Jenis Media: Kesehatan

  • Bolehkah Penderita Diabetes Makan Buah? Simak Fakta dan Tipsnya

    Bolehkah Penderita Diabetes Makan Buah? Simak Fakta dan Tipsnya

    Jakarta

    Bagi penderita diabetes, mengonsumsi buah sering menimbulkan kebingungan karena buah dianggap menaikkan gula darah secara drastis. Padahal, kandungan nutrisi pada buah menjadi hal penting bagi kesehatan.

    Untuk meluruskan pandangan ini, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Endokrin, Metabolik, dan Diabetes di Mayapada Hospital Kuningan, dr. Roy Panusunan Sibarani, Sp.PD-KEMD, FES, memberikan penjelasan medis agar penderita diabetes tetap bisa menikmati buah dengan sehat dan aman.

    Mitos 1: Penderita diabetes harus berhenti makan buah karena bisa menaikkan gula darah

    Faktanya, buah kaya akan fruktosa, serat, vitamin, mineral, dan antioksidan yang bermanfaat bagi daya tahan tubuh, kesehatan jantung, dan pencegahan komplikasi.

    Mitos 2: Semua buah menaikkan gula darah

    Tidak semua buah memiliki kandungan gula yang sama. Buah dengan indeks glikemik rendah seperti apel, pir, stroberi, dan jeruk aman dikonsumsi karena tidak menimbulkan lonjakan gula darah drastis.

    Mitos 3: Jus buah lebih menyehatkan daripada buah utuh

    Menurut dr. Roy, jus buah, terutama yang ditambah gula, justru bisa meningkatkan gula darah lebih cepat karena seratnya hilang. Konsumsi buah utuh lebih dianjurkan untuk mempertahankan serat, vitamin, dan mineral, yang membantu kontrol gula darah.

    Mitos 4: Buah pisang, mangga, dan durian dilarang bagi penderita diabetes

    Buah tropis memang mengandung gula lebih tinggi, namun tetap aman selama porsinya wajar dan tidak dikombinasikan dengan sumber karbohidrat lain.

    Selain itu, dr. Roy juga menekankan mengenai pentingnya memahami indeks glikemik (IG) pada buah untuk menentukan jenis buah yang aman dikonsumsi.

    “IG menunjukkan seberapa cepat makanan berkarbohidrat dapat meningkatkan kadar gula darah setelah dikonsumsi. Dengan memahami hal ini, mereka bisa memilih buah dengan IG rendah-sedang dan porsi yang aman” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (12/9/2025).

    Buah dengan IG rendah (≤55) seperti apel, pir, stroberi, jeruk, dan kiwi bersifat lama dalam menaikkan gula darah. Buah dengan IG sedang (56-69) seperti pepaya, nanas, dan pisang matang meningkatkan gula darah dengan kecepatan sedang. Sementara buah dengan IG tinggi (≥70) semangka, mangga matang, kurma, dan buah kering manis cepat menaikkan gula darah sehingga perlu dibatasi.

    Berdasarkan pemaparan tersebut, penderita diabetes sebaiknya memilih buah rendah IG dengan porsi sekitar satu genggam per sajian. Untuk hasil lebih optimal, buah bisa dikombinasikan dengan sumber protein atau lemak sehat.

    Bagi yang ingin mendapatkan pendampingan gaya hidup sehat secara menyeluruh, Sugar Clinic Mayapada Hospital menyediakan layanan pemeriksaan skrining berbasis AI, pemeriksaan gula darah (HbA1c dan kolesterol), serta pemantauan risiko prediabetes dan diabetes.

    Layanan ini tersedia di beberapa unit Mayapada Hospital, termasuk Jakarta Selatan (Lebak Bulus dan Kuningan), Tangerang, Bandung, dan Surabaya. Pemesanan skrining, jadwal konsultasi dokter, serta layanan darurat bisa diakses melalui fitur Emergency Call di aplikasi MyCare.

    Selain itu, aplikasi MyCare juga menawarkan Health Articles & Tips untuk informasi kesehatan terkini serta Personal Health yang terintegrasi dengan Health Access dan Google Fit.

    Tunggu apalagi? unduh MyCare sekarang, pantau kesehatan secara rutin, dan kumpulkan reward point untuk potongan harga pemeriksaan di seluruh unit Mayapada Hospital!

    (ega/ega)

  • ‘Ketindihan’ Saat Tidur Bukan Mistis, Dokter Jelaskan Sisi Ilmiahnya

    ‘Ketindihan’ Saat Tidur Bukan Mistis, Dokter Jelaskan Sisi Ilmiahnya

    Jakarta

    Fenomena ‘ketindihan’ saat tidur kerap dikaitkan dengan pengalaman mistis atau supernatural. Padahal, dalam dunia medis, ‘ketindihan’ bisa dijelaskan secara ilmiah.

