Jenis Media: Kesehatan

  • Pakar Harvard Bongkar Efek Rutin Minum Teh, Betulan Baik untuk Kesehatan?

    Pakar Harvard Bongkar Efek Rutin Minum Teh, Betulan Baik untuk Kesehatan?

    Jakarta

    Teh merupakan salah satu minuman paling populer di dunia. Minuman ini tetap enak disajikan hangat maupun dingin, dan memiliki makna budaya yang mendalam di banyak negara.

    Ramuan kuno ini juga dihargai karena khasiatnya yang ampuh untuk kesehatan. Lantas, benarkah teh memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan?

    Teh merupakan minuman yang berasal dari daun tanaman Camellia sinensis, yang membedakannya adalah cara pengolahannya. Kombinasi metode pengolahan yang spesifik menentukan warna, rasa, dan jenis teh.

    Misalnya teh hitam, mengalami penggilingan dan oksidasi, yang memperdalam warna kuning, merah, atau cokelatnya serta mengintensifkan rasanya. Sementara teh hijau, pengolahannya dikukus untuk mencegah oksidasi, sehingga warna hijaunya tetap segar dan rasanya lebih ringan.

    Teh kaya akan fitokimia, yakni senyawa yang memberikan karakteristik pada tanaman (seperti warna dan bau) dan memiliki efek farmakologis saat seseorang mengonsumsinya. Fitokimia utama dalam teh adalah kafein dan polifenol.

    Jumlah dan jenis fitokimia dalam teh bergantung pada bagaimana daun teh diproses. Misalnya, teh yan teroksidasi mengandung polifenol tingkat tinggi yang disebut katekin. Teh yang teroksidasi penuh kaya akan polifenol yang disebut theaflavin dan thearubigin.

    “Teh hijau memiliki lebih banyak polifenol daripada teh hitam. Tetapi, teh hitam mengandung lebih banyak kafein,” jelas ketua Departemen Nutrisi dan profesor nutrisi dan epidemiologi di Harvard T H Chan School of Public Health, Dr Frank Hu.

    “Matcha adalah teh hijau kering yang digiling menjadi partikel-partikel halus. Teh ini lebih pekat, lebih tinggi kafein dan polifenolnya daripada teh hijau biasa,” lanjutnya yang dikutip dari Health Harvard.

    Apakah Teh Baik untuk Kesehatan Tubuh?

    Dari ratusan penelitian yang dipublikasikan tentang manfaat teh bagi kesehatan belum memberikan bukti konklusif. Banyak penelitian berskala kecil atau dilakukan dalam jangka yang pendek.

    Sebagian besar penelitian tentang teh, bahkan yang berskala besar, bersifat observasional, artinya menilai hubungan antara konsumsi teh dan kesehatan. Belum tentu hubungan sebab-akibat.

    “Namun, arah penelitian secara keseluruhan menunjukkan potensi manfaat,” kata Dr Hu.

    “Misalnya, katekin dalam teh hijau memiliki efek antioksidan dan anti-inflamasi yang tinggi pada model hewan dan penelitian tabung reaksi. Polifenol seperti quercetin dalam teh hitam memiliki efek anti-inflamasi yang serupa.”

    Bagaimana Teh dapat Membantu Kesehatan?

    Penelitian menunjukkan bahwa sifat anti-inflamasi dan antioksidan teh dapat membantu menurunkan risiko penyakit kronis. Dr Hu menjelaskan bahwa beberapa analisis terbaru menemukan bahwa konsumsi teh yang lebih tinggi, terutama teh hitam dan teh hijau, berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke, diabetes, dan kematian dini.

    “Dan beberapa studi menunjukkan minum teh dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental,” tambah Dr Hu.

    Sebuah analisis studi tahun 2023 yang melibatkan lebih dari 410.000 orang yang dipublikasikan oleh PeerJ, mengisyaratkan bahwa minum teh dapat mengurangi risiko demensia hingga 29 persen. Konsumsi teh bahkan dapat membantu Anda hidup lebih lama.

    Misalnya, sebuah studi observasional tahun 2020 terhadap 5.000 orang di Jepang yang dipublikasikan oleh BMJ Open Diabetes Research & Care, menemukan bahwa minum empat cangkir teh hijau per hari dikaitkan dengan risiko kematian dini yang 40 persen lebih rendah. Selain itu, teh mengandung kafein, yang memberikan lonjakan energi dan kejernihan mental.

    Lantas, Berapa Banyak Teh yang Sebaiknya Dikonsumsi?

