Jenis Media: Kesehatan

  • Menkes Atur Penempatan 300 Dokter Internship di Daerah Bencana, Aceh Prioritas

    Menkes Atur Penempatan 300 Dokter Internship di Daerah Bencana, Aceh Prioritas

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengambil langkah cepat untuk mengatasi krisis layanan kesehatan di Aceh yang terdampak bencana banjir dengan mengerahkan ratusan dokter magang. Fokus penempatan awal di Aceh diprioritaskan mengingat sekitar 300 Puskesmas mengalami kerusakan, dengan 50 di antaranya masih terisolasi total.

    Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengemukakan bahwa Kemenkes akan menempatkan sekitar 300 dokter internship yang baru menyelesaikan studi untuk melayani korban bencana. Para dokter ini akan disebar ke berbagai lokasi, khususnya yang dekat dengan pusat pengungsian.

    Tantangan terbesar yang dihadapi Kemenkes saat ini adalah masalah logistik dan aksesibilitas. Menkes Budi mengungkapkan bahwa meskipun upaya penempatan sudah diatur, kendala masih besar di lapangan.

    “Kita akan taruh di sana [Aceh], memang masalahnya kan belum semua [terbuka aksesnya], masih ada tiga kota yang kemarin baru buka, di Gayo Luwes, Bener Meriah, dan Aceh Tengah. Takengon yang belum tersambung jalan daratnya, sehingga agak susah,” kata Menkes di Jakarta dikutip dari ANTARA, Senin (8/12/2025).

    Penempatan ratusan dokter magang ini mendesak karena adanya peningkatan kasus penyakit pascabencana. Berdasarkan laporan, terdapat banyak kasus penyakit kulit, diare, dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di lokasi pengungsian.

    “Kebutuhan dokter-dokter itu, terutama di puskesmas-puskesmas yang dekat dengan pusat-pusat pengungsian, dipastikan harus ada. Sebenarnya bukan hanya dokter, melainkan alat kesehatan juga obat-obatannya,” tegas Menkes Budi.

    Gerak cepat benahi rumah sakit

    Selain penanganan penyakit menular, Kemenkes juga memprioritaskan pasien dengan kebutuhan darurat. Instalasi Gawat Darurat (IGD) di rumah sakit yang terdampak harus segera difungsikan, disusul ruang operasi dan pelayanan cuci darah, karena keterlambatan penanganan pada pasien gagal ginjal kronis dapat berbahaya.

    Meskipun layanan di Sumatera Barat dan Sumatera Utara dilaporkan sudah beroperasi normal, Aceh masih menghadapi kendala serius. Dari total 18 rumah sakit yang terdampak, enam unit masih belum beroperasi penuh.

    “Yang masih sangat ketinggalan itu yang di Aceh Tamiang. Nah, itu diharapkan mulai besok instalasi gawat darurat (IGD)-nya sudah bergerak karena kita prioritasnya IGD-nya dulu,” jelas Menkes.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Menkes Sebut RS di 6 Kabupaten/Kota di Aceh Masih Terkendala”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • Banyak yang Tak Sadar Punya Risiko Sakit Jantung, Penyebab Kolaps saat Olahraga

    Banyak yang Tak Sadar Punya Risiko Sakit Jantung, Penyebab Kolaps saat Olahraga

    Jakarta

    Olahraga adalah aktivitas krusial untuk menjaga kesehatan dan kebugaran, namun penting untuk memahami kondisi kesehatan jantung sebelum memulai latihan, terutama jika berencana mengikuti olahraga berintensitas tinggi.

    Dokter spesialis jantung dari Siloam Hospitals TB Simatupang, dr Budi Ario Tejo, SpJP-FIHA, mengatakan bahwa banyak orang, khususnya pada usia produktif, tidak sadar memiliki faktor risiko penyakit jantung tersembunyi seperti kolesterol dan hipertensi. Belum lagi gaya hidup tidak sehat yang memicu penyakit kardiovaskular penyebab sakit jantung.

