Jenis Media: Kesehatan

  • Kasus Kematian Campak di Sumenep Tembus 17, Usia Pasien Terbanyak 0-4 Tahun

    Kasus Kematian Campak di Sumenep Tembus 17, Usia Pasien Terbanyak 0-4 Tahun

    Jakarta

    Sebanyak 78.569 anak di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menjadi sasaran vaksinasi campak massal. Langkah ini dilakukan untuk menekan penyebaran penyakit yang sejauh ini telah menginfeksi sekitar 2.000 anak.

    “Vaksinasi akan digelar di 26 puskesmas, baik di wilayah daratan maupun kepulauan, serta di tiga rumah sakit. Pelaksanaan dimulai pada 25 Agustus 2025, sesuai hasil rapat lintas sektor,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes-P2KB) Kabupaten Sumenep, Achmad Syamsuri, dikutip dari ANTARA, Selasa (26/8/2025).

    Program vaksinasi massal atau Outbreak Response Immunization (ORI) tersebut berlangsung hingga 14 September 2025. Sasaran utama adalah anak berusia 9 bulan hingga 6 tahun.

    Dalam pelaksanaannya, setiap anak akan mendapat satu dosis vaksin MR tanpa memperhitungkan riwayat imunisasi sebelumnya. Usai ORI, pemerintah daerah juga akan melaksanakan imunisasi kejar bagi anak-anak yang belum mendapatkan vaksin sesuai jadwal.

    Kementerian Kesehatan RI merinci jumlah kasus kematian kasus suspek campak di Kabupaten Sumenep berdasarkan kecamatan.

    Berdasarkan data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR), sejak Januari hingga Agustus 2025 tercatat ada 2.035 kasus suspek campak di Sumenep. Dari jumlah itu, 17 pasien meninggal dunia.

    Terbanyak ada di wilayah Rubaru dengan laporan tiga kasus. Berikut rinciannya:

    Rubaru: 3 kasus suspekLenteng: 3 kasus suspekTalango: 2 kasus suspekDasuk: 2 kasus suspekManding: 2 kasus suspekAmbunten: 2 kasus suspekBluto: 1 kasus suspekPasongsongan: 1 kasus suspekGapura: 1 kasus suspekbaca juga

    Usia anak yang meninggal

    Dari total laporan tersebut, 16 di antaranya merupakan usia 0 hingga 4 tahun. Sementara sisa 1 kasus berada di rentang 5 hingga 9 tahun. Sebagian besar di antaranya adalah anak laki-laki.

    Dari 17 kasus kematian, 16 di antaranya tidak diimunisasi. Sementara satu kasus hanya menjalani imunisasi campak rubella satu kali.

    Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan 3 kasus kematian yang dilaporkan positif terpapar campak. Namun, 14 kasus kematian lainnya belum sempat dilakukan pemeriksaan.

    “Kecamatan Rubaru dan Kecamatan Lenteng melaporkan kematian kasus campak tertinggi, masing-masing tiga kasus. Kematian tertinggi terdapat pada balita yaitu sebanyak 16 kasus,” demikian lapor Kemenkes RI dalam grafik yang diterima detikcom Selasa (26/8).

    “Mayoritas kasus tidak mendapatkan imunisasi dan tidak melakukan pemeriksaan spesimen di laboratorium,” lanjutnya.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Pertama di Dunia, Tim Medis China Transplantasi Paru-paru Babi ke Pasien Mati Otak

    Pertama di Dunia, Tim Medis China Transplantasi Paru-paru Babi ke Pasien Mati Otak

    Jakarta

    Seorang pasien mati otak di China menjalani operasi transplantasi paru-paru babi yang sudah direkayasa secara genetika. Ini menjadi yang pertama kali di dunia setelah sebelumnya ilmuwan mencoba mentransplantasikan ginjal dan jantung babi ke manusia.