    Dr Hu menjelaskan bahwa manfaat kesehatan teh didapat dengan meminum dua hingga empat cangkir teh hijau, hitam, atau teh oolong setiap hari. Jenis teh lain, seperti teh fermentasi yang dikenal sebagai pu-erh, mungkin juga baik untuk kesehatan meski bukti pendukungnya lebih terbatas.

    Efek teh tidak selalu positif. Jika menambahkan terlalu banyak pemanis dan krim ke dalam teh, dapat meningkatkan asupan kalori, lemak, dan gula. Jika mengalami insomnia atau detak jantung tidak teratur, kafein pada teh dapat memicu gejala yang tidak nyaman.

    Minum teh yang terlalu panas juga dapat merusak kerongkongan dan meningkatkan risiko kanker. Meski begitu, secara umum teh merupakan bagian dari pola makan sehat.

    “Dan teh itu menenangkan. Ada sesuatu tentang kenikmatan teh yang patut dipertimbangkan,” pungkas Dr Hu.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Pakar Harvard Bongkar Efek Rutin Minum Teh, Betulan Baik untuk Kesehatan?

    Pakar Harvard Bongkar Efek Rutin Minum Teh, Betulan Baik untuk Kesehatan?

    Jakarta

    Teh merupakan salah satu minuman paling populer di dunia. Minuman ini tetap enak disajikan hangat maupun dingin, dan memiliki makna budaya yang mendalam di banyak negara.

    Ramuan kuno ini juga dihargai karena khasiatnya yang ampuh untuk kesehatan. Lantas, benarkah teh memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan?

    Teh merupakan minuman yang berasal dari daun tanaman Camellia sinensis, yang membedakannya adalah cara pengolahannya. Kombinasi metode pengolahan yang spesifik menentukan warna, rasa, dan jenis teh.

    Misalnya teh hitam, mengalami penggilingan dan oksidasi, yang memperdalam warna kuning, merah, atau cokelatnya serta mengintensifkan rasanya. Sementara teh hijau, pengolahannya dikukus untuk mencegah oksidasi, sehingga warna hijaunya tetap segar dan rasanya lebih ringan.

    Teh kaya akan fitokimia, yakni senyawa yang memberikan karakteristik pada tanaman (seperti warna dan bau) dan memiliki efek farmakologis saat seseorang mengonsumsinya. Fitokimia utama dalam teh adalah kafein dan polifenol.

    Jumlah dan jenis fitokimia dalam teh bergantung pada bagaimana daun teh diproses. Misalnya, teh yan teroksidasi mengandung polifenol tingkat tinggi yang disebut katekin. Teh yang teroksidasi penuh kaya akan polifenol yang disebut theaflavin dan thearubigin.

    “Teh hijau memiliki lebih banyak polifenol daripada teh hitam. Tetapi, teh hitam mengandung lebih banyak kafein,” jelas ketua Departemen Nutrisi dan profesor nutrisi dan epidemiologi di Harvard T H Chan School of Public Health, Dr Frank Hu.

    “Matcha adalah teh hijau kering yang digiling menjadi partikel-partikel halus. Teh ini lebih pekat, lebih tinggi kafein dan polifenolnya daripada teh hijau biasa,” lanjutnya yang dikutip dari Health Harvard.

    Apakah Teh Baik untuk Kesehatan Tubuh?

    Dari ratusan penelitian yang dipublikasikan tentang manfaat teh bagi kesehatan belum memberikan bukti konklusif. Banyak penelitian berskala kecil atau dilakukan dalam jangka yang pendek.

    Sebagian besar penelitian tentang teh, bahkan yang berskala besar, bersifat observasional, artinya menilai hubungan antara konsumsi teh dan kesehatan. Belum tentu hubungan sebab-akibat.

    “Namun, arah penelitian secara keseluruhan menunjukkan potensi manfaat,” kata Dr Hu.

    “Misalnya, katekin dalam teh hijau memiliki efek antioksidan dan anti-inflamasi yang tinggi pada model hewan dan penelitian tabung reaksi. Polifenol seperti quercetin dalam teh hitam memiliki efek anti-inflamasi yang serupa.”

    Bagaimana Teh dapat Membantu Kesehatan?

    Penelitian menunjukkan bahwa sifat anti-inflamasi dan antioksidan teh dapat membantu menurunkan risiko penyakit kronis. Dr Hu menjelaskan bahwa beberapa analisis terbaru menemukan bahwa konsumsi teh yang lebih tinggi, terutama teh hitam dan teh hijau, berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke, diabetes, dan kematian dini.

