Foto Health
Averus Kautsar – detikHealth
Rabu, 10 Sep 2025 20:00 WIB
Jakarta – Belum lama ini heboh gambar rontgen penemuan benang ‘susuk’ emas di dalam tubuh seorang pasien di Korea Selatan. Ternyata, ini bukan kejadian yang pertama.

Foto Health
Averus Kautsar – detikHealth
Rabu, 10 Sep 2025 20:00 WIB
Jakarta – Belum lama ini heboh gambar rontgen penemuan benang ‘susuk’ emas di dalam tubuh seorang pasien di Korea Selatan. Ternyata, ini bukan kejadian yang pertama.

Jakarta –
Kokichi Akuzawa hampir menyerah saat mendaki untuk menjadi orang tertua yang mencapai puncak Gunung Fuji pada usia 102 tahun, sebuah pencapaian yang diakui oleh Guinness World Records setelah ia mencapai puncaknya pada awal Agustus.
“Saya benar-benar tergoda untuk menyerah di tengah perjalanan,” kata Akuzawa kepada APNews.
“Mencapai puncak itu sulit, tetapi teman-teman saya menyemangati saya, dan hasilnya baik. Saya berhasil melewatinya karena begitu banyak orang yang mendukung saya.”
Akuzawa mendaki bersama putrinya yang berusia 70 tahun, Motoe, cucunya, suami Motoe, dan empat teman dari klub panjat gunung setempat.
Rombongan pendaki berkemah selama dua malam di jalur pendakian sebelum pendakian mereka pada tanggal 5 Agustus ke puncak gunung tertinggi di Jepang, yang tingginya mencapai 3.776 meter.
Akuzawa menambahkan bahwa ia tidak menganggap remeh gunung apa pun di usianya. “Lebih baik mendaki selagi masih bisa,” tambahnya.
Bukan pendakian pertama
Pendakian ini bukanlah pendakian Gunung Fuji pertama yang memecahkan rekor bagi Akuzawa. Ia berusia 96 tahun saat pertama kali menjadi orang tertua yang mendaki gunung paling terkenal di negara ini. Dalam enam tahun setelahnya, ia telah mengatasi masalah jantung, herpes zoster, dan jahitan akibat jatuh saat mendaki.
Akuzawa menghabiskan tiga bulan berlatih sebelum pendakian Gunung Fuji, bangun pukul 5 pagi untuk berjalan kaki selama satu jam dan menaklukkan sekitar satu gunung setiap minggu, sebagian besar di sekitar Prefektur Nagano di sebelah barat Gunma di Jepang tengah.
Dikelilingi oleh kerabat dan lukisan-lukisan pegunungan berbingkai di rumahnya di Maebashi, sekitar 240 km (150 mil) barat laut Tokyo, Akuzawa mengenang apa yang pertama kali menariknya ke pegunungan 88 tahun yang lalu. Meskipun keajaiban mencapai puncak tak terbantahkan, orang-oranglah yang membuatnya terus kembali.
“Saya mendaki karena saya menyukainya,” katanya. “Mudah untuk berteman di gunung.”
Lampaui batas fisik
Akuzawa dulu menikmati pendakian solo, tetapi seiring menurunnya kekuatannya selama bertahun-tahun, ia lebih mengandalkan bantuan orang lain. Pendakian rekornya bulan lalu adalah ujian lain yang ia lalui dengan bantuan.
“Gunung Fuji bukanlah gunung yang sulit, tetapi kali ini lebih sulit daripada enam tahun yang lalu. Lebih sulit daripada gunung mana pun sebelumnya,” katanya.
“Saya belum pernah merasa selemah ini. Saya tidak merasakan sakit, tetapi saya terus bertanya-tanya mengapa saya begitu lambat, mengapa saya tidak punya stamina. Saya sudah lama melampaui batas fisik saya, dan hanya berkat kekuatan semua orang saya berhasil.”
