Video Dokter Kepo Dong: Sumbatan Usus, Kok Bisa Bikin Kritis Bahkan Sampai Kematian?
Jenis Media: Kesehatan
-

Erika Carlina Idap Masalah Mental Akut, Lawan Kecemasan yang Datang Tanpa Pemicu
Jakarta –
Erika Carlina, yang dikenal dengan persona enerjik, menyimpan perjuangan melawan kondisi kesehatan mental yang serius. Di tengah kesibukannya, Erika harus berhadapan dengan diagnosis yang mengubah pandangannya terhadap dirinya sendiri dan pentingnya mengelola emosi.
Perjalanan Erika menguak masalah mentalnya dimulai dari gejala fisik yang mengkhawatirkan. Ia awalnya menyangka masalah kulit parah (breakout) yang sulit disembuhkan adalah efek langsung dari gaya hidup yang kurang sehat dan tuntutan pekerjaan yang intens.
“Aku pernah ada di fase punya kulit yang sangat breakout dan susah banget disembuhkan. Sempat berpikir apakah karena stres ataupun kerjaan,” ungkap Erica saat ditemui di Jakarta Selatan, Senin (8/12/2025).
Namun, tanda paling signifikan yang muncul dan sangat mengganggu pekerjaannya adalah rambut rontok parah. Erica menyebut kerontokan yang dialaminya bukan rontok biasa, melainkan langsung membentuk empat titik botak besar di kepala.
Didagnosis General Anxiety Disorder (GAD)
Setelah melalui berbagai pemeriksaan, Erika mendapatkan diagnosis lain yang menjelaskan akar dari masalah fisiknya: General Anxiety Disorder (GAD).
Erika menjelaskan bahwa GAD yang ia alami sudah berada di tingkat yang parah, bahkan sampai memicu kerontokan parah (botak) tersebut. Ia menekankan perbedaan mendasar antara GAD dengan Panic Attack atau Anxiety Disorder pada umumnya.
“Kalau General Anxiety Disorder, aku lagi ngobrol kayak gini, dulu aku bisa sesak napas, bisa yang kayak ketakutan, bisa yang kayak gitu. Itu tanpa sebab,” beber Erika.
Dikutip dari Mayo Clinic, Generalized Anxiety Disorder/GAD adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan kekhawatiran yang terus-menerus, berlebihan, dan sulit dikendalikan tentang hal-hal sehari-hari (seperti kesehatan, pekerjaan, keluarga) selama setidaknya enam bulan, yang menyebabkan tekanan dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
Kondisi kesehatan mental ini kerap kali disertai dengan gejala-gejala seperti gelisah, kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, mudah tersinggung, ketegangan otot, masalah tidur, dan keluhan fisik seperti sakit kepala atau masalah perut.
Halaman 2 dari 2
(kna/kna)
-

Pelari Wajib Tahu, Begini Cara CPR Sederhana yang Bisa Dilakukan saat Darurat
Jakarta –
Cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru menjadi pertolongan pertama yang bisa dilakukan siapa saja. Terutama untuk menolong seseorang yang mengalami henti jantung.
Sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum memahami secara jelas cara melakukan CPR dengan benar. Padahal, tindakan cepat dalam hitungan menit dapat memberikan peluang seseorang untuk bertahan hidup.
Terkait ini, spesialis olahraga dr Andhika Raspati, SpKO mengungkapkan di negara maju CPR memang dapat dilakukan oleh siapa saja, bukan hanya tenaga medis atau orang-orang yang tersertifikasi.
“Masyarakat itu kalau bisa CPR, karena CPR itu kalau ada yang henti jantung bisa dilakukan,” kata dia dalam acara detikSore, Selasa (9/12/2025).
“Intinya, kita berharap sebenarnya kalau bisa CPR masuk kurikulum, paling make sense adalah penjaskes (PJOK). Perlu diubah (CPR) menjadi sesuatu yang sifatnya memang harus dipelajari secara skill,” tambahnya.