    “Kalau penyebab penyakit jantung itu ada beberapa, bisa karena hipertensi.. kalau hipertensi itu memang biasanya di usia yang lebih tua di atas 40 tahun,” ucap dr Budi saat ditemui detikcom di Jakarta Barat, Sabtu (6/12/2025).

    Faktor Risiko Gangguan Jantung

    Faktor penyebab utama terjadinya gangguan pada sistem jantung dan pembuluh darah adalah dominasi kerak pada pembuluh darah koroner di jantung akibat bertambahnya usia.

    Namun, faktor risiko lain yang dapat mempercepat kerusakan ini dan meningkatkan potensi kolaps mendadak meliputi gaya hidup dan penyakit yang mendasari seperti diabetes, kolesterol tinggi dan stres yang tidak dikelola.

    Di samping itu dr Budi juga menekankan bahwa bahaya terbesar sering datang dari kondisi jantung yang sama sekali tidak disadari.

    Banyak orang tidak mengetahui bahwa mereka memiliki riwayat penyakit struktural seperti aritmia atau gangguan irama jantung, maupun penyakit jantung bawaan. Kondisi ini seringkali tidak menimbulkan gejala pada aktivitas normal, tetapi dapat memicu malfungsi jantung atau kolaps saat olahraga intensitas tinggi.

    Periksa Jantung Sebelum Program Intens

    Oleh karena itu, sebelum memulai program olahraga intensitas tinggi, sangat penting untuk menjalani pemeriksaan kesehatan jantung rutin. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan jantung dalam kondisi yang baik dan siap menghadapi beban fisik yang berat, serta mendeteksi penyakit tersembunyi yang berpotensi mematikan.

    Selain pemeriksaan rutin, dr Budi juga memberikan pesan penting bagi generasi muda untuk mencegah penyakit kardiovaskular sejak dini:

    “Penting bagi generasi muda, yaitu jangan mager (malas gerak), rutin olahraga, kelola stress, hindari rokok atau vape, [dan] istirahat cukup,” ujarnya, menekankan pentingnya memperhatikan kondisi tubuh sebelum memulai olahraga.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

    Lagi-lagi Kolaps saat Lari

    12 Konten

    Anjuran ‘listen to your body’ saat lari tak selalu gampang diterapkan. Ego untuk ‘push the limit’ dan mendapatkan progres tertentu sesuai target, dapat mengaburkan batas-batas kemampuan fisik. Risiko jantung kolaps mengintai para pelari.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Wanita Tangerang Kena Gagal Ginjal Stadium 5 di Usia 14, Awalnya Dikira Asam Lambung

    Wanita Tangerang Kena Gagal Ginjal Stadium 5 di Usia 14, Awalnya Dikira Asam Lambung

    Jakarta

    Seorang wanita asal Tangerang bernama Sulistia membagikan kisahnya yang terkena gagal ginjal stadium 5 sejak usia 14 tahun. Wanita yang kini berusia 18 tahun itu terkena gagal ginjal di tahun 2021.

    Awalnya Sulistia mengalami gejala berupa bengkak seluruh badan, mual-muntah, hingga sesak napas. Selama hampir dua bulan, Sulistia bolak-balik ke berbagai klinik. Di setiap tempat, keluhannya selalu disebut sebagai gangguan asam lambung.

    Bahkan, ia sempat diduga mengalami flek paru dan dianjurkan mengambil obat setelah jadwal kontrol berikutnya. Namun sebelum hari itu tiba, kondisinya memburuk hingga ia tak sadarkan diri. Ia pun langsung dibawa ke IGD di salah satu rumah sakit di Tangerang.

    “Ternyata aku sudah gagal ginjal stadium 5,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Senin (8/12/2025).

    “2021 kak di umur 14 tahun sekarang saya sudah 18 tahun, umurnya, jadi kena gagal ginjal sudah 4 tahun,” ucap Sulistia.

    Karena usianya saat itu masih 14 tahun, rumah sakit tersebut tidak bisa menanganinya dan ia dirujuk ke rumah sakit lain. Setibanya di sana, kondisinya sangat kritis hingga harus masuk ICU selama dua minggu dalam keadaan koma. Selama masa perawatan itu, ia juga mulai menjalani cuci darah secara rutin.