    Menurut laporan studi yang dipublikasikan dari First Affiliated Guangzhou Medical University Hospital China, paru-paru tersebut berfungsi selama sembilan hari. Menurut ahli, ini menjadi salah satu harapan xenotransplantasi (donor organ hewan ke manusia) di masa depan.

    Risiko infeksi dan penolakan organ sangat besar dalam kasus xenotransplantasi. Pasien harus mendapat beberapa obat untuk mengurangi risiko infeksi dan penolakan. Paru-paru babi yang dimasukkan dalam tubuh pasien 39 tahun itu juga telah melalui enam kali penyuntingan gen dan babi juga dipelihara di lingkungan yang sangat bersih dan terkendali sepanjang hidup.

    Dalam studi, peneliti menyebut tidak ada tanda penolakan langsung muncul pasca operasi, tapi masalah muncul sehari kemudian. Pembengkakan luas terjadi di seluruh tubuh pasien akibat penumpukan cairan pada jaringan, kemungkinan karena masalah aliran darah.

    Atas permintaan keluarga, akhirnya percobaan ini dihentikan.

    “Walaupun studi ini menunjukkan kelayakan xenotransplantasi paru-paru babi ke manusia, masih ada tantangan besar terkait penolakan organ dan infeksi,” tulis para peneliti dikutip dari CNN, Selasa (26/8/2025).

    Peneliti menuturkan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan sebelum prosedur ini bisa diulang secara klinis.

    Kata Ahli Soal Transplantasi Paru-paru Babi di China

    Kepala Bedah Toraks di Northwestern Medicine Canning Thoracic Institute Dr Ankit Bharat menyebut temuan ini menarik. Namun, menurutnya transplantasi paru-paru babi ke manusia tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

    Menurut Bharat, paru-paru jauh lebih rumit untuk ditransplantasikan dibandingkan organ lain seperti ginjal. Paru berperan penting dalam filtrasi darah, pengaturan suhu, produksi trombosit, keseimbangan pH, pertahanan imun, serta memiliki fungsi metabolik dan endokrin. Berbeda dengan ginjal dan jantung, paru-paru juga terpapar langsung dengan elemen luar seperti virus dan bakteri saat menghirup udara.

    Karena ukurannya besar dan dilapisi protein yang membantu pertahanan imun, bahkan dengan transplantasi paru-paru antar manusia pun sulit untuk menghindari penolakan tubuh terhadap organ asing, menurut Bharat.

    “Itu masalah yang sulit dipecahkan. Bahkan pada organ manusia, kita belum benar-benar bisa menyelesaikannya. Jadi dengan antigen babi, Anda menambahkan lapisan kompleksitas baru yang bisa jadi masalah lain,” katanya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Muncul Tren Operasi Potong Tulang Kaki di Turki Agar Tubuh Terlihat Pendek

    Muncul Tren Operasi Potong Tulang Kaki di Turki Agar Tubuh Terlihat Pendek

    Jakarta

    Tidak hanya untuk transplantasi rambut, kini banyak klinik di Turki menawarkan prosedur pemendekan tulang kaki agar tubuh terlihat lebih pendek. Prosedur ini banyak dilakukan oleh wanita yang merasa insecure dengan tinggi badan yang berlebihan.

    Ada juga yang karena untuk meningkatkan peluang untuk mendapatkan pasangan, ada juga yang tujuannya untuk mengatasi perbedaan panjang kaki.

    Dikutip dari Daily Mail, prosedur ini dilakukan dengan pemotongan tulang kaki untuk mengangkat sebagian tulang paha. Tulang yang dipotong kemudian kembali disambungkan dan dipasang dengan batang logam, yang nantinya akan dilepas setelah tulang menyatu.

    Prosedur ini sangat berat. Pasien dapat mengalami nyeri luar biasa hingga memerlukan kursi roda setelahnya. Mereka juga harus melalui pemulihan fisioterapi selama berbulan-bulan.

    Meski berisiko, prosedur ini semakin populer. Beberapa klinik di Turki bahkan menyertakan paket operasinya dengan tur kota, makan di restoran, hingga perjalanan di kapal pesiar.

