Jenis Media: Kesehatan

  • Kemenkes Ungkap Separuh Warga Indonesia Mengeluh Sakit Gigi, Tapi Ogah Periksa

    Kemenkes Ungkap Separuh Warga Indonesia Mengeluh Sakit Gigi, Tapi Ogah Periksa

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan lebih dari separuh orang Indonesia pernah mengalami sakit gigi. Beberapa jenis penyakit gigi yang dimaksud meliputi karies, gigi berlubang, gigi tanggal, hingga peradangan pada gusi.

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebut masalah gigi dan mulut masih menjadi persoalan kesehatan yang besar di Indonesia.

    “Nah, dari data SKI (Survei Kesehatan Indonesia 2023), 57 persen penduduk Indonesia lebih dari 3 tahun itu mengalami masalah gigi dan mulut,” kata Nadia dalam konferensi pers daring Kemenkes, Kamis (11/9/2025).

    Selain kasus masalah gigi dan mulut yang terbilang tinggi, Nadia mengungkapkan jumlah pasien sakit gigi yang pergi ke dokter juga sangat rendah. Tercatat hanya ada sekitar 2,9 juta atau 11,2 persen dari dari seluruh pasien gigi yang memutuskan untuk pergi ke dokter gigi.

    Menurut Nadia, banyak orang memilih mengobati gigi sendiri dengan obat pereda nyeri misalnya. Ketika nyeri pada gigi mereda, pasien tidak melakukan penelusuran lebih lanjut terkait penyebab sakit gigi tersebut.

    “Ini biasanya kita kalau tidak sakit gigi yang dirasakan sakit sekali, maka kita cenderung tidak mencari pengobatan, untuk pengobatan gigi ini,” ujar Nadia.

    “Kita bisa saja minum atau beli obat yang menghilangkan rasa nyeri, yang kemudian nyerinya hilang, tidak dilanjutkan mencari permasalahan daripada sakit gigi yang diderita,” tandasnya.

    Berikut ini adalah daftar 10 wilayah di Indonesia dengan persentase penyakit gigi dan mulut tertinggi:

    Sulawesi Barat – 68,4 persenSulawesi Selatan – 68,4 persenSulawesi Tengah – 66,5 persenSulawesi Utara – 64,9 persenMaluku – 64,9 persenJawa Barat – 63,4 persenGorontalo – 61,4 persenSumatera Barat – 61,1 persenKalimantan Utara – 60,5 persenDI Yogyakarta – 59,0 persen

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman

    Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman

    Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman

  • Kisah Dokter Bedah Lakukan Operasi Usus Buntu ke Dirinya Sendiri

    Kisah Dokter Bedah Lakukan Operasi Usus Buntu ke Dirinya Sendiri

    Jakarta

    Kondisi darurat memaksa ahli bedah Rusia Leonid Rogozov untuk melakukan operasi usus buntu pada dirinya sendiri. Hal ini terjadi pasca dirinya mengalami sakit parah dalam perjalanan ke Antartika.

    Sebagai satu-satunya dokter di tim perjalanan tersebut, ia tidak bisa meminta bantuan orang lain.

    Leonid Rogozov yang kala itu masih berusia 27 tahun mulai merasa lelah, lemah, dan mual, hingga nyeri hebat muncul di sisi kanan perutnya.

    “Sebagai seorang ahli bedah, ia tidak kesulitan mengetahui keluhan tersebut mengarah ke radang usus buntu akut,” cerita putranya, Vladislav, menceritakan momen-momen tegang, dikutip dari BBC.

    “Itu adalah kondisi yang telah ia lakukan berkali-kali.”

    Rogozov adalah bagian dari ekspedisi Antartika Soviet keenam, sebuah tim yang terdiri dari 12 orang telah dikirim untuk membangun pangkalan baru di Oasis Schirmacher.

    Stasiun Novolazarevskaya beroperasi pada pertengahan Februari 1961, dan setelah misi mereka selesai, kelompok itu bersiap untuk menghadapi bulan-bulan musim dingin yang keras.

    Namun, pada akhir April, nyawa Rogozov terancam dan ia tidak memiliki harapan bantuan dari luar. Perjalanan dari Rusia ke Antartika telah memakan waktu 36 hari melalui laut, dan kapal baru akan kembali setahun kemudian. Penerbangan mustahil dilakukan karena adanya badai salju.

    “Ia dihadapkan pada situasi hidup dan mati yang sangat sulit,” kata Vladislav.

    “Pilihannya hanya dua, ia terus menunggu bantuan yang tidak kunjung datang tau mencoba mengoperasi dirinya sendiri.”

    Itu bukan pilihan yang mudah. Rogozov tahu usus buntunya bisa pecah dan jika itu terjadi, hampir pasti nyawanya tidak selamat. Berulang kali Rogozov berpikir, tetapi gejalanya semakin memburuk.

    “Ia harus membuka perutnya sendiri untuk mengeluarkan ususnya,” kata Vladislav.

    “Ia tidak tahu apakah itu mungkin dilakukan manusia.”

    Selain itu, saat itu adalah Perang Dingin, dengan Timur dan Barat bersaing dalam perlombaan nuklir, antariksa, dan kutub, yang bebannya berada di pundak kedua negara dan individu.

    Dengan segala pertimbangan, Rogozov melakukan auto-apendektomi daripada mati tanpa melakukan apa pun.

    “Saya tidak tidur sama sekali tadi malam. Rasanya sakit sekali! Badai salju menerjang jiwa saya, meratap seperti 100 serigala,” tulis Rogozov, dalam buku hariannya.

    “Masih belum ada gejala yang jelas bahwa perforasi akan segera terjadi, tetapi firasat buruk yang mencekam menyelimuti saya. Inilah saatnya. Saya harus memikirkan satu-satunya jalan keluar yang mungkin, mengoperasi diri saya sendiri, meski tampaknya hampir mustahil, tetapi saya tidak bisa menyerah begitu saja.”

    Detik-detik Operasi

    Rogozov menyusun rencana terperinci tentang bagaimana operasi akan berlangsung dan menugaskan peran serta tugas spesifik kepada rekan-rekannya.

    Ia menunjuk dua asisten utama untuk menyerahkan instrumen, mengatur posisi lampu, dan memegang cermin, ia berencana menggunakan pantulan cermin untuk melihat apa yang sedang dilakukannya. Direktur stasiun juga ada di ruangan itu, untuk berjaga-jaga jika salah satu asisten lainnya pingsan.

    “Dia sangat sistematis, bahkan menginstruksikan mereka apa yang harus dilakukan jika ia kehilangan kesadaran,” kata Vladislav.

    Anestesi umum tidak mungkin dilakukan. Ia dapat memberikan anestesi lokal pada dinding perutnya, tetapi setelah ia mengiris usus buntu, pengangkatan usus buntu harus dilakukan tanpa penghilang rasa sakit lebih lanjut, agar kepalanya tetap jernih.

    “Kasihan asisten-asistenku! Di menit-menit terakhir, saya melihat ke arah mereka. Mereka berdiri di sana dengan pakaian operasi putih mereka, bahkan lebih putih dari putihnya,” tulis Rogozov kemudian.

    “Saya juga takut. Tapi ketika saya mengambil jarum suntik berisi novocaine dan menyuntikkan sendiri suntikan pertama, entah bagaimana saya langsung masuk ke mode operasi, dan sejak saat itu saya tidak merasakan apa-apa lagi.”

    Rogozov berniat menggunakan cermin untuk membantunya mengoperasi, tetapi ia merasa pandangan terbalik cermin itu terlalu mengganggu sehingga ia akhirnya bekerja dengan sentuhan, tanpa sarung tangan.

    Sempat Perdarahan Hebat

    Saat mencapai bagian terakhir dan tersulit dari operasi, ia hampir pingsan. Ia mulai takut akan gagal di rintangan terakhir.

    “Pendarahannya cukup deras, tapi saya melakukannya dengan perlahan. Setelah membuka peritoneum, saya melukai usus buntu dan harus menjahitnya,” tulis Rogozov.

    “Saya semakin lemah, kepala saya mulai berputar. Setiap empat hingga lima menit saya beristirahat selama 20-25 detik.

    “Akhirnya, ini dia, usus buntu terkutuk itu! Dengan ngeri saya melihat noda gelap di dasarnya. Itu berarti tinggal sehari lagi dan usus buntu itu akan pecah. Jantung saya berdebar kencang dan terasa melambat, tangan saya terasa seperti karet. Yah, pikirku, semuanya akan berakhir buruk, dan yang tersisa hanyalah pengangkatan usus buntu.”

    Tapi dia tidak gagal. Setelah hampir dua jam, dia menyelesaikan operasinya, hingga jahitan terakhir.

    Lalu, sebelum beristirahat, dia memberi tahu asistennya cara mencuci instrumen bedah, dengan tenang dan rapi, Rogozov meminum beberapa antibiotik dan obat tidur.

    Itu adalah pencapaian yang luar biasa.

    “Yang terpenting, dia merasa lega karena memiliki kesempatan lain untuk hidup,” kata Vladislav.

    Rogozov kembali ke tugas normalnya hanya dua minggu kemudian pasca operasi tersebut.

    Halaman 2 dari 3

    (naf/kna)

  • Jateng Catat Kasus Bunuh Diri Tertinggi, Kemenkes Bicara Kemungkinan Pemicunya

    Jateng Catat Kasus Bunuh Diri Tertinggi, Kemenkes Bicara Kemungkinan Pemicunya

    Jakarta

    CATATAN: Depresi dan munculnya keinginan bunuh diri bukanlah hal sepele. Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh atau fisik. Jika gejala depresi semakin parah, segeralah menghubungi dan berdiskusi dengan profesional seperti psikolog, psikiater, maupun langsung mendatangi klinik kesehatan jiwa. Konsultasi online secara gratis juga bisa diakses melalui laman Healing119.id.

    Kasus bunuh diri di Indonesia dilaporkan meningkat pada 2024 yakni 1.450 kasus, bertambah 100 kasus dibandingkan tahun sebelumnya di 1.350 kematian. Angka ini sebetulnya tidak memberikan gambaran utuh atau potret sebenarnya di lapangan.

    Mengacu pada data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), proyeksi mereka menunjukkan sedikitnya Indonesia menyumbang 4.750 kasus dalam setahun.

    Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes RI Imran Pambudi membenarkan catatan kasus bunuh diri masih ‘under-reported’ dengan gap yang cukup besar.

    “Karena sebetulnya estimasi IHME kan 4 ribu lebih, tapi yang dilaporkan kan baru 1.450, masih banyak yang belum terlaporkan,” bebernya dalam webinar di Jakarta Selatan, Rabu (10/9/2025).

    Mengutip data POLRI, Imran menyoroti laporan kasus bunuh diri terbanyak terjadi di Jawa Tengah. Hal ini relatif membingungkan lantaran Jateng bukan merupakan daerah dengan populasi penduduk terpadat di Indonesia.

    ‘Gap’ laporan di Jateng dengan berbagai provinsi padat di RI lainnya termasuk Jawa Barat, terlihat sangat timpang.

    Apa pemicu kasus bunuh diri terbanyak di Jateng?

    “Bisa saja karena mungkin faktor-faktor pencetusnya di situ lebih besar, cuman kok gapnya banyak banget itu saya belum tahu. Tapi lagi-lagi kasus bunuh diri itu under-reported,” jelas Imran.

    “Bisa saja Jawa Tengah itu polisinya lebih sigap ada laporan, itu banyak faktor yang saya belum bisa menganalisis angka itu,” sambung dia.

    Namun, secara umum permasalahan terkait masalah kesehatan jiwa bermula dari keluarga. Tercatat dari laporan konseling gratis Kemenkes RI hingga September 2025, 433 keluhan berkaitan dengan masalah keluarga.

    Menurutnya, pencegahan kasus bunuh diri di sejumlah wilayah relatif kurang optimal. Salah satunya adalah keterbatasan SDM saat masyarakat membutuhkan konseling.

    Hal ini yang juga dihadapi layanan konseling119.id, beberapa orang mengeluh antrean dan respons yang lambat dari permintaan konsultasi. Meski begitu, pemerintah ke depan akan membuka pelatihan first aider untuk membantu mengatasi dan mengawal ciri-ciri seseorang yang memiliki keinginan bunuh diri.

    “Jadi nanti kita propose para first aider itu, karena kalau kita lihat orang itu kecenderungannya butuh teman ngobrol. Secara teori, loneliness kalau dia berkelanjutan bisa kena depresi, depresi yang berkelanjutan dia akan bisa macam-macam,” tutur dia.

    “Bisa skizofrenia atau percobaan bunuh diri tadi itu,” pungkasnya.

    Berikut laporan kasus bunuh diri terbanyak di Indonesia:

    Jawa Tengah: 478 kasusJawa Timur: 201 kasusSumatera Utara: 81 kasusJawa Barat: 72 kasusBali: 72 kasusDKI Jakarta: 49 kasus

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Cara Kemenkes Beri Perhatian Khusus Kasus Bipolar-Skizofrenia”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Benarkah Kumis Kucing Bisa Atasi Diabetes? Ini Penjelasan Pakar Herbal

    Benarkah Kumis Kucing Bisa Atasi Diabetes? Ini Penjelasan Pakar Herbal

    Jakarta

    Tanaman kumis kucing telah lama digunakan sebagai obat herbal untuk membantu mengatasi berbagai masalah kesehatan. Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr Inggrid Tania, MSi, menjelaskan tanaman kumis kucing memiliki nama latin Orthosiphon stamineus atau Orthosiphon aristatus.

    Tanaman ini dinamakan kumis kucing karena bentuk morfologinya menyerupai kumis hewan kucing, meski sebenarnya tidak ada kaitannya langsung dengan hewan tersebut.

    Benarkah Kumis Kucing Bisa Mengatasi Diabetes?

    Menurut dr Inggrid, pemanfaatan kumis kucing yang paling populer adalah sebagai diuretik, yakni membantu melancarkan buang air kecil, sekaligus membantu meluruhkan batu ginjal. Selain itu, kumis kucing juga sering digunakan untuk membantu menangani hipertensi atau darah tinggi dan diabetes.

    “Kalau pemakaian untuk diabetes memang pemakaiannya selama ini seringnya secara tradisional. Misalnya 80 gram kumis kucing segar, itu kira-kira satu genggam kumis kucing segar,” katanya saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.

    Untuk penggunaan tradisional pada pengidap diabetes, biasanya digunakan sekitar 80 gram kumis kucing segar (setara satu genggam). Bagian tanaman yang digunakan adalah seluruh herba, yaitu bagian yang tumbuh di atas tanah, bisa berupa daun, bunga, maupun tangkai.

    Cara Pengolahan Kumis Kucing

    Cara pengolahannya adalah dengan merebus lima gelas air hingga mendidih, lalu masukkan kumis kucing segar tadi. Rebus selama 15-20 menit hingga air tersisa sekitar tiga gelas.

    Air rebusan ini kemudian diminum tiga kali sehari sebelum makan, masing-masing satu gelas pagi, siang, dan malam.

    “Bisa juga pakai kumis kucing yang sudah dikeringkan. Namanya Simplicia kumis kucing kering. Dosisnya itu antara 6 sampai 12 gram sehari,” lanjutnya.

    Proses perebusannya sama, yakni menggunakan lima gelas air yang direbus hingga mendidih, lalu dimasukkan kumis kucing kering dan direbus kembali 15-20 menit hingga tersisa tiga gelas, yang juga diminum tiga kali sehari sebelum makan.

    Kumis Kucing Bukan Berarti Menyembuhkan

    dr Inggrid menekankan, konsumsi kumis kucing bukan berarti menyembuhkan diabetes sepenuhnya, karena pada dasarnya diabetes tidak bisa sembuh total. Namun, ramuan ini bisa membantu mengontrol kadar gula darah, mencegah lonjakan tinggi, dan memperlambat munculnya komplikasi.

    “Dalam arti mengatasi itu bukan menyembuhkan diabetes secara total,” tuturnya.

    Kumis kucing, lanjutnya, juga dapat dikonsumsi oleh pengidap prediabetes. Meski demikian, dr Inggrid mewanti-wanti bagi pengidap diabetes yang sudah berat atau kadar gula darahnya sangat tinggi, tak bisa mengonsumsi kumis kucing saja, harus perlu obat konvensional.

    “Yang utama kumis kucing ini hanya sebagai tambahan saja. Tambahan dalam arti komplementer. Untuk menguatkan lagi efek pengontrolan terhadap diabetesnya,” lanjutnya.

    “Jadi seringkali harus dipantau sekali. Karena misalnya ketika dikombinasi dengan insulin atau dikombinasi dengan obat anti diabetes yang lain. Itu betul-betul harus dipantau,” ucapnya.

    Pasien diabetes yang sudah mengalami komplikasi ginjal juga harus berhati-hati, terutama mereka yang sudah memasuki stadium penyakit ginjal kronis atau bahkan menjalani cuci darah. dr Inggrid mengatakan tidak semua pengidap ginjal dapat mentoleransi kumis kucing, karena beban metabolisme dan ekskresi zat dari ramuan ini akan diproses oleh ginjal, yang bisa memperparah kerusakan.

    “Apalagi kalau yang sudah cuci darah itu juga harus hati-hati banget,” lanjutnya.

    Selain diminum tunggal, kumis kucing juga bisa dikombinasikan dengan tanaman obat lain yang bermanfaat untuk diabetes, seperti sambiloto, daun salam, kayu manis, brotowali, daun bungur, maupun daun insulin. Namun, menurut dr. Inggrid, sebaiknya dicoba dulu kumis kucing sebagai ramuan utama. Jika hasilnya dirasa kurang memadai, barulah bisa dipadukan dengan herbal lain yang sesuai.

    (suc/suc)

  • Alarm Bahaya UNICEF, Makin Banyak Anak-Remaja Obesitas! Ini Dampaknya

    Alarm Bahaya UNICEF, Makin Banyak Anak-Remaja Obesitas! Ini Dampaknya

    Jakarta

    Data terbaru UNICEF melaporkan kasus obesitas telah melampaui kekurangan gizi dan menjadi bentuk malnutrisi utama di kalangan anak dan remaja. Setidaknya 1 dari 10 anak berusia 10-15 tahun hidup dengan obesitas pada saat ini.

    “Makanan ultra-olahan semakin menggantikan buah-buahan, sayur-sayuran, dan protein pada saat nutrisi memainkan peran penting dalam pertumbuhan, perkembangan kognitif, dan kesehatan mental anak-anak.” Kata Direktur UNICEF, Catherine Russell.

    Laporan berjudul Feeding Profit: How Food Environments are Failing Children oleh UNICEF menggunakan data dari lebih dari 190 negara dan menemukan bahwa prevalensi kekurangan berat badan di kalangan anak-anak berusia 5-19 tahun telah menurun sejak tahun 2000, dari hampir 13 persen menjadi 9,2 persen, sementara tingkat obesitas telah meningkat dari 3 persen menjadi 9,4 persen.

    Obesitas kini melampaui kekurangan berat badan di seluruh wilayah dunia, kecuali Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan.

    Angka ini, yang semuanya telah berlipat ganda sejak tahun 2000, sebagian besar didorong oleh peralihan dari pola makan tradisional ke makanan impor yang murah, padat energi, dan berkalori tinggi.

    Sementara itu, banyak negara berpenghasilan tinggi masih memiliki tingkat obesitas yang tinggi, misalnya 27 persen anak usia 5 hingga 19 tahun di Chili mengalami obesitas, 21 persen di Amerika Serikat, dan 21 persen di Uni Emirat Arab.

    Bahaya obesitas pada anak

    Meskipun kekurangan gizi seperti wasting dan stunting masih menjadi masalah yang signifikan di kalangan anak balita di sebagian besar negara berpenghasilan rendah dan menengah, prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas meningkat di kalangan anak usia sekolah dan remaja.

    Menurut data terbaru yang tersedia, 1 dari 5 anak dan remaja berusia 5-19 tahun di seluruh dunia atau 391 juta mengalami kelebihan berat badan, dengan sebagian besar dari mereka kini diklasifikasikan sebagai pengidap obesitas.

    Anak-anak dianggap kelebihan berat badan ketika berat badan mereka secara signifikan melebihi berat badan sehat untuk usia, jenis kelamin, dan tinggi badan mereka.

    Obesitas adalah bentuk kelebihan berat badan yang parah dan menyebabkan risiko lebih tinggi terkena resistensi insulin dan tekanan darah tinggi, serta penyakit yang mengancam jiwa di kemudian hari, termasuk diabetes tipe-2, penyakit kardiovaskular, dan kanker tertentu.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • 5 Minuman yang Bantu Turunkan Kadar Kolesterol, Mudah Didapat dan Enak

    5 Minuman yang Bantu Turunkan Kadar Kolesterol, Mudah Didapat dan Enak

    Jakarta

    Kolesterol adalah zat berlemak seperti lilin yang digunakan tubuh untuk membentuk sel dan hormon. Ada dua jenis kolesterol utama, yaitu high-density lipoprotein (HDL) dan low-density lipoprotein (LDL).

    HDL dikenal sebagai kolesterol ‘baik’, dan meningkatkan kadarnya dianggap bermanfaat untuk kesehatan. Sebaliknya, LDL adalah kolesterol ‘jahat’, sehingga menurunkan kadarnya dapat membantu menjaga kesehatan.

    Jika kadar kolesterol berlebihan, risiko penyakit serius seperti stroke atau serangan jantung akan meningkat. Namun, kadar kolesterol yang dianggap optimal bisa berbeda pada setiap orang. Adapun salah satu cara menurunkan kolesterol secara alami adalah dengan mengatur pola hidup sehat, termasuk mengonsumsi minuman tertentu. Dikutip dari Medical News Today, berikut penjelasannya.

    1. Teh Hijau

    Teh hijau mengandung katekin dan senyawa antioksidan lain yang dapat membantu menurunkan kadar LDL dan kolesterol total.

    Dalam sebuah studi tahun 2020, peneliti meneliti efek epigallocatechin gallate (EGCG), salah satu antioksidan bermanfaat dalam teh hijau, pada manusia, hewan, dan uji laboratorium (in vitro).

    Hasilnya, pada manusia, konsumsi teh hijau lebih tinggi dikaitkan dengan kadar kolesterol LDL yang lebih rendah. Pada hewan, EGCG terbukti menurunkan konsentrasi enzim tertentu sekaligus mengurangi kadar kolesterol LDL.

    Selain itu, menurut tinjauan penelitian pada tahun 2021, teh hitam juga berpotensi memberikan efek positif terhadap kadar kolesterol.

    2. Minuman Kedelai

    Kedelai memiliki kadar lemak jenuh yang rendah. Menggantikan lemak jenuh dengan produk berbahan dasar kedelai dapat membantu menurunkan atau mengontrol kadar kolesterol.

    Organisasi Heart UK merekomendasikan konsumsi 2 hingga 3 porsi makanan atau minuman berbasis kedelai setiap hari, dengan satu porsi setara dengan 250 mililiter susu kedelai. Untuk mengetahui jumlah protein kedelai dalam minuman kedelai, konsumen dapat memeriksa label informasi gizi pada kemasan

    3. Minuman Oat

    Oat mengandung beta-glukan, serat larut yang membentuk zat seperti gel di usus dan berinteraksi dengan garam empedu. Serat ini dapat membantu menghambat penyerapan kolesterol dan menurunkan kadarnya.

    Sebuah ulasan pada tahun 2017 menunjukkan minuman oat, seperti susu oat, dapat memberikan efek penurunan kolesterol yang lebih konsisten dibandingkan produk oat dalam bentuk padat atau semi-padat. Satu gelas susu oat (250 mL) dapat mengandung sekitar 1 gram beta-glukan.

    Untuk memastikan kandungan beta-glukan, konsumen bisa memeriksa label informasi gizi pada kemasan minuman oat, biasanya tercantum pada bagian serat.

    4. Jus Tomat

    Tomat kaya akan likopen, senyawa yang dapat membantu memperbaiki kadar lipid dan menurunkan kolesterol jahat (LDL).

    Penelitian menunjukkan, mengolah tomat menjadi jus dapat meningkatkan bioavailabilitas likopen, yaitu jumlah zat yang dapat diserap tubuh. Selain itu, jus tomat juga kaya akan serat penurun kolesterol dan niasin.

    Sebuah studi tahun 2019 menemukan bahwa jus tomat tanpa garam membantu memperbaiki kadar kolesterol LDL pada 260 orang dewasa di Jepang selama satu tahun.

    5. Smoothie Buah Berry

    Banyak jenis berry kaya akan antioksidan dan serat, yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol.

    Khususnya, antosianin, antioksidan kuat yang terdapat pada berry, terbukti dapat memperbaiki kadar kolesterol. Selain itu, buah berry rendah kalori dan lemak, sehingga aman dikonsumsi secara rutin.

    Berry bisa dinikmati dalam bentuk smoothie, cukup dengan mencampur buah berry bersama susu rendah lemak atau yogurt dan air dingin.

    Contoh berry yang baik untuk dikonsumsi:

    StroberiBlueberryBlackberryRaspberry

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Tanda-tanda Seseorang Alami Kolesterol Kambuh”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/suc)

  • Ahli Jiwa Sebut Tren Kesepian Mulai ‘Hantui’ Warga RI, Ancam Kesehatan Mental

    Ahli Jiwa Sebut Tren Kesepian Mulai ‘Hantui’ Warga RI, Ancam Kesehatan Mental

    Jakarta

    Ancaman kesepian semakin nyata. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan risiko di balik kesepian tidak hanya berdampak pada psikis dan potensi penyakit tertentu, tetapi juga bisa memperpendek usia harapan hidup.

    Seseorang yang tak lagi memiliki kontak sosial, lingkungan dekat, serta merasa kerap terabaikan, bisa berakhir dalam keterpurukan serta rasa putus asa. Bahkan fatalnya memilih melukai diri dan mengakhiri hidup. Hal ini menjadi bukti kesepian bukan sekadar kondisi emosional.

    Antara tahun 2014 dan 2019, kesepian dikaitkan dengan lebih dari 871.000 kematian per tahun, setara dengan 100 kematian per jam. Tren meninggal dalam kesepian juga belakangan mulai dilaporkan negara-negara maju Jepang hingga Korea Selatan.

    Tren kesepian juga mengintai generasi muda. Bagaimana dengan Indonesia?

    dr Albert Maramis SpKJ dari Perhimpunan Dokter Kesehatan Jiwa Indonesia menyebut tren kesepian belakangan memang kerap dilaporkan. Dari hasil konsultasi lima tahun terakhir, keluhan akan kesepian semakin banyak tercatat.

    “Di awal-awal saya praktik nggak ada laporan demikian,” tegasnya dalam webinar di Jakarta Selatan, Rabu (10/10/2025).

    “Sementara di 5 tahun terakhir banyak yang mengeluh kesepian, bisa saja mulai ada keterbukaan, tetapi mungkin juga bukan karena itu,” lanjutnya.

    Meski pemicu pasti kemunculan semakin banyak kasus kesepian belum bisa dipastikan, hal yang menurutnya bisa dipelajari adalah membekali anak-anak dengan ‘self regulation’.

    “Atau memenuhi kebutuhan diri sendiri, tanpa harus bergantung kepada orang lain,” sorotnya sembari menekankan demi meminimalisir dampak.

    Negara disebutnya perlu ikut berperan dalam mengawal kesejahteraan masyarakat untuk menghindari tren yang lebih dulu dilaporkan Jepang, yakni meninggal dalam kesepian. Mengingat, survei kesejahteraan atau kebahagiaan warga negara Indonesia, belum mencapai indikator terbaik.

    “Memang agak mengherankan melihat kesepian ini tetapi secara umum orang perlu belajar untuk menghadapi kesendiriannya,” sebut dia.

    Salah satu yang juga bisa dilakukan adalah memperbanyak aktivitas positif, tidak harus selalu produktif, tetapi minimal memiliki kegiatan yang bisa dinikmati.

    “Kegiatan yang harus dinikmati, apapun itu, karena secara konkret secara realistis kita perlu menyadari ketergantungan kita terhadap orang lain nggak bisa harus 100 persen,” pungkasnya.

    (naf/kna)

  • Video: Eks Kaprodi PPDS Anestesi Undip Dituntut 3 Tahun Penjara

    Video: Eks Kaprodi PPDS Anestesi Undip Dituntut 3 Tahun Penjara

    Video: Eks Kaprodi PPDS Anestesi Undip Dituntut 3 Tahun Penjara

  • Video: Dinkes DKI Catat Ada 218 Kasus Campak Pada Awal September

    Video: Dinkes DKI Catat Ada 218 Kasus Campak Pada Awal September

    Video: Dinkes DKI Catat Ada 218 Kasus Campak Pada Awal September