    “Dan beberapa studi menunjukkan minum teh dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental,” tambah Dr Hu.

    Sebuah analisis studi tahun 2023 yang melibatkan lebih dari 410.000 orang yang dipublikasikan oleh PeerJ, mengisyaratkan bahwa minum teh dapat mengurangi risiko demensia hingga 29 persen. Konsumsi teh bahkan dapat membantu Anda hidup lebih lama.

    Misalnya, sebuah studi observasional tahun 2020 terhadap 5.000 orang di Jepang yang dipublikasikan oleh BMJ Open Diabetes Research & Care, menemukan bahwa minum empat cangkir teh hijau per hari dikaitkan dengan risiko kematian dini yang 40 persen lebih rendah. Selain itu, teh mengandung kafein, yang memberikan lonjakan energi dan kejernihan mental.

    Lantas, Berapa Banyak Teh yang Sebaiknya Dikonsumsi?

    Dr Hu menjelaskan bahwa manfaat kesehatan teh didapat dengan meminum dua hingga empat cangkir teh hijau, hitam, atau teh oolong setiap hari. Jenis teh lain, seperti teh fermentasi yang dikenal sebagai pu-erh, mungkin juga baik untuk kesehatan meski bukti pendukungnya lebih terbatas.

    Efek teh tidak selalu positif. Jika menambahkan terlalu banyak pemanis dan krim ke dalam teh, dapat meningkatkan asupan kalori, lemak, dan gula. Jika mengalami insomnia atau detak jantung tidak teratur, kafein pada teh dapat memicu gejala yang tidak nyaman.

    Minum teh yang terlalu panas juga dapat merusak kerongkongan dan meningkatkan risiko kanker. Meski begitu, secara umum teh merupakan bagian dari pola makan sehat.

    “Dan teh itu menenangkan. Ada sesuatu tentang kenikmatan teh yang patut dipertimbangkan,” pungkas Dr Hu.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Tanda Tak Biasa yang Muncul Akibat Depresi Menurut Dokter Harvard

    Tanda Tak Biasa yang Muncul Akibat Depresi Menurut Dokter Harvard

    Jakarta

    Banyak orang cenderung berpikir bahwa tanda-tanda depresi terlihat dari kesedihan atau perasaan tertekan yang terus-menerus yang tidak kunjung reda, hari demi hari. Tetapi, ternyata depresi kerap muncul sebagai sesuatu yang sama sekali berbeda, seperti rasa sakit, nyeri, bahkan hilang ingatan.

    Gejala-gejala tidak biasa ini sebenarnya cukup umum. Kondisi tersebut dapat menutupi depresi dan menunda diagnosis yang penting, terutama pada lansia.

    “Terkadang sulit mendiagnosis depresi pada lansia, karena mereka tidak datang dan berkata ‘saya depresi’,” beber kepala geriatri di Cambridge Health Alliance dan asisten profesor kedokteran di Harvard Medical School, dr Anne Fabiny.

    “Mereka lebih mungkin menunjukkan gejala fisik yang tidak sesuai dengan apa yang mereka rasakan, seperti nyeri, masalah ingatan, kurang tidur, atau perubahan nafsu makan,” lanjutnya yang dikutip dari Health Harvard.

    dr. Fabiny bahkan menuturkan orang yang mengalami depresi cenderung lebih sering jatuh. Hubungan ini mungkin terdengar tidak masuk akal, hingga seseorang menyadari bahwa depresi dapat membuat pengidapnya kurang memperhatikan lingkungan sekitar.

    Pada lansia, terutama pria, depresi kerap muncul dengan cara yang tidak biasa.

    “Pria lanjut usia lebih mungkin menunjukkan sifat mudah tersinggung atau pemarah sebagai gejala depresi, dibandingkan dengan wanita,” terang dr Fabiny.

    “Jadi, stereotip pria lanjut usia yang pemarah bisa jadi merupakan tanda pria lanjut usia yang depresi,” tambahnya.

    Sebuah laporan baru dari Centers for Disease Control and Prevention AS (CDC) menunjukkan depresi lebih umum terjadi pada wanita (10,7 persen wanita dewasa), dibandingkan pria (7,7 persen pria dewasa). Meski depresi cenderung mencapai puncaknya antara usia 45-64 tahun, kondisi ini dapat muncul kapan saja dalam hidup.

    dr Fabiny mengatakan ia sering tidak mengucapkan kata ‘depresi’ saat berbicara dengan pasien lansia. Sebaliknya, ia akan menggunakan istilah seperti ‘sedih’ atau ‘murung’.

