Jenis Media: Kesehatan

  • Gaduh Keluarga Pasien Paksa Dokter Buka Masker, PAPDI Dorong Pelaku Disanksi Hukum

    Gaduh Keluarga Pasien Paksa Dokter Buka Masker, PAPDI Dorong Pelaku Disanksi Hukum

    Jakarta

    Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mengecam keras tindakan kekerasan yang dialami anggotanya, dr Syahpri Putra Wangsa, SpPD, KGH, FINASIM, saat bertugas di RSUD Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

    Dalam pernyataan resmi, Rabu (13/8/2025), PAPDI menyebut perlakuan tersebut termasuk kriminalisasi lantaran keluarga pasien melontarkan perkataan kasar, ancaman, intimidasi, hingga tindakan fisik berupa memegang leher dan melepas masker medis yang digunakan dr Syahpri saat memeriksa pasien.

    Mengacu Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023, PAPDI secara tegas menekankan amanat perlindungan tenaga medis dan tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya sesuai standar yang berlaku.

    PAPDI sepenuhnya mendukung kriminalisasi tersebut dilanjutkan ke ranah hukum demi keadilan anggota yang menjadi korban.

    “Mengharapkan aparat penegak hukum menjatuhkan sanksi secara adil, profesional, dan sesuai ketentuan, agar perbuatan serupa tidak terulang,” demikian sorot PAPDI dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (14/8/2025).

    Berkaca pada kasus tersebut, PAPDI meminta sejumlah rumah sakit, dinas kesehatan, juga Kementerian Kesehatan RI bisa sepenuhnya menciptakan lingkungan kerja aman dan kondusif.

    “Dengan kerja sama dan komitmen bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi dokter dan tenaga kesehatan, serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat,” lanjut PAPDI.

    PAPDI berharap kasus yang menimpa dr Syahpri menjadi momentum bagi semua pihak untuk memperkuat perlindungan tenaga medis. Komunikasi yang sehat antara tenaga kesehatan dan pasien dinilai menjadi kunci terciptanya layanan kesehatan yang bermutu sekaligus aman.

    Belakangan, keluarga pasien RSUD Sekayu, Putra mengaku sudah dimediasi pihak RSUD Sekayu. Keluarga mengaku terkejut video potongan videonya ramai di media sosial.

    “Kami setelah kejadian langsung dimediasi, dan saya selaku keluarga pasien sudah meminta maaf. Saya akui pada saat itu emosi, tetapi kami terkejut mengapa video itu diviralkan di media sosial seolah-olah melakukan kekerasan kepada dokter,” kata dia.

    Pemkab Muba melakukan mediasi antara keluarga pasien dan dokter. Sekda Muba Apriyadi langsung mendatangi RSUD Sekayu untuk memediasi permasalahan intimidasi dan pengancaman keluarga pasien terhadap dokter. Pihaknya meminta keterangan dari kedua belah pihak.

    “Kita prihatin atas kejadian seperti ini, jangan sampai terulang,” ujarnya, Rabu (13/8/2025).

    Apriyadi mengaku, pelayanan di RSUD Sekayu belum sepenuhnya sempurna, tetapi tidak dibenarkan melakukan intimidasi apalagi mengancam tenaga medis.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

  • Menkes Kecam Keluarga Pasien yang Viral Paksa Dokter Buka Masker di RSUD Sekayu

    Menkes Kecam Keluarga Pasien yang Viral Paksa Dokter Buka Masker di RSUD Sekayu

    Jakarta

    Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin ikut buka suara soal laporan tindak kekerasan yang dialami dokter di RSUD Sekayu. Adalah dr Syahpri Putra Wangsa yang dipaksa membuka masker oleh keluarga pasien saat tengah bertugas.

    Menkes mengecam dan menyesalkan tindakan yang dinilai menghalangi prosedur pencegahan penularan penyakit infeksius. Terlebih, korban juga sebelumnya mendapatkan kekerasan verbal dari pasien.

    “Kami sangat menyesalkan dan mengecam keras tindakan kekerasan terhadap tenaga medis yang terjadi di RSUD Sekayu,” tegas Menkes dalam pernyataan resminya, Rabu (14/8/2025).

    Dengan alasan apapun, kekerasan pada dokter, tenaga kesehatan, tidak bisa dibenarkan.

