Asah Otak
Suci Risanti Rahmadania – detikHealth
Selasa, 19 Agu 2025 12:01 WIB
Jakarta – Libur panjang selesai, saatnya panasin otak! Detikers bisa jawab soal sederhana ini? Cek seberapa siap otakmu kembali beraktivitas.

Asah Otak
Suci Risanti Rahmadania – detikHealth
Selasa, 19 Agu 2025 12:01 WIB
Jakarta – Libur panjang selesai, saatnya panasin otak! Detikers bisa jawab soal sederhana ini? Cek seberapa siap otakmu kembali beraktivitas.

Jakarta –
Tanggal 19 Agustus 2025 menandai setahun saya dipercaya Presiden Republik Indonesia untuk menakhodai Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Waktu yang singkat ini bagi saya adalah perjalanan panjang doa dan ikhtiar demi menjaga kesehatan bangsa.
Pengawasan obat dan makanan bukanlah perkara teknis semata, melainkan amanah mulia: menyelamatkan nyawa dan menjaga masa depan generasi. Setiap izin edar, setiap peringatan publik, dan setiap langkah penegakan hukum, saya niatkan sebagai ibadah untuk melindungi rakyat.
Memimpin BPOM adalah jalan pengabdian. Saya percaya, setiap butir kerja yang kita persembahkan akan bernilai ibadah jika diniatkan untuk melindungi rakyat.
Dalam setahun terakhir, BPOM bertransformasi menjadi lembaga yang lebih terbuka, dekat dengan rakyat, sekaligus tegas terhadap mafia obat, obat bahan alam, kosmetik, dan pangan berbahaya. Pengawasan kini hadir bukan hanya di meja regulator, tetapi juga di laboratorium, pasar tradisional, bahkan di tengah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Salah satu inovasi utama adalah percepatan perizinan melalui digitalisasi dan integrasi data lintas sektor. Proses izin edar yang lebih cepat memberi kepastian hukum tanpa mengorbankan kualitas pengawasan. Dengan begitu, produk aman, berkhasiat, dan berkualitas dapat segera dinikmati masyarakat.
Di sisi lain, BPOM memperkuat operasi intelijen serta kerja sama dengan aparat penegak hukum untuk memberantas obat ilegal/palsu, kosmetik ilegal, dan pangan berbahaya. Perlindungan rakyat adalah garis merah yang tidak bisa ditawar.
Saya percaya, BPOM tidak bisa berjalan sendiri. Karena itu, kami menghidupkan kembali konsep ABG (Academic, Business, Government) sebagai poros kolaborasi. Perguruan tinggi kami ajak memperkuat riset dan inovasi; dunia usaha kami dampingi agar bertumbuh sehat; pemerintah daerah kami libatkan agar pengawasan lebih merata.
Data menunjukkan, sektor obat, makanan, kosmetik, dan produk kesehatan lain memiliki perputaran ekonomi lebih dari Rp6.000 triliun per tahun. Farmasi tumbuh hampir 10% per tahun, kosmetik 4,7%, sementara pangan diproyeksikan mencapai Rp4.388 triliun pada 2025. Angka-angka ini sejatinya merepresentasikan jutaan pekerja: petani bahan baku, teknisi laboratorium, hingga pengemudi truk distribusi.
UMKM menjadi nadi penting dari ekosistem ini. BPOM mencatat lebih dari 12.000 UMKM telah mendapat fasilitasi, mulai dari sertifikasi hingga pelatihan keamanan pangan. Rinciannya: 1.043 di sektor obat bahan alam, 1.153 di kosmetik, dan hampir 9.800 di pangan olahan. Dukungan ini memastikan UMKM tidak hanya bertahan, tetapi juga naik kelas, menembus pasar nasional hingga global.