    Untuk mendiagnosis depresi, ia tidak hanya melihat rasa sedih, tetapi juga mencari tanda-tanda lain, seperti:

    Susah tidurKurang energiKelelahanSusah berkonsentrasi atau mengingatKehilangan nafsu makanNyeri dan rasa sakit yang tak kunjung hilang

    “Penelitian telah menunjukkan bahwa kombinasi pengobatan dan psikoterapi (terapi berbicara) adalah yang paling efektif,” sambungnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/suc)

  • Alasan Medis di Balik Kim Jong Un-Putin Simpan Feses usai dari Luar Negeri

    Alasan Medis di Balik Kim Jong Un-Putin Simpan Feses usai dari Luar Negeri

    Jakarta

    Saat Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melakukan kunjungan terbaru ke Beijing, China, ia tidak hanya membawa rombongan diplomatik, tetapi juga sesuatu yang jauh lebih tak biasa yakni toilet pribadi berkeamanan tinggi.

    Meski terdengar aneh, sumber intelijen dari Korea Selatan dan Jepang menyebut hal itu bukan sekadar kemewahan unik. Korea Utara dilaporkan mengambil langkah luar biasa untuk melindungi segala hal yang bisa memberi petunjuk tentang kesehatan Kim, termasuk fesesnya.

    “Ada protokol khusus untuk memastikan tidak ada jejak, bahkan sehelai rambut atau materi biologis, yang tertinggal,” ujar seorang perwira intelijen Korea Selatan kepada Nikkei Asia, dikutip dari Financial Express.

    Obsesi terhadap kerahasiaan ini terlihat jelas selama pertemuan terbaru antara Kim dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing.

    Menurut wartawan yang hadir, staf Kim terlihat secara metodis menggosok setiap permukaan yang disentuh pemimpin Korea Utara itu, mulai dari pelapis kursi hingga gelas tempat ia minum, sebelum pergi.

    Adapun prosedur ini bukan hanya diterapkan oleh Kim Jong Un. Para pemimpin dunia, baik dari negara otoriter maupun demokrasi, telah mengadopsi kebiasaan serupa untuk melindungi informasi biologis yang sensitif.

    Presiden Rusia Vladimir Putin, misalnya, diyakini bepergian dengan tim khusus yang bertugas mengambil dan membuang fesesnya dengan aman saat berada di luar negeri.

    Menurut Paris Match, tim ini memastikan tidak ada sampel yang tertinggal, karena hal ini dapat digunakan untuk menganalisis kesehatan atau perawatan medis presiden.

    Para ahli mengatakan alasannya sederhana, sampel tinja atau urine, secara teori, dapat mengungkap banyak hal tentang kesehatan seseorang, termasuk tanda-tanda penyakit, penggunaan obat-obatan, atau bahkan kondisi medis jangka panjang.

    Kondisi Apa Saja yang Bisa Terdeteksi Lewat Feses?

    Di sisi lain, tes feses atau tinja (stool test) digunakan untuk mencari patogen berupa bakteri, virus, hingga parasit, yang dapat menyebabkan penyakit. Tes feses juga dapat mencari tanda-tanda lain, seperti darah tersembunyi yang menandakan adanya masalah pada pencernaan, termasuk infeksi dan kanker.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, tes feses dapat memeriksa beberapa kondisi gastrointestinal, seperti:

    Fisura ani (luka kecil pada anus, tempat keluarnya kotoran).Anemia (kekurangan sel darah merah).Kolitis (pembengkakan atau iritasi pada usus besar, bagian dari usus).Polip usus besar (gumpalan sel kecil di usus besar).Kanker kolorektal (usus besar) .Divertikulosis (kantong menonjol dalam usus).Insufisiensi pankreas eksokrin atau Exocrine pancreatic insufficiency (EPC) (tidak mampu memecah makanan di usus).Perdarahan gastrointestinal (GI) .Wasir (pembengkakan pembuluh darah di anus).Infeksi ( bakteri , virus , atau parasit ).Penyakit radang usus atau Inflammatory bowel disease (IBD) (iritasi pada saluran pencernaan).Steatorrhea (lemak berlebih pada kotoran).Tukak lambung (luka pada lambung).

    Jenis-jenis tes feses

    Ada beberapa jenis pemeriksaan feses. Dokter akan memilih tes yang paling sesuai berdasarkan gejala yang dialami:

    Fecal Occult Blood Test (FOBT): Tes ini memeriksa adanya jejak darah tersembunyi dalam feses. Jika hasilnya positif, berarti ada perdarahan di suatu bagian saluran pencernaan.