    Praktisi kesehatan tidur dr Andreas Arman Prasadja, RPSGT mengatakan bahwa ‘ketindihan’ bisa terjadi karena seseorang dalam kondisi kurang tidur yang parah.

    “Kalau kita kurang tidur, kurang tidur sedemikian banyak, ya badan, otak kita akan memprioritaskan mimpin dahulu, tidur REM (Rapid Eye Movement) diprioritaskan dulu,” kata dr Andreas di sela-sela acara World Sleep Congress 2025 di Singapura, Rabu (10/9/2025).

    “Jadi rebound. Kurang tidur parah, jadi ketika ada kesempatan tidur bisa rebound parah. Apa yang terjadi? Setengah sadar, setengah mimpi. REM sleep yang khas kan adanya mimpi, karena setengah sadar, munculnya dalam bentuk halusinasi,” sambungnya.

    ‘Ketindihan’ menurut dr Andreas merupakan sesuatu yang khas dan bisa terjadi di manapun.

    “Hal kedua yang khas dalam tahap tidur REM atau tidur mimpi adalah sleep paralysis atau kelumpuhan tidur. Nggak bisa gerak,” katanya.

    “Ketika masuk REM sleep, tubuh kita ini dilumpuhkan, jadi setengah sadar setengah mimpi, nggak bisa gerak, serem, takut, napas rasanya berat. Artinya (ketindihan) itu kurang tidur yang parah,” tutupnya.

    (dpy/up)

  • Ada Temuan Residu Pestisida, Bukan Kali Pertama Taiwan Larang Produk Indomie

    Ada Temuan Residu Pestisida, Bukan Kali Pertama Taiwan Larang Produk Indomie

    Jakarta

    Taiwan melaporkan satu batch produk Indomie rasa Soto Banjar Limau Kuit produksi Indonesia yang mengandung residu etilen oksida. Kadar residu yang terdapat dalam Indomie tersebut ada di tingkat yang tidak memenuhi standar negara tersebut.

    Menurut Food and Drug Administration (FDA) Taiwan, batch Indomie itu memiliki batas kedaluwarsa 19 Maret 2026. Sementara itu, Centre for Food Safety (CFS) Taiwan meminta seluruh produk untuk tidak dikonsumsi.

    “Konsumen harus membuang produk dan tidak mengonsumsinya,” demikian tulis laporan CFS.

    Kejadian ini bukan kejadian pertama bagi Indomie. Pada tahun 2023, Malaysia sempat menarik dua produk mi instan, yaitu Indomie Rasa Ayam Spesial dan Ah Lai Curry Noodles dari Malaysia. Namun, setelah melakukan serangkaian pengujian, Malaysia menyebut kedua produk tersebut dibuat sesuai standar yang berlaku.

    Penarikan yang dilakukan oleh Malaysia menyusul pernyataan Departemen Kesehatan Taiwan yang mengatakan kedua produk itu mengandung etilen oksida.

    Mereka menemukan pada bumbu mi instan produk Indonesia, ditemukan mengandung 0,187 mg/kg etilen oksida, sedangkan pada produk Malaysia ditemukan sebanyak 0,065 mg/kg etilen oksida.

    Pada saat itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI memastikan bahwa produk Indomie Rasa Ayam Spesial Aman dikonsumsi karena residu etilen oksida masih berada di bawah ambang batas maksimal 85 ppm. Ini mengacu pada regulasi Kepala BPOM Nomor 229 Tahun 2022 soal Pedoman Mitigasi Risiko Kesehatan Senyawa Etilen Oksida.

    “Dengan demikian, kadar yang terdeteksi pada sampel mi instan di Taiwan (0,34 ppm) masih jauh di bawah batas maksimal residu di Indonesia dan di sejumlah negara lain, seperti Amerika dan Kanada. Oleh karena itu, di Indonesia produk mi instan tersebut aman dikonsumsi, karena telah memenuhi persyaratan keamanan dan mutu produk sebelum beredar,” kata pihak BPOM.

    Pada tahun 2022, produk Mie Sedaap juga pernah mengalami kasus serupa. Tiga negara termasuk Hong Kong, Singapura, hingga Malaysia meminta warganya untuk lebih hati-hati dalam konsumsi beberapa varian Mie Sedaap.

    Pihak Mie Sedaap saat itu juga sudah membantah adanya kandungan etilen oksida atau pestisida yang kemungkinan dipakai sebagai bahan pengawet.

    Apa Itu Etilen Oksida?