    Sebuah klinik di Istanbul mengatakan sudah melakukan 10 operasi pemendekan kaki sejak 2023. Prosedur height reduction tersebut mengklaim bisa memendekkan tulang paha hingga 5,5 cm dan tulang betis hingga 3 cm.

    Klinik tersebut merekomendasikan waktu pemulihan paling lama hingga 6 bulan jika ingin melakukan prosedur ini.

    Setelah operasi, pasien biasanya dirawat inap selama 3-5 hari sebelum dipulangkan dengan kursi roda atau alat bantu jalan selama sebulan pertama. Klinik memperkirakan pasien berjalan tanpa bantuan setelah 6 minggu, dengan tulang butuh waktu 3-4 bulan untuk benar-benar pulih.

    Fisioterapi juga sangat disarankan dengan 4-5 sesi per minggu pada 3 bulan pertama.

    “Sebelum operasi klinik mewajibkan pasien menjalani psikologis untuk memastikan mereka memiliki ekspektasi yang realistis terhadap hasilnya. Pasien mungkin akan mengalami psikologis selama pemulihan, itulah sebabnya kami memberikan dukungan ini,” ucap pihak klinik itu.

    Terakhir pada Juli 2024 seorang wanita dari Amerika Serikat menjalani prosedur pemendekan kaki di klinik tersebut. Wanita yang tak disebutkan namanya itu diklaim klinik berhasil menurunkan tinggi badan hingga 4,1 cm dari 172 cm ke 167,9 cm.

    Prosedur ini tidak lepas dari risiko dan efek samping. Risiko operasi pemendekan kaki antara lain kelemahan otot atau kehilangan kekuatan otot. Berapa risiko lain yang dapat muncul seperti dislokasi sendi hingga penggumpalan darah.

    Berat badan menjadi faktor penting dalam operasi pemendekan kaki. Ini dikarenakan logam tulang memiliki batas beban. Klinik merekomendasikan pasien memiliki berat badan maksimal 70-75 kg.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • 5 Tanda Kerusakan Ginjal yang Muncul di Pagi Hari, Jarang Disadari

    5 Tanda Kerusakan Ginjal yang Muncul di Pagi Hari, Jarang Disadari

    Jakarta

    Penurunan fungsi ginjal umumnya akan memengaruhi kinerja tubuh. Dalam tahap ini, biasanya tubuh akan memberikan tanda-tanda, sehingga fase ini penting untuk dilakukan intervensi dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

    Dikutip dari Times of India, Kidney Care UK menemukan bahwa indikator awal yang menunjukkan penurunan fungsi ginjal umumnya meliputi pembengkakan wajah hingga perubahan pada urine. Tanda-tanda ini biasanya diketahui saat pagi hari, setelah seseorang bangun dari tidur.

    Berikut adalah gejala-gejala ginjal rusak yang bisa dikenali pada pagi hari.

    1. Wajah Bengkak

    Jika seseorang bangun tidur dengan keadaan wajah membengkak, ini merupakan tanda klasik dari edema ginjal atau penumpukan cairan berlebih di jaringan tubuh. Kondisi ini terjadi karena ginjal yang tidak berfungsi baik untuk membuang kelebihan cairan dan natrium dari darah.

    Retensi natrium akibat penyakit ginjal akan semakin meningkatkan total cairan tubuh. Seiring waktu, pembengkakan akan menuju ke kaki.

    2. Urine Berbusa

    Salah satu aktivitas pagi hari setelah bangun tidur adalah buang air kecil. Jika fungsi ginjal mulai menurun, maka urine bisa saja berbusa atau bergelumbang.

    Busa yang melimpah dan terus menerus, serta tak kunjung hilang merupakan tanda urine kelebihan protein atau gejala awal kerusakan glomerulus.

    3. Kulit Kering dan Gatal

    Ginjal yang rusak juga akan berdampak pada kondisi xerosis atau kulit kering adalah kondisi ketika lapisan terluar kulit (epidermis) kekurangan kadar air secara berlebihan. Kondisi ini juga berkontribusi terhadap rasa gatal, seringkali di punggung atau lengan.