    “Untuk saat ini saya sih sehat sehat aja kalo gaada keluhan. Paling kadang sesak aja kalo minum banyak karena minumnya sudah ditakar 600 ml seharian,” sambungnya lagi.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

    Gagal Ginjal di Usia Belasan

    3 Konten

    Seorang wanita berusia 18 tahun asal Tangerang, Sulistia, mengungkap perjalanan kesehatannya ketika pertama kali terdiagnosis gagal ginjal stadium 5 pada 2021, di usia 14 tahun.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Begini Tahapan Video Pendek di Medsos Perlahan Bisa Bikin Otak ‘Membusuk’

    Begini Tahapan Video Pendek di Medsos Perlahan Bisa Bikin Otak ‘Membusuk’

    Jakarta

    Fenomena ‘brain rot’ atau kerusakan otak akibat konsumsi video pendek berlebihan kini bukan sekedar candaan di media sosial. Data terbaru menunjukkan penggunaan intens aplikasi media sosial, seperti TikTok, dapat mempengaruhi otak pengguna hingga ke tingkat struktural dan fungsional.

    Ketika sempat dibatasi secara federal di Amerika Serikat pada Januari 2025, banyak pengguna mengeluh kebingungan karena merasa kehilangan rutinitas menonton video singkat. Meski kecanduan media sosial sudah lama disorot sejak era Facebook, sejumlah pakar menilai platform video pendek membawa ketergantungan digital ke level baru.

    Peneliti dari Tianjin Normal University, yang dipimpin Qiang Wang, mendeskripsikan ‘short video addiction’ atau SVA sebagai penggunaan platform video pendek secara kompulsif dan tidak terkendali. Bahkan, sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.

    Kondisi ini dikaitkan dengan gangguan tidur, kelelahan mata, nyeri leher, penurunan fungsi kognitif (perhatian, memori, pembelajaran). Selain itu, temuan yang dipublikasikan dalam jurnal NeuroImage, kondisi ini juga mempengaruhi masalah emosional, seperti depresi, kecemasan, dan stres.

    Ini Perubahan yang Nyata pada Otak

    Untuk memahami apa yang terjadi di otak, tim peneliti merekrut lebih dari 100 peserta dan melakukan pemindaian MRI saat istirahat. Peserta juga mengisi survei seputar kebiasaan menonton video pendek dan kondisi kesehatan mental.

    Tidak satu pun memiliki riwayat gangguan saraf atau kejiwaan.

    Hasilnya, mereka yang menunjukkan tanda SVA bermasalah, terlihat peningkatan volume materi abu-abu (GMV) di korteks orbitofrontal (OFC) dan serebelum. Peningkatan ini dikaitkan dengan sensitivitas yang lebih tinggi terhadap rasa ‘hadiah’ atau kepuasan instan dari konten yang dipersonalisasi.

    Para peneliti menjelaskan konten audio visual multi kanal yang sangat personal membuat otak semakin mencari kepuasan cepat. Dalam jangka panjang, hal ini diduga meningkatkan kerentanan terhadap perilaku adiktif.

    Aktivitas otak spontan juga meningkat di korteks prefrontal dorsolateral, korteks cingulate posterior, serebrum, dan kutub temporal atau area yang berperan dalam pemrosesan imbalan. Efeknya, kontrol diri bisa melemah seiring waktu.

    Faktor Kepribadian Ikut Berperan

    Penelitian ini juga menemukan keterkaitan kuat antara sifat iri hari (envy) dan kecanduan video pendek. Dikutip dari radiology business, individu dengan kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain diduga lebih rentan jatuh ke pola konsumsi layar kompulsif.

    Terkait kelompok yang paling rentan, adalah remaja. Kelompok remaja yang otaknya masih berkembang dinilai paling rentan terhadap dampak buruk SVA.