    “Kami tidak menoleransi adanya kekerasan dalam bentuk apapun terhadap tenaga medis yang sedang menjalankan tugasnya,” lanjut Menkes.

    Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, keselamatan dan keamanan para dokter jelas dilindungi. Mereka berhak mendapatkan perlindungan hukum, terlebih saat sudah menjalankan tugas sesuai prosedur operasional baku (SOP) dan standar pelayanan kesehatan yang berlaku di masing-masing fasilitas kesehatan.

    Fasilitas kesehatan, lanjutnya, harus menjadi tempat yang aman, tidak hanya bagi pasien tetapi juga bagi para tenaga medis yang bekerja di dalamnya.

    Kemenkes mengimbau masyarakat agar menghormati profesi tenaga kesehatan dan tidak bertindak di luar batas jika merasa tidak puas terhadap pelayanan.

    “Jika masyarakat mengalami ketidakpuasan dalam pelayanan, kami mohon agar tidak menggunakan cara-cara kekerasan,” kata Menkes.

    Menkes berharap insiden serupa tidak kembali terjadi di fasilitas kesehatan lainnya. Ia mengajak semua pihak untuk menciptakan lingkungan pelayanan yang aman, bermartabat, dan saling menghormati.

    Simak juga Video ‘Reaksi IDI soal Keluarga Pasien TBC Paksa Dokter Buka Masker’:

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

  • Curhat Pria Ngaku Mati Suri, Hidup Lagi usai 10 Menit Dinyatakan Meninggal

    Curhat Pria Ngaku Mati Suri, Hidup Lagi usai 10 Menit Dinyatakan Meninggal

    Jakarta

    Matthew Allick (43) asal Romford, Inggris menceritakan pengalaman mengerikannya mengalami ‘mati suri’. Ia dinyatakan meninggal secara medis selama 10 menit sebelum akhirnya kembali sadar.

    Ketika ia mengalami mati suri, denyut nadi dan detak jantungnya tak terdeteksi. Ia mengaku tidak mengingat apa-apa saat kejadian, tapi saat bangun ia merasakan rasa damai yang begitu besar.

    Kejadiannya berawal di tahun 2023, ketika ia berusia 40 tahun. Saat itu, Allick merasakan gejala sesak napas dan kaki bengkak.

    Allick mengabaikan gejala tersebut ketika muncul. Ia mengira itu hanya disebabkan oleh pekerjaan malam yang cukup berat sebelumnya.

    “Tapi kemudian aku mulai ngos-ngosan melakukan hal-hal sederhana, seperti kalau berdiri terlalu cepat rasanya seperti habis lari sprint,” cerita Allick dikutip dari Metro, Kamis (14/8/2025).

    Ia mengira gejalanya akan hilang sendiri. Terlebih Allick adalah seseorang yang rajin olahraga di gym dan makan sehat. Sampai suatu waktu, ia mengalami kelelahan parah hingga tak bisa menaiki tangga.

    Allick lalu meminta salah satu temannya untuk memanggil ambulans. Ia bingung apa yang sebenarnya terjadi padanya.

    Dokter yang datang menemukan detak jantung Allick tidak teratur. Saat itu, mereka bilang ini bukan masalah yang besar, tapi tetap membawanya ke Hammersmith Hospital, London Barat sebagai tindakan pencegahan.

    Sesampainya di rumah sakit, nyeri di dada yang dialami Allick semakin parah. Ia tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri karena henti jantung akibat emboli paru.

    Dokter lalu menggunakan alat pacu jantung dan melakukan prosedur pertolongan pertama untuk menyelamatkan nyawa Allick. Ia dianggap meninggal secara klinis selama beberapa menit sebelum berhasil ‘dihidupkan kembali’ dan dibuat dalam kondisi koma.

    Hasil pemindaian menunjukkan adanya gumpalan darah sebesar bola tenis di jantung dan paru-parunya, sehingga dokter melakukan beberapa prosedur untuk mengangkatnya.

    Dokter saat itu menyebut Allick mungkin akan mengalami kerusakan otak parah pasca operasi. Namun, ketika sadar tiga hari kemudian ia hanya mengalami sedikit masalah memori. Masalah kelumpuhan yang awalnya juga dikhawatirkan juga tidak terjadi.

    “Saudaraku membawakan jeruk, dan aku bertanya, ‘warna apa ini?’. Tapi dia melatihku dengan menghafal kutipan film untuk mengembalikan memoriku,” ceritanya.