    FIT-DNA test: Mirip dengan FOBT karena sama-sama mendeteksi jejak darah kecil di feses. Bedanya, tes ini juga memeriksa adanya DNA yang berubah (mutasi) yang bisa menjadi tanda kondisi prakanker atau kanker. (FIT adalah singkatan dari Fecal Immunochemical Test).

    Tes infeksi: Tes ini bisa dilakukan dengan beberapa cara. Intinya, tujuannya mencari kuman (bakteri, virus, atau parasit) di feses, baik dengan menumbuhkan kuman di laboratorium, melihatnya di bawah mikroskop, atau mendeteksi DNA kuman.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/kna)

  • Video: Bidet vs Tisu Toilet: Siapa yang Lebih Bersih dan Ramah Lingkungan

    Video: Bidet vs Tisu Toilet: Siapa yang Lebih Bersih dan Ramah Lingkungan

    Video: Bidet vs Tisu Toilet: Siapa yang Lebih Bersih dan Ramah Lingkungan

  • KPAI: Ibu Bunuh Diri usai Racuni Anak di Bandung Termasuk Filisida Maternal

    KPAI: Ibu Bunuh Diri usai Racuni Anak di Bandung Termasuk Filisida Maternal

    Jakarta

    CATATAN: Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

    Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyampaikan bahwa kasus seorang ibu yang tewas bunuh diri usai meracuni dua anaknya di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terkategori filisida maternal.

    “Itu termasuk filisida maternal, yakni pembunuhan anak oleh ibu. Kami sudah berkoordinasi, memang faktornya karena masalah ekonomi,” kata Anggota KPAI Diyah Puspitarini kepada ANTARA, Senin (8/9/2025).

    Maternal filicide atau filisida maternal mengacu pada pembunuhan anak yang dilakukan oleh ibu. Secara umum, ada dua kategori filisida yakni paternal filicide atau pembunuhan anak yang dilakukan ayah dan maternal filicide atau penghilangan nyawa anak yang dilakukan ibu.

    “Sekalipun ini filisida, kami tetap berharap bahwa proses hukum tetap berjalan agar anak ini diketahui penyebab kematiannya secara jelas karena apa. Ya memang dibunuh oleh ibunya, tapi kan faktor utamanya kenapa ibu sampai melakukan demikian juga perlu diungkap,” tambahnya.

    Dalam tulisannya dalam artikel berjudul Darurat Filicide di Indonesia, Diyah Puspitarini menjelaskan maternal filicide biasanya dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Mulai dari stress, depresi, baby blues berlebihan, riwayat kekerasan fisik (pernah menjadi korban kekerasan suami), sampai percobaan bunuh diri ataupun kurangnya dukungan sosial hingga faktor ekonomi terutama bagi perempuan yang hidup tanpa suami.

    Sepanjang 2024, KPAI mencatat ada 60 kasus filisida. Kemen PPPA juga mencatat ada 19.626 kasus kekerasan terhadap anak yang masuk ke sistem Simfoni PPA. Dari jumlah itu, 15.240 korban adalah anak perempuan, sedangkan 6.406 lainnya adalah anak laki-laki.

    Sebelumnya, seorang ibu berinisial EN (34) ditemukan tewas gantung diri dan dua anaknya usia 9 tahun dan 11 bulan diduga diracun di sebuah rumah kontrakan di Banjaran, Kabupaten Bandung, Jumat (5/9/2025).

    Sang ibu dalam kondisi tergantung di tiang pintu, sedangkan dua anaknya ditemukan tergeletak tidak bernyawa di dalam rumah. Peristiwa tragis ini diketahui pertama kali oleh YS, suami EN yang baru pulang kerja pada Jumat (5/9) subuh.

    (kna/kna)

  • 5 Alasan Berat Badan Tidak Turun Meski Sudah Diet Ketat

    5 Alasan Berat Badan Tidak Turun Meski Sudah Diet Ketat

    Jakarta

    Memiliki berat badan ideal dan sehat adalah impian banyak orang. Namun, nyatanya proses penurunan berat badan tidaklah mudah untuk semua orang.

    Dalam beberapa kasus, berat badan susah sekali turun atau ‘stuck’ meski sudah melakukan perubahan pola makan sedemikian rupa. Kenapa hal ini bisa terjadi?

    Kok Bisa BB Nggak Turun?