    Etilen oksida dalam produk makanan digunakan sebagai pengawet dan pembunuh bakteri serta jamur. Menurut BPOM, etilen oksida merupakan pestisida yang digunakan sebagai fumigasi dan dalam jumlah kecil juga dapat digunakan sebagai bahan pensteril.

    Dikutip dari Cancer.gov, etilen oksida dalam keadaan suhu kamar merupakan gas yang tidak memiliki warna dan memiliki aroma manis. Etilen oksida dikaitkan sebagai zat karsinogenik yang dapat memicu kanker.

    Limfoma dan leukemia menjadi dua jenis kanker yang paling sering dikaitkan dengan paparan etilen oksida. Etilen oksida juga dikaitkan dengan risiko kanker lambung dan payudara.

    Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Prof Zullies Ikawati mengatakan jumlah residu etilen oksida pada makanan umumnya sangat kecil. Residu biasanya juga menguap melalui proses pemasakan.

    “Biasanya kalau makan mi instan itu dimasak dulu kan? Ketika dimasak itu udah menguap karena itu kan bentuknya gas. Jadi kecil sekali sebetulnya,” jelas Prof Zullies dalam acara detik Pagi, Jumat (28/4/2023).

    “Yang berisiko mengalami karsinogenesis atau kanker dengan etilen oksida adalah mereka yang memang kerjanya itu setiap hari misalnya terpapar itu. Contohnya orang-orang yang memang bekerja di pabrik etilen oksida atau pabrik yang menggunakan etilen oksida sebagai bahan yang digunakan untuk menggunakan bahan lagi di industri kimia,” sambungnya lagi.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/up)

  • Ternyata Minum Sambil Berdiri Bisa Berdampak pada Kesehatan, Picu 7 Kondisi Ini

    Ternyata Minum Sambil Berdiri Bisa Berdampak pada Kesehatan, Picu 7 Kondisi Ini

    Jakarta

    Minum air putih sangat penting untuk menjaga kesehatan, mendukung pencernaan, fungsi ginjal, serta berbagai proses vital tubuh.

    Minum sambil berdiri, meski sering dianggap hal biasa, dapat membuat air masuk ke lambung terlalu cepat, sehingga mengencerkan asam pencernaan dan memperlambat penyerapan nutrisi.

    Selain itu, kebiasaan ini bisa memberi tekanan tambahan pada ginjal, memicu peningkatan tekanan darah sementara, serta meningkatkan risiko mulas atau refluks asam. Jika dilakukan terus-menerus, minum sambil berdiri berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan pencernaan, rasa lelah, hingga ketegangan organ dalam jangka panjang.

    Karena itu, menjaga hidrasi dengan cara yang tepat dan penuh perhatian sangat penting untuk kesehatan yang optimal.

    Bagaimana Minum Sambil Berdiri Bisa Berdampak pada Kesehatan?

    Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Electrical Bioimpedance menunjukkan, minum air sambil berdiri dapat memengaruhi distribusi cairan dalam tubuh.

    Saat seseorang minum air dalam posisi berdiri, terjadi perubahan pada pengukuran cairan tubuh yang biasanya digunakan untuk menilai hidrasi dan kesehatan. Hal ini menandakan bahwa postur tubuh saat minum air berperan penting, karena dapat memengaruhi cara tubuh menyerap serta menyeimbangkan cairan.

    Dengan memperhatikan cara minum, lebih baik sambil duduk, tubuh bisa mengelola hidrasi dengan lebih efektif sekaligus mengurangi potensi beban pada organ, seperti ginjal dan sistem pencernaan. Dikutip dari Times of India, berikut dampak minum sambil berdiri.

    1. Gangguan pencernaan

    Air yang diminum sambil berdiri masuk ke lambung terlalu cepat dan berpotensi mengencerkan asam lambung yang penting untuk mencerna makanan. Akibatnya, pencernaan bisa melambat, menyebabkan perut kembung, rasa tidak nyaman, dan penyerapan nutrisi berkurang.

    Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat memicu masalah pencernaan kronis, seperti refluks asam dan gangguan lambung lainnya.

    2. Risiko meningkatnya asam lambung

    Minum sambil berdiri dapat memperburuk gejala GERD (gastroesophageal reflux disease). Aliran air yang cepat bisa membuat katup di antara kerongkongan dan lambung lebih mudah terbuka, sehingga asam lambung naik ke kerongkongan.

    Gejalanya bisa berupa sensasi terbakar di dada, nyeri perut, hingga regurgitasi. Jika dilakukan terus-menerus, kebiasaan ini dapat memperparah keluhan pada orang yang rentan sakit maag atau asam lambung.