Cara CPR Sederhana yang Bisa Dilakukan
Menurut dr Andhika, CPR saat ini lebih mudah dilakukan. Sejak COVID-19, ada yang namanya hands only CPR atau CPR menggunakan tangan tanpa harus memberikan napas buatan.
“Jadi, kompresinya terus dadanya nonstop, sampai bantuan medis datang,” ujarnya.
Untuk melakukannya, tempatkan tangan pada tulang yang ada di tengah dada. Ketinggiannya kurang lebih tiga jari di atas ulu hati.
Press atau tekanan yang diberikan kurang lebih 100 sampai 120 pressure per menit. Hal itu perlu dilakukan hingga ambulans datang.
“Jika ada orang pingsan terus kita kasih rangsang, mau kita panggil-panggil, tepuk-tepuk, tidak memberikan respons dalam bentuk apapun, kita bisa anggap dia henti jantung. Mulai CPR, tapi sebelumnya cari bantuan medis dulu,” jelas dr Andhika.
dr Andhika juga menegaskan untuk tetap posisikan orang yang mengalami henti jantung lying flat atau berbaring datar. Sebab, tujuan memberikan CPR agar darah yang berhenti ke otak kembali mengalir.
“Kalau kita bikin dia diberikan sandaran atau nanjak, darah akan susah nanjaknya (ke otak) dong,” bebernya.
(sao/up)
-

Video: 8 Penyakit yang Mengancam Hewan Terdampak Bencana
Video: 8 Penyakit yang Mengancam Hewan Terdampak Bencana
-

Olahraga Ekstrem Punya Risiko Tinggi, Dokter Soroti Gampangnya Dapat Surat Sehat
Jakarta –
Dua pelari meninggal dunia diduga serangan jantung saat mengikuti ajang Siksorogo Lawu Ultra 2025. Insiden tersebut memunculkan kekhawatiran mengenai keamanan olahraga ekstrem dan kesiapan fisik peserta sebelum mengikuti lomba.
Spesialis kedokteran olahraga dr Andhika Raspati, SpKO, menilai kasus ini menjadi pengingat pentingnya pemeriksaan kesehatan yang memadai sebelum peserta mengikuti kegiatan fisik berat.
“Ya peserta harus tahu fisiknya tuh gimana, sehat apa enggak gitu,” ucapnya dalam tayangan detikSore, Selasa (9/12/2025).
Ia juga menyoroti penerbitan surat keterangan sehat yang selama ini dijadikan syarat lomba lari, termasuk event kota hingga trail run. Menurutnya, surat sehat seringkali hanya menjadi formalitas dan tidak mencerminkan kondisi fisik peserta yang sebenarnya.
@detikhealth_official Trail Run memang bukan ajang biasa. Kejadian ini merupakan pengingat agar kita selalu aware sama tubuh kita kalau mau ikut event lari khususnya Trail Run. Simak penjelasan Dokter @Andhika Raspati untuk tips yang perlu lo siapin untuk ikut Trail Run berikut ya😉 #siksorogolawuultra #trailrunning #pelarikonten #kalcer #olahraga #detikhealth ♬ suara asli – detikHealth
“Jadi di beberapa event-event kayak termasuk kota, trail apapun itu ya. Itu tuh bisa dibilang ada tuh persyaratannya melampirkan surat sehat. Dan dengan adanya keterangan sehat dari dokter. Seolah-olah oh orangnya aman buat lari,” ucapnya.
“Padahal nih, with all respect dengan teman-teman sejawat ya. Tapi sering kali kalau kita misalnya ke fasilitas kesehatan, dateng minta surat sehat cuma ditimbang sama ditensi,” katanya lagi.
Ia menegaskan pemeriksaan bagi peserta lomba olahraga tidak bisa disamakan dengan pemeriksaan singkat untuk kebutuhan umum. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) seharusnya dilakukan sebagai pemeriksaan dasar untuk menilai fungsi dan irama jantung peserta.