    Rupanya proses penurunan berat badan tidak hanya semata-semata berkaitan dengan pengaturan pola makan saja. Ada faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi proses penurunan berat badan.

    Dikutip dari Healthline, berikut ini beberapa hal yang bisa bikin berat badan susah turun, meski sudah diet ketat:

    1. Makan Terlalu Cepat

    Di tengah rutinitas yang serba cepat, makan dengan terburu-buru adalah hal yang umum dilakukan. Namun, mindful eating bisa menjadi salah satu cara paling efektif untuk menurunkan berat badan.

    Mindful eating dilakukan dengan cara makan dengan lebih perlahan, tanpa distraksi, dan menikmati setiap suapan. Makan secara perlahan membuat tubuh lebih baik dalam menangkap sinyal kenyang, sehingga tahu kapan waktu untuk berhenti makan.

    Banyak penelitian menunjukkan bahwa makan lebih perlahan dan dengan penuh kesadaran dapat membuat Anda lebih cepat merasa kenyang dan mendukung penurunan berat badan dalam jangka panjang.

    2. Kurang Asupan Protein

    Protein adalah nutrisi penting untuk menurunkan berat badan. Berbagai penelitian menyebut pola makan tinggi protein hal ini dapat membantu proses penurunan berat badan sekaligus menurunkan risiko penyakit jantung.

    Protein bekerja dengan membuat tubuh merasa kenyang lebih lama dan membantu menjaga pengeluaran energi istirahat yang disebut resting energy expenditure (REE). Ini terjadi sebagian karena efek protein terhadap hormon pengatur nafsu makan seperti ghrelin.

    Asupan protein yang tinggi juga dapat membantu mencegah kenaikan berat badan kembali.

    3. Masih Kurang Gerak

    Berolahraga secara teratur dapat membantu menurunkan berat badan. Olahraga aerobik dan latihan ketahanan, seperti angkat beban, terbukti efektif membantu penurunan berat badan menurut berbagai penelitian.

    Perlu diingat, olahraga perlu dikombinasikan dengan pola makan yang tepat agar penurunan berat badan bisa maksimal.

    4. Masih Konsumsi Gula

    Salah satu biang kerok berat badan susah turun meski sudah diet ketat adalah masih mengonsumsi minuman manis. Selain tinggi kalori, minuman manis juga cenderung rendah nutrisi.

    Minuman manis adalah salah satu sumber terbesar penyebab kenaikan berat badan dalam pola makan modern. Otak tidak mengompensasi kalori dari minuman ini dengan mengurangi asupan makanan lain.

    Ini tidak hanya berlaku untuk minuman manis dalam kemasan, tapi juga jus buah yang dikenal sehat. Jika ingin minum jus buah, jangan konsumsi dalam jumlah besar. Alih-alih jus buah, lebih baik mengonsumsi buah potong dengan kandungan serat yang masih utuh.

    5. Kurang Tidur

    Tidur yang cukup adalah salah satu faktor terpenting bagi kesehatan fisik, mental, serta berat badan. Di tengah aktivitas atau pekerjaan yang padat, seringkali orang-orang terpaksa untuk terjaga sampai malam.

    Kurang tidur merupakan salah satu faktor risiko terbesar terjadinya obesitas. Penelitian menunjukkan bahwa tidur yang terlalu sedikit maupun terlalu banyak sama-sama berkaitan dengan risiko obesitas.

    Jumlah tidur ideal yang direkomendasikan adalah 7-8 jam per malam untuk orang dewasa, 8-10 jam untuk remaja, dan 9-16 jam untuk anak-anak serta bayi, tergantung pada usia.

    (avk/kna)

  • Transformasi Wanita AS usai Operasi Peninggi Badan, dari 117 Cm Jadi 151 Cm

    Transformasi Wanita AS usai Operasi Peninggi Badan, dari 117 Cm Jadi 151 Cm

    Jakarta

    Chandler Crews (31) di Maryland, Amerika Serikat menceritakan pengalamannya menjalani operasi peninggi badan yang kontroversial. Crews lahir dengan kondisi genetik langka anchondroplasia, yang membuat pertumbuhan tulangnya terhambat.

    Orang dengan kondisi ini biasanya hanya memiliki tinggi maksimal 107-142 cm. Pada kasus Crews, tinggi akhirnya mencapai 117 cm di usia 16 tahun.

    Karena kondisinya itu, Crews mengaku kesulitan secara fisik melakukan aktivitas sehari-hari seperti mencuci rambut, menyetir mobil, hingga menggunakan toilet umum.

