Jenis Media: Kesehatan

  • Video Mitos atau Fakta: Tidur Miring Solusi Bagi Kaum Mendengkur

    Video Mitos atau Fakta: Tidur Miring Solusi Bagi Kaum Mendengkur

    Video Mitos atau Fakta: Tidur Miring Solusi Bagi Kaum Mendengkur

  • Terungkap Lewat Studi, Konsumsi Sayuran Ini Bisa Turunkan Risiko Kanker Usus Besar

    Terungkap Lewat Studi, Konsumsi Sayuran Ini Bisa Turunkan Risiko Kanker Usus Besar

    Jakarta

    Kanker kolorektal, atau kanker usus besar, adalah salah satu jenis kanker paling umum pada pria maupun wanita di seluruh dunia. Penyakit ini berkembang di jaringan usus besar atau rektum, biasanya bermula dari polip, yaitu gumpalan sel kecil yang awalnya jinak namun dapat berubah menjadi kanker.

    Obesitas dan konsumsi alkohol menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian, terutama pada usia muda. Dalam beberapa tahun terakhir, dokter mencatat tren yang mengkhawatirkan. Kanker usus besar yang sebelumnya dianggap penyakit usia lanjut kini semakin sering menyerang orang di bawah usia 50 tahun.

    Namun, penelitian terbaru memberi harapan dalam pencegahan kanker usus besar. Mengonsumsi 40 hingga 60 gram sayuran silangan setiap hari terbukti dapat menurunkan risikonya hingga 20-26 persen.

    Hal tersebut terungkap dalam sebuah studi yang diterbitkan di BMC Gastroenterology, menganalisis hampir 640.000 orang. Studi tersebut menyoroti bagaimana kebiasaan makan sederhana, misalnya menambahkan beberapa sayuran dalam menu harian, bisa memberikan manfaat pencegahan yang besar.

    Dalam penelitian ini, para peneliti meninjau 17 studi besar yang melibatkan lebih dari 639.500 orang, termasuk 97.595 pengidap kanker kolorektal. Hasilnya, orang yang mengonsumsi sayuran silangan, seperti brokoli, kembang kol, kubis, kale, dan kubis Brussel, dalam jumlah terbanyak memiliki risiko kanker kolorektal 20-26 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang mengonsumsinya paling sedikit.

    Ditemukan juga bahwa konsumsi sekitar 40-60 gram per hari berkaitan dengan penurunan risiko kanker usus besar sebesar 20 persen. Namun, manfaatnya tidak meningkat signifikan jika melebihi 60 gram, sehingga lebih banyak tidak selalu lebih baik.

    Sayuran ini kaya akan fitokimia seperti flavonoid, serat, vitamin C, karotenoid, dan glukosinolat, yang akan terurai menjadi senyawa pelindung seperti sulforaphane ketika dihancurkan atau dikunyah.

    Mengapa sayuran silangan efektif melawan kanker usus besar?

    Sayuran silangan merupakan sumber gizi yang luar biasa, penuh dengan serat, vitamin C, karotenoid, dan flavonoid. Namun, bintang utama dalam pencegahan kanker adalah sulforaphane, senyawa yang terbentuk saat sayuran ini dipotong atau dikunyah. Sulforaphane dan senyawa terkait lainnya (glukosinolat) membantu mengaktifkan sistem detoks tubuh, mengurangi peradangan, dan memperbaiki kerusakan sel, faktor penting dalam pencegahan kanker.

    Selain itu, penelitian lain juga mendukung manfaat pola makan berbasis nabati secara umum. Pola makan nabati dikaitkan dengan penurunan risiko kanker usus besar hingga 46 persen dan kanker rektum hingga 73 persen. Sementara itu, menurut American Institute for Cancer Research, konsumsi biji-bijian utuh dapat menurunkan risiko kanker kolorektal sekitar 17 persen.

  • Bicara soal Cukai Minuman Manis 2026, Menkes: Gula Ibu dari Semua Penyakit

    Bicara soal Cukai Minuman Manis 2026, Menkes: Gula Ibu dari Semua Penyakit

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin angkat bicara terkait rencana penerapan cukai minuman manis dalam kemasan (MBDK) pada tahun 2026. Seperti yang diketahui cukai MBDK bakal diterapkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026.

    Menkes menjelaskan penerapan cukai MBDK menjadi salah satu langkah yang penting untuk mengendalikan tingkat konsumsi gula di masyarakat. Menurutnya, gula darah tinggi masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang tinggi kasusnya di Indonesia.