    Pembentukan kebiasaan layar yang sehat sejak dini dinilai bisa menurunkan risiko perilaku adiktif lain di masa depan. Meski begitu, para peneliti menekankan perlunya riset lanjutan.

    Studi ini bersifat potret sesaat (cross-sectional), sehingga belum bisa memastikan sebab-akibat. MRI tidak dilakukan sebelum atau sesudah peserta menonton video pendek.

    Penelitian jangka panjang masih dibutuhkan untuk memastikan apakah kecanduan memicu perubahan otak, atau sebaliknya. Meski demikian, temuan ini memperkuat peringatan bahwa konsumsi video pendek yang berlebihan bukan sekadar masalah kebiasaan, tetapi bisa berdampak langsung pada kesehatan otak.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Ancaman Garam dan Lemak di Balik Segarnya Kuah Bakso dan Sop Kambing

    Ancaman Garam dan Lemak di Balik Segarnya Kuah Bakso dan Sop Kambing

    Jakarta

    Curah hujan diprediksi meningkat jelang akhir tahun ini. Untuk menghangatkan diri, makanan panas berkuah seperti bakso dan sop kambing banyak jadi pilihan.

    Cuaca dingin saat hujan membuat tubuh menurunkan suhu inti sehingga makanan berkuah yang panas memberi rasa nyaman dan menenangkan. Tidak heran ketika orang diminta menyebutkan makanan favorit saat hujan jawabannya mi instan, seblak versi pedas, bakso, sop kambing, dan cream soup. Semua terasa cocok untuk menghangatkan badan. Namun ini yang perlu menjadi perhatian karena sebagian besar makanan tersebut punya karakter yang sama yaitu gurih, tinggi garam, dan dikonsumsi saat lagi panas-panasnya.

    Kenapa Makanan Berkuah Sangat Menggoda Ketika Hujan?

    Keinginan mencari makanan hangat bukan terjadi tanpa alasan. Dalam kondisi dingin tubuh membutuhkan rangsangan untuk menaikkan suhu dan kuah panas memberi sensasi tersebut. Rasa gurih dari kuah bakso, sop kambing, atau bumbu seblak juga memicu pelepasan hormon dopamin yang membuat seseorang merasa lebih nyaman.

    Faktor emosional pun berperan. Banyak orang mengaitkan makanan berkuah dengan momen nyaman di rumah sehingga secara otomatis menjadi comfort food ketika langit turun hujan.

    Namun rasa nyaman ini kadang menutupi fakta bahwa kuah dalam makanan tertentu menyimpan kandungan yang perlu diwaspadai.

    Porsi Kuah yang Membuat Asupan Kalori Melonjak Tanpa Disadari

    Keunikan makanan berkuah adalah sifatnya yang terlihat ringan ketika dimakan. Seseorang bisa menghabiskan semangkuk besar bakso atau seporsi seblak karena merasa kuahnya hanya air. Padahal kuah membawa garam lemak dan kalori tambahan. Kuah kaldu daging misalnya dapat menyimpan kalori dari lemak yang larut selama proses memasak sehingga jumlahnya tidak terlihat namun tetap masuk ke tubuh.

    Jika seseorang makan seblak pedas lalu minum kuahnya sampai habis mereka tidak jarang masih merasa lapar beberapa jam kemudian. Ini akhirnya membuat total asupan melonjak lebih tinggi pada hari itu. Kebiasaan ini dalam jangka panjang dapat memengaruhi berat badan serta kesehatan metabolik seperti kolesterol dan tekanan darah tinggi.

    Kandungan Garam Tinggi

    Garam menjadi salah satu perhatian utama. Banyak makanan seperti seblak, mi instan, bakso, sop kambing, atau kwetiau siram mengandalkan garam dan penyedap untuk membentuk rasa gurih.

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa satu mangkuk kuah gurih bisa mengandung natrium yang setara dengan lebih dari setengah kebutuhan harian. Jika dalam sehari makan mi instan lalu malamnya bakso atau seblak tanpa sadar sudah mengonsumsi natrium dalam jumlah besar melebihi kebutuhan natrium harian.