“Artinya orang bikin surat keterangan sehat. buat ngelamar jadi misalnya kasir toko cupang lah gitu ya. Itu sama dengan orang yang mau lari ultra,” ucapnya.
dr Andhika berharap dengan adanya insiden seperti itu dapat mendorong perbaikan sistem surat sehat dan standar pemeriksaan medis, termasuk peningkatan kompetensi dokter umum yang sering menerbitkannya.
Menurutnya, langkah ini penting untuk menekan risiko kejadian henti jantung mendadak pada event-event olahraga berat.
“Ya tapi tadi. Padahal kalau kita bicara kita mau olahraga tuh. Apalagi yang challenging. Yang bener-bener emang berat ya. Let say tadi lah trail apa segala macam ultra. Ya enggak bisa standar kan pemeriksaannya,” sambungnya lagi.
Halaman 2 dari 2
(suc/up)
Lagi-lagi Kolaps saat Lari
13 Konten
Anjuran ‘listen to your body’ saat lari tak selalu gampang diterapkan. Ego untuk ‘push the limit’ dan mendapatkan progres tertentu sesuai target, dapat mengaburkan batas-batas kemampuan fisik. Risiko jantung kolaps mengintai para pelari.
Konten Selanjutnya
Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya
-

Menkes Terima 100 Ribu Aduan Gangguan Jiwa, Anak-anak 5 Kali Lebih Rentan Alami Anxiety
Jakarta –
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkap tingginya temuan kasus masalah mental pada anak-anak. Ia menyebut usia anak lima kali lebih rentan mengalami kecemasan (anxiety) dan depresi dibandingkan orang dewasa.
Menkes menyoroti paparan gawai yang makin intens sebagai salah satu faktor pendorong meningkatnya risiko gangguan mental pada anak.
Merujuk hasil cek kesehatan gratis (CKG) yang kini juga mencakup skrining kesehatan jiwa, Menkes memaparkan gangguan mental pada usia dewasa ditemukan hanya pada 0,8 hingga 0,9 persen, atau di bawah 1 persen. Namun pada anak di bawah 18 tahun, angkanya mencapai 5 persen.
“Berdasarkan hasil skrining di CKG, dewasa yang ditemukan gangguan mental hanya 0,8 hingga 0,9 persen, tetapi anak-anak itu 5 persen,” beber Budi dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Komite Kebijakan Sektor Kesehatan (KKSK) 2025, Senin (8/12/2025).
Ia menambahkan, perubahan pola interaksi sosial sejak dini akibat penggunaan gawai membuat anak lebih rentan mengalami gangguan kejiwaan.
Menurut Budi, penggunaan gawai yang berlebihan membuat banyak anak terpapar konten dan interaksi digital yang tidak selalu sehat bagi perkembangan psikologis mereka.
“Banyak anak mengalami gangguan kejiwaan, terutama dengan adanya teknologi baru seperti gawai yang mereka pakai terus-menerus,” katanya.
Selama ini, mayoritas temuan gangguan jiwa berasal dari kecemasan (anxiety) dan depresi.
Aduan yang diterima Kemenkes melalui layanan 119 terkait masalah mental, juga relatif masih tinggi.
“Kita sudah menerima hampir 100 ribu aduan, sebagian besar terkait kecemasan atau anxiety,” kata Budi.
Sebagai catatan, secara global, WHO mencatat 1 dari 8 orang mengalami gangguan mental. Di Indonesia, angkanya diperkirakan mencapai lebih dari 35 juta orang. Namun banyak yang tidak terdiagnosis karena minimnya skrining dan stigma yang masih kuat.
Menkes menekankan masalah kesehatan mental tidak bisa dibiarkan tanpa penanganan. Dibutuhkan intervensi pemerintah mulai dari deteksi dini, konseling, hingga pengobatan kasus berat.
“Gangguan mental membutuhkan intervensi dari yang ringan sampai berat, mulai dari konseling sampai pengobatannya.”
Halaman 2 dari 2
(naf/up)
-

Strain Baru ‘Cacar Monyet’ Mpox Ditemukan di Inggris, Gabungan Dua Tipe Virus
Jakarta –
Otoritas kesehatan Inggris (UK Health Security Agency/UKHSA) mendeteksi adanya strain virus mpox atau monkeypox pada seorang individu di Inggris yang baru kembali dari perjalanan di Asia.
