Jenis Media: Kesehatan

  • Pemuda 22 Tahun di AS Bunuh Charlie Kirk, Psikis-Kepribadiannya Jadi Sorotan

    Pemuda 22 Tahun di AS Bunuh Charlie Kirk, Psikis-Kepribadiannya Jadi Sorotan

    Jakarta

    Penembak Charlie Kirk teridentifikasi. Pria 22 tahun yakni Tyler Robinson diduga menjadi pelaku penembak mati aktivis konservatif ternama AS, Charlie Kirk.

    Tyler adalah warga asli Utah, AS, yang sudah lama tinggal bersama orang tuanya. Tyler Robinson ditangkap pada 12 September setelah seorang anggota keluarganya mengenali wajahnya di rekaman CCTV.

    Penyidik menyebut pengakuan keluarga itu sebagai titik balik pencarian besar di AS. Menurut laporan CBS News, orang yang mengenalinya adalah ayah Robinson sendiri. Si ayah mendorong anaknya untuk menyerahkan diri, kemudian menghubungi seorang teman keluarga yang meneruskan informasi tersebut ke kepolisian.

    Penyelidikan Masih Berlangsung

    Dalam konferensi pers pada Jumat, pejabat FBI menolak mengomentari latar belakang Robinson, pandangan politik, maupun motif penembakan.

    “Kami yakin orang yang kami tahan adalah pelaku yang benar,” ujar juru bicara FBI.

    “Namun kami masih menyusun gambaran utuh tentang siapa dia dan alasan tindakannya.”

    Psikologis-Kepribadian Robinson Disorot

    Dikutip dari BBC, sumber menyebut Robinson sempat mengatakan kepada ayahnya bahwa ia lebih memilih bunuh diri daripada menyerahkan diri ke kepolisian.

    Ayahnya lalu meminta bantuan seorang pendeta muda, teman keluarga sekaligus petugas keamanan pengadilan, yang akhirnya menghubungi US Marshals. Robinson kemudian berhasil ditangkap. Gubernur Utah Spencer Cox menyatakan, rekaman CCTV memperlihatkan Robinson tiba di kampus UVU menggunakan mobil Dodge Challenger abu-abu pukul 08.29 waktu setempat, hampir empat jam sebelum penembakan.

    Menurut Cox, keluarga Robinson mengaku dalam makan malam sebelum penyerangan, ia sempat menyinggung Charlie Kirk, menyebutnya sebagai sosok ‘penuh kebencian’ yang menyebarkan kebencian.

    FBI juga menemukan senjata yang diduga digunakan, yakni senapan Mauser 30-06 dengan teleskop, dibungkus handuk dan disembunyikan di area hutan dekat kampus.

    Dikenal Pendiam dan Pintar

    “Saya terkejut,” kata Kristin Schwiermann, tetangga berusia 66 tahun.

    “Dia bukan anak yang saya kenal.”

    Seperti kebanyakan orang di komunitas tersebut, Robinson, orang tua, dan dua saudara laki-lakinya tat beribadah.

    Karenanya, Schwiermann dan yang lainnya merasa aneh ketika lingkungan yang tenang itu dipenuhi dengan van, SUV, dan mobil polisi tak dikenal lainnya.

    Ayah Tyler Robinson, Matt, menyadari bahwa putranya menjadi sasaran perburuan yang putus asa ketika foto-fotonya yang mengenakan kaus lengan panjang dan celana jins mulai muncul di televisi dan layar komputer di seluruh negeri.

    Keluarga tersebut menghubungi uskup gereja mereka, yang juga seorang tetangga ketika Robinson mengancam akan bunuh diri, menurut sumber penegak hukum yang tidak berwenang membahas penyelidikan tersebut.

    Robinson dekat dengan orang tua dan dua saudara laki-lakinya saat tumbuh dewasa, dan sering pergi berkemah atau berburu, kata Schwiermann. Menurut catatan publik, kedua orang tuanya memegang lisensi berburu.

    “Mereka dekat, pekerja keras, dan cerdas,” katanya.