Tiga kata kunci menjadi kompas visi BPOM ke depan: menjulang, membumi, mengakar. Menjulang berarti BPOM harus berkelas dunia, bereputasi global, dan mampu bersaing secara internasional. Membumi berarti tetap berpijak pada kebutuhan rakyat, dekat dengan masyarakat, dan responsif terhadap masalah sehari-hari. Mengakar berarti bekerja dengan fondasi pengetahuan, profesionalisme, dan integritas yang kokoh. Visi ini sejalan dengan cita-cita Indonesia Emas 2045: membangun generasi sehat, produktif, dan berdaya saing global.
Setahun kepemimpinan ini menjadi cermin bahwa kesehatan adalah nikmat terbesar. Kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajahan, melainkan juga bebas dari ancaman obat palsu, makanan berbahaya, dan zat beracun yang mengintai rakyat.
Dalam setiap langkah pengawasan, saya selalu teringat doa seorang ibu agar anaknya tumbuh sehat, atau harapan seorang ayah agar keluarganya selamat. Itulah jiwa dari tugas BPOM: menjaga kehidupan, menjaga masa depan.
Dengan fondasi yang telah dibangun, saya optimistis BPOM akan terus menjadi garda terdepan menuju cita-cita besar bangsa: Indonesia Sehat, Indonesia Berdaulat, Indonesia Emas 2045.
Catatan: Prof dr Taruna Ikrar, M.Biomed, PhD adalah Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI)
Halaman 2 dari 3
Simak Video “Video: BPOM Kukuhkan Peningkatan Status 11 Loka dan 2 Balai “
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)

Jakarta –
Sebuah unggahan viral di media sosial Threads menceritakan pengalaman orang-orang yang pernah mengalami koma. Meski terlihat tenang, tidak ada satupun memiliki pengalaman yang baik dengan kondisi koma.
Ada yang mengaku mengaku seakan merasa pergi ke garis waktu berbeda, bertemu dengan orang-orang di masa lalu, dan mimpi-mimpi aneh lainnya.
“Saya seperti terlempar ke ruang angkasa. Saya benar-benar diuji secara spiritual oleh seseorang atau sesuatu. Tapi saya bertahan. Rasanya seperti mimpi aneh yang tak ada habisnya, tapi nyata. Tapi saya berhasil,” ucap salah satu netizen dikutip dari Daily Mail, Selasa (19/8/2025).
“Koma itu sendiri terasa tanpa bobot. Saya diintubasi selama delapan hari dan enam hari pertama tidak ada ingatan sama sekali. Lalu, dua hari terakhir terasa aneh, tubuh saya mulai bangun sendiri. Saya bisa mendengar perawat bicara, musik yang diputar di atas ruangan, bahkan mulai bermimpi aneh melihat diri saya dari atas,” kata netizen lain.
Banyak dari mereka juga mengaku bisa mendengar orang yang dicintai berbicara atau berdoa untuk mereka. Mereka juga mendengar obrolan staf medis, tapi tidak mampu untuk merespons.
Salah satu netizen menggambarkan rasanya seperti sadar secara mental, tapi tubuh benar-benar seperti mati.
“Satu-satunya hal yang saya ingat adalah mendengar perawat mengatakan kepada ibu saya bahwa saya tidak bisa mendengarnya, sementara saya berusaha memberi tahu bahwa saya bisa. Begitu bangun saya langsung bilang ke ibu bahwa saya mendengar setiap hari saat dia datang,” ceritanya.
Hal ini serupa dengan kisah Martin Pistorius (49) di Afrika Selatan. Ia sempat mengalami koma selama 12 tahun karena mengidap tuberkulosis otak.
Meski tidak bisa berinteraksi dan menggerakkan tubuh, ia mengaku sebenarnya masih sadar, bisa mendengar, dan melihat apapun yang orang katakan di sekitarnya.
“Saya bisa mendengar, melihat, dan memahami segalanya di sekitar saya, tapi saya sama sekali tidak punya kekuatan atau kendali atas apapun,” cerita Martin dikutip dari Mirror.