Penemuan ini memicu perhatian global karena virus baru tersebut merupakan hasil pencampuran (rekombinasi) genetik dari dua jenis utama virus mpox.
Dikutip dari BBC, strain baru yang belum memiliki nama resmi ini mengandung elemen dari dua tipe mpox utama, yaitu Clade Ib dan Clade IIb. Clade IIb adalah strain yang bertanggung jawab atas wabah global mpox pada tahun 2022. Sementara Clade Ib baru-baru ini menunjukkan tanda-tanda penyebaran lokal di beberapa negara Eropa.
Risiko Rekombinasi yang Dikhawatirkan
Para pejabat kesehatan Inggris masih menilai signifikansi dari strain baru ini. Namun, Dr Boghuma Titanji, asisten profesor kedokteran di Emory University, menyatakan bahwa strain baru ini adalah hal yang dikhawatirkan para ahli jika virus mpox terus menyebar di seluruh dunia.
“Semakin banyak sirkulasi mpox yang kita izinkan, semakin banyak peluang virus untuk melakukan rekombinasi dan beradaptasi, yang semakin menguatkan virus mpox sebagai patogen manusia yang tidak akan hilang,” kata Dr Titanji.
Meskipun virus memiliki sifat alami untuk berevolusi, UKHSA menekankan bahwa vaksinasi tetap menjadi cara terbaik untuk melindungi diri dari penyakit parah, meskipun infeksi mpox umumnya bersifat ringan bagi kebanyakan orang.
Virus berevolusi
Dr Katy Sinka, kepala infeksi menular seksual di UKHSA, mengatakan bahwa penemuan ini dimungkinkan berkat pengujian genomik yang canggih.
“Adalah hal yang normal bagi virus untuk berevolusi, dan analisis lebih lanjut akan membantu kami memahami lebih banyak tentang bagaimana mpox berubah,” ujarnya.
Meskipun belum ada studi khusus mengenai seberapa efektif vaksin yang ada terhadap strain gabungan terbaru ini, para ahli meyakini bahwa tingkat perlindungan akan tetap tinggi.
Secara global, mpox masih menjadi ancaman. Tercatat hampir 48.000 kasus mpox terkonfirmasi secara global pada tahun 2025, dengan 2.500 kasus terjadi dalam sebulan terakhir, dan mayoritas terjadi di Afrika tengah.
Mpox umumnya menyebar melalui kontak fisik yang sangat dekat, batuk, bersin, atau menyentuh pakaian/tempat tidur yang terkontaminasi. Gejala umum termasuk lesi atau ruam kulit yang dapat berlangsung selama dua hingga empat minggu, disertai demam, sakit kepala, dan nyeri otot.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video: WHO Cabut Status Darurat Cacar Monyet”
[Gambas:Video 20detik]
(sao/sao) -

Tak Setuju Wacana 300 Dokter Magang ke Aceh, IDI Usulkan Ini
Jakarta –
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai rencana pemerintah mengerahkan sekitar 300 dokter magang ke lokasi bencana di Aceh dan wilayah Sumatera lainnya sebenarnya tidak perlu dilakukan. Ketua Umum IDI, Slamet Budiarto, menegaskan tenaga dokter yang sudah kompeten dan tidak berstatus magang justru lebih dari cukup untuk dimobilisasi ke daerah terdampak.
Slamet mengatakan dokter magang dikhawatirkan belum dapat bekerja secara mandiri di lapangan, terutama dalam situasi bencana yang membutuhkan respons cepat dan penanganan medis yang optimal.
“Dokter magang itu kan belum optimal, belum bisa mandiri, harus ada pendamping. Orang dokter yang nggak magang saja sudah melimpah, bisa dimobilisasi,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (9/12/2025).
Menurut Slamet, Kementerian Kesehatan memiliki sumber daya dokter yang besar dan dapat langsung dikerahkan tanpa harus mengandalkan tenaga magang.