    “Perlahan aku mulai kembali normal. Aku juga harus belajar lagi cara duduk, berjalan, mengontrol buang air kecil. Perjalanannya benar-benar gila,” sambung Allick.

    Allick mengaku bingung mengapa ia bisa mengalami henti jantung. Dokter pun belum mengetahui secara pasti penyebabnya. Terlebih, Allick dikenal sebagai pribadi yang menjaga kesehatan dengan tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak obesitas, dan cenderung berusia muda.

    Dokter menyebut apa yang dialami Allick sebagai ‘mukjizat’. Menurut dokter, hanya 5 persen kemungkinan seseorang bisa bertahan hidup dengan kejadian seperti itu.

    “Aku diberi tahu hanya 5 persen orang yang selamat dari apa yang kualami. Semuanya sangat jarang terjadi,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video soal Catatan Pertolongan Pertama Henti Jantung: Jangan Panik”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/naf)

  • Konsultasi Diet Garam ke ChatGPT, Pria Ini Berujung Kena Kondisi Langka

    Konsultasi Diet Garam ke ChatGPT, Pria Ini Berujung Kena Kondisi Langka

    Jakarta

    Seorang pria berusia 60 tahun mengalami gangguan kejiwaan tidak bisa pasca meminta saran diet dari ChatGPT, menurut sebuah kasus yang dipublikasikan jurnal Annals of Internal Medicine: Clinical Cases.

    Pria yang identitasnya dirahasiakan dalam studi kasus tersebut mengatakan kepada dokter bahwa ia telah berhenti mengonsumsi natrium klorida atau garam dalam pola makannya setelah sempat membaca efek negatif terhadap kesehatan.

    Dikutip dari The Guardian, pria tersebut memutuskan untuk menyetop mengonsumsi garam sepenuhnya dengan konsultasi dari ChatGPT. Ia mempertahankan beberapa pantangan makanan dan bahkan menyuling airnya sendiri di rumah.

    “Selama 3 bulan, ia telah mengganti natrium klorida dengan natrium bromida yang diperoleh dari internet setelah berkonsultasi dengan ChatGPT, ia membaca bahwa klorida dapat ditukar dengan bromida, meskipun kemungkinan untuk tujuan lain, seperti membersihkan,” demikian laporan studi kasus tersebut.

    Meskipun kelebihan natrium dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan risiko masalah kesehatan, mengonsumsi natrium dalam jumlah yang sehat tetaplah penting.

    Pria tersebut, yang tidak memiliki riwayat kejiwaan, akhirnya dirawat di rumah sakit dengan sempat menduga efek yang dialami tidak lain karena keracunan. Ia mengatakan kepada dokter ia sangat haus, tetapi paranoid dengan air yang ditawarkan kepadanya.

    “Dalam 24 jam pertama setelah dirawat, ia menunjukkan peningkatan paranoia dan halusinasi pendengaran serta penglihatan, yang, setelah mencoba melarikan diri, mengakibatkan penahanan psikiatrik yang tidak disengaja hingga menyebabkan disabilitas berat,” demikian menurut penelitian tersebut.

    Para dokter menyimpulkan pria tersebut mengidap bromisme, atau keracunan bromida, suatu kondisi yang jarang terjadi saat ini tetapi lebih umum terjadi pada awal abad ke-20. Penelitian tersebut mencatat bahwa bromida ditemukan dalam beberapa obat bebas pada saat itu dan berkontribusi hingga 8 persen dari rawat inap psikiatrik terkait bromisme saat itu.

    Rumah sakit merawat pria tersebut karena psikosis dan memulangkannya beberapa minggu kemudian. Kasusnya menyoroti potensi jebakan penggunaan AI untuk mencari saran medis.

    Penulis artikel dari University of Washington, Seattle, menyebutkan kasus ini menyoroti potensi peran kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam memicu masalah kesehatan yang sebenarnya bisa dicegah. Mereka mengaku sulit memastikan saran spesifik yang diterima pasien karena tidak memiliki akses ke log percakapan ChatGPT.

    Namun, ketika peneliti mengajukan pertanyaan serupa ke ChatGPT, chatbot memang memberikan opsi bromida tanpa peringatan kesehatan khusus dan tanpa menanyakan alasan di balik permintaan informasi tersebut.