    4. Brain Fog

    Brain fog atau kabut otak adalah sekumpulan gejala yang memengaruhi kemampuan berpikir, mengingat, dan berkonsentrasi, seperti sulit fokus, lupa, atau pikiran lambat dan bingung.

    Salah satu penyebabnya adalah akumulasi zat uremik karena uremia. Ini adalah kondisi ketika kadar urea dalam tubuh sangat tinggi, sehingga menjadi racun bagi tubuh. Uremia merupakan salah satu gejala utama dari gagal ginjal dan menjadi tanda penyakit ginjal kronis tahap akhir.

    5. Bau Mulut Terus Menerus

    Saat ginjal gagal membersihkan urea secara efektif, maka enzim saliva mengubah urea menjadi amonia, sehingga menghasilkan bau khas seperti amonia atau urine (pesing).

    Kondisi ini sebenarnya tidak spesifik, namun jika bau mulut pesing dan disertai gejala lain seperti mual, kelelahan, edema (pembengkakan), hingga pruritus (gatal) maka ini perlu diwaspadai.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • 10 Tantangan Tebak Gambar Nama Negara dan Kota untuk Mengasah Otak

    10 Tantangan Tebak Gambar Nama Negara dan Kota untuk Mengasah Otak

    Jakarta

    Ketika sibuk dengan aktifitas sehari-hari, otak seringkali membutuhkan jeda. Tak hanya istirahat fisik, hal lain yang bisa dilakukan adalah merefresh fokus dan kreativitas.

    Tebak gambar menyajikan serangkaian visual yang menyimpan pesan, kata, atau frasa terselubung. Ingin coba menjawab tantangan tebak gambar? Jika bisa menebaknya dengan cepat, kamu hebat.

    10 Tebak Gambar Nama Negara

    Lihat beberapa gambar berikut ini. Coba tebak dengan cepat dengan melihat petunjuknya.

    1. Negara ini terkenal dengan industri otomotifnya di Eropa. Salah satu tokoh terkenal di Indonesia menyelesaikan studinya di sana.

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    2. Salah satu negara terdingin di dunia. Ada jalur kereta api terpanjang di dunia di negara ini.

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    3. Ada di Benua Eropa. Kuliner di negara ini begitu terkenal di dunia.

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    4. Negara yang ada di wilayah Laut Karibia. Terkenal dengan kelahiran musik reggae.

    asah otak Foto: Firdaus Anwar/detikhealth

    5. Negara ini dikenal dengan populasi terbesar di dunia. Bisa langsung jawab?

    asah otak Foto: Firdaus Anwar/detikhealth

    6. Ada ikon dari salah satu kota di Indonesia pada gambar. Petunjuknya, negara ini memiliki bendera yang dikatakan mirip dengan Indonesia.

    asah otak Foto: Firdaus Anwar/detikhealth

    7. Bunga Rafflesia Arnoldi disebut banyak ditemukan di kota ini. Coba perhatikan hurufnya.

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    8. Ada yang bisa menebak? Ayo tebak dengan cepat.

    asah otak Foto: Firdaus Anwar/detikhealth

    9. Dulunya, kota ini dikenal mempunyai kerajaan yang menghasilkan rempah-rempah. Banyak masyarakatnya yang berprofesi sebagai nelayan.

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    10. Kota ini ada di Kalimantan Timur. Salah satu kota penghasil minyak yang cukup besar.

    Ngasah otak detikHealth Foto: Atilah Tia Abelta/detikHealth

    Jawaban Tebak Gambar

    Bisa menebak semuanya? Lihat daftar jawabannya di bawah ini.