    3. Risiko pusing dan kelelahan

    Mengonsumsi air dalam jumlah banyak sekaligus sambil berdiri dapat menyebabkan rasa pusing, ringan kepala, atau tubuh terasa tidak seimbang. Pergeseran cairan yang cepat di dalam tubuh juga bisa menimbulkan rasa lelah.

    Sebaliknya, minum sambil duduk dan dengan tegukan perlahan membantu penyerapan cairan lebih bertahap, sehingga lebih aman dan nyaman.

    4. Dampak jangka panjang pada organ

    Kebiasaan minum air sambil berdiri dalam jangka panjang dapat melemahkan fungsi pencernaan, menimbulkan kembung atau sembelit kronis, serta memberi tekanan ringan pada hati dan ginjal.

    Walau efeknya tidak langsung terasa, kerusakan yang menumpuk bisa memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Minum dengan tenang sambil duduk membantu menjaga kesehatan organ dalam jangka panjang.

    5. Tekanan pada sendi dan otot

    Asupan air yang terlalu cepat dalam posisi berdiri dapat memicu perubahan sirkulasi cairan dalam tubuh, termasuk di area lengan, kaki, dan sendi. Seiring waktu, hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan atau rasa kaku, terutama pada orang yang sudah memiliki masalah sendi atau sirkulasi.

    6. Penyerapan nutrisi berkurang

    Minum air terlalu cepat, apalagi saat makan, bisa mengencerkan cairan pencernaan dan memperlambat proses pemecahan makanan. Akibatnya, penyerapan vitamin, mineral, dan nutrisi penting menjadi kurang optimal, yang dalam jangka panjang dapat memengaruhi status gizi.

    7. Beban ringan pada jantung

    Minum air dengan cepat sambil berdiri dapat meningkatkan denyut jantung dan sedikit menaikkan tekanan darah, terutama pada orang yang sensitif. Meski biasanya tidak berbahaya bagi orang sehat, hal ini bisa memberi tekanan sesaat pada penderita gangguan jantung. Karena itu, minum dengan perlahan dan sambil duduk lebih dianjurkan.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Taiwan Larang Warga Konsumsi Indomie Soto Banjar Limau Kuit usai Temuan Pestisida

    Taiwan Larang Warga Konsumsi Indomie Soto Banjar Limau Kuit usai Temuan Pestisida

    Jakarta

    Otoritas Taiwan melarang warganya mengonsumsi mi instan asal Indonesia, Indomie Rasa Soto Banjar Limau Kuit, setelah menemukan residu pestisida, etilen oksida, pada tingkat yang tak memenuhi standar Taiwan. Batch Indomie tersebut memiliki batas kadaluwarsa 19 Maret 2026.

    Dikutip dari rilis Food and Drug Administration (FDA) Taiwan, etilen oksida tersebut terdeteksi pada bungkus bubuk penyedap sebesar 0,1 mg/kg.

    Berdasarkan standar Taiwan, etilen oksida tidak boleh ada pada makanan dan tidak boleh melebihi 0,1 mg/kg pada produk yang diperbolehkan.

    “Hal ini tidak sesuai dengan Pasal 15 Undang-Undang Keamanan Pangan dan Sanitasi,” ucap FDA.

    “Produk yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen akan dikembalikan atau dimusnahkan sesuai dengan peraturan,” lanjut FDA.

    Di sisi lain, Pusat Keamanan Pangan atau The Centre for Food Safety (CFS) Taiwan saat ini sedang menyelidiki apakah produk yang dimaksud diimpor ke Hong Kong dan sedang menghubungi otoritas terkait untuk informasi lebih lanjut.

    “Konsumen harus membuang produk dan tidak mengonsumsinya,” demikian tulis laporan CFS.

    Selain itu, produk yang didapatkan melalui pembelian daring atau perjalanan internasional tidak dapat dikecualikan. Sementara itu, pihak CFS akan tetap waspada dan memantau setiap perkembangan baru serta mengambil tindakan yang tepat bila diperlukan.

    Efek Etilen Oksida

    Pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Zullies Ikawati beberapa waktu lalu menjelaskan etilen oksida biasanya digunakan untuk membunuh bakteri lantaran bisa merusak DNA dan mikroba.

    “Dia (etilen oksida) itu bersifat sangat reaktif, bisa berinteraksi dengan DNA, merusak DNA dari mikroba. Makanya dipakai untuk membunuh bakteri,” ujar pakar farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Zullies Ikawati dalam siaran detikPagi, Jumat (28/4/2023).

    “Makanya di rumah sakit banyak alat kesehatan yang disterilisasi menggunakan gas etilen oksida. Kenapa? Karena sterilisasi itu tidak membutuhkan panas. Karena tidak semua bahan-bahan itu bisa dengan pemanasan atau tahan dengan panas. Termasuk makanan,” sambungnya.