    Terlalu banyak natrium dapat meningkatkan tekanan darah mempercepat retensi cairan dan membuat tubuh lebih cepat lelah. Pada orang yang sensitif garam efeknya bisa muncul dalam hitungan jam setelah makan.

    Lemak Jenuh

    Kuah sop kambing, bakso urat, dan cream soup biasanya mengandung lemak jenuh yang cukup tinggi. Lemak ini mudah larut dalam kuah sehingga meski tampilannya bening sebagian besar energinya datang dari lemak yang menyatu dalam kuah yang panas.

    Dalam cuaca dingin tubuh memang secara alami mencari makanan berlemak karena terasa lebih memuaskan. Namun konsumsi berulang dan berlebih bisa meningkatkan kadar kolesterol, ditambah lagi ketika lauknya berlemak.

    Tips Aman Menikmati Makanan Berkuah Saat Musim Hujan

    Bisa tetap menikmati makanan berkuah favorit tanpa harus menghindarinya sepenuhnya. Tidak semua kuah harus dibatasi karena ada juga hidangan berkuah yang justru sehat. Contohnya kuah sayur bening seperti sup bayam, sup wortel, sup oyong, atau kuah rebusan sayuran yang dibuat tanpa banyak garam dan minyak. Dalam jenis kuah ini terkandung vitamin dan mineral yang larut ke dalam air terutama vitamin larut air seperti vitamin C dan beberapa vitamin B sehingga menghabiskan kuahnya justru dianjurkan selama rasanya tidak terlalu asin.

    Pada sup ayam rumahan yang dimasak tanpa penyedap berlebihan kuahnya juga membawa zat gizi dari rebusan daging seperti protein kolagen dan mineral. Mengonsumsi kuah seperti ini dapat membantu hidrasi serta memberikan rasa hangat tanpa menambah beban garam atau lemak dalam jumlah besar.

    Untuk makanan berkuah lain yang cenderung tinggi garam dan lemak bisa mengikuti beberapa langkah sederhana. Pilih kuah yang lebih bening jika tersedia. Batasi porsi kuah dan lebih fokus pada isi mangkuk seperti protein dan sayuran. Tambahkan sayuran ke dalam seblak bakso, mi instan, atau makanan berkuah lainnya agar nilai gizinya meningkat.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Mungkin Nggak Sih Kondisi Cuaca Menentukan Mood? Ini Kata Psikolog”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • Butuh Tidur Lebih Awal, Tapi Kok Susah Terlelap? Begini Cara Melatihnya

    Butuh Tidur Lebih Awal, Tapi Kok Susah Terlelap? Begini Cara Melatihnya

    Jakarta

    Banyak orang mencoba tidur lebih awal demi hidup sehat. Sayangnya, begitu kepala menyentuh bantal, bukannya mengantuk dan terlelap, tapi mata malah makin melek. Mengapa bisa begitu?

    Seorang certified sleep coach atau ‘pelatih tidur’, Vishal Dasani, mengatakan setiap orang memiliki waktu tidurnya masing-masing. Ada yang di bawah jam 12 malam, atau bahkan melebihi itu.

    “Itu normal selama dia proses tidurnya cukup mudah, tidurnya pulas, pagi bangun dia merasa segar dan berenergi artinya itu tidurnya berkualitas,” kata Coach Vishal di Jakarta Barat, Minggu (7/12/2025).

    “Nah yang suka terjadi, pada saat kita memaksakan diri untuk tidur lebih cepat, yang terjadi kita di atas kasur, mencoba tidur, tutup mata, kok nggak tidur ya? Baru akhirnya tidur setelah mendekati jam biologisnya dia,” sambungnya.

    Coach Vishal mengatakan bahwa tidur itu tidak bisa dipaksa dan tidak bisa dikejar, sehingga seseorang harus menyesuaikan dengan jam biologis masing-masing.

    Bagaimana Mencari Tahu Jam Biologis Tidur?

    Menurut Coach Vishal, ada beberapa cara untuk mengetahui ‘jam biologis tidur’ seseorang. Pertama adalah dengan mengisi Morningness-Eveningness Questionnaire (MEQ) yang bisa dicari di Google.