    Gula darah tinggi masih menjadi salah satu faktor risiko utama banyak penyakit kronis.

    “Gula ini adalah penyebab apa istilahnya, mother of all diseases. Ibu dari semua penyakit. Kalau gula tinggi dan tidak terkendali, itu bisa nyerang ginjal, bisa nyerang mata, bisa nyerang jantung, bisa nyerang stroke,” kata Menkes ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Minggu (24/8/2025).

    “Jadi kematian yang besar-besar itu karena stroke, karena jantung, karena ginjal, salah satu penyebab utamanya adalah kadar gula yang tinggi,” sambungnya.

    Oleh karena itu, banyak negara maju menerapkan aturan ketat berkaitan konsumsi minuman kemasan manis, termasuk cukai. Menkes berharap cara ini juga bisa menjadi cara untuk mendidik masyarakat terkait bahaya konsumsi minuman manis dalam kemasan secara berlebihan.

    Untuk memeriksa faktor risiko, ia mengimbau masyarakat untuk segera memanfaatkan program cek kesehatan gratis (CKG).

    “Yuk dikurangi gula maksimal kan 2 sendok makan per hari,” ungkap Menkes.

    “Dan diukur cek kesehatan gratis, itu program gratis yang Bapak Presiden kasih biar ketahuan tuh gulanya diatas 200 atau enggak,” tandasnya.

    (avk/kna)

  • Viral Pria di China Ketahuan Selingkuh gegara Gagal Bayar Pil KB di Apotek

    Viral Pria di China Ketahuan Selingkuh gegara Gagal Bayar Pil KB di Apotek

    Jakarta

    Seorang pria di China ketahuan berselingkuh setelah transaksi pembelian pil kontrasepsi (KB) yang dilakukannya gagal. Kisah ini pun ramai menjadi perbincangan netizen di China.

    Awalnya, pria yang identitasnya tidak disebutkan itu membeli pil KB di sebuah apotek secara diam-diam. Namun, pembayaran elektroniknya tidak berhasil diproses.

    Pihak apotek Dashenlin di Yangjiang kemudian menelpon nomor yang terdaftar pada kartu keanggotaan yang digunakan pria tersebut untuk menagih pembayaran sebesar US$2,2 atau sekitar Rp36 ribu. Ternyata, nomor yang tercantum adalah milik istrinya.

    Saat istrinya mengkonfirmasi hal itu, staf apotek dengan tegas menyebutkan bahwa transaksi tersebut memang untuk pembelian pil kontrasepsi. Hal ini langsung membuka kedok perselingkuhan sang suami.

    Dikutip dari South China Morning Post, lamanya pernikahan pasangan tersebut maupun durasi perselingkuhan tidak diungkapkan.

    Pria itu mengklaim insiden ini menyebabkan runtuhnya dua keluarga, dan ia menuntut pihak apotek untuk bertanggung jawab.

    “Sekarang istri saya tahu segalanya, dan dua keluarga berada di ambang kehancuran. Saya ingin tahu, apakah apotek Anda bertanggung jawab?” ungkapnya dengan marah dalam unggahannya.

    Dia menyertakan struk pembelian obatnya dan tangkapan layar riwayat obrolan antara petugas toko dan istrinya sebagai bukti.

    Ia juga melampirkan laporan polisi yang dikeluarkan pada 12 Agustus oleh Kantor Polisi Pinggang di bawah Cabang Gaoxin, Biro Keamanan Umum Yangjiang.

    Fu Jian, Direktur Firma Hukum Henan Zejin, mengatakan kepada Elephant News meskipun pria tersebut dapat berupaya menuntut haknya, langkah itu kemungkinan besar akan sangat sulit.

    “Di satu sisi, perselingkuhan pria tersebut merupakan penyebab utama keretakan keluarga, dan ia harus bertanggung jawab atas tindakannya. Di sisi lain, jika apotek tersebut melanggar privasinya, apotek tersebut juga harus bertanggung jawab secara hukum,” ujar Fu.

    “Namun, jika ia ingin menempuh jalur hukum, ia harus memberikan bukti yang cukup untuk menunjukkan hubungan sebab akibat antara pengungkapan informasi oleh apotek dan runtuhnya pernikahannya. Berdasarkan situasi saat ini, panggilan telepon yang dilakukan oleh staf apotek tampaknya sah dan tidak dimaksudkan untuk membocorkan informasi, sehingga sangat sulit bagi pria yang tidak setia tersebut untuk mengklaim adanya pelanggaran hak-haknya,” jelasnya.