    Prof Zullies menjelaskan, sifat etilen oksida yang mampu merusak DNA juga berlaku ketika mengenai tubuh manusia. Jika senyawa ini sampai berinteraksi dengan DNA dalam jangka waktu yang lama, maka bisa terdapat risiko kanker.

    “Dengan sifat reaktifnya itu dari etilen oksida, maka dia juga bisa merusak DNA manusia jika terpapar pada manusia. Maunya kan terpapar pada mikroba, misalnya untuk membunuh (mikroba) juga dipakai untuk pestisida atau insektisida serangga yang mengganggu produk makanan,” jelasnya.

    “Tetapi ketika terpapar pada manusia, maka dia juga bisa berinteraksi dengan DNA manusia yaitu bisa menyebabkan kanker kalau itu terpapar dalam jumlah yang banyak dan terus-menerus. Jadi sifatnya karsinogenik,” pungkas Prof Zullies.

    Ia juga menjelaskan, pada makanan, etilen oksida tidak bekerja sebagai bahan tambahan yang mempengaruhi rasa, melainkan hanya sebagai sisaan (residu). Maka dari itu, umumnya jumlahnya akan sangat kecil.

    detikcom sudah berupaya menghubungi PT Indofood untuk meminta informasi lebih lanjut terkait laporan Taiwan, tetapi hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan lebih lanjut.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

  • BPOM RI Panggil Produsen Buntut Taiwan Larang Makan Indomie Soto Banjar

    BPOM RI Panggil Produsen Buntut Taiwan Larang Makan Indomie Soto Banjar

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) tengah menelusuri lebih lanjut laporan temuan etilen oksida di luar ambang batas aman pada Indomie Soto Banjar Kuit. Taiwan belakangan menarik produk tersebut dari peredaran dan meminta warganya untuk membuang juga menyetop konsumsi Indomie Soto Banjar Kuit.

    Kepala BPOM RI Taruna Ikrar menekankan akan segera memanggil produsen terkait laporan Taiwan. Mengingat, ini bukan kali pertama Indomie tersandung kasus etilen oksida.

    “Terkait etilen oksida di mi instan, kami akan memanggil pihak produsen,” beber dia saat ditemui detikcom di kawasan Jakarta Pusat, Jumat (12/10/2025).

    Adapun pemanggilan tersebut untuk memastikan apakah pangan yang diimpor sudah sesuai dengan standar dan mengikuti mekanisme yang benar.

    BPOM RI juga tidak menutup kemungkinan akan mengkaji kadar laporan cemaran etilen oksida di Indomie Soto Banjar Kuit, termasuk batas aman yang ditolerir.

    “Nanti teknisnya, kami juga akan pastikan apakah sudah sesuai standar,” sambungnya.

    Otoritas Taiwan sebelumnya melaporkan satu batch mi instan merek Indomie Soto Banjar Limau Kuit produksi Indonesia mengandung residu pestisida etilen oksida pada tingkat yang tak memenuhi standar negara tersebut.

    Dikutip dari Food and Drug Administration (FDA) Taiwan, batch Indomie tersebut memiliki batas kadaluwarsa 19 Maret 2026.

    Apa Itu Etilen Oksida?

    Etilen oksida dalam produk makanan digunakan sebagai pengawet dan pembunuh bakteri serta jamur. Menurut BPOM, etilen oksida merupakan pestisida yang digunakan sebagai fumigasi dan dalam jumlah kecil juga dapat digunakan sebagai bahan pensteril.

    Dikutip dari Cancer.gov, etilen oksida dalam keadaan suhu kamar merupakan gas yang tidak memiliki warna dan memiliki aroma manis. Etilen oksida dikaitkan sebagai zat karsinogenik yang dapat memicu kanker.

    Limfoma dan leukemia menjadi dua jenis kanker yang paling sering dikaitkan dengan paparan etilen oksida. Etilen oksida juga dikaitkan dengan risiko kanker lambung dan payudara.

    detikcom sudah berupaya menghubungi PT Indofood untuk meminta informasi lebih lanjut terkait laporan Taiwan, tetapi hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan lebih lanjut.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

  • Taiwan Larang Warga Konsumsi Indomie Soto Banjar Limau Kuit usai Temuan Pestisida

    Taiwan Larang Indomie Soto Banjar Limau Kuit, BPOM RI Angkat Bicara

    Jakarta

    Otoritas Taiwan melaporkan satu batch Indomie merek soto banjar limau kuit mengandung residu pestisida etilen oksida. Kadar zat kimia tersebut teridentifikasi melampaui batas standar aman menurut otoritas setempat.