“Bagi saya, perasaan tidak berdaya sepenuhnya itu mungkin adalah hal terburuk yang pernah saya alami, dan saya harap tidak akan pernah merasakannya lagi. Rasanya seperti kamu tidak benar-benar ada; setiap hal dalam hidupmu ditentukan oleh orang lain,” sambungnya.
Koma merupakan kondisi tidak sadar ketika seseorang tidak responsif dan tidak bisa dibangunkan. Seseorang yang tidak sadar dan memiliki aktivitas otak minimal, kadang tidak bisa bernapas atau menelan tanpa bantuan mesin khusus.
Koma bisa terjadi ketika seseorang mengalami benturan kepala parah, stroke, atau kondisi lain. Selain itu, juga ada ‘koma buatan’ atau induced-coma yang biasanya dilakukan dokter untuk menjaga pasien tetap tidak sadar, biasanya dilakukan di ruang ICU.
Induced-coma bertujuan untuk melindungi otak dari kerusakan lebih lanjut, terutama pada kasus cedera kepala, kejang berkepanjangan, atau setelah serangan jantung. Koma bisa berlangsung dalam jangka waktu tak menentu, mulai dari hari, bulan, bahkan bertahun-tahun.
Halaman 2 dari 2
(avk/naf)

Jakarta –
Wabah virus Nipah kembali dilaporkan di India. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) melaporkan empat kasus terkonfirmasi di negara bagian Kerala antara 17 Mei hingga 12 Juli 2025. Dua di antaranya meninggal dunia. Angka kematian kasus ini mencapai 50 persen, jauh lebih tinggi dibanding banyak penyakit infeksi lain, termasuk COVID-19.
Kasus ditemukan di dua distrik, Malappuram dan Palakkad. Investigasi epidemiologi menunjukkan setiap kasus tidak saling berhubungan. Artinya, kemungkinan besar terjadi penularan langsung dari reservoir alami, yakni kelelawar pemakan buah.
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menegaskan Nipah memang berpotensi memicu wabah besar. Namun, berbeda dengan COVID-19, kemungkinan menjadi pandemi global masih rendah.
Sejak pertama kali terdeteksi pada 1998 di Malaysia, virus Nipah sudah dikenal sebagai penyakit dengan karakteristik yang mematikan. Tingkat fatalitas kasus bervariasi antara 40 hingga 100 persen, bergantung pada kualitas deteksi dan layanan kesehatan di suatu negara.
Virus ini memiliki inang yang luas:,bisa menginfeksi kelelawar, babi, hingga manusia. Penularannya beragam, langsung dari hewan ke manusia, melalui makanan terkontaminasi air liur atau urine kelelawar, serta dari manusia ke manusia lewat kontak erat.
Kondisi ini membuat Nipah kerap dipandang sebagai kandidat ‘wabah berikutnya’ di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara. Meski begitu, ada beberapa faktor yang menahan laju ancamannya. Penularan antarmanusia relatif terbatas, nilai reproduksi biasanya di bawah 1, dan gejalanya cenderung muncul cepat, sehingga pasien bisa segera diidentifikasi dan diisolasi.
“Inilah yang membedakan Nipah dengan SARS-CoV-2. Kalau COVID-19 mudah menyebar karena bisa menular bahkan saat tanpa gejala, Nipah membutuhkan kontak dekat, sehingga lebih mungkin dicegah jika deteksi dini berjalan baik,” jelas Dicky kepada detikcom, ditulis Selasa (19/8/2025).
Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Menurut Dicky, situasi di Tanah Air layak mendapat sorotan serius. Populasi kelelawar pemakan buah tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Pola interaksi manusia dengan satwa ini, baik melalui konsumsi buah dan nira segar, perdagangan satwa liar, maupun wisata gua kelelawar membuka peluang terjadinya penularan.
“Ekologi kita cocok untuk munculnya penyakit seperti Nipah. Dengan interaksi manusia dan satwa liar yang tinggi, risiko itu selalu ada,” katanya.