Akuzawa ditanya apakah ia akan mencoba mendaki Gunung Fuji lagi.
“Saya ingin sekali terus mendaki selamanya, tetapi saya rasa saya tidak bisa lagi. Sekarang saya sudah setinggi Gunung Akagi,” katanya, merujuk pada puncak di dekatnya yang tingginya sekitar setengah dari Gunung Fuji dengan puncak 1.828 meter.
Halaman 2 dari 2
(kna/kna)

Jakarta –
Pepaya menjadi salah satu tanaman yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Buah, biji, dan daunnya kerap dimanfaatkan baik dalam kuliner maupun pengobatan tradisional.
Daun pepaya mengandung senyawa nabati unik yang dalam penelitian tabung dan hewan menunjukkan potensi farmakologis yang luas.
Meski penelitian pada manusia masih terbatas, berbagai olahan daun pepaya, seperti teh, ekstrak, tablet, dan jus, sering digunakan untuk membantu mengatasi penyakit sekaligus mendukung kesehatan dengan beragam cara.
Manfaat Daun Pepaya
Dikutip dari Healthline, berikut lima manfaat dan kegunaan daun pepaya yang mulai banyak mendapat perhatian.
Masker atau jus daun pepaya sering digunakan secara topikal untuk membantu pertumbuhan rambut dan menjaga kesehatan kulit kepala. Namun, bukti ilmiah yang mendukung manfaat ini masih sangat terbatas.
Beberapa penelitian menunjukkan tingginya tingkat stres oksidatif dalam tubuh dapat berkontribusi pada kerontokan rambut. Mengonsumsi makanan kaya antioksidan diyakini dapat membantu mengurangi stres oksidatif dan secara tidak langsung mendukung pertumbuhan rambut.
Daun pepaya mengandung berbagai senyawa dengan sifat antioksidan, seperti flavonoid dan vitamin E. Karena itu, banyak yang percaya bahwa daun pepaya bermanfaat bagi pertumbuhan rambut. Namun, hingga kini belum ada bukti signifikan bahwa penggunaan daun pepaya secara topikal benar-benar dapat merangsang pertumbuhan rambut.
Jenis ketombe tertentu disebabkan oleh pertumbuhan berlebih jamur Malassezia, yang dapat menghambat pertumbuhan rambut. Daun pepaya terbukti memiliki sifat antijamur dalam uji laboratorium, sehingga diduga dapat membantu kesehatan rambut dan kulit kepala dengan menghambat pertumbuhan jamur penyebab ketombe.
Meski demikian, daun pepaya belum pernah diuji secara khusus terhadap jamur Malassezia, sehingga manfaatnya untuk masalah tersebut belum dapat dipastikan.
Dalam pengobatan tradisional Meksiko, daun pepaya kerap digunakan sebagai terapi alami untuk membantu mengatasi diabetes dan menjaga kadar gula darah tetap stabil.
Penelitian pada tikus pengidap diabetes menunjukkan ekstrak daun pepaya memiliki efek antioksidan kuat sekaligus mampu menurunkan kadar gula darah. Manfaat ini diduga berasal dari kemampuannya melindungi sel penghasil insulin di pankreas dari kerusakan dan kematian dini.
Namun, hingga kini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa efek serupa terjadi pada manusia. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan apakah daun pepaya benar-benar dapat membantu mengendalikan kadar gula darah tinggi pada manusia.
Teh dan ekstrak daun pepaya kerap digunakan sebagai terapi alternatif untuk meredakan berbagai keluhan pencernaan, seperti perut kembung, sering buang gas, dan sensasi panas di dada (heartburn).
Daun pepaya mengandung serat yang penting bagi kesehatan pencernaan, serta senyawa unik bernama papain. Papain dikenal karena kemampuannya memecah protein berukuran besar menjadi potongan lebih kecil berupa protein sederhana dan asam amino yang lebih mudah dicerna. Dalam praktik kuliner, papain bahkan digunakan sebagai bahan pelunak daging.