    1. Jerman
    2. Rusia
    3. Italia
    4. Jamaika
    5. Cina

    6. Monako
    7. Bengkulu
    8. Estonia
    9. Ternate
    10. Balikpapan

    Halaman 2 dari 6

    (elk/up)

  • Viral Tangan Trump Lebam Lagi, Sakit Apa? Ini Kata Gedung Putih

    Viral Tangan Trump Lebam Lagi, Sakit Apa? Ini Kata Gedung Putih

    Jakarta

    Viral foto Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan memar kehitaman di punggung tangan kanannya saat menandatangani perintah eksekutif di Ruang Oval pada Senin. Ia sempat terlihat mencoba menutupinya dengan tangan kiri saat berbicara dengan para wartawan.

    Memar tersebut merupakan memar yang telah berulang kali muncul di tangan kanan presiden berusia 79 tahun itu dalam beberapa bulan terakhir, dan terkadang ia menutupinya dengan riasan.

    Duduk di Resolute Desk, Trump tampak menutupi punggung tangan kanannya dengan meletakkan tangan kirinya di atasnya saat berbicara dengan para wartawan. Akhir pekan lalu, Trump terlihat menutupi tangannya dengan sedikit riasan, seolah-olah menutupi memar yang berulang.

    Diberitakan The Independent, Gedung Putih dan dokter pribadi Trump menegaskan bahwa Presiden berada dalam “kondisi kesehatan prima.” Menurut dokter Trump, Sean Barbabella, memar di tangan itu disebabkan oleh kebiasaan sering berjabat tangan dan penggunaan aspirin.

    “Ini konsisten dengan iritasi jaringan lunak minor akibat seringnya berjabat tangan dan penggunaan aspirin, yang diminum sebagai bagian dari regimen pencegahan kardiovaskular standar,” kata Barbabella. Ia menambahkan bahwa kondisi tersebut adalah efek samping yang umum dan tidak berbahaya dari terapi aspirin.

    Meskipun sudah ada penjelasan resmi, beberapa orang di media sosial berspekulasi bahwa memar itu mungkin berasal dari perawatan medis lain, seperti infus atau pengambilan sampel darah yang sering.

    Spekulasi ini muncul karena kesehatan fisik dan mental Trump telah menjadi subjek perbincangan selama bertahun-tahun. Sebelumnya, Trump sendiri telah mengungkapkan bahwa ia didiagnosis mengidap “insufisiensi vena kronis,” yaitu kondisi di mana pembuluh darah di kakinya tidak efektif memompa darah kembali ke jantung, menyebabkan pembengkakan.

    Namun, diagnosis tersebut tampaknya tidak berhubungan dengan memar di tangannya.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Wabah Campak Serang Bangkalan, Ratusan Balita Terinfeksi dan 1 Orang Meninggal

    Wabah Campak Serang Bangkalan, Ratusan Balita Terinfeksi dan 1 Orang Meninggal

    Jakarta

    Kasus infeksi campak di Bangkalan, Madura, Jawa Timur tergolong cukup tinggi. Ada ratusan balita pasien campak dan satu di antaranya meninggal dunia.

    Spesialis anak, dr Mega Malynda, SpA dari RSUD Syarambu Bangkalan mencatat ada sekitar 275 pasien campak hingga akhir Agustus ini. Sementara, pasien meninggal terjadi di awal tahun.

    “Di RSUD pasien campak meningkat drastis. Mulai Januari sampai Agustus ini tercatat ada 275 pasien positif campak. Untuk kematian hanya 1 di Januari lalu,” kata dr Mega dikutip dari detikJatim, Selasa (26/8/2025).

    Kasus campak di Bangkalan didominasi oleh anak-anak berusia 2-3 tahun. Mereka umumnya mengalami gejala yang serupa seperti demam di hari pertama, keluar bintik-bintik merah di belakang telinga hingga sekujur tubuh.

    Pada beberapa balita yang terinfeksi campak, biasanya disertai dengan batuk dan pilek.

    “Saat ini yang masih kami rawat ada 17 pasien campak terdiri dari balita semua. Di Agustus ini ada 50 pasien, dan rata-rata dari Kecamatan Geger Bangkalan,” kata dr Mega.