Selain itu, masih banyak masyarakat di daerah endemis kelelawar yang mengonsumsi buah atau nira tanpa pengolahan panas. Adapula peternakan babi yang berdekatan dengan habitat kelelawar. Jika virus semacam Nipah bersirkulasi di alam, maka rantai penularan bisa terbentuk.
WHO sendiri menyebut bahwa risiko impor kasus dari India ke Indonesia saat ini rendah. Namun, Dicky menekankan kewaspadaan tetap penting. Mobilitas internasional membuat penyakit menular bisa berpindah negara dalam hitungan jam.
Halaman 2 dari 2
(naf/kna)

Jakarta –
Kanker adalah salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia. Meskipun gen dan lingkungan memang berperan dalam diagnosis kanker, ada faktor tersembunyi lain yang bisa memicu kanker.
Hal ini juga dialami Monika Choudhary. Penampilan wanita 29 tahun itu sebelumnya sangat sehat, ia merasa bugar dan tak pernah terpikir akan didiagnosis kanker stadium lanjut.
Dugaan Pemicu Kanker
“Saya selalu fokus, terutama dalam hal kesehatan. Dulu saya makan sehat dan menjaga pola makan dengan baik,” tutur Monika yang dikutip dari Times of India, Kamis (14/8/2025).
“Saya tidak pernah suka makanan yang digoreng atau berminyak. Saat saya mulai mengerjakan situs web sendiri, saya tidak menyadari betapa berat dan melelahkannya pekerjaan itu nantinya,” lanjutnya.
Monika menjelaskan jam kerjanya sangat panjang, sehingga harus bertahan lama di depan layar. Deadline atau tenggat waktunya terus-menerus muncul, dan stres mulai membebaninya secara mental dan fisik.
“Hari-hari saya menjadi kurang gerak, jarang keluar rumah, dan benar-benar kehilangan kontak dengan rutinitas fisik saya,” sambungnya.
Awal Mula Perubahan
Kondisi yang dialaminya tentu berdampak besar pada kehidupannya. Karena beban pekerjaan dan stres, ia sudah tidak lagi melakukan lari malam yang menjadi terapi.
Bahkan, semakin Monika tenggelam dalam pekerjaan, kesehatannya semakin dilupakan. Sampai akhirnya, tubuhnya memberikan tanda yang tidak baik.
“Perlahan, tubuh saya mulai kelelahan, rasa tidak nyaman. Tetapi, saya mengabaikannya, menyalahkan semua itu pada tekanan pekerjaan dan kurang tidur,” jelas Monika.
Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan, Monika didiagnosis kanker kolorektal stadium 4. Momen ini mengejutkannya dan mulai menduga kondisi ini terjadi akibat stres, kelelahan, dan kurangnya aktivitas fisik dari waktu ke waktu.
Bisakah stres, pekerjaan yang berlebihan, hingga kurang tidur memicu kanker?
Stres kronis menghasilkan efek yang lebih dari sekadar kecemasan dan perasaan kewalahan. Paparan stres yang berkepanjangan menyebabkan tubuh memproduksi kortisol dan adrenalin atau hormon stres.
Sistem kekebalan tubuh kesulitan mendeteksi sel-sel abnormal, sehingga terjadi peradangan kronis. Pelepasan hormon stres mengakibatkan kerusakan DNA, di samping gangguan pada protein esensial, yang memerangi perkembangan sel kanker.
Stres kronis berperan sebagai lingkungan bagi sel kanker untuk berkembang biak, sekaligus memfasilitasi penyebarannya ke seluruh tubuh.
Orang yang bekerja berlebihan disertai waktu istirahat yang tidak memadai, menghadapi risiko lebih tinggi terkena kanker. Hubungan antara jam kerja yang panjang dan perilaku tidak sehat, menyebabkan pilihan pola makan yang buruk dan penurunan tingkat olahraga, serta peningkatan kebiasaan merokok atau minum alkohol yang merupakan faktor risiko.
Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa stres terkait pekerjaan dan jam kerja yang panjang, kemungkinan menyebabkan peningkatan angka kanker payudara, paru-paru, dan kolorektal.
Tubuh membutuhkan tidur untuk menyembuhkan dirinya sendiri, dan melindungi sistem kekebalan tubuhnya dari kerusakan. Produksi hormon melatonin, yang membantu mengendalikan pola tidur dan melawan kanker, terganggu saat seseorang mengalami masalah tidur.
Penelitian menunjukkan bahwa durasi tidur yang tidak memadai atau kualitas tidur yang buruk meningkatkan kemungkinan berkembangnya beberapa jenis kanker. Kurang tidur menyebabkan kerusakan DNA, melemahnya kekebalan tubuh, peningkatan peradangan, dan gangguan ritme sirkadian, yang semuanya bekerja sama untuk membantu sel kanker berkembang.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video: Mitos atau Fakta: Kurang Tidur Bisa Memicu Asam Lambung Naik”
[Gambas:Video 20detik]
(sao/naf)

Jakarta –
Sebuah kasus medis aneh terjadi di Muhimbili National Hospital di Tanzania. Dokter menemukan sebilah pisau tertanam di dada seorang pria yang tidak terdeteksi selama 8 tahun.
Pasien berusia 44 tahun yang tidak disebutkan namanya itu pergi ke rumah sakit mengeluhkan nyeri dan keluarnya nanah di dekat area puting. Ketika dilakukan pemeriksaan rontgen, dokter terkejut menemukan pisau di dalam dadanya.
Studi kasus yang diterbitkan oleh Journal of Surgical Case Reports itu menyoroti daya tahan luar biasa pasien tersebut. Pria itu sebelumnya tidak memiliki masalah kesehatan, sampai 10 hari sebelumnya melaporkan kemunculan nanah di dekat puting kanannya.
Ia tidak merasakan gejala-gejala seperti batuk, demam, kesulitan bernapas, atau bahkan nyeri dada.
Ketika ditelusuri, pasien diketahui sempat terlibat perkelahian parah 8 tahun lalu. Ia mengalami luka parah di wajah, punggung, dada, dan perut. Luka-lukanya dijahit saat itu dan ia kembali menjalani kehidupan normal sampai muncul komplikasi yang membuatnya harus ke rumah sakit.
Penampakan pisau menancap di dada seorang pasien pria. Foto: Journal of Surgical Case Reports
Bilah pisau yang berada dalam tubuh pasien tidak menimbulkan masalah pada pasien, berhasil menghindari organ vital, dan tidak terdeteksi karena keterbatasan fasilitas medis tempat pertama kali ia dirawat.
“Rontgen dada lateral awal menunjukkan adanya benda logam tersangkut di bagian tengah dada, dengan bayangan samar di sekitarnya yang mengindikasikan hematoma terlokalisasi kronis yang mengeluarkan cairan, atau fibrosis pascatrauma, kemungkinan besar akibat luka tusukan pisau pasien,” tulis dokter dalam jurnal, dikutip dari News18, Selasa (19/8/2025).
Nanah disebut sebagai hasil jaringan mati yang menumpuk di sekitar pisau. Setelahnya, dokter dengan hati-hati melakukan operasi pengangkatan pisau bersama nanah yang muncul.
Pasien sempat dirawat di ruang ICU selama 24 jam setelah operasi. Pasien lalu dipindahkan ke ruang perawatan umum dan menjalani pemulihan selama 10 hari, yang berlangsung aman dan tidak ditemukan komplikasi lebih lanjut.
Halaman 2 dari 2
(avk/kna)

Jakarta –
Salah satu fasilitas canggih yang dihadirkan oleh Siloam Hospitals Mampang, Jakarta Selatan, dalam bidang bidang bedah orthopedi adalah robot Total Knee Replacement (TKR). Ini merupakan salah satu terobosan yang mulai banyak digunakan di rumah sakit terkemuka.