    Centre for Food Safety (CFS) Taiwan sementara menarik seluruh produk Indomie soto banjar limau kulit dari pasaran dan mengimbau masyarakat untuk berhenti mengonsumsinya.

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) mengaku sudah mendapat laporan terkait. Pihaknya masih mendalami kemungkinan cemaran etilen oksida pada Indomie soto banjar limau kuit yang diimpor ke Taiwan.

    “Itu sudah masuk atensi kami, dan sedang berkoordinasi dengan otoritas pangan di Taiwan, laporannya nanti ber-progress ya,” beber Kepala BPOM RI Taruna Ikrar saat ditemui Jumat (12/9/2025).

    Sebelumnya diberitakan, temuan dugaan cemaran pada Indomie diumumkan dalam situs resmi otoritas keamanan pangan Taiwan.

    “Produk yang berasal dari Indonesia ditemukan mengandung residu pestisida, etilen oksida, pada tingkat yang tidak memenuhi standar Taiwan.”

    Produk tersebut memiliki batas kedaluwarsa 19 Maret 2026. “Konsumen harus membuang produk dan tidak mengonsumsinya,” demikian tulis laporan CFS.

    Kejadian ini bukan kejadian pertama bagi Indomie. Pada 2023, Malaysia sempat menarik dua produk mi instan, yaitu Indomie Rasa Ayam Spesial dan Ah Lai Curry Noodles dari Malaysia. Namun, setelah melakukan serangkaian pengujian, Malaysia menyebut kedua produk tersebut dibuat sesuai standar yang berlaku.

    Penarikan yang dilakukan oleh Malaysia menyusul pernyataan Departemen Kesehatan Taiwan yang mengatakan kedua produk itu mengandung etilen oksida.

    Mereka menemukan pada bumbu mi instan produk Indonesia, ditemukan mengandung 0,187 mg/kg etilen oksida, sedangkan pada produk Malaysia ditemukan sebanyak 0,065 mg/kg etilen oksida.

    Pada saat itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI memastikan bahwa produk Indomie Rasa Ayam Spesial Aman dikonsumsi karena residu etilen oksida masih berada di bawah ambang batas maksimal 85 ppm. Ini mengacu pada regulasi Kepala BPOM Nomor 229 Tahun 2022 soal Pedoman Mitigasi Risiko Kesehatan Senyawa Etilen Oksida.

    CFS juga tengah menyelidiki apakah produk yang terdampak sudah diimpor ke Hong Kong dan menghubungi otoritas terkait untuk informasi lebih lanjut.

    “Pembelian produk melalui pembelian daring atau perjalanan internasional tidak dapat dikecualikan. Konsumen harus membuang produk dan tidak mengonsumsinya,” imbau CFS.

    CFS disebut tetap waspada dan memantau setiap perkembangan baru untuk mengambil tindakan yang tepat bila diperlukan.

    “Investigasi oleh CFS sedang berlangsung,” demikian tutup informasi situs otoritas pangan Taiwan yang diunggah 9 September 2025.

    detikcom sudah berupaya menghubungi PT Indofood untuk meminta informasi lebih lanjut terkait laporan Taiwan, tetapi hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan lebih lanjut.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Langkah BPOM Usai Taiwan Larang Produk Indomie Soto Banjar”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

  • Tidur Lampu Nyala Vs Lampu Mati, Mana yang Lebih ‘Sehat’? Ini Kata Ahli

    Tidur Lampu Nyala Vs Lampu Mati, Mana yang Lebih ‘Sehat’? Ini Kata Ahli

    Singapura

    Banyak orang memiliki kebiasaan untuk tidur dengan lampu menyala, namun sebagian lainnya justru tak bisa terlelap jika tidak dalam kondisi gelap. Tapi, di antara kedua pilihan ini, mana yang lebih dianjurkan?

    Praktisi kesehatan tidur dr Andreas Arman Prasadja, RPSGT mengatakan tidur dalam keadaan lampu dimatikan lebih disarankan agar mendapatkan tidur yang berkualitas.

    “Bagus lampu mati,” kata dr Andreas di sela-sela acara World Sleep Congress 2025 di Singapura, Rabu (10/9/2025).

    Ini karena hormon melatonin mulai diproduksi tubuh sekitar pukul 7 malam. Menurut dr Andreas, melatonin akan mencapai puncaknya saat lingkungan menjadi gelap.

    Untuk diketahui, hormon melatonin adalah hormon alami yang diproduksi oleh kelenjar pineal di otak untuk mengatur siklus tidur-bangun tubuh.

    “Tapi bukan artinya harus gelap gulita, nggak juga lah. Ada lampu-lampu sedikit tidak apa-apa,” tuturnya.