IDI menilai Kemenkes sebenarnya sangat mampu mengirim ratusan hingga ribuan dokter bila diperlukan. Salah satu sumbernya adalah jaringan 30 rumah sakit vertikal yang tersebar di berbagai daerah.
“Di bawah Kementerian Kesehatan itu dokter banyak. Rumah sakit vertikal ada 30. Kalau satu rumah sakit kirim 10 orang, ya sudah 300. Belum termasuk relawan,” ujarnya.
Mulai dari RSCM Jakarta, RSUP, hingga rumah sakit di Sumatera, seluruhnya memiliki tenaga medis yang cukup besar dan dapat digerakkan ke daerah bencana bila ada instruksi dan dukungan pembiayaan dari pemerintah.
Saat ini, IDI juga disebutnya memiliki banyak dokter yang siap menjadi relawan, tetapi organisasi tersebut terkendala biaya untuk memberangkatkan mereka ke lokasi bencana.
“IDI banyak dokter, tapi karena tidak mampu memberangkatkan jadi nggak bisa banyak. Tapi kalau ada pembiayaan, itu bisa,” kata Slamet.
Karena itu, IDI berharap Kemenkes dapat membuka skema kerja sama, terutama dalam dukungan transportasi dan akomodasi bagi dokter-dokter yang bersedia turun ke lapangan.
Slamet menyebut ada dua usulan yang disiapkan IDI untuk kementerian:
Pertama, Menteri Kesehatan bisa memobilisasi dokter dari lingkungan rumah sakit vertikal Kemenkes untuk segera diperbantukan ke Aceh dan daerah bencana lainnya.
Jika tenaga tambahan diperlukan, Kemenkes dapat bekerja sama dengan IDI, dengan menyiapkan fasilitas transportasi dan akomodasi untuk relawan dokter.
“Kalau Menkes menyediakan transportasi dan akomodasi, beres. Kami siap.”
Meski IDI sudah menyusun usulan dan menyatakan kesiapan mobilisasi dokter, sejauh ini belum ada komunikasi resmi dengan Kemenkes.
“Belum. Tapi kami sudah siap,” tegas Slamet.
IDI kembali menekankan penggunaan dokter internship atau magang sebaiknya tidak menjadi prioritas, mengingat kemampuan mereka belum sepenuhnya matang untuk menangani situasi krisis kesehatan di lapangan.
Halaman 2 dari 2
(naf/up)
-

Tak Ada Larangan Konsumsi Buah Sebelum Makan Utama, Justru Ini Manfaatnya
Jakarta –
Sering dikenal sebagai makanan pencuci mulut yang baik setelah makan berat, buah ternyata punya khasiat ketika dimakan sebelum makan berat. Selain kaya kandungan serat, vitamin, dan antioksidan lainnya yang membantu memelihara kesehatan dan mendukung daya tahan tubuh, penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi buah sebelum makan berat dapat membuat gula darah tetap stabil.
Buah adalah sumber serat pangan, vitamin, mineral, dan komponen fitonutrien yang mendukung metabolisme glukosa. Serat dalam buah memperlambat pencernaan sehingga pelepasan glukosa ke dalam darah berlangsung lebih bertahap. Beberapa buah seperti apel, pir, jeruk, beri, dan kiwi memiliki indeks glikemik rendah hingga sedang. Inilah alasan bahwa konsumsi buah sebelum makan dapat membantu tubuh merespons glukosa lebih stabil.
Penelitian dari jurnal Nutrients tahun 2019 menunjukkan bahwa asupan serat, glukosa, dan fruktosa alami ketika makan apel sekitar 30 menit sebelum menyantap nasi putih menurunkan lonjakan gula darah setelah makan secara signifikan lebih rendah hingga 50% dibandingkan makan nasi saja.