    Sebagai informasi, MEQ adalah kuesioner psikologi yang digunakan untuk menentukan tipe kronotipe seseorang apakah ia lebih cenderung menjadi morning person (aktif di pagi hari), evening person (aktif di malam hari), atau berada di tengah-tengah.

    “Nah dari situ akan muncul sebuah kuesioner dan di situ kita bisa mengetahui saat ini jam biologis kita itu berada di range jam berapa,” kata Vishal.

    Selain itu, untuk mengetahui jam biologis tidur bisa dibantu dengan teknologi smartwatch yang dilengkapi dengan fitur index sleep monitor.

    Bagaimana Mendapatkan Tidur Berkualitas?

    Sebagai seorang sleep coach, Vishal memberikan beberapa tips agar bisa mendapatkan tidur yang baik dan berkualitas.

    “Pertama pastikan kita tidur dan bangun di jadwal yang selaras dan konsisten. Kedua, bangun tidur kita cari cahaya terang, idealnya dalam satu jam Anda bangun, cari cahaya terang idealnya adalah sinar matahari. Kalau matahari belum nongol, kita nyalain lampu kamar, lampu ruangan,” katanya.

    “Tujuannya apa? Cahaya terang ini akan memberikan perintah ke otak kita, ‘hei ini saatnya beraktivitas’ dan di saat yang bersamaan dia akan setting timer, kurang lebih sekitar 14 jam untuk ‘hei 14 jam kemudian, yuk dibikin ngantuk’,” lanjutnya.

    Lalu, adalah dengan konsisten menjalani gaya hidup aktif, meski tidak selalu dengan rutin berolahraga setiap hari. Jadi, tetap beraktivitas fisik dan menggerakan tubuh seperti jalan kaki, memilih naik tangga daripada lift, itu dapat membantu dalam proses tidur.

    Menjaga asupan makanan bernutrisi juga mesti dilakukan, karena ini akan membantu tubuh memproduksi hormon melatonin.

    “Terus be mindful terhadap stimulan sama alkohol. Stimulan di sini kafein yang dimaksud. Kalau kita konsumsi terlalu banyak, kita jadi semakin sulit tidur,” katanya.

    “Berikutnya, pastikan kamar tidur kita senyaman mungkin, karena kita akan lebih rileks. Minim cahaya, minim suara, alat tidurnya pas,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/up)

  • Ambisi ‘Push the Limit’ Anak Lari Vs Risiko Fatal Jantung Kolaps

    Ambisi ‘Push the Limit’ Anak Lari Vs Risiko Fatal Jantung Kolaps

    Jakarta

    Pegiat olahraga lari sering terjebak dilema saat berlomba, antara harus ‘push the limit’ demi mencapai target dengan wanti-wanti ‘listen to your body’. Jika tak hati-hati, risikonya fatal: jantung bisa kolaps!

    Menurut spesialis olahraga, dr Andhika Raspati, SpKO, seorang pelari bisa-bisa saja terus berlari dengan mengusung semangat atau jargon ‘push the limit’. Namun, hal ini harus sesuai dengan aturan mainnya.

    “Kalau kita bicara safety ya, push the limit ada aturan mainnya. Artinya nggak boleh terlalu mendadak. Kalau kita biasa di pace 7, ya jangan nge-push pace 5, tapi ke pace 6.30 dulu atau pace 6.45,” kata dr Dhika kepada detikcom saat dihubungi, Senin (8/12/2025).

    Aturan main selanjutnya, lanjut dr Dhika yakni tentang bagaimana seseorang mampu meredam ego dalam olahraga ini. Tujuan haruslah disesuikan dengan kemampuan tubuh masing-masing orang.

    “Kedua, mau cepet-cepet ngebut, mau ngapain sih? Mau ikutan Sea Games? Itu kan ego saja sebenarnya,” katanya.

    “Pingin lebih baik? Nggak ada ujungnya lebih baik mah. Jadi memang bisa dibilang kalau kita rekreasional, pingin sehat, nggak perlu sampek push-push amat,” sambungnya.