    “Seperti yang kami duga akan dilakukan oleh seorang profesional medis,” tulis para peneliti, menekankan AI tidak memiliki kemampuan untuk membahas risiko secara luas.

    (naf/kna)

  • Daftar Penyakit yang Sedot Biaya BPJS Kesehatan Terbanyak, Jantung Nomor 1

    Daftar Penyakit yang Sedot Biaya BPJS Kesehatan Terbanyak, Jantung Nomor 1

    Jakarta

    Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof Ali Ghufron Mukti menyebutkan beberapa penyakit atau masalah kesehatan yang ditanggung BPJS Kesehatan. Terbanyak saat ini masih digunakan untuk mengcover layanan terkait penyakit katastropik.

    Ia mengungkapkan beban pembiayaan penyakit katastropik mencapai sekitar 37 triliun rupiah di tahun 2024.

    “Pertama itu penyakit yang paling banyak jantung, kedua itu kanker,” beber Prof Ali Ghufron saat ditemui di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (13/8/2025).

    Dia menambahkan penyakit yang berhubungan dengan ginjal seperti cuci darah dan gagal ginjal juga menjadi salah satu penyakit dengan biaya besar yang ditanggung BPJS Kesehatan.

    Dalam penjelasannya, Prof Ali Ghufron menyebut pasien yang paling banyak saat ini adalah dari kelompok lanjut usia atau lansia. Jumlahnya sekitar 28 juta orang.

    Menurutnya, jumlah itu akan terus bertambah. Dan seiring bertambahnya usia, berbagai penyakit dapat muncul.

    “Maka, ini harus dibiayai oleh BPJS Kesehatan, termasuk pemeriksaan. Makanya, BPJS membuat screening agar orang itu bisa berpola hidup sehat,” beber dia.

    Berikut delapan penyakit berbiaya mahal yang ditanggung BPJS Kesehatan:

    Jantung: 22.550.047 kasus, pengeluaran Rp 19,25 triliunKanker: 4.240.719 kasus, pengeluaran Rp 6,49 triliunStroke: 3.899.305 kasus, pengeluaran Rp 5,82 triliunGagal Ginjal: 1.448.406 kasus, pengeluaran Rp 2,76 triliunHaemophilia: 131.639 kasus, pengeluaran Rp 1,11 triliunThalassaemia: 353.226 kasus, pengeluaran Rp 794,46 miliarLeukaemia: 168.351 kasus, pengeluaran Rp 599,91 miliarCirrhosis Hepatis: 248.373 kasus, pengeluaran Rp 463,52 miliar

    (sao/kna)

  • Video: Reaksi IDI soal Keluarga Pasien TBC Paksa Dokter Buka Masker

    Video: Reaksi IDI soal Keluarga Pasien TBC Paksa Dokter Buka Masker

    Video: Reaksi IDI soal Keluarga Pasien TBC Paksa Dokter Buka Masker

  • Ternyata Ini Alasan Larva Kamitetep Bikin Gatal-gatal

    Ternyata Ini Alasan Larva Kamitetep Bikin Gatal-gatal

    Jakarta

    Pernah nggak, lagi beberes rumah, tiba-tiba ketemu ‘bungkus kecil’ yang bentuknya aneh, menempel di dinding atau pojokan lemari? Bentuknya mirip kantong mini dari debu dan serat kain, kadang malah bisa bergerak pelan-pelan. Hewan ini disebut juga kamitetep.

    Pakar ilmu serangga dan hama tumbuhan dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Ir Edhi Martono, Msc, PhD beberapa waktu lalu menjelaskan, kamitetep merupakan fase larva dari hewan sejenis ngengat yang metamorfosisnya mirip kupu-kupu. Tidak banyak riset tentang kamitetep karena menurutnya hewan ini tidak dianggap sebagai serangga yang mengganggu.

    Adapun kamitetep memiliki nama ilmiah Phereoeca uterella, sering juga disebut casebearer caterpillar, yakni fase larva dari ngengat keluarga tineid. Dikutip dari University of Florida, larva ini membuat kantong pelindung atau ‘selimut’ dari benang halus mirip sutra yang dipintal setelah menetas dari telur.

    Anggapan bahwa kantong pelindung tersebut adalah kotoran bisa jadi tidak sepenuhnya salah, karena dalam beberapa kasus, larva ini memang menempelkan partikel tanah di bagian luar kantong pelindungnya.

    Bahan lain yang juga ditempelkan pada benang tersebut antara lain pasir, rambut, dan kotoran serangga. Kantong pelindung ini berfungsi melindungi larva selama tahap pertumbuhannya, dan hanya dilepaskan ketika sudah menjadi ngengat dewasa.

    Larva ini tidak pernah benar-benar keluar dari kantong pelindungnya, hanya sebagian tubuhnya yang muncul untuk merayap menggunakan kaki depannya.

    Larva akan memperbesar ‘selimutnya’ seiring pertumbuhan dengan menambahkan lebih banyak benang halus. Jika ditemukan kantong pelindung yang diam dengan kedua ujung tertutup, kemungkinan besar itu adalah kamitetep atau Phereoeca uterella dalam tahap pupa.

    Pada tahap ini, larva menutup rapat kedua sisi ‘selimut’ dan mengalami metamorfosis di dalamnya, lalu akan keluar sebagai ngengat dewasa.

    Alasan Kamitetep Bikin Gatal

    Prof Edhi mengatakan, makanan kamitetep antara lain semut dan serangga yang sudah mati. Namun, belum diketahui apakah larva ini juga menggigit manusia.

    Dirinya juga meragukan anggapan bahwa kamitetep mengandung racun yang memicu gatal-gatal. Menurutnya, gatal-gatal di kulit yang muncul saat mengalami kontak dengan kamitetep lebih disebabkan oleh kotoran yang membungkus serangga tersebut.

    “Kayaknya nggak sih. Yang membuat gatal karena selubungnya ini kotor. Kalo sampai kesentuh kemudian menjadi kemerah-merahan gitu kan, seperti kena ulat berbulu,” terang Prof Edhi.

    “Oleh karena itu gatal-gatalnya juga tidak khas kan, sama saja dengan gatal-gatal kayak yang lain,” jelasnya.

    Gejala Gatal Kamitetep

    Spesialis dermatologi Dr dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpDVE, Subsp.OBK, FINSDV, FAADV, beberapa waktu lalu juga membeberkan sejumlah gejala akibat kamitetep. Di antaranya:

    kemerahan yang melebargatal pada area kulit kemerahanpembengkakaniritasi atau nyeri pada kulit.

    Dokter yang akrab disapa dr Darma tersebut menyarankan untuk mencuci bagian tubuh yang terkena kamitetep dengan sabun. Ia juga menyarankan untuk tidak menggaruk karena justru bisa memperparah gejala.

    “Kompres air dingin guna untuk mengurangi gatal ataupun sakit dan jika keluhan memburuk segera berobat ke dokter,” sarannya.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

  • Dokter Dipaksa Lepas Masker di RSUD Sekayu, Ini Seruan Profesor Pulmonologi

    Dokter Dipaksa Lepas Masker di RSUD Sekayu, Ini Seruan Profesor Pulmonologi

    Jakarta

    Belakangan viral dokter RSUD Sekayu dipaksa membuka masker oleh keluarga pasien. Dokter yang bersangkutan bahkan dipaksa untuk melepas maskernya saat melakukan visit. Dokter tersebut diketahui bernama dr Syahpri Putra Wangsa, SpPD-KGH, konsultan ginjal hipertensi di RSUD Sekayu yang menangani pasien tersebut.

    Kronologinya berawal saat keluarga pasien marah-marah lantaran tidak terima adanya pemeriksaan dahak. Dokter kemudian menjelaskan bahwa didapatkan gambaran infiltrat atau gambaran bercak di paru-paru kanan yang mengindikasikan gejala khas dari tuberkulosis (TBC/TB).

    “Jadi ibunya masuk rumah sakit dengan kondisi tidak sadar dengan hipoglikemia, dengan gula darah rendah. Kemudian tekanan darah yang tidak terkontrol. Kemudian kita melakukan pemeriksaan, dilakukan dan didapatkan gambaran infiltrat atau gambaran pecah di paru-paru kanan. Gambaran dari khas dari TBC,” ucap dr Syahpri dalam video tersebut.

    Video tersebut lantas mendapatkan kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama, SpP(K).

    “Dokter bertugas menangani kesehatan pasiennya, dan dia akan berupaya maksimal agar penanganannya memberi hasil terbaik. Tentu jelas salah besar kalau ada tindakan kekerasan (verbal atau fisik) pada orang yang sedang menangani kesehatan kita atau keluarga kita,” ucapnya kepada detikcom, Kamis (14/8/2025).

    Prof Tjandra yang juga pernah menjabat direktur penyakit menular di WHO Asia Tenggara menjelaskan, penggunaan pemeriksaan dahak untuk diagnosis TB adalah berdasar penelitian ilmiah internasional yang bereputasi tinggi. Tata cara mendiagnosis TB dengan dahak ada dalam panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diikuti seluruh negara di dunia, bahkan ada juga dalam panduan Kementerian Kesehatan RI dan organisasi profesi seperti PDPI.

    “Jadi ini prosedur berdasar ilmiah, juga berdasar rekomendasi internasional dan nasional, dan yang lebih penting lagi adalah bhw pemeriksaan dahak itu adalah demi kepentingan pasiennya. Jadi amat salah kalau dokter sampai harus di kata-katai kasar karena melakukan pemeriksaan dahak untuk diagnosis tuberkulosis,” ucap guru besar pulmonologi yang mengajar di sejumlah kampus kedokteran tersebut.

    Tak hanya itu, Prof Tjandra juga menyoroti risiko kekerasan yang dihadapi dokter dan tenaga kesehatan saat menjalankan tugas. Menurutnya, ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu tindakan tegas dari aparat kepolisian serta langkah nyata dari pemerintah dan pembuat kebijakan publik untuk melindungi dokter dalam menjalankan profesinya.

    “Kata-kata klise adalah semoga kejadian kekerasan pada dokter (dan tenaga kesehatan lain) dalam menjalankan profesinya jangan berulang lagi. Perlu tindakan nyata, Stop Kekerasan !!!,” sambungnya.

    Sebelumnya, pasca kejadian tersebut, Pemkab Muba melakukan mediasi antara keluarga pasien dan dokter. Sekda Muba Apriyadi langsung mendatangi RSUD Sekayu untuk memediasi permasalahan intimidasi dan pengancaman keluarga pasien terhadap dokter. Pihaknya meminta keterangan dari kedua belah pihak.

    Berdasarkan keterangan, dr Syahpri mengaku sudah melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur. Begitu juga penggunaan masker saat berada di rumah sakit, khususnya di dalam ruangan merupakan kewajiban. Dia juga mengaku dipaksa untuk membuka masker oleh keluarga pasien.

    “Saya sudah melaksanakan pelayanan sesuai prosedur dan memberikan pelayanan terbaik kepada pasien,” ujarnya saat mediasi yang dilakukan Pemkab Muba, Rabu (13/8/2025).

    “Pada kejadian tersebut saya dipaksa untuk membuka masker, tetapi di dalam ruangan perawatan tersebut tidak diperbolehkan,” ujarnya lagi.

    Sementara keluarga pasien RSUD Sekayu Putra mengaku setelah kejadian tersebut pihaknya sudah dimediasi pihak RSUD Sekayu. Dia mengaku terkejut video tersebut dipotong dan diviralkan di media sosial.

    “Kami setelah kejadian langsung dimediasi, dan saya selaku keluarga pasien sudah meminta maaf. Saya akui pada saat itu emosi, tetapi kami terkejut mengapa video itu diviralkan di media sosial seolah-olah melakukan kekerasan kepada dokter,” ungkapnya.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

  • 6 Kebiasaan Sehari-hari yang Tanpa Disadari Picu Batu Ginjal

    6 Kebiasaan Sehari-hari yang Tanpa Disadari Picu Batu Ginjal

    Jakarta

    Seorang pria berusia 35 tahun di Vietnam memiliki ratusan batu ginjal. Pasien yang tidak disebutkan namanya tersebut, diketahui sering begadang, jarang minum air putih, suka minuman manis, dan kurang bergerak.

    Dikutip dari Healthline, beberapa kebiasaan pria di atas memang dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal. Gaya hidup yang kurang baik memang berperan dalam kondisi ini.

    Untuk diketahui, batu ginjal adalah endapan keras yang terbuat dari mineral dan garam yang terbentuk di saluran kemih.

    Berikut kebiasaan sehari-hari yang tanpa disadari dapat memicu munculnya batu ginjal.

    1. Tidak Minum Cukup Air

    Banyak orang yang terkena batu ginjal adalah karena tidak mengonsumsi air putih yang cukup. Mereka yang kurang minum maka produksi urinenya akan rendah, sehingga akan susah dalam melarutkan garam penyebab batu.