Sebuah penelitian menemukan bahwa suplemen bubuk papain yang berasal dari buah pepaya dapat mengurangi gejala pencernaan yang mengganggu, termasuk konstipasi dan heartburn, pada pengidap irritable bowel syndrome (IBS).
Namun, hingga kini belum ada penelitian ilmiah yang secara khusus menilai efektivitas daun pepaya dalam mengatasi gangguan pencernaan serupa. Bukti yang ada lebih banyak berasal dari pengalaman anekdot, sehingga tidak dapat dijamin bahwa daun pepaya pasti memperbaiki fungsi pencernaan.
Berbagai olahan daun pepaya sering digunakan untuk membantu mengatasi berbagai kondisi peradangan, baik internal maupun eksternal, seperti ruam kulit, nyeri otot, dan sakit sendi.
Daun pepaya mengandung sejumlah nutrisi dan senyawa nabati dengan potensi anti-inflamasi, di antaranya papain, flavonoid, dan vitamin E.
Sebuah penelitian menemukan, ekstrak daun pepaya mampu secara signifikan mengurangi peradangan dan pembengkakan pada kaki tikus yang menderita artritis.
Namun, hingga kini belum ada penelitian pada manusia yang mengonfirmasi hasil tersebut. Karena itu, bukti ilmiah yang ada masih belum cukup untuk memastikan apakah daun pepaya benar-benar efektif dalam mengatasi peradangan akut maupun kronis pada manusia.
Daun pepaya sering dikonsumsi secara oral maupun digunakan secara topikal untuk membantu menjaga kulit tetap lembut, bersih, dan tampak awet muda.
Enzim pemecah protein dalam daun pepaya yang disebut papain dapat digunakan sebagai eksfolian alami untuk mengangkat sel-sel kulit mati. Dengan begitu, papain berpotensi mengurangi penyumbatan pori-pori, rambut tumbuh ke dalam, serta jerawat.
Selain itu, enzim dalam daun pepaya juga telah digunakan untuk mendukung penyembuhan luka. Bahkan, sebuah penelitian menemukan bahwa enzim tersebut dapat meminimalkan tampilan jaringan parut pada kelinci.
(suc/suc)

Jakarta –
Sebuah penelitian sedang berlangsung mengkaji potensi racun lebah untuk mengobati jenis kanker tertentu. Sejak tahun 2020, para ahli di Epigenetics Lab di Harry Perkins Institute of Medical Research telah meneliti bagaimana racun dari lebah madu dapat digunakan untuk membunuh sel kanker payudara yang agresif tanpa membahayakan sel-sel sehat.
Kepada News Week, Dr Edina Wang, seorang peneliti di institut tersebut mengatakan timnya kini telah merekayasa bentuk melittin yang ditargetkan, sehingga dapat disuntikkan langsung ke aliran darah dalam studi praklinis.
Melittin adalah senyawa utama yang ditemukan dalam racun lebah. Ia bekerja dengan cara “melubangi membran sel”.
“Dengan hanya satu suntikan, kami mengamati kematian sel kanker dalam enam jam dan efek terapeutiknya bertahan hingga satu minggu,” katanya, seraya menambahkan bahwa efek ini minimal pada sel normal.
Racun Lebah Hancurkan Sel Kanker Tanpa Merusak Sel Sehat
Menurut Dr Wang, dalam penelitian mereka, ditemukan bahwa seluruh racun lebah menargetkan sel kanker payudara lebih efektif, dengan dampak yang lebih kecil pada sel normal. Hal ini mengindikasikan mungkin ada komponen lain dalam racun yang membantu mengarah kan melittin secara lebih spesifik ke sel kanker.
Meski demikian racun lebah madu itu sendiri tidak dapat digunakan langsung sebagai pengobatan karena mengandung “komponen alergen dan beracun yang membuatnya tidak aman dalam bentuk alaminya.”