    Mawas Diri Itu Penting

    dr Dhika menambahkan bahwa pentingnya mengukur diri sendiri sebelum memutuskan ‘bertarung’ di track lari, baik itu trail run atau road run sangat penting.

    “Misalnya kita harus banget menyatakan siapa yang harus bertanggung jawab, buat saya peserta sendiri,” kata dr Dhika.

    “Lebih mawas diri, lebih tahu kondisi badannya. Kalau bikin surat sehat bukan sekadar ditimbang sama di-tensi, tapi benar-benar cek jantung, EKG, kalau perlu treadmill atau kalau perlu ekokardiografi,” lanjutnya.

    Di luar sana, tidak bisa dipungkiri masih ada pelari yang memaksakan diri. Menurut dr Dhika, kebanyakan alasannya adalah ingin memenuhi target pribadi.

    “Personal best-nya pingin mereka kejar, padahal mungkin kondisi tidak memungkinkan. Bisa itu dari lapangannya, dari fisiknya yang nggak fit atau kurang terlatih atau kepancing teman-temannya misalnya, kebawa semangat padahal nggak fit dan ketarik pace-nya,” katanya.

    Berlari Aman Tanpa Takut ‘Ambruk’

    Serangan jantung pada dasarnya terjadi ketika otot jantung tiba-tiba tidak mendapatkan suplai oksigen yang memadai, biasanya karena sumbatan akut pembuluh darah koroner atau karena gangguan irama jantung berat.

    “Pada olahraga intens seperti trail run, terutama di medan ekstrem dengan elevasi curam, kebutuhan oksigen tubuh meningkat drastis,” kata spesialis jantung dr Aditya Agita Sembiring, SpJP kepada detikcom, Senin (8/12/2025)

    Beban ini bisa memicu masalah jantung pada orang yang memiliki faktor risiko tersembunyi seperti:

    Penyempitan pembuluh darah koroner (sering tanpa gejala sebelumnya)Tekanan darah yang tidak terkontrolRiwayat merokok, diabetes, atau kolesterol tinggiKelainan struktur jantung atau gangguan irama

    “Kelelahan berat, altitude, suhu dingin, dan dehidrasi juga bisa memperbesar beban kerja jantung, sehingga mempercepat munculnya gangguan tersebut,” kata dr Aditya.

    Gejala yang Harus Diwaspadai

    Bagi mereka yang memiliki faktor risiko masalah jantung, dr Aditya mengimbau untuk tetap mengutamakan keselamatan daripada pencapaian.

    Pada sebagian orang, serangan jantung memang muncul tiba-tiba tanpa gejala awal yang jelas. Namun, banyak kasus sebenarnya memiliki tanda peringatan yang sering diabaikan, seperti:

    Nyeri dada atau dada terasa tertekanSesak napas yang tidak wajarJantung berdebar atau pusingMudah lelah secara tidak biasa dibanding latihan-latihan sebelumnyaMual atau keringat dingin

    “Jika muncul gejala yang tidak biasa, khususnya nyeri dada, sesak berat, pusing, atau jantung berdebar tidak wajar, hentikan aktivitas segera. Lanjut berlari justru mempercepat kerusakan otot jantung,” katanya.

    “Keselamatan jauh lebih penting daripada pencapaian waktu atau jarak,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 4

    Simak Video “Video: Cerita Menkes Pilih-pilih Olahraga Ternyaman, Renang hingga Lari”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)

    Lagi-lagi Kolaps saat Lari

    12 Konten

    Anjuran ‘listen to your body’ saat lari tak selalu gampang diterapkan. Ego untuk ‘push the limit’ dan mendapatkan progres tertentu sesuai target, dapat mengaburkan batas-batas kemampuan fisik. Risiko jantung kolaps mengintai para pelari.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Asam Urat Tinggi, Apa Saja Minuman yang Perlu Dihindari?

    Asam Urat Tinggi, Apa Saja Minuman yang Perlu Dihindari?