    2. Pola Makan Tinggi Garam

    Mereka yang memiliki pola makan tinggi natrium akan meningkatkan risiko terkena batu ginjal. Ini karena garam yang terlalu tinggi dalam urine dapat mencegah kalsium diserap kembali dari urine ke darah.

    3. Pola Makan Tinggi Protein Hewani

    Makanan tinggi protein hewani seperti daging sapi, daging unggas, hingga ikan bersifat asam, ini dapat meningkatkan tingkat keasaman dari urine. Kadar keasaman urine yang tinggi dapat menyebabkan batu ginjal.

    4. Doyan Makan dan Minum Manis

    Makanan atau minuman tinggi gula dapat meningkatkan jumlah kalsium dalam ginjal. Pola makan yang kurang baik ini dapat berkontribusi terhadap pembentukan batu ginjal.

    5. Malas Gerak (Mager)

    Sedentary lifestyle atau mager (males gerak) juga berkontribusi pada pembentukan batu ginjal.

    “Kalau tiap hari duduk di depan komputer, nonton TV, main HP, nggak pernah olahraga, itu secara evidence based memang ada faktor timbul batu lebih tinggi,” kata spesialis urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Widi Atmoko, SpU(K), FECSM, FACS kepada detikcom beberapa waktu lalu.

    6. Menahan Pipis

    Dikutip dari Medical News Today, menahan buang air bisa memicu munculnya batu ginjal. Terlebih pada mereka yang memiliki kandungan mineral tinggi di urine. Seperti yang diketahui, urine sendiri mengandung mineral seperti asam urat dan kalsium oksalat.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • 6 Kebiasaan Sehari-hari yang Tanpa Disadari Picu Batu Ginjal

    6 Kebiasaan Sehari-hari yang Tanpa Disadari Picu Batu Ginjal

    Jakarta

    Seorang pria berusia 35 tahun di Vietnam memiliki ratusan batu ginjal. Pasien yang tidak disebutkan namanya tersebut, diketahui sering begadang, jarang minum air putih, suka minuman manis, dan kurang bergerak.

    Dikutip dari Healthline, beberapa kebiasaan pria di atas memang dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal. Gaya hidup yang kurang baik memang berperan dalam kondisi ini.

    Untuk diketahui, batu ginjal adalah endapan keras yang terbuat dari mineral dan garam yang terbentuk di saluran kemih.

    Berikut kebiasaan sehari-hari yang tanpa disadari dapat memicu munculnya batu ginjal.

    1. Tidak Minum Cukup Air

    Banyak orang yang terkena batu ginjal adalah karena tidak mengonsumsi air putih yang cukup. Mereka yang kurang minum maka produksi urinenya akan rendah, sehingga akan susah dalam melarutkan garam penyebab batu.

    2. Pola Makan Tinggi Garam

    Mereka yang memiliki pola makan tinggi natrium akan meningkatkan risiko terkena batu ginjal. Ini karena garam yang terlalu tinggi dalam urine dapat mencegah kalsium diserap kembali dari urine ke darah.

    3. Pola Makan Tinggi Protein Hewani

    Makanan tinggi protein hewani seperti daging sapi, daging unggas, hingga ikan bersifat asam, ini dapat meningkatkan tingkat keasaman dari urine. Kadar keasaman urine yang tinggi dapat menyebabkan batu ginjal.

    4. Doyan Makan dan Minum Manis

    Makanan atau minuman tinggi gula dapat meningkatkan jumlah kalsium dalam ginjal. Pola makan yang kurang baik ini dapat berkontribusi terhadap pembentukan batu ginjal.

    5. Malas Gerak (Mager)

    Sedentary lifestyle atau mager (males gerak) juga berkontribusi pada pembentukan batu ginjal.

    “Kalau tiap hari duduk di depan komputer, nonton TV, main HP, nggak pernah olahraga, itu secara evidence based memang ada faktor timbul batu lebih tinggi,” kata spesialis urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Widi Atmoko, SpU(K), FECSM, FACS kepada detikcom beberapa waktu lalu.

    6. Menahan Pipis

    Dikutip dari Medical News Today, menahan buang air bisa memicu munculnya batu ginjal. Terlebih pada mereka yang memiliki kandungan mineral tinggi di urine. Seperti yang diketahui, urine sendiri mengandung mineral seperti asam urat dan kalsium oksalat.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)