    (suc/suc)

  • Menkes Wanti-wanti Lingkungan Seperti Ini Rentan Picu Masalah Cacingan

    Menkes Wanti-wanti Lingkungan Seperti Ini Rentan Picu Masalah Cacingan

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin angkat bicara terkait ramainya pemberitaan soal penyakit cacingan di masyarakat. Kasus ini mencuat setelah seorang balita bernama Raya (4) asal Sukabumi, Jawa Barat, mengalami cacingan dan meninggal dunia akibat infeksi.

    Menkes menjelaskan masalah cacingan masih cukup banyak ditemui di daerah-daerah yang sanitasinya tidak baik. Jamban-jamban yang masih bercampur dan tidak ditampung dengan baik menjadi sumber masalah cacingan.

    Oleh karena itu, menurutnya perbaikan sistem sanitasi sangat penting dalam pencegahan masalah cacingan ini.

    “Memang yang paling baik kalau bisa diperbaiki rumahnya, terutama WC-nya agar bisa dipisahkan antara saluran kotor dan saluran air bersih,” ujar Menkes ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Minggu (24/8/2025).

    Selain itu, Menkes mengingatkan masyarakat untuk mengikuti program cek kesehatan gratis (CKG). Melalui pemeriksaan ini, diharapkan masalah cacingan bisa ditemukan lebih dini dan pasien bisa segera ditangani.

    Terlebih, obat untuk cacingan sebenarnya sudah tersedia di puskesmas secara gratis.

    “Cacingan itu obatnya gampang, diminum sekali 6 bulan selesai. Dan di puskesmas ada,” sambungnya.

    Ia kembali mengingatkan masalah cacingan sebenarnya tidak dapat menyebabkan kematian. Berkaitan dengan kasus Raya, Menkes menuturkan pasien meninggal akibat masalah infeksi, meski memang kondisi cacingan mungkin juga memperburuk kondisinya.

    Beberapa jenis infeksi yang diduga dialami Raya adalah meningitis dan tuberkulosis (TBC). Namun, dugaan lebih mengarah pada tuberkulosis lantaran Raya sempat mengalami batuk selama 3 bulan.

    “Jadi teman-teman, tuberkulosis TBC itu juga penyakitnya mematikan. Kalau cacingan nggak ya, TBC mematikan. Itu sebabnya di cek kesehatan gratis, cek juga TBC. Itu juga sudah ada obatnya,” tandasnya.

    (suc/suc)

  • Kebiasaan Konsumsi Makan Ini Jadi Pemicu Banyak Warga Korsel Kena Kanker Usus Besar

    Kebiasaan Konsumsi Makan Ini Jadi Pemicu Banyak Warga Korsel Kena Kanker Usus Besar

    Jakarta

    Kanker kolorektal atau kanker usus besar secara umum dianggap sebagai ‘kanker Barat’ lantaran paling umum di Amerika Serikat dan Eropa. Namun dalam beberapa tahun terakhir, insidennya telah melonjak di Asia, termasuk di Korea Selatan.

    Insiden kanker kolorektal di Asia Timur telah meningkat dua hingga empat kali lipat dalam 30 tahun terakhir, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Korea Selatan kini mencatat salah satu tingkat tertinggi di dunia. Para peneliti mengaitkan hal ini dengan pergeseran pola makan Asia ke arah Barat, yang tinggi lemak, kalori, dan daging.

    Hal tersebut terungkap dalam studi baru yang dilakukan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Prof Kang Dae-hee dari Seoul National University College of Medicine dan Prof Shin Sang-ah dari Department of Food and Nutrition, Chung-Ang University.

    Tim peneliti menganalisis 82 studi kohort yang dilakukan di Korea Selatan, Jepang, China Taiwan, dan Singapura, dan memastikan adanya kaitan yang jelas antara pola makan bergaya Barat dengan kanker kolorektal.

    Konsumsi Makanan Daging-Minum Alkohol

    Analisis menemukan, konsumsi daging total yang lebih tinggi meningkatkan risiko kanker kolorektal hingga 18 persen. Daging olahan, seperti sosis dan ham, juga meningkatkan risiko hingga 18 persen. Sementara daging putih seperti ayam dan kalkun, tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kanker kolorektal secara keseluruhan, itu dikaitkan dengan peningkatan 40 persen dalam risiko kanker rektal.

    Alkohol diidentifikasi sebagai faktor risiko terkuat. Orang yang mengonsumsi lebih dari 30 gram (2,05 ons) alkohol setiap hari, setara dengan dua kaleng bir (750 mililiter), dua hingga tiga gelas anggur atau setengah botol soju, memiliki risiko 64 persen lebih tinggi terkena kanker kolorektal. Risikonya konsisten di seluruh kanker usus besar dan rektal.