    Jakarta

    Nyeri karena asam urat disebabkan oleh kristal asam urat yang terbentuk dalam sendi. Serangan asam urat sangatlah menyakitkan.

    Untuk itu, penting diketahui bahwa risiko asam urat bisa meningkat jika mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin. Zat ini bisa ditemukan dalam makanan dengan protein tinggi dan dalam beberapa minuman.

    Tubuh akan mengubah purin menjadi asam urat dan pola makan tinggi purin bisa meningkatkan kadar asam urat serta memicu serangan asam urat. Berikut beberapa minuman yang tidak baik untuk pengidap asam urat.

    Minuman yang Harus Dihindari Pengidap Asam Urat

    Beberapa minuman yang harus dihindari pengidap asam urat di antaranya:

    1. Soft Drink

    Penelitian menemukan adanya peningkatan risiko asam urat akibat minuman manis. Dikutip dari laman Everyday Health, minuman manis kaya akan fruktosa.

    Fruktosa dipecah menjadi purin di dalam tubuh. Menurut sebuah penelitian, pria yang mengonsumsi dua atau lebih porsi soft drink manis setiap hari memiliki risiko 85 persen lebih tinggi terkena asam urat daibandingkan dengan mereka yang hanya minum satu porsi dalam sebulan.

    2. Alkohol

    Minuman beralkohol bisa memicu gejala asam urat pada orang yang rentan terhadap penyakit ini. Alkohol membuat kinerja ginjal teralihkan sehingga lebih fokus membuang alkohol daripada asam urat. Jadi, kadar asam urat dalam darah. Bir mengandung purin tertinggi di antara minuman beralkohol dan memiliki hubungan yang kuat dengan serangan asam urat.

    3. Energy Drink

    Belum banyak penelitian tentang energy drink atau minuman berenergi dan asam urat, namun minuman ini mungkin mengandung kadar gula yang tinggi, termasuk fruktosa. Menurut sebuah penelitian pada tahun 2023, hal ini bisa meningkatkan risiko asam urat.

    4. Jus Jeruk

    Banyak jus yang dimaniskan dengan gula bisa meningkatkan risiko asam urat. Namun, jus yang dimaniskan secara alami, seperti jus jeruk juga bisa memicu risiko asam urat jika diminum setiap hari.

    Penelitian menunjukkan bahwa jus jeruk mengandung jumlah fruktosa yang sama dengan banyak minuman manis.

    Daftar Makanan yang Bisa Memperparah Asam Urat

    Selain minuman, ketahui beberapa makanan yang bisa memperparah asam urat. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, berikut di antaranya.

    Daging merah, seperti daging sapi, daging domba, dan daging babiJeroan, seperti babat, hati, dan otakMakanan laut tertentu, seperti ikan tuna, ikan haringMakanan manisDaging kalkun.

    Ditinjau oleh: Mhd. Aldrian, S.Gz, lulusan ilmu gizi Universitas Andalas, saat ini menjadi penulis lepas di detikcom.

    (elk/kna)

  • Menkes Minta Ada Dapur Umum Prioritas buat Nakes di Wilayah Bencana

    Menkes Minta Ada Dapur Umum Prioritas buat Nakes di Wilayah Bencana

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan banyak dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang turut menjadi korban terdampak bencana di Sumatera sehingga menyulitkan proses layanan pasien.

    Menurut Budi, para dokter yang terdampak sebenarnya semangat untuk bekerja, akan tetapi mereka sendiri kesulitan mendapat makanan begitu juga dengan keluarganya. Karena itu, Menkes Budi meminta langsung kepada Presiden Prabowo dan jajaran menteri untuk dibangun dapur umum prioritas untuk para tenaga kesehatan. Usulan ini pun disetujui oleh Prabowo.

  • Video Menkes Setujui Usulan Dokter Keliling di Lokasi Bencana Sumatera

    Video Menkes Setujui Usulan Dokter Keliling di Lokasi Bencana Sumatera

    Video Menkes Setujui Usulan Dokter Keliling di Lokasi Bencana Sumatera