    Crews pertama kali menjalani operasi pada Agustus 2010 di Rubin Institut for Advance for Orthopedic. Prosedur dilakukan dengan cara memotong tulang, lalu ditarik perlahan menggunakan bingkai eksternal agat terbentuk pertumbuhan tulang baru.

    “Saya tidak ingin menunggu dunia berubah untuk menyesuaikan dengan kebutuhan saya. Saya ingin mengambil kendali dan berubah demi diri saya sendiri, bukan orang lain,” kenang Crews, 15 tahun setelah operasi, dikutip dari Unilad, Senin (8/9/2025).

    Setelah operasi pertama, ia Crews juga menjalani beberapa operasi korektif. Beberapa di antaranya seperti meluruskan kaki yang melengkung, serta memperbaiki kesehatan tulang belakangnya.

    Crews total menghabiskan biaya operasi hampir 2 juta Dollar. Untungnya, sebagian besar pengeluaran ditanggung oleh asuransi.

    Tinggi badan Crews bertambah menjadi total 151 cm. Ia mengaku bahagia dengan kondisinya pada saat ini.

    “Bisa berjalan mendekati seseorang dan berbicara dengan wajah sejajar adalah perubahan terbesar dalam hidup saya,” kata Crews.

    Selain operasi pemanjangan kaki untuk tinggi badannya, ia juga menjalani operasi pemanjangan lengan antara tahu. 2011-2013. Ia kini bisa meraih kepala bagian atasnya sehingga bisa mengikat rambut.

    Ia juga bisa duduk lebih aman ketika menyetir mobil karena jarak antara tubuh dan setir menjadi lebih jauh.

    “Dengan tinggi 151 cm saya masih tergolong pendek, tapi saya menyebutnya (untuk diri saya) sebagai ‘pendek yang nyaman’,” tambahnya.

    Berkaca dari pengalaman panjangnya hidup dengan achondroplasia, Crews kini mendirikan sebuah lembaga advokasi bernama The Chandler Project. Organisasi ini bertujuan untuk membantu dan memberi harapan bagi pengudap lain, sekaligus meningkatkan kesadaran tentang penelitian terbaru mengenai pengobatan farmasi maupun bedah untuk kondisi tersebut

    “Ada anak-anak yang meninggal karena komplikasi achondroplasia. Ada pula orang dewasa yang meninggal karenanya. Tidak ada yang ingin membicarakan hal ini, tapi itu kenyataan. Hidup dengan achondroplasia memang sulit, tapi inilah satu-satunya hidup yang saya punya,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/suc)

  • Ilmuwan Rusia Berhasil Ciptakan Vaksin Kanker, Bikin Tumor Menyusut 80 Persen!

    Ilmuwan Rusia Berhasil Ciptakan Vaksin Kanker, Bikin Tumor Menyusut 80 Persen!

    Jakarta

    Ilmuwan Rusia menyebut berhasil mengembangkan vaksin kanker baru yang kini siap untuk penggunaan klinis. Pengumuman ini disampaikan oleh kepala Federal Medical and Biological Agency (FMBA), Veronika Skvortsova, di Forum Ekonomi Timur, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita Rusia, TASS.

    “Penelitian ini berlangsung selama beberapa tahun, dengan tiga tahun terakhir dikhususkan untuk studi praklinis wajib. Vaksin ini sekarang siap digunakan; kami sedang menunggu persetujuan resmi,” kata Skvortsova.

    Vaksin yang disebut Enteromix ini didasarkan pada teknologi mRNA, pendekatan yang sama yang digunakan dalam beberapa vaksin COVID-19. Alih-alih menggunakan virus yang dilemahkan, vaksin mRNA mengajarkan sel-sel tubuh untuk memproduksi protein yang memicu respons imun terhadap sel kanker.

    Skvortsova mengatakan vaksin ini telah menyelesaikan penelitian bertahun-tahun, termasuk tiga tahun uji coba praklinis yang diwajibkan. Uji coba menunjukkan bahwa vaksin tersebut aman bahkan dengan dosis berulang dan sangat efektif. Dalam beberapa kasus, tumor menyusut atau tumbuh lebih lambat hingga 60 hingga 80 persen, tergantung pada jenis kankernya.

    Para peneliti juga mencatat peningkatan tingkat kelangsungan hidup di antara subjek uji.

    Pengumuman ini disampaikan dalam Forum Ekonomi Timur ke-10 di Vladivostok, yang dihadiri lebih dari 8.400 peserta dari lebih dari 75 negara.