    Ini menandai meta-analisis skala besar pertama yang berfokus pada populasi Asia. Sebagian besar penelitian sebelumnya tentang pola makan dan risiko kanker kolorektal didasarkan pada populasi Barat.

    “Sulit untuk langsung menerapkan hasil studi Barat ke orang Asia karena perbedaan pola makan dan metode memasak,” kata Kang, dikutip dari Korea JoongAng Daily, Minggu (24/7/2025).

    “Analisis ini menunjukkan bahwa mengurangi konsumsi alkohol dan daging olahan dapat menjadi strategi kunci untuk mencegah kanker kolorektal di Asia.”

    Meskipun kanker kolorektal meningkat pesat di kawasan Asia, termasuk Korea Selatan, para ahli menekankan sebagian besar dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup. Mereka juga merekomendasikan untuk membatasi konsumsi daging olahan dan daging merah, menghindari konsumsi alkohol berlebihan, berolahraga secara teratur, dan meningkatkan asupan sayur, buah, serta biji-bijian utuh.

    Apa Itu Kanker Kolorektal?

    Dikutip dari American Cancer Society, kanker kolorektal bermula di usus besar atau rektum. Kanker ini juga bisa disebut kanker usus besar atau kanker rektum, tergantung di mana asalnya. Kanker usus besar dan kanker rektum sering dikelompokkan bersama karena memiliki banyak kesamaan.

    Sebagian besar kanker kolorektal bermula dari pertumbuhan jaringan di lapisan dalam usus besar atau rektum. Pertumbuhan ini disebut polip.

    Polip cukup umum, terutama seiring bertambahnya usia. Kebanyakan polip bersifat jinak, atau non-kanker. Beberapa jenis polip dapat berubah menjadi kanker seiring waktu (biasanya bertahun-tahun). Peluang polip berubah menjadi kanker bergantung pada jenis polipnya. Ada berbagai jenis polip, di antaranya:

    Polip adenomatosa atau adenomatous polyps (adenoma): Jenis polip ini kadang dapat berkembang menjadi kanker. Karena itu, adenoma dianggap sebagai kondisi prakanker. Ada tiga jenis adenoma, yaitu tubular, villous, dan tubulovillous. Adenoma tubular merupakan jenis yang paling umum, sedangkan adenoma villous lebih jarang tetapi memiliki risiko lebih tinggi berubah menjadi kanker.

    Hyperplastic polyps dan inflammatory polyps:: Jenis polip ini lebih sering ditemukan, namun umumnya bukan kondisi prakanker. Meski demikian, pada orang yang memiliki polip hiperplastik berukuran besar (lebih dari 1 cm), pemeriksaan kanker kolorektal dengan kolonoskopi mungkin perlu dilakukan lebih sering.

    Sessile serrated polyps (SSP) dan traditional serrated adenomas (TSA): Jenis polip ini sering diperlakukan sama seperti adenoma karena juga memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi kanker.

    Bagaimana Kanker Kolorektal Menyebar?

    Jika kanker terbentuk di dalam polip, seiring waktu kanker tersebut dapat tumbuh masuk ke dinding usus besar atau rektum. Dinding usus besar dan rektum terdiri dari beberapa lapisan. Kanker kolorektal biasanya dimulai di lapisan terdalam (mukosa) lalu dapat berkembang ke luar, menembus sebagian atau seluruh lapisan lainnya (lihat gambar di bawah).

    Saat sel kanker sudah mencapai dinding usus, mereka bisa menyusup ke pembuluh darah atau pembuluh limfa (saluran kecil yang membawa cairan dan sisa metabolisme). Dari sana, sel kanker dapat menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau bahkan ke organ yang lebih jauh.

    Stadium atau tingkat penyebaran kanker kolorektal ditentukan oleh seberapa dalam kanker tumbuh ke dalam dinding usus, serta apakah sudah menyebar ke luar usus besar atau rektum.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

  • Hati-hati, Konsumsi Makanan Ini Bisa Picu Seseorang Cacingan

    Hati-hati, Konsumsi Makanan Ini Bisa Picu Seseorang Cacingan

    Jakarta

    Orang dapat tertular parasit melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Parasit membutuhkan inang hidup untuk bertahan, dan bisa hidup di dalam sistem pencernaan manusia dalam waktu lama tanpa terdeteksi. Infeksi parasit dapat menyebabkan penyakit serius, sehingga perannya sebagai ancaman kesehatan manusia tidak boleh diremehkan.