Menariknya, efek penurunan lonjakan gula darah ini jauh lebih kuat dibandingkan ketika apel dan nasi dimakan bersamaan. Karena dalam penelitian tersebut juga membandingkan beberapa kondisi: makan nasi saja, makan nasi dan apel bersamaan, preload apel baru nasi setelahnya, dan preload larutan gula dengan komposisi karbohidrat setara apel. Hasilnya menunjukkan efek paling kuat ketika apel dikonsumsi sebagai preload, bukan hanya dimakan bersamaan. Ini menunjukkan peran waktu konsumsi buah dalam memengaruhi respons glukosa.
Strategi Sederhana yang Sangat Bermanfaat
Efek menurunkan lonjakan glukosa cenderung terasa lebih jelas ketika makanan utama kaya pati halus atau memiliki indeks glikemik tinggi seperti nasi putih, roti putih, atau mie instan. Untuk orang sehat yang ingin mengurangi lonjakan gula darah sesaat setelah makan utama, makan buah sebelum makan utama bisa menjadi strategi sederhana yang mudah dicoba.
Namun efeknya tidak otomatis sama pada semua kelompok. Faktor seperti kondisi metabolik (misalnya diabetes), usia, komposisi makan secara keseluruhan, dan aktivitas fisik juga ikut berperan dalam stabilitas gula darah harian.
Manfaat Lain Konsumsi Buah Sebelum Makan Utama
Selain membantu meredam lonjakan gula darah, beberapa penelitian menunjukkan bahwa makan buah sebelum makan utama juga dapat mendukung respons insulin yang lebih terkendali. Ketika glukosa naik dalam tempo lebih lembut, tubuh tidak perlu menghasilkan insulin dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Kondisi ini membuat pola pelepasan insulin lebih rapi dan tidak fluktuatif sehingga tubuh terasa lebih nyaman setelah makan.
Respons insulin yang lebih stabil ini juga berpengaruh pada cara tubuh mengelola energi sepanjang beberapa jam setelah makan. Banyak orang merasakan lemas, mengantuk, atau tiba tiba kurang fokus setelah menyantap makanan tinggi karbohidrat. Fenomena ini sering disebut sebagai sugar crash atau post meal slump. Preload buah dapat membantu mengurangi kondisi tersebut karena fluktuasi glukosa yang lebih halus mencegah terjadinya penurunan energi yang tiba tiba.
Ketika energi lebih stabil, tubuh cenderung terasa lebih ringan setelah makan. Aktivitas setelah makan menjadi lebih nyaman karena tidak ada rasa mengantuk berlebihan. Bagi sebagian orang, strategi sederhana seperti makan buah sebelum makan utama juga dapat membantu mengurangi dorongan makan berlebih karena serat dalam buah membuat sensasi kenyang hadir lebih awal. Kombinasi efek ini menghasilkan pengalaman makan yang lebih seimbang dari awal hingga beberapa jam setelahnya.
Jika diterapkan secara konsisten, preload buah dapat menjadi bagian kecil yang mendukung manajemen energi harian terutama pada individu yang sensitif terhadap lonjakan glukosa. Meskipun bukan solusi tunggal, pendekatan ini mudah dilakukan dan aman bagi kebanyakan orang yang ingin menjaga ritme energi dan kenyamanan setelah makan.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video Apoteker: Kekurangan Mikronutrien Jadi Akar Kasus Stunting di Indonesia”
[Gambas:Video 20detik]
(mal/up) -

Tak Ada Larangan Konsumsi Buah Sebelum Makan Utama, Justru Ini Manfaatnya
Jakarta –
Sering dikenal sebagai makanan pencuci mulut yang baik setelah makan berat, buah ternyata punya khasiat ketika dimakan sebelum makan berat. Selain kaya kandungan serat, vitamin, dan antioksidan lainnya yang membantu memelihara kesehatan dan mendukung daya tahan tubuh, penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi buah sebelum makan berat dapat membuat gula darah tetap stabil.
Buah adalah sumber serat pangan, vitamin, mineral, dan komponen fitonutrien yang mendukung metabolisme glukosa. Serat dalam buah memperlambat pencernaan sehingga pelepasan glukosa ke dalam darah berlangsung lebih bertahap. Beberapa buah seperti apel, pir, jeruk, beri, dan kiwi memiliki indeks glikemik rendah hingga sedang. Inilah alasan bahwa konsumsi buah sebelum makan dapat membantu tubuh merespons glukosa lebih stabil.