Operasi TKR digunakan untuk operasi pengganti sendi lutut yang rusak akibat osteoartritis atau cedera lutut lainnya. Sistem robotik ini dirancang untuk membantu dokter bedah melakukan operasi penggantian sendi lutut dengan tingkat presisi yang tinggi dan minimal invasif.
“Penggunaan robot dalam TKR meningkatkan ketepatan dalam memotong tulang dan menempatkan implan secara presisi, sesuai dengan anatomi pasien masing-masing,” jelas spesialis ortopedi Siloam Hospitals Mampang, Prof Dr dr Ismail Hadisoebroto Dilogo, SpOT, SubspPL(K).
“Hal ini dapat mempercepat pemulihan, mengurangi rasa nyeri pasca operasi, serta meningkatkan umur implan lutut,” sambungnya.
Robot ini memiliki teknologi navigasi real-time bekerja sebagai ‘asisten’ yang memastikan semua prosedur dilakukan standar terbaik. Keputusan klinis tetap berada di tangan dokter bedah, sehingga kolaborasi keahlian manusia dan kecanggihan mesin ini menciptakan kombinasi optimal pada prosedur pembedahan.
Beberapa kelebihan lain dari teknologi robotik TKR meliputi pemulihan yang lebih cepat, sayatan lebih kecil, durasi operasi yang lebih efisien, serta nyeri pasca operasi yang lebih ringan.
Jika pada operasi konvensional pasien baru mulai berjalan 1-2 hari, dengan teknologi robotik TKR, pasien bisa mulai latihan pergerakan di hari yang sama. Sayatan yang lebih kecil juga mengurangi risiko perdarahan dan infeksi.
Tak sedikit orang yang menunda operasi lutut karena khawatir akan rasa sakit, waktu pemulihan yang lama, atau hasil tidak optimal. Teknologi robotik TKR ini bisa menjadi jawaban atas semua kekhawatiran tersebut, sehingga pasien bisa lebih tenang dalam menjalani operasi.
(avk/up)

Jakarta –
Perubahan pada urine bisa menjadi sebuah penanda masalah kesehatan tersembunyi. Meski kelihatannya biasa saja, urine yang berbusa bisa menjadi salah satu tanda serius.
“Jika Anda melihat gelembung yang menetap meskipun sudah minum cukup air, segera periksa kadar protein dalam urine Anda,” kata Dr Reshmi Verma, seorang ahli gizi fungsional dan pelatih kesehatan, dikutip Daily Mail, Selasa (19/8/2025).
Menurut Verma, urine yang berbusa bisa menjadi tanda adanya masalah pada ginjal atau gangguan autoimun. Urine yang berbusa bisa menjadi tanda khas kondisi glomerulonefritis, kerusakan pada penyaring kecil dalam ginjal yang disebabkan oleh sistem kekebalan menyerang jaringan tubuh sehat.
Meski kasus ringan bisa ditangani dengan perubahan pola makan sehat, pada sebagian orang kondisi ini bisa berkembang menjadi masalah ginjal jangka panjang.
Selain glomerulonefritis, busa yang muncul pada urine bisa menjadi tanda proteinuria, atau kadar protein yang tinggi di urine.
“Ingat, tindakan dini bisa melindungi kesehatan Anda,” tambah Verma.
Terpisah, spesialis urologi dr Hilman Hadiansyah, SpU mengungkapkan ada beberapa ciri lain pada urine yang bisa menandakan bahaya pada ginjal. Misalnya, munculnya passing stone ketika buang air kecil dapat menandakan batu ginjal.
Pada pasien batu ginjal, biasanya urine juga mengeluarkan darah, disertai nyeri hebat di area pinggang dan punggung. Nyeri tersebut muncul ketika batu ginjal sudah terlalu besar dan menyumbat saluran.