    Sebagian besar hewan ternak biasanya diobati untuk mencegah infeksi parasit. Hal ini membuat penularan parasit seperti cacing pita dan cacing gelang melalui produk daging menjadi relatif jarang.

    Namun, parasit tetap dapat masuk ke makanan di berbagai titik dalam rantai pasokan, mulai dari proses pertanian dan produksi, pengiriman, pengemasan, hingga sampai di rak-rak toko. Misalnya, Makanan bisa dicuci dengan air yang terkontaminasi dan membawa parasit ke sepanjang rantai pasokan, tanah tempat tanaman tumbuh dapat terkontaminasi parasit, atau bahkan ditularkan dari orang ke orang melalui pekerja makanan yang terinfeksi tetapi tidak menyadarinya.

    Ketika seseorang akhirnya mengalami gejala infeksi parasit, biasanya mereka tidak mengetahui kapan atau bagaimana sebenarnya infeksi tersebut terjadi. Dikutip dari Canadian Institute of Food Safety, berikut makanan yang bisa memicu seseorang cacingan atau terpapar parasit.

    daging babi setengah matangdaging lain yang kurang matang atau mentah, seperti daging sapibuah-buahan dan sayuran mentahikan air tawar atau laut mentah atau setengah matangkrustasea atau moluska mentah atau setengah matangtanaman air mentah seperti selada airsari apel dan susu yang tidak dipasteurisasi

    Jenis Parasit dan Cacing

    Makanan yang tidak ditangani atau dimasak dengan benar dapat menjadi sumber berbagai infeksi dan penyakit. Beberapa parasit yang dapat menginfeksi manusia melalui makanan atau air antara lain:

    Giardia: Ini adalah parasit usus yang paling umum ditemukan di Kanada. Penularan biasanya berasal dari air minum yang tidak diolah.Cyclospora: Parasit ini ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Telurnya (oosista) dikeluarkan lewat tinja orang yang terinfeksi.Cacing kremi: Cacing ini dapat ditularkan kepada pelanggan oleh pekerja makanan yang tidak mencuci tangan dengan benar setelah menggunakan toilet. Cacing gelang, sejenis cacing kremi, juga umum ditularkan ke manusia melalui jalur feses ke mulut.Cacing pita: Cacing ini biasanya menyerang manusia yang mengonsumsi daging sapi, daging babi, atau ikan yang tidak dimasak sempurna yang mengandung larva yang kemudian tumbuh menjadi cacing pita utuh di dalam usus seseorang.Taenia: Ini adalah jenis cacing pita, sering disebut sebagai ‘cacing pita babi’ karena umumnya berasal dari produk daging babi mentah atau setengah matang.Trichinella: Seperti cacing pita, cacing ini tertelan dalam bentuk larva saat orang memakan daging mentah atau setengah matang.

    Toksoplasma: Parasit ini dapat berasal dari daging yang terkontaminasi dan kurang matang serta produk mentah yang terinfeksi dan tidak dibersihkan secara memadai sebelum dikonsumsi.Anisakis: Cacing ini dapat ditemukan di sushi atau sashimi yang tidak dimasak dengan benar. Ikan laut yang kurang matang (misalnya ikan kod, ikan flounder, ikan haddock, salmon Pasifik) dan cumi-cumi biasanya menjadi penyebabnya.Phocanema: Seperti anisakis, parasit ini juga ditularkan ke manusia melalui ikan laut mentah atau setengah matang.Clonorchis dan Paragonimus: Kadang-kadang disebut cacing hati, parasit ini berasal dari ikan air tawar dan krustasea yang tidak dibersihkan atau dimasak dengan benar.Cryptosporidium: Parasit ini menginfeksi manusia yang mengonsumsi sari buah apel dan susu yang tidak dipasteurisasi, serta kerang mentah atau setengah matang.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

  • Korsel Jadi Negara dengan Kasus Kanker Usus Tertinggi di Dunia, Inikah Pemicunya?

    Korsel Jadi Negara dengan Kasus Kanker Usus Tertinggi di Dunia, Inikah Pemicunya?

    Jakarta

    Meluasnya kebiasaan makan Barat di antara pola makan Asia, termasuk di Korea Selatan, meningkatkan risiko kanker kolorektal atau kanker usus besar menurut sebuah studi baru.