    Banyak Anak Tak Diimunisasi di Madura

    dr Mega mengatakan kasus campak berat yang dialami pasien mayoritas karena mereka belum mendapatkan imunisasi, sehingga tubuh tidak memiliki perlindungan yang baik pada campak.

    Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan ada banyak faktor yang saat ini memengaruhi mengapa orang tua tidak memberikan imunisasi ke anak-anak mereka.

    “Banyak (alasan keluarga nggak mau vaksinasi anak). Ada yang dikaitkan soal agama, takut karena nanti ada efek samping,” kata Prof Dante kepada wartawan di Kantor BRIN, Jakarta Pusat, Senin (25/8/2025).

    “Sebenarnya ini sudah kami kaji, vaksinasi-vaksinasi yang kami berikan ke masyarakat itu sudah dikaji secara empiris dalam waktu lama, sehingga aman untuk diberikan ke anak,” sambungnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Upaya Kemenkes Cegah Misinformasi Seputar Imunisasi”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Balita R di Sukabumi Meninggal karena Sepsis, Begini Kata Dokter yang Menangani

    Balita R di Sukabumi Meninggal karena Sepsis, Begini Kata Dokter yang Menangani

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI buka suara terkait penyebab kematian balita R di Sukabumi, Jawa Barat. Berdasarkan hasil pemeriksaan intensif, R didiagnosis sepsis atau infeksi berat yang diperburuk dengan malnutrisi, stunting dan meningitis TBC.

    Dokter anak dr Sianne, SpA yang menangani R, menjelaskan bahwa saat tiba di IGD, pasien sudah tidak sadarkan diri. R disebut mengalami demam tinggi dan penurunan kesadaran sejak satu hari sebelumnya.

    “Pasien pertama kali datang ke rumah sakit sudah mengalami penurunan kesadaran, dan demam serta batuk sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat medis menunjukkan pasien telah menjalani pengobatan yang tidak jelas ke mana lebih dari sepuluh kali dalam tiga bulan terakhir oleh karena demam dan batuk,” ujar dr Sianne dalam keterangan dikutip dari laman Kemenkes, Selasa (26/8/2025).

    Selama perawatan tim medis menemukan cacing gelang dewasa. Hasil pemeriksaan radiologi toraks menunjukkan adanya TBC paru aktif dan pneumonia, sementara radiologi abdomen memperlihatkan cacing dalam jumlah banyak tanpa tanda sumbatan. CT scan kepala juga mengonfirmasi adanya radang selaput otak/meningitis.

    Penanganan dilakukan secara menyeluruh, meliputi terapi anti-TB, antibiotik, koreksi elektrolit, pemberian obat-obatan untuk mempertahankan tekanan darah dan denyut jantung, serta pemberian obat cacing albendazole. Setelah terapi albendazole, pasien mengeluarkan cacing dalam jumlah banyak melalui buang air besar selama beberapa hari.

    Hasil diagnosis R

    Pasien meninggal dunia pada hari kesembilan perawatan, Senin (21/7) pukul 14.24 WIB. Diagnosis kematian langsung adalah sepsis, dengan penyebab antara malnutrisi berat kwashiorkor dan stunting, serta penyebab dasar meningitis TB stadium 3.

    Selain itu, tim medis juga tidak pernah menimbang berat cacing yang keluar dari tubuh R.

    “Kami tidak melakukan penimbangan karena keluarnya cacing berlangsung bertahap selama beberapa hari,” ucap dia.

    Terpisah, Prof dr Anggraini, SpA(K), dokter spesialis anak, mengatakan bahwa berdasarkan pemeriksaan, ditemukan adanya infeksi di susunan saraf pusat dan sepsis. Ditambahkan pula bahwa cacing dewasa tidak masuk ke otak, paru dan jantung karena ukurannya yang besar.