    Jumlah Jam Tidur Juga Penting

    dr Andreas menambahkan bahwa untuk mendapatkan tubuh yang sehat, menambah jumlah jam tidur sesuai dengan rekomendasi juga diperlukan. Pasalnya, Indonesia termasuk salah satu negara yang masyarakatnya kurang tidur.

    “Untuk Asia, Indonesia paling buruk (rata-rata jam tidur). Ada beberapa penelitian yang menyebutkan (rata-rata WNI hanya tidur) 6 jam 36 menit, ada yang 6 jam 39 menit. Sementara Asia rata-rata di 7 jam,” katanya.

    “Minim memang Asia ya. Berbeda dengan Australia yang 8 jam, Eropa 8 jam,” sambungnya.

    Apa yang Membedakan?

    Menurut dr Andreas, perbedaan infrastruktur sedikit banyak memengaruhi jam tidur masyarakat Indonesia dengan negara-negara lain, salah satunya Singapura. Menurutnya, pekerja Indonesia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sampai ke tempat kerja, sehingga butuh bangun lebih pagi.

    “Ya kalau di Jakarta, mana bisa bangun jam 7, mana bisa bangun jam 6. Jam masuk sama kan Singapura dan Indonesia, kira-kira jam 8,” katanya.

    “Kalau di sini (Singapura) bisa bangun jam 7, sikat gigi, sarapan, mandi, jam 8 sudah bisa di kantor. Lah kita (bangun jam 7) bisa nggak dapet KRL,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Mitos atau Fakta: Tidur Nyenyak Meski Lampu Menyala”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)

  • Taiwan Temukan Residu Pestisida di Indomie Soto Banjar Limau Kuit

    Taiwan Temukan Residu Pestisida di Indomie Soto Banjar Limau Kuit

    Jakarta

    Otoritas Taiwan melaporkan satu bacth mi instan merek Indomie varian rasa Soto Banjar Limau Kuit produksi Indonesia ditemukan mengandung residu pestisida etilen oksida pada tingkat yang tak memenuhi standar negara tersebut.

    Dikutip dari Food and Drug Administration (FDA) Taiwan, bath Indomie tersebut memiliki batas kadaluwarsa 19 Maret 2026.

    Saat ini, The Centre for Food Safety (CFS) atau Pusat Keamanan Pangan Taiwan sedang menyelidiki apakah produk yang dimaksud diimpor ke Hong Kong dan sedang menghubungi otoritas terkait untuk informasi lebih lanjut.

    “Konsumen harus membuang produk dan tidak mengonsumsinya,” demikian tulis laporan CFS.

    Selain itu, produk yang didapatkan melalui pembelian daring atau perjalanan internasional tidak dapat dikecualikan. Sementara itu, pihak CFS akan tetap waspada dan memantau setiap perkembangan baru serta mengambil tindakan yang tepat bila diperlukan.

    Apa Itu Etilen Oksida?

    Etilen Oksida (EtO) merupakan zat karsinogen atau pemicu kanker di luar ambang batas. Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Prof Zullies Ikawati, PhD, Apt, beberapa waktu lalu menyebut zat tersebut merupakan semacam residu bukan bahan tambahan. Tujuannya untuk mensterilkan produk mi instan saat proses produksi atau penyimpanan agar terhindar dari bakteri.

    “Makanya itu jumlahnya sangat kecil dan semua negara sepakat bahwa itu bahan berbahaya atau karsinogen tadi, maka ada batas maksimalnya,” ujar Prof Zullies dalam acara detikPagi, Jumat (28/4/2023).

    “Sehingga artinya apa? Kalau di atas batas itu, ada kemungkinan potensi bahaya. Tetapi kalau sedikit saja, mungkin masih aman walaupun ada. Karena mungkin in certain level kita nggak bisa benar-benar menghilangkan sama sekali residunya,” lanjutnya.

    Prof Zullies menambahkan setiap negara memiliki aturannya masing-masing dalam menentukan batas aman penggunaan EtO. Misalnya, di negara-negara Uni Eropa yang sudah melarang penggunaan EtO.

    “Karena regulasi di berbagai negara ini berbeda-beda, yang ketat ini di Uni Eropa. Di Uni Eropa ini ketat sekali bahkan mereka sudah melarang penggunaan Etilen Oksida untuk sterilisasi,” bebernya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Soal 17+8 Tuntutan Rakyat, Prabowo: Sebagian Masuk Akal, Sebagian Perlu Dirundingkan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/up)

  • Heboh Kasus Dokter Diinvestigasi usai 21 Kali Operasi Caesar dalam 10 Jam

    Heboh Kasus Dokter Diinvestigasi usai 21 Kali Operasi Caesar dalam 10 Jam

    Jakarta

    Dokter spesialis obgyn senior di India tengah diinvestigasi pasca melakukan 21 persalinan secara caesar atau (C-section) dalam satu shift yang berdurasi sekitar 10 jam. Adalah dr Kantheswar Bordoloi, yang menjabat sebagai petugas medis senior di Rumah Sakit Sipil Morigaon.