“Kemudian juga misalnya (muncul) pasir-pasir saat buang air kecil, kayak gitu,” ujar dr Hilman ketika dihubungi detikcom dalam sebuah kesempatan.
“Terkadang kalau misalnya batunya, batu infeksi, air kencingnya agak bau, kok kaya bau ya, baunya itu tidak seperti biasanya, agak menyengat. Itu bisa menjadi tanda-tanda ada batu di saluran kencingnya,” sambungnya.
Sedangkan, pada pasien gagal ginjal, gangguan yang paling sering muncul adalah urine yang berkurang. Kondisi ini disertai tubuh lemas dan pembengkakan di area kaki akibat ginjal tidak dapat mengatur keseimbangan cairan dan garam dengan baik.
“Urinenya jadi nggak banyak, keruh warnanya, warnanya jadi nggak jernih,” tandasnya.
Jika mengalami gejala-gejala di atas, tidak ada salahnya untuk memeriksakan diri ke dokter. Ini untuk memastikan apakah perubahan pada urine yang dialami memang berkaitan dengan masalah ginjal atau tidak, sehingga perawatan bisa dilakukan secara tepat dan efektif.
Halaman 2 dari 2
(avk/kna)

Jakarta –
Setiap anak tumbuh, mungkin ada sosok dewasa selain orang tua yang punya tempat istimewa di hatinya. Sosok itu bisa jadi tante yang selalu menjadi tempat berbagi rahasia yang tak bisa diceritakan ke ibu, teman belanja, atau sekadar jadi sosok yang menenangkan di tengah hiruk pikuk keluarga.
Ternyata, peran ini bukan hanya soal kedekatan emosional. Menurut psikolog, penulis buku Raising Girls dan pakar pengasuhan anak, Steve Biddulph, sosok tante memegang peranan sangat krusial dalam kehidupan anak perempuan, terutama bagi kesehatan mental mereka.
Bercerita dalam siniar ABC, Biddulph menjelaskan bahwa anak perempuan sering kali membutuhkan seseorang selain orang tua untuk diajak bicara. Ini terutama terjadi saat mereka memasuki masa sulit di usia remaja. Pada fase ini, anak mungkin enggan curhat kepada orang tua, meski sebenarnya sangat membutuhkan bantuan.
“Mereka tidak mau mendengarkanmu, tapi mereka tetap butuh banyak bantuan,” kata Biddulph.
Di sinilah peran seorang tante atau figur yang mirip dengan tante menjadi sangat penting. Menurut Biddulph, tante bisa menjadi pendengar yang lebih netral dan mudah didekati, tanpa beban emosional yang sering kali dirasakan anak saat berbicara dengan orang tua.
Tante sebagai ‘Pilar Kesehatan Mental’
Biddulph menekankan bahwa sosok ini tidak harus memiliki hubungan darah. Ia mendefinisikan “tante” sebagai wanita yang seusia orang tua dan juga menyayangi si anak. Perempuan-perempuan ini, kata Biddulph, adalah “pilar kesehatan mental bagi anak perempuan.”
Penulis buku parenting asal Australia, Maggie Dent, sependapat. Ia menyoroti tekanan mental dan emosional yang besar pada remaja saat ini. Karena itu, sangat penting bagi mereka untuk memiliki orang dewasa yang peduli selain orang tua. Riset juga mendukung hal ini, menyebut satu sosok dewasa yang konsisten dan peduli bisa mengubah hidup seorang anak secara positif.
Biddulph menyarankan para orang tua untuk membangun dan merawat hubungan antara anak dan tantenya sejak dini, bahkan sebelum masa remaja. Dengan begitu, kepercayaan dan kedekatan sudah terjalin saat hidup menjadi rumit.
Pada akhirnya, tante, baik itu keluarga sedarah atau ikatan batin dapat menjadi sumber kepercayaan, tempat perlindungan emosional, dan panduan saat anak perempuan merasa tidak dimengerti atau kewalahan.
Halaman 2 dari 2
(kna/kna)