Penelitian dari jurnal Nutrients tahun 2019 menunjukkan bahwa asupan serat, glukosa, dan fruktosa alami ketika makan apel sekitar 30 menit sebelum menyantap nasi putih menurunkan lonjakan gula darah setelah makan secara signifikan lebih rendah hingga 50% dibandingkan makan nasi saja.
Menariknya, efek penurunan lonjakan gula darah ini jauh lebih kuat dibandingkan ketika apel dan nasi dimakan bersamaan. Karena dalam penelitian tersebut juga membandingkan beberapa kondisi: makan nasi saja, makan nasi dan apel bersamaan, preload apel baru nasi setelahnya, dan preload larutan gula dengan komposisi karbohidrat setara apel. Hasilnya menunjukkan efek paling kuat ketika apel dikonsumsi sebagai preload, bukan hanya dimakan bersamaan. Ini menunjukkan peran waktu konsumsi buah dalam memengaruhi respons glukosa.
Strategi Sederhana yang Sangat Bermanfaat
Efek menurunkan lonjakan glukosa cenderung terasa lebih jelas ketika makanan utama kaya pati halus atau memiliki indeks glikemik tinggi seperti nasi putih, roti putih, atau mie instan. Untuk orang sehat yang ingin mengurangi lonjakan gula darah sesaat setelah makan utama, makan buah sebelum makan utama bisa menjadi strategi sederhana yang mudah dicoba.
Namun efeknya tidak otomatis sama pada semua kelompok. Faktor seperti kondisi metabolik (misalnya diabetes), usia, komposisi makan secara keseluruhan, dan aktivitas fisik juga ikut berperan dalam stabilitas gula darah harian.
Manfaat Lain Konsumsi Buah Sebelum Makan Utama
Selain membantu meredam lonjakan gula darah, beberapa penelitian menunjukkan bahwa makan buah sebelum makan utama juga dapat mendukung respons insulin yang lebih terkendali. Ketika glukosa naik dalam tempo lebih lembut, tubuh tidak perlu menghasilkan insulin dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Kondisi ini membuat pola pelepasan insulin lebih rapi dan tidak fluktuatif sehingga tubuh terasa lebih nyaman setelah makan.
Respons insulin yang lebih stabil ini juga berpengaruh pada cara tubuh mengelola energi sepanjang beberapa jam setelah makan. Banyak orang merasakan lemas, mengantuk, atau tiba tiba kurang fokus setelah menyantap makanan tinggi karbohidrat. Fenomena ini sering disebut sebagai sugar crash atau post meal slump. Preload buah dapat membantu mengurangi kondisi tersebut karena fluktuasi glukosa yang lebih halus mencegah terjadinya penurunan energi yang tiba tiba.
Ketika energi lebih stabil, tubuh cenderung terasa lebih ringan setelah makan. Aktivitas setelah makan menjadi lebih nyaman karena tidak ada rasa mengantuk berlebihan. Bagi sebagian orang, strategi sederhana seperti makan buah sebelum makan utama juga dapat membantu mengurangi dorongan makan berlebih karena serat dalam buah membuat sensasi kenyang hadir lebih awal. Kombinasi efek ini menghasilkan pengalaman makan yang lebih seimbang dari awal hingga beberapa jam setelahnya.
Jika diterapkan secara konsisten, preload buah dapat menjadi bagian kecil yang mendukung manajemen energi harian terutama pada individu yang sensitif terhadap lonjakan glukosa. Meskipun bukan solusi tunggal, pendekatan ini mudah dilakukan dan aman bagi kebanyakan orang yang ingin menjaga ritme energi dan kenyamanan setelah makan.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video Apoteker: Kekurangan Mikronutrien Jadi Akar Kasus Stunting di Indonesia”
[Gambas:Video 20detik]
(mal/up)