    “Larva cacing gelang memang memiliki siklus hidup melalui pembuluh darah dan saluran napas yang kadang menyebabkan gangguan nafas, namun tidak menyebabkan kematian,” jelas dr Anggraini.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Nasib Tragis Remaja 13 Tahun Meninggal usai Makan 3 Bungkus Mi Instan Mentah

    Nasib Tragis Remaja 13 Tahun Meninggal usai Makan 3 Bungkus Mi Instan Mentah

    Jakarta

    Seorang bocah laki-laki di Marg, Kairo, Mesir, meninggal dunia di usia 13 tahun. Diketahui, bocah itu meregang nyawa setelah memakan tiga bungkus mi instan mentah.

    Menurut laporan direktorat keamanan Kairo, bocah bernama Hamza itu meninggal tanpa luka atau tanda-tanda kekerasan. Dari investigasi awal, disebutkan bocah tersebut memakan tiga bungkus mi instan mentah sekaligus.

    Dikutip dari Al Arabiya, hasil investigasi menyatakan bahwa hal itu memicu penyakit parah yang akhirnya menyebabkan kematiannya. Jaksa Penuntut Umum memerintahkan penahanan pemilik toko yang menjual mi kepada bocah tersebut.

    Sampel produk mi juga dikirim untuk diuji. Sementara, jenazah Hamza dibawa untuk diautopsi guna menentukan penyebab pasti kematiannya.

    Menurut ayahnya, bocah itu mulai muntah, berkeringat, dan mengalami sakit perut yang parah dalam waktu 30 menit setelah makan mi instan. Hamza langsung dilarikan ke rumah sakit dan dokter menduga ia keracunan.

    Dikutip dari Ynet News, dokter menginstruksikan keluarga untuk memindahkan ke pusat toksikologi. Naas, Hamza meninggal dalam perjalanan pada Sabtu (16/8/2025).

    Tes medis tidak menemukan jejak obat-obatan atau zat terlarang dalam tubuhnya. Dari temuan awal, produk yang dikonsumsi memenuhi spesifikasi standar.

    Hasil ini menunjukkan bahwa kematian Hamza mungkin disebabkan oleh konsumsi mi mentah dalam jumlah berlebihan. Hal itu dapat memicu komplikasi kesehatan serius, seperti masalah usus akut atau obstruksi pencernaan.

    Sebuah studi menjelaskan bahwa mengonsumsi mi mentah dapat menyebabkan kesulitan pencernaan, meningkatkan risiko penyumbatan usus, keracunan makanan jika produk terkontaminasi atau disimpan dengan tidak benar.

    Namun, Institut Gizi Nasional Mesir dilaporkan menekankan tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan bahwa mi instan secara langsung menyebabkan kematian.

    “Insiden tersebut mungkin terkait dengan penyalahgunaan atau keadaan tertentu seperti penyimpanan yang buruk,” menurut laporan tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Gen Z Borong Obat Cacing untuk Dikonsumsi, Amankah? Ini Pendapat Para Pakar

    Gen Z Borong Obat Cacing untuk Dikonsumsi, Amankah? Ini Pendapat Para Pakar

    Jakarta

    Belakangan ramai soal generasi Z memborong obat cacing untuk dikonsumsi. Hal ini menyusul kasus balita di Sukabumi, Raya, mengalami cacingan yang kemudian meninggal akibat infeksi. Banyak dari netizen lantas mengaku parno sehingga memilih untuk mengonsumsi obat cacing.

    “Jangan lupa minum obat cacing 6 bulan sekali. Terakhir minum pas SD, sekarang umur 26 baru minum lagi,” tulis narasi video viral di TikTok, dikutip detikcom, Senin (25/8/2025).

    “Para Gen Z ketar-ketir dan langsung memberanikan diri minum obat cacing lagi, terakhir minum pas SD,” tulis narasi lain.

    Aman Dikonsumsi Asal Sesuai Aturan

    Guru Besar Parasitologi Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr Dra Taniawati Supali, menjelaskan obat cacing yang belakangan diborong Gen Z dan mudah ditemukan di apotek sebenarnya aman dikonsumsi oleh orang dewasa, asalkan diminum sesuai aturan dan tidak berlebihan.