Namun, dengan merekayasanya dan menambahkan komponen khusus, mereka berhasil meningkatkan presisinya, memungkinkan racun ini langsung menuju lokasi tumor dan membunuh sel kanker secara efektif.
Potensi dan Tantangan Terapi
Penelitian ini bukanlah yang pertama kali mengkaji melittin untuk pengobatan kanker. Dr Robert Clarke, direktur eksekutif The Hormel Institute, mengatakan studi ini berada dalam konteks penelitian yang serupa.
Namun, yang membedakannya adalah temuan bahwa beberapa subtipe kanker payudara mungkin lebih sensitif terhadap racun tersebut.
Meskipun penelitian saat ini fokus pada kanker payudara, para peneliti juga telah mulai menyelidiki apakah pengobatan serupa dapat digunakan untuk kanker ovarium. Hasil awal menunjukkan bahwa melittin yang ditargetkan memiliki efektivitas enam kali lipat lebih baik terhadap sel kanker ovarium dibandingkan melittin saja.
“ada selalu batasan untuk dipertimbangkan, dan penelitian ini tidak terkecuali,” kata Dr Clark.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengembangkan terapi yang lebih bertarget yang dapat mengurangi ketergantungan pada perawatan tradisional seperti kemoterapi dan radioterapi, yang sering kali memiliki efek samping signifikan.’
Pada tahap ini, para peneliti melihat pendekatan melittin yang ditargetkan sebagai sesuatu yang dapat melengkapi pengobatan yang sudah ada, bukan menggantikannya.
Halaman 2 dari 2
(kna/kna)

Jakarta –
Seorang dokter di Prancis dituduh sengaja meracuni pasiennya untuk memamerkan keterampilan resusitasinya ketika mereka mengalami henti jantung.
Dr Frédéric Péchier, 53 tahun, dituduh meracuni 30 pasien anak dan dewasa, 12 di antaranya meninggal dunia, ketika ia bekerja sebagai ahli anestesi di klinik Saint-Vincent di Besançon dan Poliklinik Franche-Comté antara tahun 2008 dan 2017, lapor media France 24.
Pasien yang diduga diracuni berusia antara 4 dan 89 tahun. Péchier telah mengklaim bahwa ia tidak bersalah atas kejahatan tersebut.
Laporan Le Monde menyebut Péchier diduga memicu serangan jantung pada pasien agar ia dapat memamerkan keterampilan resusitasinya dan diduga mendiskreditkan rekan kerja.
Péchier dituduh merusak kantong parasetamol atau kantong anestesi milik rekan-rekannya agar ia dapat menciptakan keadaan darurat di ruang operasi dan memamerkan kemampuan resusitasinya.
Penyelidikan dilakukan setelah Sandra Simard, yang saat itu berusia 36 tahun, mengalami serangan jantung, yang berhasil ia selamatkan, saat menjalani operasi pada Januari 2017. Dosis kalium yang berpotensi mematikan kemudian ditemukan dalam kantong saline yang digunakan untuk anestesinya.
“Ia sehat, tetapi jantungnya berhenti berdetak saat menjalani operasi tulang belakangnya,” demikian dilaporkan BBC.
Seorang dokter perawatan intensif gagal menyadarkannya, sehingga Péchier turun tangan dan memberinya suntikan.
Jean-Claude Gandon, yang berusia 70 tahun saat itu, diyakini sebagai satu-satunya dari 30 korban yang dibius langsung oleh Péchier. Ia berhasil diresusitasi.
“Apa yang dituduhkan kepadanya adalah meracuni pasien yang sehat untuk mencelakai rekan-rekan yang berkonflik dengannya,” kata Jaksa Etienne Manteaux.