    Tim peneliti yang dipimpin oleh Prof Kang Dae-hee dari Seoul National University College of Medicine dan Prof Shin Sang-ah dari Department of Food and Nutrition, Chung-Ang University, mengumumkan pada hari Kamis, mereka telah memastikan adanya kaitan yang jelas antara pola makan bergaya Barat dan kanker kolorektal setelah menganalisis 82 studi kohort yang dilakukan di Korea Selatan, Jepang, China, Taiwan, dan Singapura.

    Kanker kolorektal secara umum dianggap sebagai ‘penyakit kanker Barat,’ yang paling banyak ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadiannya melonjak di seluruh Asia, termasuk Korea Selatan.

    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kejadian kanker kolorektal di Asia Timur meningkat dua hingga empat kali lipat dalam 30 tahun terakhir.

    Korea Selatan kini mencatat salah satu tingkat kejadian tertinggi di dunia. Para peneliti mengaitkan peningkatan ini dengan pergeseran pola makan di Asia menuju gaya makan ala Barat, yang umumnya tinggi lemak, kalori, dan daging.

    Analisis menunjukkan bahwa konsumsi daging secara keseluruhan meningkatkan risiko kanker kolorektal sebesar 18 persen. Daging olahan, seperti sosis dan ham, secara terpisah juga meningkatkan risiko sebesar 18 persen. Sementara daging putih seperti ayam dan kalkun tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan kanker kolorektal secara umum, konsumsi daging tersebut dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker rektum hingga 40 persen.

    Alkohol diidentifikasi sebagai faktor risiko terkuat. Orang yang mengonsumsi lebih dari 30 gram (2,05 ons) alkohol per hari, setara dengan dua kaleng bir (750 mililiter), dua hingga tiga gelas anggur, atau setengah botol soju, memiliki risiko 64 persen lebih tinggi terkena kanker kolorektal. Risiko ini konsisten baik pada kanker kolon maupun kanker rektum.

    Sebaliknya, asupan kalsium menurunkan risiko kanker kolorektal sebesar 7 persen. Produk susu dan ikan kecil yang dimakan utuh, seperti ikan teri, menjadi sumber utama. “Kalsium berikatan dengan asam lemak dan asam empedu di usus, sehingga mengurangi efek karsinogen,” jelas para peneliti.

    Pola makan yang kaya sayuran, buah, biji-bijian utuh, dan protein tanpa lemak juga memiliki efek pencegahan. Kelompok yang termasuk dalam kategori “pola makan sehat” menunjukkan risiko kanker usus besar 15 persen lebih rendah, berkat manfaat gabungan dari serat makanan, antioksidan, dan senyawa bioaktif nabati.

    Penelitian ini merupakan meta-analisis skala besar pertama yang berfokus pada populasi Asia. Sebagian besar penelitian sebelumnya tentang diet dan risiko kanker kolorektal didasarkan pada populasi Barat.

    “Selama ini sulit untuk langsung menerapkan hasil penelitian Barat pada orang Asia karena adanya perbedaan pola makan dan cara memasak,” ujar Kang, dikutip dari Korea JoongAng Daily, Minggu (24/7/2025).

    “Analisis ini menunjukkan bahwa mengurangi konsumsi alkohol dan daging olahan bisa menjadi strategi penting untuk mencegah kanker kolorektal di Asia.”

    Meskipun angka kanker kolorektal meningkat pesat di kawasan ini, para ahli menekankan bahwa penyakit tersebut sebagian besar dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup. Mereka merekomendasikan untuk membatasi daging merah dan olahan, menghindari konsumsi alkohol berlebihan, rutin berolahraga, serta meningkatkan asupan sayuran, buah, dan biji-bijian utuh.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Cerita Wanita Kena Kanker Payudara di Usia 25, Ini Awal Mulanya

    Cerita Wanita Kena Kanker Payudara di Usia 25, Ini Awal Mulanya

    Jakarta

    Seorang wanita berusia 25 tahun harus menghadapi kenyataan pahit saat mengalami menopause dini. Sebelumnya, dia didiagnosis mengidap kanker payudara.

    Dikutip dari laman New York Post, semua bermula pada tahun lalu saat Alexis tengah berbaring di tempat tidur di rumahnya di suatu malam. Dia tengah menggaruk bagian payudara, kemudian mendadak berhenti saat jari-jarinya menyentuh benjolan kecil dan keras di payudara kanannya.

    Ketika merasakan itu, pikirannya melayang dan membayangkan berbagai kemungkinan, mulai dari jaringan fibrosa, kista, hingga tumor jinak. Dia juga terbayang satu hal yang tidak bisa disingkirkan, yaitu kanker payudara. Terlebih, ia memiliki riwayat kanker di keluarga, ayahnya meninggal karena kanker saluran empedu pada usia 67 tahun.

    Pada 2025, American Cancer Society memperkirakan, sebanyak 316.950 wanita di Amerika Serikat akan didiagnosis mengalami penyakit ini. Namun, hanya sebagian kecil kanker payudara yang dialami oleh wanita di bawah usia 45 tahun. Bahkan, lebih sedikit lagi yang semuda Alexis yang saat itu baru berusia 24 tahun.

    Dia tidak langsung memeriksakan diri. Beberapa hari kemudian, dia pergi berselancar selama tiga minggu ke Indonesia untuk mengejar ombak yang dikenalkan ayahnya sejak kecil.

    Benjolan yang dimilikinya sebesar permen saat dia pergi. Tapi, setelah kembali ke negaranya, benjolan itu telah tumbuh sebesar anggur.

    Karena khawatir, dokter menyuruhnya untuk melakukan pemeriksaan mamografi dan biopsi. Setelah diperiksa, dia mendapat telepon dan memintanya datang keesokan harinya untuk membahas hasil pemeriksaan.

    “Saya benar-benar terpuruk,” kata Alexis.

    “Bagaimana kalau penyakit ini mematikan? Bagaimana kalau tumbuhnya lebih cepat daripada kita bisa mulai kemoterapi? Lalu, bagaimana dengan pekerjaanku? Ya Tuhan, apakah aku masih bisa punya anak suatu hari nanti?

    Keesokan paginya, ketakutannya terbukti. Benjolan tersebut adalah kanker payudara triple positif stadium 1. Dua minggu kemudian, hasil MRI menunjukkan bahwa benjolan itu berkembang ke stadium 2.

    Dokter memperingatkan bahwa kemoterapi bisa mengancam kemampuannya untuk memiliki anak secara alami. Suntikan hormon untuk mencegah kanker di masa depan juga bisa membuatnya mengalami menopause dini. Jadi, dia menemui seorang spesialis fertilitas yang menyarankan untuk membekukan sel telurnya.

    Setelah pengambilan sel telur, dia terbaring selama dua minggu dan tidak bisa bergerak karena sakit perut.

    Menjalani Kemoterapi

    Alexis memulai enam putaran kemoterapi. Untuk mencoba menyelamatkan rambutnya, dia melakukan cold crapping, perawatan mendinginkan kulit kepala, mengurangi aliran darah, dan membuat folikel rambut tidak terlalu rentan terhadap obat-obatan. Namun, hal tersebut memberi efek samping seperti sakit kepala, menggigil, pusing, dan nyeri kulit kepala.

    “Sulit rasanya melihat orang-orang seusiaku pergi keluar dan bersenang-senang, bertemu orang baru. Hidupku seperti terhenti,” katanya.

    Alexis menyelesaikan kemoterapi dan tumornya menyusut secara signifikan. Setelah itu dia menghadapi serangkaian operasi berat, yaitu pengangkatan tumor, mastektomi, dan rekonstruksi payudara.

    “Titik balik saya adalah menyadari bahwa saya perlu melakukan ini untuk diri saya sendir. Bukan untuk anak yang bahkan belum saya miliki,” ujarnya.

    Selama setahun ke depan Alexis akan mendapat infus hormon untuk menurunkan risiko kambuhnya kanker. Selama dekade berikutnya, dia akan mengonsumsi pil KB setiap hari yang menghentikan ovariumnya memproduksi estrogen untuk mengurangi risiko kekambuhan lebih lanjut.

    Perawatan tersebut membuatnya memasuki masa menopause puluhan tahun lebih awal. Sehingga menimbulkan sejumlah gejala.

    “Saya merasakan hot flashes, sekitar 20 kali dalam sehari,” ujarnya, dia menambahkan bahwa dirinya juga berjuang melawan insomnia, nyeri sendi, kekeringan vagina,dan perubahan suasana hati,

    “Suatu hari saya depresi, hari berikutnya saya gembira, lalu saya mati rasa,” kata tambahnya.

    Meski demikian, Alexis tetap berharap pada masa depan.

    “Saya tahu saya selalu menjadi orang yang sangat kuat karena apa yang telah saya lalui, tetapi ini telah mengajarkan saya bahwa langit tidak terbatas dengan apa yang dapat saya lakukan,” kata Alexis.

    “Kita selalu berpikir bahwa kita akan muda dan sehat selamanya, padahal itu tidak benar,” tuturnya.

