit perlahan mereda.

    Manfaat Lain dari Bercinta

    Tak hanya berdampak pada hubungan emosional dengan pasangan, hubungan seksual juga menyimpan manfaat lain untuk kesehatan. Aktivitas ini dapat membantu membakar kalori, sekitar 3-4 kalori per menit, saat bercinta dengan intensitas sedang.

    Selain itu, pria yang lebih sering mengalami orgasme dapat memiliki risiko kematian lebih rendah dalam jangka panjang. Dikutip dari VinMec, para pakar juga menyebut hubungan seks umumnya aman bagi jantung, selama seseorang mampu melakukan aktivitas fisik ringan, seperti naik dua tangga tanpa nyeri dada.

    Selama aktivitas seksual, tubuh juga melepaskan sejumlah hormon penting. Mulai dari oksitosin atau hormon cinta, dopamin dan serotonin atau hormon kebahagiaan, serta endorfin dan adrenalin.

    Pelepasan hormon ini membantu meningkatkan suasana hati, mengurangi stres, serta memperbaiki kualitas tidur.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Cek PSA Untuk Ketahui Risiko Gangguan Prostat”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • 4 Foto Mr P Remaja 17 Tahun Berkali-kali Kemasukan Benda Asing

    4 Foto Mr P Remaja 17 Tahun Berkali-kali Kemasukan Benda Asing

    Sarah Oktaviani Alam – detikHealth

    Minggu, 07 Des 2025 19:15 WIB

    Jakarta – Seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun memiliki riwayat memasukkan benda ke dalam uretranya sendiri berkali-kali. Mulai dari paku hingga sekrup.

  • Warga Australia Makin Jarang ke Dokter, Tunda Berobat karena Alasan Biaya

    Warga Australia Makin Jarang ke Dokter, Tunda Berobat karena Alasan Biaya

    Jakarta

    Data Medicare atau program asuransi kesehatan sejenis BPJS Kesehatan menunjukkan tren mengkhawatirkan di layanan kesehatan dasar Australia. Meski pemerintah telah mengucurkan dana miliaran dolar, jumlah kunjungan pasien ke dokter umum, justru menurun tajam.

    Laporan kuartal Juli hingga September yang dirilis secara diam-diam di situs resmi pemerintah mengungkapkan angka bulk-billing stagnan di 77,6 persen, tidak berubah dari periode yang sama tahun lalu. Bulk-billing adalah skema layanan kesehatan saat pasien tidak perlu membayar biaya tambahan di luar fasilitas Medicare.

    Namun yang lebih mencolok, jumlah layanan GP berkurang sekitar 10.000 per hari dibandingkan tahun sebelumnya. Pada saat yang sama, biaya out-of-pocket yang harus dibayar pasien naik sekitar 4 dolar Australia menjadi rata-rata 50,49 dolar Australia.

    Kekhawatiran Warga Menunda Berobat

    Shadow Health Minister Anne Ruston menilai stagnasi bulk-billing dan kenaikan biaya menandakan banyak warga kini menunda atau menghindari pergi ke dokter karena alasan biaya.

    “Ini berarti orang menjadi lebih sakit sebelum mencari pertolongan medis, dan hal itu akan memberi tekanan lebih besar pada instalasi gawat darurat rumah sakit,” kata Ruston, dikutip dari ABCnews.

    Ia memperingatkan penurunan 10.000 kunjungan per hari bukan sekadar angka, tetapi 10.000 orang yang berpotensi terlambat mendapatkan perawatan.

    Di sisi lain, Menteri Kesehatan Mark Butler menyampaikan optimismenya. Ia menyebut mulai bulan ini pemerintah telah menjalankan skema Bulk Billing Incentive yang baru, yang mendorong lebih banyak klinik beralih ke layanan bulk-billing penuh.

    “Butler mengatakan lebih dari 1.000 klinik mixed billing telah menyatakan akan beralih ke bulk-billing penuh. Ini menambah 1.600 praktik yang sudah menerapkan bulk-billing sepenuhnya,” ujarnya.

    Dengan begitu, total lebih dari 2.600 praktik medis diperkirakan akan menjadi bulk-billing penuh pada tahun ini.

    Pemerintah yakin insentif tersebut berhasil karena sebelumnya telah menunjukkan hasil pada kelompok prioritas, yakni lansia, pemegang kartu konsesi, serta keluarga dengan anak.

    (naf/naf)