Damien Iehlen, 53 tahun, diduga sebagai korban tewas pertama pada Oktober 2008. Ia pergi ke Klinik Saint-Vincent untuk menjalani operasi ginjal rutin dan meninggal setelah mengalami henti jantung. Hasil tes kemudian mengonfirmasi bahwa ia telah diberi dosis obat lidokain yang berpotensi mematikan.
Persidangan diperkirakan berlangsung hingga Desember. Péchier terancam hukuman penjara seumur hidup jika terbukti bersalah.
(kna/kna)

Video: Menkes Targetkan MPPDN Diperluas ke 514 Kabupaten di Indonesia

Jakarta –
Heboh, dokter di Korea Selatan menemukan ratusan benang ‘susuk’ emas di lutut seorang pasien nenek 65 tahun. Dari foto rontgen yang beredar, dokter menemukan titik-titik benang di area dekat lutut pasien.
Ini berawal dari seorang pasien yang tidak disebutkan namanya, memiliki masalah osteoarthritis di lutut. Osteoarthritis merupakan masalah kesehatan degeneratif yang memicu kekakuan dan nyeri pada sendi.
Dikutip dari Live Science, pasien tersebut sebenarnya sempat beberapa kali menjalani perawatan medis di rumah sakit. Beberapa di antaranya seperti perawatan obat pereda nyeri dan obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), hingga penyuntikan steroid langsung ke lutut. Namun, masalah nyerinya itu tidak kunjung hilang.
Karena merasa tidak ada perubahan, ia memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif akupuntur. Untuk meredakan rasa nyerinya, ia bisa datang ke terapi beberapa kali dalam seminggu.
Pasien tersebut akhirnya memutuskan untuk kembali rumah sakit karena kondisinya semakin parah. Ia lalu menjalani pemeriksaan rontgen dan dokter menemukan titik benang-benang emas kecil di dalam lutut kiri pasien itu.
Hasil rontgen juga menunjukkan tulang kering bagian dalam sendi telah menebal dan mengeras. Mereka juga menemukan pertumbuhan tulang yang disebut bone spurs pada bagian dalam tulang kering dan tulang paha dekat sendi lutut.
Belakangan, benang-benang tersebut dimasukkan dalam sesi akupuntur yang telah dilakukan pasien. Benang emas itu sengaja ditinggalkan dalam jaringan untuk memberikan stimulasi berkelanjutan.
Tidak dilaporkan dalam studi kasus, apakah benang emas tersebut dikeluarkan pasien atau tidak. Namun, pada kasus-kasus lain, benang biasanya dibiarkan tetap berada dalam tubuh.
Akupuntur dengan benang emas memang umum di Asia untuk pengobatan alternatif osteoarthritis maupun artritis reumatoid. Namun, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung efektivitasnya.
Kasus serupa bukan yang pertama di Korea Selatan. Seorang pasien wanita 58 tahun yang mengidap artritis reumatoid pernah menjalani akupunktur benang emas pada pergelangan tangannya.
Bukannya sembuh, kondisi pasien tersebut malah semakin parah. Dokter yang memeriksanya saat itu menyebut kondisi pasien memburuk karena tidak segera mengonsumsi obat anti-rheumatoid dan terlalu lama mengandalkan metode alternatif tersebut.
Benang emas juga dapat bermigrasi dalam tubuh dan fragmennya bisa merusak jaringan sekitar. Beberapa ahli juga memperingatkan bahwa adanya benang emas dalam tubuh bisa menghentikan pasien untuk menjalani MRI, karena ada risiko logam berpindah dan merusak pembuluh darah.
Halaman 2 dari 2
(avk/kna)

Jakarta –
CATATAN: Depresi dan munculnya keinginan bunuh diri bukanlah hal sepele. Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh atau fisik. Jika gejala depresi semakin parah, segeralah menghubungi dan berdiskusi dengan profesional seperti psikolog, psikiater, maupun langsung mendatangi klinik kesehatan jiwa.
Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes RI Imran Pambudi menyebut skrining kesehatan gratis khusus kesehatan jiwa sudah menyasar lebih dari 13 juta warga Indonesia. Menurut daya yang dihimpun sejak Februari 2025, masalah mental terbanyak yang dihadapi adalah depresi dan kecemasan.
Keduanya merupakan potensi atau pencetus seseorang melukai diri sendiri, bahkan fatalnya memilih mengakhiri hidup. Beberapa dari kasus yang ditemukan ditindak lebih lanjut ke layanan primer seperti puskesmas, hingga rumah sakit untuk kasus masalah mental lebih berat.
“Jadi sudah ada 13 juta yang mengikuti skrining kesehatan jiwa dan dari sini kita temukan secara nasional rata-rata orang yang mengalami gejala depresi itu sekitar 1 persen, sementara cemas 0,9 persen,” jelas dr Imran dalam webinar di Jakarta Selatan, Rabu (10/10/2025).
Bila dirinci lebih lanjut, DKI Jakarta menempati provinsi pertama yang mencatat insiden kasus depresi paling tinggi menurut hasil skrining.
“Yang paling tinggi adalah di DKI Jakarta, di DKI itu yang depresi 9,3 persen, yang cemas ada 7,6 persen,” beber Imran.
“Orang-orang seperti ini lah yang punya potensi untuk melakukan tadi percobaan bunuh diri menyakiti diri sendiri,” sambung dia.
Menurut Imran, kasus di DKI Jakarta menggambarkan angka depresi mencapai 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan rata-rata laporan Indonesia. Sementara gangguan cemas mencapai 7 kali lipat lebih banyak.
“Sehingga kasus di DKI Jakarta ini 10 kali lebih tinggi dibanding rata-rata di Indonesia, kalau cemas 7 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional, kita butuh menanggulangi bagaimana masalah-masalah ini,” pungkasnya.
dr Imran mengimbau masyarakat untuk mengakses layanan konseling gratis yang bisa diakses selama 24 jam melalui website healing119.id. Pengguna bisa langsung melanjutkan konseling melalui telepon atau chat dalam laman tersebut.
Sejauh ini, lebih banyak perempuan yang mengakses konseling yakni 71,7 persen, dengan terbanyak di usia 21 hingga 30 tahun.
(naf/kna)

Jakarta –
Pola makan sangat memengaruhi bagaimana status kesehatan seseorang. Seperti di Jepang misalnya, negara ini dikenal dengan warganya yang memiliki umur panjang dan kebiasaan makan sehat.
Salah satu wilayah di Jepang, Okinawa, bahkan menjadi salah ‘blue zone’ di mana penduduknya memiliki angka harapan hidup yang tinggi dan memiliki risiko penyakit kronis yang lebih rendah. Ada banyak centenarian atau orang yang hidup hingga lebih dari 100 tahun di wilayah blue zone.
Makanan Apa yang Dikonsumsi?
Ahli gizi dari Jepang bernama Michiko Tomioka, MBA, RDN menuturkan salah satu kunci hidup sehat ala orang Jepang adalah makan dengan penuh kesadaran. Selain itu, orang Jepang juga sangat memegang Ikigai, atau menemukan tujuan hidup.
Kacang-kacangan seperti kedelai adalah makanan favorit orang Jepang. Menurut Michiko, kedelai adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang kaya akan nutrisi.
“Dapur saya tidak pernah lengkap tanpa edamame, kinako (bubuk kedelai), susu kedelai tanpa gula, serta natto dan miso buatan sendiri. Kedelai tinggi serat, vitamin B, kalium, dan polifenol seperti isoflavon,” ujar Michiko dikutip dari CNBC Make It, Rabu (10/9/2025).
Selain kedelai, Michiko juga suka kacang merah azuki. Kacang merah azuki kaya akan polifenol, serat, protein, dan vitamin B yang bermanfaat mencegah peradangan.