    Halaman 2 dari 3

    (elk/naf)

  • RSCM Buka Suara soal Ramai Ketua IDAI Tak Boleh Layani Pasien BPJS

    RSCM Buka Suara soal Ramai Ketua IDAI Tak Boleh Layani Pasien BPJS

    Jakarta

    Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) buka suara terkait ramai pengakuan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), Subsp Kardio(K), tidak lagi diperbolehkan melayani pasien BPJS.

    Pihaknya menekankan dr Piprim secara resmi sudah dimutasi ke RSUP Fatmawati. Proses mutasi tersebut dinilai menjadi hal wajar bagi aparatur sipil negara (ASN). RSCM memastikan ketersediaan tenaga medis dan subspesialis terutama kardiologi anak tetap terjaga dengan dimutasinya dr Piprim.

    “Proses manajemen talenta yang berlangsung tidak akan mengurangi jaminan akses pelayanan kepada pasien,” demikian keterangan resmi RSCM, seperti yang diterima detikcom, Sabtu (23/8/2025).

    Adapun alasan mutasi diberlakukan bermaksud untuk pemenuhan kebutuhan organisasi, pengembangan potensi pegawai, serta peningkatan kinerja.

    “RSCM mendukung penuh kebijakan mutasi ini karena pada dasarnya bertujuan memperluas jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Dengan demikian, layanan jantung anak tidak hanya tersedia di RSCM, tetapi juga di RSUP Fatmawati,” lanjut pihak RSCM.

    Berdasarkan status tersebut, dr Piprim secara administratif kini berpindah kepegawaian menjadi berada di RSUP Fatmawati. RSCM menyebut dr Piprim tetap bisa melanjutkan pelayanan baik pada peserta BPJS Kesehatan maupun non-JKN di jam kerja yang sesuai kewenangan RSUP Fatmawati.

    “Sebagai rumah sakit rujukan nasional, RSCM menegaskan tetap menjunjung tinggi regulasi serta norma terkait pengelolaan ASN. Dengan prinsip profesionalisme, integritas, dan pelayanan terbaik, RSCM berkomitmen menghadirkan kenyamanan serta kepastian akses layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat,” tutup pernyataan tersebut.

    Duduk Perkara Mutasi dr Piprim

    Terpisah, dr Piprim menjelaskan awal mula perkara dirinya hingga tidak lagi diperkenankan berpraktik melayani pasien BPJS. Pada Rabu (20/8) ia dipanggil jajaran direksi untuk menutup akun pelayanan BPJS di RSCM. Karenanya, ia hanya bisa melayani pasien swasta di RSCM Kencana.

    “Yang mungkin teman-teman tahu sendiri ya tarif RSCM Kencana itu konsultasinya saja kira-kira hampir ada Rp 1 juta lebih bahkan, tergantung kelasnya,” tuturnya, pasca menghadiri deklarasi Majelis Guru Besar Kedokteran Indonesia (MGBKI), Jumat (22/8).

    Sementara tarif untuk memeriksa USG jantung atau echocardiography (echo) bisa sekitar Rp 3 juta. Karenanya total perkiraan untuk mendapatkan pelayanan non-JKN dengan dr Piprim di RSCM minimal sekitar Rp 4 juta.

    “Jadi kalau pasien mau ketemu saya di poli swasta Kencana itu kira-kira dia harus siap Rp 4 juta, sementara akun pelayanan BPJS saya di poliklinik pelayanan jantung terpada dan juga di RSCM Kiara yang biasanya gratis itu ditutup,” sesalnya.

    Alasan Menolak Dimutasi

    Penutupan tersebut diduga menjadi berawal dari polemik adanya dualisme kolegium Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Pihaknya tetap konsisten dari hasil kongres bersama organisasi profesi, mempertahankan kolegium dari IDAI.

    “Sementara Menteri Kesehatan bikin kolegium anak, ini kan jadi ada dualisme kolegium dan kemudian karena saya dianggap tidak kooperatif, maka saya dimutasi,” tuturnya.

    dr Piprim menyebut sudah menerima kabar mutasi sejak dua bulan lalu sebelum akhirnya surat resmi ia terima. Kala itu, ia mengaku sempat diberitahu oleh senior bila tidak kooperatif dalam pembentukan kolegium, proses mutasi akan diberlakukan. Karenanya, dr Piprim menolak mutasi tersebut dengan alasan tidak transparan dan termasuk tindakan abuse of power.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: dr Piprim IDAI Minta Mutasinya dari RSCM ke RS Fatmawati Ditinjau Ulang”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)