    Ia melakukan 21 persalinan operasi caesar antara pukul 15.40 waktu setempat pada tanggal 5 September hingga pukul 01.50 pada tanggal 6 September.

    Pemerintah daerah setempat mengeluarkan surat pernyataan resmi kepada dokter tersebut. Mempertanyakan keputusan di balik seluruh persalinan dilakukan secara caesar.

    Informasi yang diminta termasuk prosedur sterilisasi yang tepat telah diikuti, apakah ada kasus gawat janin yang terdokumentasi, detail perawatan bayi baru lahir di unit perawatan neonatal rumah sakit yang sakit, dan peran staf medis yang mendampingi.

    “Hal ini menimbulkan beberapa kekhawatiran serius dan oleh karena itu, sehubungan dengan ini, Anda diarahkan untuk menyerahkan laporan komprehensif untuk setiap kasus yang disebutkan di atas,” ujar Komisaris Kesehatan Distrik Tambahan, Nitisha Bora, dalam pemberitahuan surat kepada dokter tersebut.

    Para pejabat mengatakan rekam medis praoperasi dan pascaoperasi tidak tercatat dengan baik, yang dapat membahayakan langkah-langkah pengendalian infeksi dan meningkatkan risiko komplikasi ibu serta bayi. Terlebih dilakukan dalam waktu singkat.

    “Dokumentasi terperinci seperti itu sangat penting untuk memperkuat protokol pengendalian infeksi dan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi,” tambah pemberitahuan tersebut.

    Namun, dr Bordoloi memastikan dirinya sudah menjalani seluruh tindakan medis sesuai prosedur.

    “Saya menangani kasus-kasus darurat satu demi satu, dan jumlahnya tiba-tiba melonjak. Saya bekerja cepat, tetapi semua prosedur medis yang diperlukan tetap diikuti,” ujarnya, menurut laporan media India, The Assam Tribune.

    “Apa yang saya lakukan bukanlah hal yang aneh, dan dokter lain juga melakukan banyak operasi dengan kecepatan seperti itu. Mungkin ada yang mengeluhkan saya,” cerita dia.

    Ia menambahkan bahwa 19 dari 21 ibu dan bayi baru lahir telah dipulangkan dalam kondisi stabil, sementara dua masih dirawat di rumah sakit, termasuk satu yang dipindahkan ke Gauhati Medical College and Hospital, salah satu institusi medis terkemuka di wilayah tersebut.

    Menurut sebuah makalah pada 2023, tingkat persalinan caesar di India telah meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu, meningkat dari sekitar 17 persen pada tahun 1998-1999 menjadi lebih dari 21 persen dalam beberapa tahun terakhir.

    Makalah tersebut juga mencatat perempuan berpendidikan lebih tinggi yang telah menjalani setidaknya empat pemeriksaan pranatal, berasal dari keluarga kaya, atau tinggal di kota, jauh lebih mungkin menjalani operasi caesar.

    Pada 2018, sebuah artikel di The Lancet memperingatkan tentang apa yang disebutnya sebagai ‘epidemi operasi caesar’, saat kasusnya meningkat. Artikel tersebut menyatakan operasi caesar menjadi operasi paling umum di banyak negara dunia.

    Prosedur yang dapat menyelamatkan nyawa perempuan juga bayi ketika komplikasi terjadi selama kehamilan atau persalinan.

    “Namun, penggunaan operasi caesar untuk alasan yang tidak diindikasikan secara medis merupakan penyebab kekhawatiran karena prosedur ini dikaitkan dengan efek jangka pendek dan jangka panjang yang cukup besar serta biaya perawatan kesehatan,” sorot para pakar di artikel terkait.

    “Penggunaan operasi caesar telah meningkat selama 30 tahun terakhir, melebihi 10-15 persen kelahiran yang dianggap optimal, dan tanpa manfaat maternal atau perinatal yang signifikan.”

    Bulan lalu di Assam, adapula seorang dokter palsu yang melakukan lebih dari 50 operasi caesar dan operasi ginekologi selama satu dekade. Ia ditangkap saat berpraktik di sebuah rumah sakit swasta. Surat keterangan dokter milik Pulok Malakar terbukti palsu, sehingga memicu tindakan keras oleh petugas setempat.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)