    Robinson bersekolah di Sekolah Dasar Riverside, sekitar setengah mil dari rumah keluarga, dan tempat Schwiermann juga bekerja sebagai kepala petugas kebersihan.

    “Dia pendiam, tetapi dia punya teman-teman di sekolah, dan dia tidak pernah membuat masalah,” kata Schwiermann.

    Dia aktif di gereja secara teratur sejak kecil, tetapi Schwiermann mengatakan belakangan memang semakin jarang ke gereja.

    Ia lulus dari Pine View High School di St. George pada tahun 2021, dan Schwiermann menggambarkannya sebagai anak yang cerdas dan berprestasi dalam pelajaran sekolah, yang membantunya mendapatkan beasiswa.

    Ibunya, Amber Robinson, menulis di laman Facebook-nya pada tahun 2020 tentang nilai tes bakat putranya di perguruan tinggi, dan mengunggah video Robinson yang sedang membacakan surat permohonan beasiswa.

  • Viral di India, Ini Alasan Dokter Obgyn Senior Lakukan 21 Operasi Caesar dalam 10 Jam

    Viral di India, Ini Alasan Dokter Obgyn Senior Lakukan 21 Operasi Caesar dalam 10 Jam

    Jakarta

    Dokter spesialis obgyn senior di India belum lama ini ramai disorot pasca melakukan 21 operasi caesar hanya dalam satu shift yakni 10 jam. Hal ini memicu kekhawatiran keamanan proses bersalin, mengingat dilakukan dalam waktu singkat, pemerintah setempat juga mempertanyakan pertimbangan dokter bernama Kantheswar Bordoloi tersebut sembari meminta bukti detail rekam medis.

    Kejadian ini juga dinilai menggambarkan adanya ‘epidemi operasi caesar’ yang terus meningkat di India. Dalam sebuah makalah tahun 2023, angka persalinan caesar di India meningkat secara signifikan setiap tahun.

    Dari sekitar 17 persen pada akhir tahun 90-an, menjadi 21 persen pada 2023. Data tersebut juga menunjukkan persalinan caesar umum dilakukan orang yang berasal dari kalangan ekonomi ke atas, tinggal di perkotaan, dan memiliki riwayat pendidikan lebih tinggi.

    Epidemi operasi caesar sempat dibahas dalam artikel The Lancet 2018, epidemi tersebut didefinisikan sebagai peningkatan kasus operasi caesar dalam proses bersalin, yang rupanya tidak melulu berkaitan dengan alasan medis.

    Penggunaan operasi caesar untuk alasan non-medis patut dikhawatirkan karena prosedur ini dikaitkan dengan efek jangka pendek dan jangka panjang serta biaya kesehatan cukup besar.

    “Penggunaan operasi caesar telah meningkat selama 30 tahun terakhir, melebihi 10-15 persen kelahiran yang dianggap optimal, dan tanpa manfaat maternal maupun perinatal yang signifikan,” demikian laporan studi tersebut.

    Sementara kasus dr Bordoloi tengah di-investigasi lebih lanjut. Ia berdalih melakukan operasi caesar atas permintaan yang tiba-tiba melonjak dalam satu hari tersebut.

    “Saya menangani kasus-kasus darurat satu demi satu, dan jumlahnya tiba-tiba melonjak. Saya bekerja cepat, tetapi semua prosedur medis yang diperlukan tetap diikuti,” ujarnya, menurut laporan media India, The Assam Tribune.

    “Apa yang saya lakukan bukanlah hal yang aneh, dan dokter lain juga melakukan banyak operasi dengan kecepatan seperti itu. Mungkin ada yang mengeluhkan saya,” cerita dia.

    Menurutnya, 19 dari 21 ibu dan bayi baru lahir telah dipulangkan dalam kondisi stabil, sementara dua masih dirawat di rumah sakit, termasuk satu yang dipindahkan ke Gauhati Medical College and Hospital, salah satu institusi medis terkemuka di wilayah tersebut.

    (naf/naf)

  • Video Sepenting Apa Asupan Suplemen untuk Tubuh? Ini Kata Apoteker

    Video Sepenting Apa Asupan Suplemen untuk Tubuh? Ini Kata Apoteker

    Video Sepenting Apa Asupan Suplemen untuk Tubuh? Ini Kata Apoteker

  • BMKG Wanti-wanti Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah Paling Terdampak

    BMKG Wanti-wanti Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah Paling Terdampak

    Jakarta

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti potensi cuaca ekstrem hujan lebat disertai angin kencang di sejumlah wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan dinamika atmosfer yang saat ini cukup kompleks berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, mulai dari banjir, longsor, hingga gelombang tinggi.

    “Potensi hujan lebat hingga sangat lebat dengan angin kencang perlu diantisipasi masyarakat maupun pemerintah daerah. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko banjir, longsor, maupun gelombang tinggi,” ujar Dwikorita dalam keterangan resminya, Jumat (12/9/2025).

    Faktor Pemicu Cuaca Ekstrem

    BMKG menjelaskan, sejumlah faktor atmosfer memicu kondisi ini, antara lain Dipole Mode Index (DMI) negatif, anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR), aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, Rossby ekuator, serta gelombang atmosfer frekuensi rendah.

    Selain itu, keberadaan bibit siklon tropis 93S di Samudra Hindia barat Bengkulu serta pola siklonik di Kalimantan Utara memperbesar potensi terbentuknya hujan lebat.

    BMKG memprakirakan pada periode 12 hingga 14 September, hujan lebat berpotensi terjadi di Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Tengah, dan Papua Selatan.

    Sementara angin kencang berpeluang terjadi di Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

    Adapun pada 15 hingga 18 September, hujan deras diprediksi melanda Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan. Potensi angin kencang masih mengintai Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

    Banjir Besar di Bali Jadi ‘Warning’

    Cuaca ekstrem sebelumnya sudah memicu banjir dan longsor di Bali pada 9 hingga 10 September 2025. BNPB mencatat bencana terjadi di tujuh kabupaten/kota dengan lebih dari 120 titik banjir.

    Denpasar menjadi wilayah terparah dengan 81 titik genangan, disusul Gianyar 14 titik, Badung 12 titik, Tabanan 8 titik, serta Karangasem, Jembrana, dan Klungkung masing-masing 4 titik.

    BMKG melaporkan curah hujan harian ekstrem menjadi pemicu utama. Di Jembrana, intensitas hujan mencapai 385,5 mm per hari, disusul Tampak Siring 373,8 mm, Karangasem 316,6 mm, Klungkung 296 mm, dan Abiansemal 284,6 mm. Padahal, secara klimatologis, hujan di atas 150 mm/hari sudah masuk kategori ekstrem.

    Menurut Dwikorita, fenomena itu diperparah kondisi atmosfer yang labil serta faktor lingkungan, mulai dari sistem drainase yang tidak memadai hingga alih fungsi lahan yang mengurangi daya serap tanah.

    Dwikorita menegaskan, peringatan dini sudah dikeluarkan BMKG sejak 5 September melalui prospek cuaca sepekan, peringatan tiga harian, hingga pembaruan jam-jaman lewat sistem nowcasting. Pada periode 9-10 September saja, BMKG menerbitkan 11 kali pembaruan peringatan dini untuk Bali.

    Ia mengimbau masyarakat rutin memantau informasi resmi BMKG melalui aplikasi, media sosial, dan siaran televisi. Selain itu, langkah mitigasi seperti menjaga kebersihan drainase serta tidak membuang sampah sembarangan sangat diperlukan untuk mengurangi dampak genangan.

    “Dengan kesiapsiagaan dan mitigasi yang baik, kita bisa meminimalkan risiko bencana akibat cuaca ekstrem yang masih akan berlangsung beberapa hari ke depan,” kata Dwikorita.

    (naf/naf)

  • Video KuTips: Resep Sehat Bugar ‘GEMBIRA’ ala Kak Seto di Usia 74 Tahun

    Video KuTips: Resep Sehat Bugar ‘GEMBIRA’ ala Kak Seto di Usia 74 Tahun

    Video KuTips: Resep Sehat Bugar ‘GEMBIRA’ ala Kak Seto di Usia 74 Tahun

  • Gaduh Lagi Cemaran Pestisida, Mi Instan Indonesia Sebenarnya Aman Nggak Sih?

    Gaduh Lagi Cemaran Pestisida, Mi Instan Indonesia Sebenarnya Aman Nggak Sih?

    Jakarta

    Kasus dugaan cemaran etilen oksida (EtO) kembali mencuat dan lagi-lagi menyeret mi instan produksi Indonesia. Otoritas keamanan pangan Taiwan melaporkan adanya residu EtO pada Indomie varian Soto Banjar Limau Kuit, yang melebihi ambang batas aman versi regulasi setempat.

    Sebagai langkah cepat pemerintah Taiwan, produk Indomie dengan varian Soto Banjar Limau Kuit ditarik dari peredaran dan masyarakat diimbau tidak mengonsumsinya.

    Laporan resmi Food and Drug Administration (FDA) Taiwan menyebut satu batch Indomie Soto Banjar Limau Kuit dengan tanggal kedaluwarsa 19 Maret 2026 mengandung EtO di atas standar atau batas aman yang ditolerir. Produk yang terdeteksi mengandung residu pestisida itu dinilai tidak memenuhi persyaratan keamanan pangan Taiwan.

    Menindaklanjuti laporan tersebut, Centre for Food Safety (CFS) Taiwan menarik seluruh stok Indomie Soto Banjar Limau Kuit dari pasaran, mengimbau masyarakat membuang produk dan berhenti mengonsumsinya, hingga melakukan investigasi terkait kemungkinan distribusi produk ke Hong Kong dan pasar internasional.

    Mereka juga memantau penjualan daring serta pergerakan lintas negara untuk memastikan konsumen tidak lagi mendapatkan akses pembelian Indomie varian Soto Banjar Limau Kuit.

    “Pembelian produk melalui platform daring atau perjalanan internasional tidak dapat dikecualikan. Konsumen harus membuang produk dan tidak mengonsumsinya,” tulis pernyataan CFS pada 9 September 2025.

    BPOM RI Buka Suara

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) langsung merespons laporan Taiwan tersebut. Kepala BPOM RI Taruna Ikrar menegaskan bahwa produk yang ada di Taiwan bukan berasal dari eksportir resmi.

    “Produk tersebut bukan merupakan ekspor secara resmi dari produsen ke Taiwan,” tulis BPOM RI dalam keterangan resminya, Jumat (12/9/2025.

    “Ekspor produk diduga dilakukan oleh trader dan bukan importir resmi dari produsen serta diekspor tanpa sepengetahuan produsen,” lanjut pernyataan tersebut.

    BPOM menegaskan bahwa saat ini, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (Indofood) telah melakukan penelusuran bahan baku yang digunakan serta penyebab terjadinya temuan.

    “Hasil penelusuran akan dilaporkan segera kepada BPOM,” kata BPOM.

    Indomie Varian Sama di RI Aman Dikonsumsi

    BPOM sadar bahwa temuan ini membuat konsumen dalam negeri menjadi panik. BPOM menegaskan bahwa mi instan varian yang sama di dalam negeri aman untuk dikonsumsi.

    “Berdasarkan hasil penelusuran pada data registrasi BPOM, produk dengan varian tersebut telah memiliki izin edar BPOM sehingga dapat beredar di Indonesia dan tetap dapat dikonsumsi,” kata BPOM.

    Apa Itu Etilen Oksida?

    Etilen oksida adalah zat kimia berbentuk gas tak berwarna dengan bau manis. Dalam industri pangan, EtO digunakan untuk fumigasi, sterilisasi, dan pengawetan. Namun, menurut Cancer.gov, paparan jangka panjang EtO dapat menimbulkan efek kesehatan serius. Zat ini dikategorikan karsinogenik, dengan risiko:

    Kanker darah seperti limfoma dan leukemia,Kanker lambung dan kanker payudara,Gangguan reproduksi dan efek genotoksik pada sel.

    Meski beberapa negara masih memperbolehkan penggunaan EtO dalam batas tertentu, standar ambang batas berbeda-beda antar negara, sehingga sering menimbulkan perbedaan kebijakan ekspor-impor.

    Untuk diketahui, Taiwan menerapkan kadar EtO total harus tidak terdeteksi dalam produk pangan. Standar ini berbeda dengan standar beberapa negara lain termasuk Amerika, Uni Eropa, dan Indonesia yang memisahkan batasan syarat untuk EtO dengan 2-kloroetanol (2-CE) sebagai analitnya dan bukan sebagai batasan EtO total.

    Sampai saat ini, Codex Allimentarius Commission (CAC) sebagai organisasi internasional di bawah WHO/FAO belum mengatur batas maksimal residu EtO.

    Bukan Kasus Pertama

    Kasus cemaran EtO pada produk Indomie bukan yang pertama. Pernah terjadi pada Indomie varian lain. Namun saat itu, BPOM RI memastikan produk Indomie Rasa Ayam Spesial Aman dikonsumsi karena residu etilen oksida masih berada di bawah ambang batas maksimal 85 ppm. Ini mengacu pada regulasi Kepala BPOM Nomor 229 Tahun 2022 soal Pedoman Mitigasi Risiko Kesehatan Senyawa Etilen Oksida.

    “Dengan demikian, kadar yang terdeteksi pada sampel mi instan di Taiwan (0,34 ppm) masih jauh di bawah batas maksimal residu di Indonesia dan di sejumlah negara lain, seperti Amerika dan Kanada. Oleh karena itu, di Indonesia produk mi instan tersebut aman dikonsumsi, karena telah memenuhi persyaratan keamanan dan mutu produk sebelum beredar,” kata pihak BPOM.

    Pada 2022, produk Mie Sedaap juga pernah mengalami kasus yang sama. Tiga negara termasuk Hong Kong, Singapura, hingga Malaysia meminta warganya untuk lebih hati-hati dalam konsumsi beberapa varian Mie Sedaap.

    Pihak Mie Sedaap saat itu juga sudah membantah adanya kandungan etilen oksida atau pestisida yang kemungkinan dipakai sebagai bahan pengawet.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Langkah BPOM Usai Taiwan Larang Produk Indomie Soto Banjar”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

  • Cuma Jalan 30 Menit Bisa Cegah Penyakit Jantung, Begini Saran Dokter

    Cuma Jalan 30 Menit Bisa Cegah Penyakit Jantung, Begini Saran Dokter

    Jakarta

    Berjalan kaki adalah olahraga paling sederhana, mudah dilakukan, serta memberikan manfaat yang sangat besar untuk kesehatan. Ahli jantung Dr Shailesh Singh viral di media sosial setelah menjelaskan kekuatan luar biasa dari berjalan kaki setiap hari.

    Menurut Dr Singh, berjalan kaki singkat mungkin tampak sederhana. Namun, jika dilakukan secara konsisten setiap hari, manfaatnya untuk kesehatan dapat mengubah hidup.

    Rutin berjalan kaki dapat memperkuat jantung, meningkatkan energi, mengurangi stres, dan melindungi diri dari penyakit kronis. Dr Singh menekankan bahwa tindakan kecil dan konsisten sangat berdampak seiring waktu.

    Bagaimana Caranya?

    Dikutip dari Times of India, ia merekomendasikan untuk mencatat jadwal jalan kaki di kalender dan menandai setiap hari dengan tanda X. Hal itu secara alami memotivasi otak untuk mempertahankan kebiasaan tersebut.

    Penguatan visual ini menyentuh sisi psikologis, menciptakan rasa pencapaian yang nyata.

    “Ganti waktu untuk menggulirkan layar ponsel selama 30 menit dengan berjalan kaki, termasuk untuk memasak makanan sehat,” jelas Dr Singh.

    “Jangan lupa untuk tidur lebih awal yang dapat memberi manfaat lebih besar bagi jantung daripada sekadar memberikan like, komentar, atau menonton tayangan di ponsel selama berjam-jam,” sambungnya.

    Formula sederhana untuk kesehatan seumur hidup adalah komitmen dan kebiasaan. Salah satu strategi Dr Singh adalah komitmen.

    Dengan menjadwalkan jalan kaki bersama teman atau keluarga, membuat kegiatan ini jauh lebih menyenangkan. Pergeseran psikologis yang halus ini membuat tubuh yang sehat menjadi lebih mudah dicapai.

    “Berhentilah berpikir ‘saya harus berjalan kaki’. Mulailah berkata ‘saya bisa berjalan kaki’, membingkai kegiatan ini sebagai kebiasaan,” sambungnya.

    Manfaat Lain Berjalan Kaki

    Menurut penelitian, berjalan kaki dalam jumlah kecil atau waktu yang tidak terlalu lama setiap hari secara signifikan meningkatkan kesehatan kardiovaskular. Manfaat jangka pendeknya meliputi:

    Meningkatkan kebugaran kardiovaskular.Memperbaiki komposisi tubuh.Menurunkan tekanan darah.Memperbaiki kadar kolesterol.

    Rekomendasi Lain Para Ahli

    Berjalan kaki secara teratur dalam jangka panjang dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner, kejadian jantung mayor, dan kematian dini. Para ahli merekomendasikan setidaknya 150 menit berjalan kaki per minggu, sebuah target yang aman, berkelanjutan, dan sangat efektif.

    Tidak seperti olahraga intens, berjalan kaki memiliki risiko cedera yang minimal sekaligus memberikan manfaat substansial bagi kesehatan secara keseluruhan.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Beda Aturan RI Vs Taiwan, Sisi Lain Gaduh Residu Pestisida dalam Mi Instan

    Beda Aturan RI Vs Taiwan, Sisi Lain Gaduh Residu Pestisida dalam Mi Instan

    Jakarta

    Baru-baru ini, produk mi instan asal Indonesia kembali jadi sorotan internasional. Food and Drug Administration (FDA) Taiwan menemukan adanya kandungan etilen oksida (EtO) dalam varian Indomie Mi Instan Rasa Soto Banjar Limau Kuit. Akibat temuan ini, produk tersebut dinyatakan tidak memenuhi standar keamanan pangan di Taiwan dan dilarang beredar.

    Lalu, apa sebenarnya etilen oksida? Seberapa berbahaya bila terkandung dalam makanan, dan kenapa kasus ini viral?

    Apa Itu Etilen Oksida?

    Etilen oksida (EtO) adalah senyawa kimia berbentuk gas yang sangat reaktif. EtO adalah gas beracun yang tidak berwarna, memiliki bau seperti eter, reaktif dan mudah terbakar, serta memiliki rumus kimia C2H4O. Di dunia industri, EtO digunakan untuk mensterilkan alat medis, membasmi mikroorganisme, hingga menjadi bahan baku kimia lain.

    Pada berbagai studi, EtO ditemukan sebagai senyawa genotoksik dan mutagenik. EtO mampu menembus bahan berpori dan membunuh bakteri, jamur, maupun virus tanpa perlu suhu tinggi. Itulah sebabnya gas ini banyak dipilih untuk sterilisasi produk yang sensitif terhadap panas.

    Indomie rasa soto banjar limau kuit. Foto: Aida Adha Siregar/detikHealth

    Fungsi Penggunaan Etilen Oksida pada Makanan

    Dalam industri pangan, etilen oksida digunakan sebagai agen fumigasi. Tujuannya adalah membunuh mikroorganisme yang bisa menurunkan mutu produk, terutama pada rempah-rempah, herba, dan bumbu kering.

    Jika bumbu hanya dipanaskan, risiko kerusakan aroma dan cita rasa sangat tinggi. Oleh karena itu, beberapa produsen memilih sterilisasi dengan EtO agar bumbu tetap wangi dan tidak berubah warna.

    Namun, permasalahannya, EtO bisa meninggalkan residu berbahaya jika proses aerasi (penghilangan gas sisa) tidak dilakukan sempurna. EtO akan bereaksi dengan ion klorida yang terkandung dalam pangan membentuk 2-kloroetanol (2-CE).

    Bagaimana EtO Bisa Ada di Mi Instan?

    Berdasarkan laporan FDA Taiwan, residu EtO sebesar 0,1 mg/kg ditemukan pada bumbu penyedap mi instan, bukan pada mie-nya. Artinya, kemungkinan besar proses sterilisasi menggunakan EtO dilakukan pada rempah atau bumbu untuk mencegah kontaminasi bakteri.

    Dalam kondisi ideal, sisa EtO akan hilang setelah bumbu didiamkan beberapa waktu atau saat dimasak. Tetapi bila EtO yang ditemukan adalah analitnya yaitu 2-kloroetanol (2-CE) maka menghilangkan kadar 2-CE harus dilakukan pada suhu 430-496 derajat celcius. Hal ini terdapat pada Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 229 Tahun 2022.

    Bahaya EtO bagi Kesehatan

    Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC), etilen oksida dikategorikan sebagai karsinogen bagi manusia (kelompok 1). Paparan jangka panjang dapat meningkatkan risiko:

    Kanker (leukemia, limfoma, dan kanker payudara)Kerusakan DNA dan mutasi genetikGangguan sistem saraf

    Selain itu, EtO juga bisa berubah menjadi senyawa lain ketika terpapar pada makanan bernama 2-chloroethanol (2-CE), yang sama-sama bersifat toksik. Karena sifatnya ini, banyak negara menerapkan kebijakan nol toleransi terhadap EtO dalam makanan.

    Perbedaan Standar Taiwan vs Indonesia

    Setiap negara punya regulasi yang berbeda. Taiwan melarang total residu EtO pada produk pangan, sedangkan Indonesia (BPOM) memisahkan syarat antara EtO dan 2-CE. Batas maksimal residu EtO dan 2-CE diatur yaitu 0,01 mg/kg dan 85 ppm (85 mg/kg).

    Inilah sebabnya, produk yang dianggap aman di Indonesia bisa saja ditolak di luar negeri. Perbedaan regulasi sering menimbulkan kontroversi ketika produk ekspor diuji dengan standar yang lebih ketat.

    Kenapa Kasus Ini Jadi Viral?

    Mi instan adalah makanan favorit masyarakat Indonesia, bahkan populer di seluruh dunia. Ketika ada isu keamanan pangan, wajar publik jadi heboh.

    Selain itu, kasus ini juga menyoroti:

    Kredibilitas produk lokal di pasar globalKesenjangan standar keamanan antarnegaraTingginya kepercayaan masyarakat terhadap mi instan

    Tidak heran, kabar tentang EtO pada mi instan asal Indonesia langsung viral karena menyangkut produk yang sehari-hari dikonsumsi banyak orang.

    Di Indonesia sendiri, isu ini menimbulkan kecemasan masyarakat terhadap keamanan mi instan yang beredar di pasaran. Banyak konsumen khawatir, apakah produk yang mereka beli di toko juga mengandung EtO, meski BPOM sudah menyatakan produk yang beredar di dalam negeri aman.

    Apa yang Bisa Dilakukan Konsumen?

    Sebagai konsumen, ada beberapa langkah bijak yang bisa dilakukan:

    Pantau informasi resmi dari BPOM terkait keamanan pangan.Batasi konsumsi mi instan, bukan hanya karena isu EtO, tapi juga karena tinggi garam, lemak, dan kalori.Lengkapi pola makan dengan sayur, buah, dan protein segar supaya kebutuhan gizi tetap seimbang.

    Kesimpulan

    Kasus Indomie Soto Banjar Limau Kuit yang ditolak di Taiwan membuka mata kita bahwa perbedaan standar keamanan pangan antarnegara bisa menimbulkan polemik. Hal ini dikarenakan Codex Allimentarius Commission (CAC) sebagai organisasi internasional di bawah WHO/FAO belum mengatur batas maksimal residu EtO. Etilen oksida memang bermanfaat untuk sterilisasi, tapi keberadaannya dalam makanan berisiko bagi kesehatan bila dikonsumsi terus-menerus.

    Isu ini harus menjadi pengingat pentingnya transparansi industri pangan, pengawasan ketat dari regulator, serta kesadaran konsumen untuk lebih selektif dalam memilih makanan.

    Catatan redaksi:

    Dalam keterangan resminya, BPOM RI menyampaikan penjelasan produsen bahwa produk mi instan yang bermasalah di Taiwan bukan merupakan ekspor resmi. Diduga, ekspor dilakukan oleh trader dan tanpa sepengetahuan produsen.

    Berdasarkan penelusuran data registrasi, BPOM RI juga menegaskan produk tersebut memiliki izin edar sehingga dapat diedarkan di Indonesia. BPOM juga memastikan produk tersebut tetap dapat dikonsumsi.

    Halaman 2 dari 5

    Simak Video “Video Langkah BPOM Usai Taiwan Larang Produk Indomie Soto Banjar”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • Fenomena Banyak Gen Z Terserang Insomnia, Dokter Ungkap Biang Keroknya

    Fenomena Banyak Gen Z Terserang Insomnia, Dokter Ungkap Biang Keroknya

    Singapura

    Generasi Z atau Gen Z saat ini banyak yang memiliki kondisi kesulitan tidur malam. Hal ini membuat mereka masih tetap aktif, meskipun sudah memasuki dini hari.

    Praktisi kesehatan tidur dr Andreas Arman Prasadja, RPSGT mengakui bahwa saat ini dirinya menerima banyak pasien di usia 20-an tahun yang mengeluhkan kesulitan tidur di malam hari dan mengantuk di siang hari.

    “Gen Z keluhannya ngantukan sama nggak bisa tidur. Jadi Kalau siang ngantuk, kalau malam nggak bisa tidur. Jadi ini gejala apa? Delayed sleep phase,” kata dr Andreas di sela-sela acara World Sleep Congress 2025 di Singapura, Rabu (10/9/2025).

    “Jadi insomnia itu nggak cuman gara-gara stres, gara-gara kerjaan lah, nggak. Ada delayed sleep phase. Ini adalah circadian rhythm disorder. Dia bukan nggak bisa tidur, bisa tidur kok, cuman jamnya (dini hari). Tidurnya kadang cuman bisa jam 3, atau subuh,” sambungnya.

    Menurut dr Andreas, hal ini tentunya akan membuat aktivitas harian seperti bekerja menjadi terganggu.

    “Masalahnya ‘social jetlag’, mesti bangun jam berapa? Mesti kerja kan? Mesti beraktivitas kan? Jadi internal clock-nya tidak sesuai dengan jam sosialnya, baru ngantuk jam 11-an, atau 12 ke atas,” katanya..

    dr Andreas menambahkan kondisi ini sebenarnya bisa diatasi dengan mencoba menjauhkan gawai di waktu-waktu sebelum tidur.

    “Dua jam atau satu jam menurut beberapa penelitian (berhenti scrolling sosmed). Tapi, saya nggak terlalu strict, kalau mau lihat gadget dulu silakan lah, cuman diredupkan, blue light screen-nya aktif,” katanya.

    “Cahaya biru (blue light) ini lebih bahaya sebetulnya karena bisa menggeser jam tidur. Makannya Gen Z tuh banyak bergeser jam tidurnya. Dan kamu harus benar-benar disiplin. Kalau waktunya tidur ya tidur,” tutupnya.

    (dpy/up)

  • Video Apoteker: Kekurangan Mikronutrien Jadi Akar Kasus Stunting di Indonesia

    Video Apoteker: Kekurangan Mikronutrien Jadi Akar Kasus Stunting di Indonesia

    Video Apoteker: Kekurangan Mikronutrien Jadi Akar Kasus Stunting di Indonesia