Rumput laut atau kaiso ada di begitu banyak makanan dan camilan di Jepang. Michiko mengatakan dirinya bisa makan rumput laut hampir setiap hari. Ada banyak nutrisi yang terkandung di dalam rumput laut.
“Rumput laut itu rendah kalori, tinggi serat, serta mengandung berbagai mineral dan vitamin penting, termasuk yodium, zat besi, kalium, magnesium, vitamin B12, dan asam lemak omega-3. Di dapur saya biasanya ada lima sampai sepuluh jenis rumput laut sekaligus, masing-masing dengan rasa dan kegunaan berbeda,” sambungnya.
Orang Jepang sangat suka makanan fermentasi. Beberapa jenis makanan fermentasi yang jadi favorit orang Jepang meliputi miso (pasta kedelai fermentasi untuk sup), natto (kedelai fermentasi), hingga nukazuke (sayuran fermentasi).
Makanan fermentasi kaya akan probiotik yang membantu pencernaan, penyerapan nutrisi, serta dapat menurunkan risiko penyakit. Setiap daerah di Jepang punya jenis miso dan acar khas, tergantung cuaca, tanaman, budaya, dan gaya hidup.
Matcha atau teh hijau memiliki banyak manfaat kesehatan. Matcha mengandung vitamin C, vitamin B, serat, protein, serta polifenol yang bersifat anti-inflamasi dan membantu melawan penyakit.
Senyawa alami ini kaya akan antioksidan, nutrisi yang melindungi sel dari kerusakan.
“Bibi saya yang berusia 99 tahun selalu memulai harinya dengan matcha, begitu juga saya. Saya bahkan menyajikannya di mangkuk-mangkuk khusus yang pernah ia hadiahkan,” cerita Michiko.
Michiko mengatakan biji wijen selalu tersedia di rumah orang Jepang. Biji wijen panggang biasanya ditambahkan dalam tumisan sayur atau nasi goreng. Alih-alih menggunakan minyak wijen, ia lebih suka menggunakan biji wijen giling atau pasta, untuk mendapat manfaat gizi lebih optimal.
“Wijen kaya vitamin B dan E, protein, serat, serta mineral seperti magnesium, kalsium, dan fitosterol yang bisa membantu mengatur kadar kolesterol,” jelasnya.
Tahu memberikan jumlah protein yang setara dengan daging atau susu, tanpa memberi kolesterol. Tahu juga serbaguna bisa diolah menjadi masakan apa saja.
“Setiap minggu, saya bisa mengolah tahu jadi burger, isi pangsit, campuran nasi goreng sayuran, sup, kari vegan, hummus, lauk, saus salad, saus masakan, hingga dijadikan pencuci mulut,” ujar Michiko.
Jahe adalah rempah yang banyak digunakan di Jepang dan juga Indonesia. Jahe dikenal sebagai salah satu makanan ‘penyembuh’.
Michiko mengatakan jahe dapat membantu meningkatkan imunitas dan metabolisme. Rempah ini juga umum digunakan untuk meredakan sakit perut atau masuk angin.
Selain memperkaya rasa, penambahan jahe pada masakan juga membantu menjaga makanan agar tidak cepat rusak.
“Sejak kecil, salah satu makanan favorit saya adalah umeboshi (plum asin) buatan ibu dengan jahe dan acar shiso merah. Sepanjang tahun, untuk menjaga kesehatan, saya suka minum teh jahe hangat yang dicampur goji kering, kayu manis, matcha, dan kudzu,” ujarnya.
Jamur shiitake juga umum ditambahkan dalam masakan Jepang. Jamur ini kaya akan protein, vitamin D, vitamin B, serta mengandung lentinan. Lentinan adalah polisakarida yang membantu melawan peradangan.
“Saya biasanya menggunakan shiitake kering untuk membuat dashi (kaldu) semalaman bersama kombu, atau menambahkannya ke sup miso, saus, cuka, kari, hampir ke semua masakan,” tandasnya.
(avk/kna)