    Prof Tania menekankan saat ini yang terpenting adalah memberikan edukasi kepada para orang tua untuk memberikan obat cacing pada anak setidaknya setiap enam bulan.

    “Aman sih sebetulnya, asal sesuai aturan ya minumnya. Kalau dia makannya cuman satu-satu gitu tidak apa-apa (jangan kebanyakan),” kata Prof Tania saat ditemui di Jakarta Pusat, Senin (25/8/2025).

    Ia menuturkan, di daerah dengan cakupan vaksinasi rendah, misalnya campak, penolakan terhadap obat cacing juga kerap terjadi. Banyak orang tua, terutama ibu, belum memahami cara memberikan obat cacing dengan benar kepada anak, bahkan ada yang memilih membuang obat tersebut.

    Menurutnya, edukasi sangat diperlukan terutama di wilayah endemis, seperti desa-desa di mana kebiasaan buang air besar masih dilakukan di tanah.

    “Kalau daerah endemis, kan banyak di desa-desa itu dia BAB-nya di tanah jadi nular lagi, kan cacingnya bertelur di tanah, tumbuh jadi larva terus masuk dari tangan, jadi perlu edukasi,” sambungnya.

    Senada, Pakar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati membenarkan, konsumsi obat cacing memang sebaiknya dilakukan rutin 6 bulan sekali. Terutama bagi mereka yang hidup di daerah dengan prevalensi kasus cacingan yang tinggi.

    “Mengapa perlu 6 bulan sekali? Telur cacing bisa bertahan lama di tanah dan lingkungan, sehingga mudah terjadi reinfeksi. Siklus hidup cacing memungkinkan seseorang kembali terinfeksi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah pengobatan,” kata Prof Zullies kepada wartawan, Jumat (22/8).

    “Dosis tunggal obat cacing (albendazol 400 mg atau mebendazol 500 mg) efektif membunuh cacing dewasa, tetapi tidak mencegah telur atau larva baru masuk,” sambungnya.

    Siapa yang Diprioritaskan Minum Obat Cacing?

    Prof Zullies menambahkan, ada kelompok-kelompok yang memiliki prioritas untuk mengonsumsi obat cacing secara rutin, setidaknya enam bulan sekali. Ini disesuaikan dengan risiko yang dimiliki oleh tiap kelompok.

    Berikut kelompok-kelompok yang harus mengonsumsi obat cacing.

    ⁠Anak-anak usia prasekolah (1-5 tahun), rentan karena sering bermain di tanah tanpa alas kaki.Anak usia sekolah (6-14 tahun), termasuk target utama program pemberian obat cacing di sekolah dasarWanita usia subur, termasuk ibu hamil trimester kedua dan ketiga untuk mencegah anemia akibat infeksi cacing.Orang dewasa yang tinggal di daerah endemis dengan sanitasi buruk (misalnya bekerja di sawah, perkebunan, tambang, atau pekerjaan yang sering kontak dengan tanah).Populasi dengan status gizi rendah karena cacingan memperburuk malnutrisi dan anemia.

    Namun, ada juga kelompok yang tidak diwajibkan untuk mengonsumsi obat cacing tiap 6 bulan sekali. Menurut Prof Zullies, ini bisa terjadi karena dukungan lingkungan dan kebersihan pribadi yang baik.

    “Orang dewasa di daerah perkotaan dengan sanitasi baik, air bersih, serta kebersihan pribadi terjaga, biasanya tidak perlu minum obat cacing rutin tiap 6 bulan,” kata Prof Zullies.

    “Namun tetap dianjurkan bila ada risiko tinggi atau gejala,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/kna)

    Tren Gen Z Beli Obat Cacing

    7 Konten

    Kasus meninggalnya seorang bocah di Sukabumi karena kecacingan yang tidak tertangani menuai sorotan banyak pihak. Bahkan memunculkan tren baru di kalangan Gen Z, yakni ramai-ramai beli dan minum obat cacing sendiri.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya