Jenis Media: Kesehatan

  • Jonathan Frizzy Klaim Vape Isi Etomidate Bukan Termasuk Obat Keras, Begini Faktanya

    Jonathan Frizzy Klaim Vape Isi Etomidate Bukan Termasuk Obat Keras, Begini Faktanya

    Jakarta

    Aktor Jonathan Frizzy membeberkan alasannya berani mencoba vape berisi zat etomidate. Ia mengaku baru mengetahui vape tersebut dari terdakwa lain, Evan, dan sempat mencobanya saat di Bangkok, Thailand.

    Pria yang kerap disapa Ijonk itu menegaskan tidak pernah menggunakan narkoba. Terlebih, di lokasi syuting kerap dilakukan tes urine. Ia juga mengklaim kandungan dalam vape tersebut bukan termasuk obat keras.

    Keyakinan Jonathan Frizzy ini muncul setelah mendapat penjelasan dari Evan. Karena penjelasan itulah, ia mengaku baru berani mencobanya.

    “Saya pastikan kalau pods yang dibilang etomidate ini, itu bukan barang-barang obat keras,” tutur Jonathan Frizzy dalam ruang sidang Pengadilan Negeri Tangerang, Banten, Rabu (10/9/2025).

    Lebih lanjut, Jonathan Frizzy mengungkapkan efek yang dirasakannya setelah menghisap vape berisi etomidate itu.

    “Seperti relaks terus ngantuk sih,” sambungnya.

    Apa Kata Ahli Farmasi dan BNN?

    Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati menyoroti pentingnya pengawasan obat keras, berkaitan dengan kasus produksi vape mengandung etomidate.

    Prof Zullies menjelaskan etomidate hanya bisa digunakan berdasarkan resep obat dan penggunaannya terbatas di lingkungan medis. Obat ini digunakan sebagai bius intravena yang biasanya diberikan pada pasien sebelum operasi.

    “Ini tidak dijual di apotek biasa. Kalau ada yang menjual etomidate secara ilegal atau lewat jalur tidak resmi, itu melanggar hukum dan berisiko pidana,” jelas Prof Zullies ketika dihubungi detikcom, Selasa (30/4/2025).

    Distribusi etomidate juga harus diawasi dengan ketat. Setiap tahap pengiriman, mulai dari produsen, distributor, rumah sakit, hingga pasien yang menerima, perlu didokumentasikan dengan baik.

    Bahkan, etomidate ini tidak boleh diperjualbelikan melalui e-commerce maupun media sosial.

    “Penjualan atau kepemilikan etomidate tanpa izin medis sah harus dikenai pidana berat. Karena risikonya bisa fatal,” jelasnya.

    “Perlu memperhatikan tren penyalahgunaan. Jika ada indikasi trending misuse, misalnya percobaan etomidate dalam vape atau ‘party drugs’, otoritas harus cepat merespons dengan peringatan publik,” tandasnya.

    Senada, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Marthinus Hukom menjelaskan kandungan zat etomidate pada kasus vape Jonathan Frizzy. Ia mengatakan bahwa etomidate itu mengandung penenang dan perlu pengawasan khusus.

    Menurutnya, semua zat yang menghilangkan rasa sakit itu berarti ada obatnya. Sesuatu yang merangsang saraf itu perlu ada pengawasannya.

    Namun, saat itu Marthinus menyebut zat etomidate belum dimasukkan ke golongan narkoba.

    “Dia belum dimasukkan dalam golongan narkoba mungkin masih Undang-Undang Kesehatan ya,” ujar Marthinus pada awak media di DPR RI, Senin (5/5/2025).

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Punya Riwayat Darah Tinggi, Pria Meninggal saat Naik Wahana di Disneyland

    Punya Riwayat Darah Tinggi, Pria Meninggal saat Naik Wahana di Disneyland

    Jakarta

    Seorang turis Filipina berusia 53 tahun dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya meninggal dunia setelah mengalami koma saat menaiki wahana di Hong Kong Disneyland. Investigasi awal tidak menemukan masalah keamanan di wahana tersebut.

    Diberitakan SCMP, kejadian tersebut terjadi pada 30 Agustus lalu dengan pihak Disneyland menyebut pengunjung itu kehilangan kesadaran saat menaiki wahana Frozen Ever After sekitar pukul 10.00 pagi hari sebelumnya dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 11.30 pagi setelah dilarikan ke rumah sakit.

    Juru bicara Disneyland Hong Kong mengatakan bahwa staf telah meminta pertolongan pertama untuk memeriksa pria tersebut dan melakukan CPR saat wahana bersiap untuk berlabuh. Ia kemudian dilarikan ke Rumah Sakit North Lantau.

    “Pihak resor sangat menyesalkan meninggalnya tamu tersebut dan akan melakukan yang terbaik untuk memberikan bantuan yang diperlukan kepada keluarganya,” kata juru bicara tersebut.

    “Investigasi awal kami menunjukkan bahwa insiden tersebut tidak terkait dengan keselamatan wahana.”

    The Strait Times melaporkan bahwa istri pria itu mengatakan kepada polisi bahwa kondisi medis suaminya yang sudah ada sebelumnya meliputi penyakit jantung dan tekanan darah tinggi, yang keduanya memerlukan perawatan medis dan pemeriksaan rutin.

    (kna/kna)

  • Puber Ketiga Laki-Laki, Kapan Terjadi dan Apa Tandanya?

    Puber Ketiga Laki-Laki, Kapan Terjadi dan Apa Tandanya?

    Jakarta

    Pubertas adalah proses alami tubuh untuk secara fisik menjadi dewasa. Pada masa ini, organ-organ utama dan sistem tubuh matang, sehingga tubuh menjadi mampu melakukan reproduksi seksual. Selain perubahan fisik, pubertas juga disertai perkembangan mental dan emosional.

    Meskipun pubertas menjadikan seseorang dewasa secara fisik, otak masih terus berkembang dan matang hingga usia pertengahan sampai akhir 20-an.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, pubertas dimulai ketika bagian otak anak yang disebut hipotalamus mulai memproduksi hormon yang disebut gonadotropin-releasing hormone (GnRH).

    Hipotalamus kemudian mengirimkan GnRH ke bagian otak lain yang disebut kelenjar pituitari. GnRH merangsang kelenjar pituitari untuk melepaskan dua hormon lain, yaitu luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH).

    Hormon-hormon tersebut kemudian bergerak menuju organ reproduksi (gonad), yaitu ovarium atau testis. Hal ini memicu gonad untuk mulai melepaskan hormon seks, yaitu estrogen atau testosteron. Hormon-hormon inilah yang menjadi ‘pembawa pesan’ dan memicu munculnya tanda-tanda khas pubertas.

    Pubertas pada Laki-laki

    Pubertas pada anak laki-laki biasanya dimulai pada usia 9 hingga 14 tahun. Umumnya, pubertas pada anak laki-laki terjadi sekitar dua tahun lebih lambat dibandingkan anak perempuan. Namun, anak laki-laki keturunan kulit hitam dan Hispanik cenderung mengalami pubertas sedikit lebih awal dibandingkan anak laki-laki kulit putih.

    Profesor James M Tanner, seorang pakar perkembangan anak, adalah orang pertama yang mengidentifikasi tahapan pubertas yang terlihat secara fisik. Saat ini, tahapan tersebut dikenal sebagai Tahapan Tanner atau lebih tepatnya sexual maturity ratings (SMRs).

    Sistem ini berfungsi sebagai panduan umum perkembangan fisik, meskipun setiap individu memiliki jadwal pubertas yang berbeda-beda. Perlu dicatat bahwa terdapat rentang yang luas mengenai apa yang dianggap ‘normal’ dalam waktu dan tahapan pubertas.

    Setiap anak berkembang dengan kecepatannya masing-masing. Tahapan Tanner berfungsi sebagai panduan umum, bukan aturan mutlak. Adapun tahapan Tanner ini dibagi terpisah antara perubahan pada alat kelamin dan rambut kemaluan. Selain itu, ada juga perubahan fisik lain yang menyertainya.

    Tahapan Pubertas Ketiga Pada Laki-laki

    Bagi orang tua, tahapan Tanner bisa menjadi panduan untuk memahami perubahan yang akan dialami anak laki-lakinya. Secara umum, terdapat lima tahap pubertas pada anak laki-laki.

    Tahap pertama disebut pra-pubertas atau anak laki-laki belum menunjukkan perubahan yang terlihat, tetapi kelenjar adrenal mereka sudah mulai matang. Kemudian tahap kedua, perubahan fisik mulai muncul, biasanya terjadi pada usia 9-14 tahun.

    Setelah itu, baru muncul tahap ketiga dengan perubahan fisik yang semakin cepat, Biasanya terjadi pada usia 10-16 tahun. Adapun tandanya, seperti:

    Pertumbuhan penis dan testis semakin jelas. Bisa mulai mengalami mimpi basah.Rambut kemaluan makin gelap, tebal, dan berbentuk segitiga.Pertambahan tinggi badan lebih pesat, sekitar 7-8 cm per tahun.Peningkatan keringat dan bau badan.Perubahan suara (sering terdengar pecah).Massa otot bertambah.

    Sekitar 50 persen anak laki-laki mengalami pembesaran payudara sementara (ginekomastia), biasanya muncul di usia 11-15 tahun, dan umumnya hilang dengan sendirinya. Jika menimbulkan masalah fisik atau sosial, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis.

    Setelah tahap ketiga, kemudian dilanjutkan ke tahap empat atau pubertas, biasanya di usia 11-16 tahun. Kemudian pada tahap kelima, pubertas berakhir dan anak laki-laki menyelesaikan pertumbuhan dan perkembangan fisiknya, seperti tumbuh kumis, jenggot, hingga rambut kemaluan.

    (suc/suc)

  • Nggak Pede Tinggi ‘Cuma’ 175 Cm, Pria Ini Jalani Operasi Peninggi Badan

    Nggak Pede Tinggi ‘Cuma’ 175 Cm, Pria Ini Jalani Operasi Peninggi Badan

    Jakarta

    Seorang pria di Tbilisi, Georgia, merasa tidak percaya diri dengan tinggi badannya 175 cm. Pria bernama Irakli Archvadze juga dijuluki sebagai ‘short king’ atau ‘raja pendek’.

    Merasa tidak nyaman, pria berusia 36 tahun itu mengunjungi sebuah klinik di Turki. Ia memutuskan untuk menjalani prosedur pemanjangan anggota badan, yang dilakukan dengan mematahkan tulang pahanya dan memasang rangka logam di kakinya.

    Pasca operasi, Irakli menggunakan sebuah alat dari dokter bedah selama tiga bulan untuk secara bertahap memisahkan tulang paha yang patah sebesar 1 mm setiap hari. Metode ini memungkinkan tulang baru bisa tumbuh di antaranya.

    Pada bulan Mei 2025, tinggi badannya telah mencapai sekitar 180 cm. Irakli merasa dirinya lebih percaya diri, meski harus merasakan sakit yang luar biasa.

    “Orang-orang tidak mengerti bagaimana perasaan kami, raja-raja pendek. Dengan tinggi badan saya, saya merasa ada bagian dari teka-teki yang hilang, dan menemukan bagian ini melalui operasi. Dan sekarang saya merasa berhasil melengkapinya,” beber Irakli yang dikutip dari Unilad.

    “Saya lebih mudah mengambil barang-baran dari lemari dapur dan akan melihat apakah saya bisa lebih baik saat menonton konser sekarang,” tambahnya.

    Irakli bahkan berhenti dari pekerjaannya untuk fokus pada operasi dan pemulihannya. Selama prosedur, ia sama sekali tidak gugup dan setelah operasi harus menjalani fisioterapi tiga kali seminggu.

    “Saya melakukan peregangan sesering mungkin dan bangun lima kali per malam, meregangkan badan di tempat tidur dan kembali tidur. Bahkan, saya pergi ke tempat gym hampir setiap hari,” tutur Irakli.

    “Selama itu, saya menggunakan alat bantu jalan yang hebat. Tetapi, saya mempersiapkan diri secara mental, sehingga tidak apa-apa dan saya juga minum obat pereda nyeri,” sambung dia.

    Irakli menekankan bahwa rasa sakit dalam proses ini tidak bisa terelakkan. Tetapi, ia memandang rasa sakit ini sebagai kemajuan dan mendorong dirinya untuk tidak menyerah.

    Terkait operasinya, ia harus mengeluarkan biaya sekitar 808 juta rupiah. Meski begitu, ia merasa puas dengan hasilnya dan sesuai dengan apa yang dia impikan.

    Kini, Irakli merasa lebih dihormati dan dapat membuktikan bahwa ia bisa melakukan sesuatu yang sangat sulit.

    Kata Para Ahli

    Terlepas dari prosedur yang dijalani Irakli, seorang ahli bedah ortopedi, Profesor Tim Briggs, memberikan peringatan bagi siapa saja yang ingin menjalani operasi yang sama.

    “Ini adalah prosedur invasif yang serius yang dapat bermanfaat bagi pasien saat ada kebutuhan klinis yang nyata. Tetapi, ini memiliki risiko yang signifikan dan memerlukan diskusi yang mendalam antara pasien dan ahli bedah,” jelas Prof Briggs.

    Prof Briggs mengungkapkan pasien harus menjalani perawatan selama berbulan-bulan yang bisa sangat menyakitkan. Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya infeksi, kerusakan saraf, pembekuan darah, bahkan cacat permanen.

    “Siapa pun yang mempertimbangkan operasi ini untuk alasan kosmetik di luar negeri harus mempertimbangkan dengan saksama pemulihan yang lama dan risikonya. Dan saya akan menyarankan untuk tidak melakukannya, kecuali jika mereka memiliki informasi yang cukup tentang di mana mereka berobat,” terang Prof Briggs.

    “Jangan mempertaruhkan kesehatan atau nyawa Anda hanya demi beberapa inci tambahan, tanpa sepenuhnya memahami risikonya,” tegasnya.

    Beberapa kekhawatiran utama seputar operasi pemanjangan anggota tubuh, meliputi:

    InfeksiKerusakan sarafPerbedaan panjang kaki

    Sementara itu, jika tulang dipisahkan terlalu cepat, terdapat risiko tulang tidak dapat pulih atau tumbuh dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan jaringan menjadi lemah dan tidak mampu menopang berat bagian tubuh lainnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video WHO soal Risiko Kesehatan Global Terkait Penyakit Misterius Kongo: Rendah”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/kna)

  • Banyak Gen Z Nggak Sadar ‘Diam-diam’ Idap Diabetes, Waspadai Gejala Awalnya

    Banyak Gen Z Nggak Sadar ‘Diam-diam’ Idap Diabetes, Waspadai Gejala Awalnya

    Jakarta

    Riset baru di jurnal The Lancet Diabetes & Endocrinology menunjukkan banyak gen Z tidak menyadari dirinya terkena diabetes. Dialami sekitar 44 persen orang berusia 15 tahun ke atas.

    Studi yang dirilis Senin (7/9/2025) mengkaji data dari 204 negara dan wilayah periode 2000 hingga 2023, dalam sebuah tinjauan sistematis terhadap literatur dan survei yang dipublikasikan.

    “Mayoritas pengidap diabetes yang kami laporkan dalam studi ini mengalami diabetes tipe 2,” kata Lauryn Stafford, penulis utama studi tersebut, dikutip dari CNN.

    Sekitar 1 dari 9 orang dewasa di seluruh dunia hidup dengan diabetes, menurut International Diabetes Foundation. Di Amerika Serikat, 11,6 persen orang Amerika mengidap diabetes, menurut data 2021 dari American Diabetes Association.

    “Kami menemukan bahwa 56 persen pengidap diabetes menyadari mereka mengidap kondisi tersebut, sementara sisanya tidak sama sekali,” kata Stafford, seorang peneliti di Institute for Health Metrics and Evaluation.

    “Secara global, terdapat banyak variasi geografis, dan juga berdasarkan usia. Jadi, secara umum, negara-negara berpenghasilan tinggi lebih baik dalam mendiagnosis pengidap diabetes dibandingkan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.”

    Gen Z Paling Banyak

    Lebih banyak orang yang berusia di bawah 35 tahun tidak menyadari kondisi diabetesnya, dibandingkan usia paruh baya atau lansia. Hal ini dikarenakan minimnya skrining pada kelompok usia muda.

    “Hanya 20 persen kelompok dewasa muda yang mengetahui dirinya mengidap diabetes,” kata Stafford.

    Alasan lainnya adalah skrining rutin tidak dipromosikan semaksimal untuk dewasa muda dibandingkan untuk dewasa lebih tua. Banyak organisasi lebih besar, seperti American Diabetes Association, menyarankan skrining rutin tahunan untuk orang dewasa berusia 35 tahun ke atas.

    “Anda dapat bertahan hidup dengan kadar glukosa tinggi selama bertahun-tahun, sampai tiba-tiba mengalami komplikasi,” kata Stafford.

    Dampak kesehatannya dapat bervariasi, tergantung pada berapa lama seseorang mengidap diabetes sebelum terdeteksi.

    “Mendiagnosis diabetes sejak dini penting karena memungkinkan penanganan yang tepat waktu untuk mencegah atau menunda komplikasi jangka panjang seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kerusakan saraf, dan kehilangan penglihatan,” kata Dr. Rita Kalyani, kepala ilmiah dan medis di American Diabetes Association.

    Sekitar sepertiga orang dewasa didiagnosis diabetes lebih lambat daripada gejala awal mereka, menurut sebuah studi pada 2018.

    Apa Gejala yang Perlu Diwaspadai?

    “Gejala diabetes meliputi peningkatan rasa haus atau lapar, sering buang air kecil, penglihatan kabur, penurunan berat badan yang tidak terduga, dan kelelahan. Namun, pada tahap awal, kebanyakan pengidap diabetes tidak menunjukkan gejala, yang menyoroti pentingnya skrining dan diagnosis,” kata Kalyani, seorang profesor kedokteran di divisi endokrinologi, diabetes, dan metabolisme di Universitas Johns Hopkins.

    Jika mengalami salah satu gejala ini atau memiliki riwayat diabetes dalam keluarga, para ahli menyarankan untuk menjalani skrining glukosa.

    Secara global, pada 2023, sekitar 40 persen pengidap diabetes yang diobati lebih awal mendapatkan hasil optimal untuk menurunkan gula darah mereka, kata Stafford. Itulah mengapa penting bahwa upaya di masa depan difokuskan untuk memastikan lebih banyak orang menerima dan mengikuti pengobatan yang tepat pascadiagnosis.

    Hanya 4 dari 10 pasien yang mendapatkan hasil optimal merupakan hal yang mengejutkan, mengingat beberapa pengobatan yang sudah mapan, termasuk insulin, Metformin, dan obat-obatan lain seperti GLP-1, sudah tersedia.

    Pengidap diabetes kemungkinan juga memiliki masalah kesehatan lain, seperti hipertensi atau penyakit ginjal kronis, yang dapat membuat pengobatan menjadi rumit, tambah Stafford.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Awas! Ini Gejala Anak Kena Diabetes”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Cuma 6,2 Persen Orang Indonesia yang Menyikat Gigi dengan Benar

    Cuma 6,2 Persen Orang Indonesia yang Menyikat Gigi dengan Benar

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan masalah kesehatan gigi dan mulut masih menjadi masalah besar di Indonesia. Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (SKI) 2023, ada 57 persen atau sekitar 140 juta warga Indonesia mengalami sakit gigi.

    Salah satu faktor yang memicu tingginya kasus sakit gigi adalah rendahnya pengetahuan masyarakat terkait cara sikat gigi yang benar. Meski ada 95,6 persen orang tercatat sikat gigi setiap hari, hanya ada 6,2 persen yang tahu bagaimana cara sikat gigi yang benar.

    Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam menyikat gigi yang benar ini berpengaruh terhadap tingginya masalah gigi dan mulut. Hal tersebut semakin diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan gigi mulutnya ke dokter gigi secara rutin setiap tahunnya.

    Sekitar 9,8 juta orang sudah melakukan skrining gigi dan mulut lewat program cek kesehatan gratis. Dari pemeriksaan itu ditemukan:

    4,4 juta orang punya karies gigi3,3 juta orang punya gigi hilang585 ribu orang punya gigi goyang663 ribu orang punya penyakit periodontal

    Lantas, sebenarnya bagaimana menyikat gigi dengan benar? Ketua Umum PB Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) drg Usman Sumantri mengatakan membersihkan gigi memang tidak boleh asal gosok.

    Untuk menjaga kebersihan gigi, ia menyarankan sikat gigi setidaknya selama 2 menit.

    “Biasanya dimulai dari sisi bawah kiri belakang, lalu ke bagian depan tengah, sisi kanan, terus dia muter ke atas sisi kanan atas, lalu ke depan, dan kiri atas,” ujar drg Usman dalam konferensi pers Kemenkes, Kamis (11/9/2025).

    “Pada situasi selesai pada semua segmen, gigi kemudian dikatupkan, lalu lakukan gerakan (sikat) roll di belakang gigi,” sambungnya.

    Selama sikat gigi sudah dilakukan pada semua sisi gigi, maka sikat gigi sudah dilakukan dengan benar. Kemudian, ia meluruskan anggapan bahwa sikat gigi sebaiknya dilakukan setelah mandi.

    Menurut drg Usman, sikat gigi sebaiknya juga dilakukan setelah sarapan dan sebelum beraktivitas. Sisa makanan yang ada setelah sarapan dapat berfermentasi dan lebih mudah membusuk. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko karies.

    “Sikat giginya itu bukan pada saat dia mau bangun tidur terus sikat gigi, itu sudah tidak cocok lagi karena ada lagunya dulu ya,” kata drg Usman.

    “Sebelum berangkat sekolah atau berangkat kerja itu sikat gigi dulu. (Kalau nggak sikat gigi) jadi 8 jam dia sudah terjadi fermentasi makanan di dalam mulutnya karena asam cepat sekali membusuk dan itu memudahkan bakteri untuk menjadikannya karies,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video PDGI: Cuma 5% Orang Indonesia yang Sikat Gigi dengan Benar”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/kna)

  • Bugar Banget! Kak Seto Masih Kuat Naik Gunung di Usia 74 Tahun

    Bugar Banget! Kak Seto Masih Kuat Naik Gunung di Usia 74 Tahun

    Jakarta

    Psikolog anak Seto Mulyadi atau lebih dikenal sebagai Kak Seto berhasil mendaki Gunung Prau, Jawa Tengah, di usia 74 tahun. Kegiatan ini dilakukan untuk merayakan ulang tahunnya.

    Ternyata, ada rahasia di balik kesuksesan Kak Seto bisa sampai puncak gunung tanpa ada cedera. Salah satunya adalah berlatih kekuatan kaki.

    “Jadi yang paling mudah saya itu bergerak. Kalau misalnya hujan atau pas lagi keluar kota, saya kan nggak sempat lari pagi,” terang Kak Seto saat ditemui di gedung Trans TV, Rabu (10/9/2025).

    “Saya melompat 100 kali saja. Melompat begini (sambil mempraktikkannya), murah meriah,” sambungnya.

    Menurut Kak Seto, latihan mudah dan ringan itulah yang membuatnya tetap kuat saat naik maupun turun dari gunung. Tak hanya kakinya, latihan yang dilakukannya itu juga dianggap menjadi pelindung lututnya dari rasa sakit.

    “Akhirnya kaki tetap terjaga dan lutut juga, sehingga ya satu-satunya ya Alhamdulillah sampai sekarang nggak sakit-sakit. Mau lari kenceng, mau naik gunung, mau apa nggak ada masalah,” jelasnya.

    Meski Kak Seto mampu menaklukkan Gunung Prau, ia tetap didampingi oleh anak-anaknya. Selain usianya yang sudah 74 tahun, ini merupakan pengalaman pertama Kak Seto mendaki gunung.

    Sebab, biasanya kalau jalan-jalan ke gunung ia dan keluarga naik mobil. Hal itu sudah dianggap sangat biasa.

    “Tapi, kalau jalan kaki mendaki gunung sampai setinggi sekitar 2.5000 meter, memang baru pertama kali,” tuturnya.

    Kak Seto mengungkapkan kekhawatiran kedua anaknya. Sebab, naik gunung bisa saja berbahaya, entah jalurnya yang sulit maupun licin.

    Meski begitu, kedua anaknya tetap mendampingi Kak Seto sampai puncak Gunung Prau.

    “Alhamdulillah, kayaknya bisa sampai puncak. Dan begitu turun juga dalam keadaan fit dan tetap nggak ada luka apa-apa, sakit, dan sebagainya,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kak Seto Usul Militer Main ke Sekolah untuk Bangun Rasa Cinta Tanah Air”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/kna)

  • Efek Domino Kasus Bunuh Diri, 35 Orang Bisa Ikut ‘Kena Mental’

    Efek Domino Kasus Bunuh Diri, 35 Orang Bisa Ikut ‘Kena Mental’

    Jakarta

    Maraknya pemberitaan bunuh diri belakangan secara tidak langsung bisa menimbulkan efek domino bila tidak disikapi dengan bijak. Menurut Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes RI Imran Pambudi, dampaknya bisa lebih dulu dirasakan keluarga korban.

    Bila pemberitaan diekspose lebih lanjut secara detail, efeknya juga bisa terus meluas.

    “Satu kasus bunuh diri akan membawa dampak kepada sekitar 35 orang, bisa keluarganya, penolongnya yang stres, orang yang melihat kejadian, atau teman-temannya. Banyak dari mereka yang merasa bersalah,” jelas Imran dalam webinar di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (10/9/2025).

    “Ini membuat mereka berisiko mengalami gangguan mental dan membutuhkan konseling. Jadi upayakan pemberitaan ini tidak berdampak yang lebih besar keinginan bunuh diri ke orang lain,” lanjutnya.

    Keinginan mengakhiri hidup bermula dari gangguan psikologis secara berkepanjangan. Umumnya, diawali dengan depresi.

    Hal ini sebetulnya bisa dicegah dengan mengenali gejala awal, terlebih bila teman dekat maupun lingkup keluarga menunjukkan gejala-gejala awal perubahan perilaku.

    Misalnya, mulai menarik diri dari lingkup sosial, tidak lagi minat dengan hobinya, adanya keputusasaan, gangguan tidur, sampai masalah pola makan yang ekstrem.

    “Saat melihat dan merasakan tanda-tanda tersebut bisa langsung mencari pertolongan,” saran Imran.

    Salah satu layanan yang bisa diakses secara gratis adalah melalui laman healing119.id. Pasca konsultasi, pengguna akan diarahkan untuk tindakan lebih lanjut dengan psikolog maupun psikiater.

    Picu Kasus Bunuh Diri di Wilayah Lain

    Imran juga mencontohkan bagaimana efek domino kabar bunuh diri bisa memicu tindakan yang sama di kasus lain.

    “Kita pernah melihat di tahun 2018, ada kejadian di Palembang, lalu dua atau tiga hari kemudian muncul kasus serupa di Medan. Yang perlu ditonjolkan adalah kisah para survivor, banyak orang mengalami masalah berat, tapi mereka tidak menyerah dan tidak memilih bunuh diri,” sesal Imran.

    Imran mengimbau untuk fokus pada bagaimana pemulihan masalah jiwa bisa dilakukan, alih-alih terus berkutat dengan detail kasus bunuh diri yang bisa menjadi pencetus keinginan seseorang ingin mengakhiri hidup di wilayah lain.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • 1 dari 10 Anak Idap Obesitas, UNICEF: Ultra Processed Food Lebih Murah dari Buah-Sayur

    1 dari 10 Anak Idap Obesitas, UNICEF: Ultra Processed Food Lebih Murah dari Buah-Sayur

    Jakarta

    Obesitas melampaui kekurangan berat badan sebagai bentuk malnutrisi yang paling umum tahun ini, mempengaruhi 1 dari 10 – atau 188 juta anak usia sekolah dan remaja, menempatkan mereka pada risiko penyakit yang mengancam jiwa.

    UNICEF secara gamblang menggambarkan penyebab utamanya bukan keputusan keluarga yang buruk soal gizi, melainkan praktik bisnis tidak etis yang dirancang untuk menghasilkan keuntungan.

    “Anak-anak dibombardir oleh … pemasaran makanan cepat saji yang tidak sehat terutama di sekolah di mana mereka terpapar minuman manis dan camilan asin,” ujar Katherine Shats, pakar hukum UNICEF di bidang gizi, kepada kantor berita AFP.

    Produk-produk tersebut seringkali lebih murah daripada makanan segar seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan protein, yang secara bertahap tergantikan dalam pola makan keluarga.

    UNICEF menekankan bahwa kesalahannya bukan terletak pada anak-anak maupun keluarga mereka, melainkan pada “kegagalan masyarakat dalam melindungi lingkungan tempat anak-anak tumbuh”.

    “Makanan ultra-proses semakin menggantikan buah-buahan, sayur-sayuran, dan protein pada saat nutrisi memainkan peran penting dalam pertumbuhan, perkembangan kognitif, dan kesehatan mental anak-anak,” sebut UNICEF Executive Director Catherine Russell.

    Anak-anak dianggap kelebihan berat badan ketika berat badan mereka jauh melebihi berat badan sehat untuk usia, jenis kelamin, dan tinggi badan mereka. Obesitas adalah bentuk kelebihan berat badan yang parah dan menyebabkan risiko lebih tinggi terkena resistensi insulin dan tekanan darah tinggi, serta penyakit yang mengancam jiwa di kemudian hari, termasuk diabetes tipe-2, penyakit kardiovaskular, dan kanker tertentu.

    Laporan terbaru UNICEF memperingatkan bahwa ultra processed food dan cepat saji, tinggi gula, pati olahan, garam, lemak tidak sehat, dan zat aditif, membentuk pola makan anak-anak melalui lingkungan makanan yang tidak sehat, alih-alih pilihan pribadi. Produk-produk ini mendominasi toko dan sekolah, sementara pemasaran digital memberi industri makanan dan minuman akses yang kuat kepada audiens muda.

    “Makanan bergizi dan terjangkau harus tersedia bagi setiap anak untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka. Kita sangat membutuhkan kebijakan yang mendukung orang tua dan pengasuh untuk mengakses makanan bergizi dan sehat bagi anak-anak mereka,” tandas Russell.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Pecinta Kuliner? Buktikan dengan Jawab Teka-teki Ini Tak Lebih dari 5 Menit

    Pecinta Kuliner? Buktikan dengan Jawab Teka-teki Ini Tak Lebih dari 5 Menit

    Asah Otak

    Aida Adha Siregar – detikHealth

    Kamis, 11 Sep 2025 13:01 WIB

    Jakarta – Indonesia memiliki makanan khas, mulai dari manis, gurih, sampai pedas. Ngaku pecinta kuliner? coba buktikan lewat tebak-tebakan gambar ini!