    Target pertama: kanker kolorektal

    Fokus awal vaksin ini adalah kanker kolorektal, penyebab utama kematian akibat kanker di seluruh dunia. Namun, penelitian tidak berhenti di situ. Para ilmuwan juga sedang mengembangkan versi untuk glioblastoma, tumor otak yang sangat agresif, dan beberapa jenis melanoma tertentu, termasuk melanoma okular, yang semuanya berada pada tahap studi lanjut.

    Kebanyakan dari kita mengaitkan vaksin dengan penyakit anak-anak seperti campak atau cacar air. Penyakit-penyakit ini melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali kuman berbahaya. Vaksin kanker bekerja dengan prinsip yang sama, tetapi alih-alih virus, vaksin tersebut membantu tubuh mengenali dan menyerang sel kanker.

    Menurut American Cancer Society, beberapa vaksin kanker sudah tersedia untuk kanker kandung kemih dan prostat, sementara vaksin HPV mencegah beberapa jenis kanker sebelum berkembang. Namun, Enteromix termasuk dalam lini vaksin terapeutik yang sedang berkembang yang dirancang untuk mengobati kanker secara langsung, sehingga meningkatkan pertahanan alami tubuh.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Bentuk Enteromix, Vaksin Kanker Buatan Rusia”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • Alasan Medis di Balik Kim Jong Un-Putin Simpan Feses usai dari Luar Negeri

    Tak Cuma Kim Jong Un, Vladimir Putin Juga Disebut Bawa Urine-Fesesnya usai dari LN

    Jakarta

    Belakangan ramai disorot setelah staf Korea Utara tampak membersihkan jejak Kim Jong Un setelah bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing. Bahkan, Kim Jong Un juga disebut membawa toilet pribadinya ke Beijing. Langkah ini disebut untuk menyembunyikan informasi apa pun terkait kondisi kesehatannya.

    Hal serupa juga diterapkan oleh Putin saat menghadiri KTT Alaska (Alaska Summit) bersama Presiden AS Donald Trump yang diadakan pada 15 Agustus 2025. Menurut laporan The Express US, pengawal Putin dilaporkan membawa koper berisi feses untuk mencegah kekuatan asing memperoleh informasi tentang kesehatan pemimpin Rusia tersebut.

    “Para pengawal Putin mengumpulkan kotorannya dan membawanya kembali ke Rusia ketika sang pemimpin bepergian ke luar negeri,” lapor The Express US, dikutip dari NDTV.

    Selama pertemuan Putin, langkah-langkah keamanan ketat diberlakukan untuk melindungi dirinya. Ia dikelilingi oleh para pengawal, dan berbagai prosedur dijalankan demi menjaga keselamatan serta melindungi intelijen Rusia.

    Mengutip jurnalis investigasi Regis Gente dan Mikhail Rubin di majalah Prancis Paris Match, The Express US melaporkan anggota Dinas Perlindungan Federal (FPS) Rusia mengumpulkan limbah tubuh Putin, termasuk feses, menyimpannya dalam kantong khusus, lalu membawanya dengan koper khusus.

    Langkah keamanan tersebut kabarnya sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu, termasuk ketika Putin berkunjung ke Prancis pada Mei 2017, menurut laporan The Express US. Diduga, tindakan ini dilakukan untuk mencegah pihak asing mengambil sampel limbah tubuh Putin yang bisa saja mengungkap informasi tentang kondisi kesehatannya.

    Jurnalis Farida Rustamova juga melaporkan bahwa prosedur serupa diterapkan saat kunjungan Putin ke Wina, saat ia menggunakan toilet portabel.

    “Seorang sumber mengatakan bahwa praktik ini sudah dilakukan presiden sejak awal kepemimpinannya pada 1999,” tulis The Express US.

    Laporan ini muncul di tengah spekulasi yang terus beredar mengenai kesehatan presiden berusia 72 tahun tersebut. Kekhawatiran meningkat setelah Putin terlihat menggoyangkan kakinya saat konferensi pers di Astana, Kazakhstan, November lalu. Menurut dr Bob Berookhim, hal itu bisa jadi gejala kondisi neurologis seperti Parkinson, sebagaimana dikutip The Express US.

    Putin juga pernah terlihat gelisah di kursinya saat bertemu Presiden Belarus, Alexandr Lukashenko, pada 2023. Sementara pada 2022, Kremlin sempat menepis rumor yang beredar di kanal Telegram General SVR, yang menuduh Putin mengalami ‘insiden memalukan’ setelah terjatuh.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)