Jenis Media: Kesehatan

  • Gagal Ginjal Bukan Akhir, Masih Ada Harapan Lewat Transplantasi

    Gagal Ginjal Bukan Akhir, Masih Ada Harapan Lewat Transplantasi

    Jakarta

    Siloam International Hospitals melalui Siloam ASRI terus memperkuat kompetensi para dokter spesialis dan tim paramedis, fasilitas kesehatan, dan kualitas pelayanannya. Ini untuk meningkatkan harapan hidup para pasien gagal ginjal yang melakukan transplantasi ginjal dengan standar dan hasil setara dengan rumah sakit internasional.

    Lewat ajang Ajang “5th Siloam Urology-Nephrology Summit 2025” yang digelar pada bulan Agustus lalu, Siloam menyoroti berbagai perkembangan terbaru, mulai dari penguatan sistem donor dari pasien yang meninggal dunia, strategi pencegahan reaksi penolakan organ, hingga inovasi pemanfaatan teknologi robotik yang diyakini akan menjadi masa depan transplantasi ginjal.

    Topik-topik dari diskusi ini dapat memperkuat penanganan kasus gagal ginjal. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menyebutkan lebih dari 200.000 pasien menjalani terapi hemodialisis setiap tahun.

    Transplantasi ginjal menjadi salah satu terobosan medis penting bagi pasien gagal ginjal stadium akhir. Namun, minimnya ketersediaan donor dengan berbagai masalah lain masih memerlukan penyelesaian.

    Donor Kadaver, Solusi untuk Keterbatasan Donor Hidup

    Spesialis anestologi, dr Aries Perdana, SpAn-KKV mengatakan bahwa transplantasi dari donor meninggal dunia (cadaveric donor) dapat menjadi solusi nyata untuk keterbatasan donor hidup di Indonesia.

    “Keberhasilan program donor kadaver sangat bergantung pada diagnosis mati batang otak (MBO) yang akurat, manajemen donor di ICU, serta koordinasi lintas rumah sakit secara nasional,” ungkap dr Aries dalam keterangannya, Kamis (18/9/2025).

    Senada, spesialis urologi Prof dr Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K), FICRS, PhD mengatakan bahwa kualitas donor dan penerima juga harus diperhatikan. Ini untuk memastikan bahwa transplantasi bisa berjalan sebagaimana mestinya.

    “Kualitas donor, kondisi klinis penerima, serta pemantauan jangka panjang adalah faktor-faktor yang saling berkaitan. Semua ini menentukan apakah transplantasi akan memberikan manfaat maksimal bagi pasien,” katanya.

    Strategi Pengobatan untuk Cegah Penolakan Organ

    Pada kesempatan yang sama, spesialis penyakit dalam Prof Dr dr Endang Susalit, SpPD-KGH, FINASIM ada beberapa tantangan dari transplantasi ginjal. Prosedur ini tidak berhenti setelah operasi selesai, tantangan terbesar justru datang dari risiko tubuh pasien menolak organ baru yang dianggap sebagai benda asing.

    “Untuk mencegah penolakan ini, pasien harus mengonsumsi obat khusus yang disebut obat penekan sistem imun, atau imunosupresan pada waktu tertentu. Obat ini membuat tubuh tidak menyerang ginjal baru sehingga organ bisa berfungsi dengan baik,” terang Prof Endang.

    Prof Endang menambahkan, salah satu obat utama yang digunakan adalah tacrolimus, yang terbukti efektif tetapi harus diberikan dengan pemantauan ketat. Bentuk dosis sekali sehari kini menjadi pilihan karena lebih mudah diikuti pasien, sehingga meningkatkan kepatuhan pengobatan.

    “Kepatuhan pasien sangat penting. Obat bisa efektif, tapi tanpa disiplin minum obat, risiko kegagalan transplantasi tetap tinggi,” tegasnya.

    Teknologi Baru dalam Transplantasi Ginjal

    Di lain pihak perkembangan teknologi menjadi sebuah kebutuhan. Prof Shin Sung, pembicara internasional dari Korea Selatan memaparkan bahwa teknologi robot transplantasi ginjal (robotic kidney transplantation) menawarkan prosedur yang lebih presisi, minim invasif, serta pemulihan yang lebih cepat.

    “Dengan bantuan teknologi robotik, risiko komplikasi dapat ditekan, waktu pemulihan lebih singkat, dan kualitas hidup pasien pasca-transplantasi bisa lebih baik,” jelasnya.

    Teknologi robotik diharapkan dapat membuka jalan bagi layanan transplantasi yang lebih modern di Indonesia, sekaligus meningkatkan angka keberhasilan dan kualitas hidup pasien.

    Saat ini, Siloam ASRI yang didukung tenaga medis, fasilitas dan sistem pelayanan kesehatan yang kompeten mampu melakukan prosedur transplantasi ginjal dengan standar dan hasil bertaraf internasional. Sebagai catatan, Siloam ASRI telah melayani 464 pasien transplantasi ginjal dengan rerata tingkat kelangsungan hidup dalam 1 tahun (of one year survival rate) mencapai 98,9 persen.

    Dengan adanya pertemuan medis tahunan ini, Siloam International Hospitals kian menunjukkan dukungannya atas peningkatan pelayanan kesehatan di Indonesia pada umumnya, dan secara khusus di bidang urologi dan nefrologi.

    Forum ini menghadirkan sejumlah pakar urologi dan nefrologi dari dalam dan luar negeri, yaitu Prof Shin Sung (pakar transplantasi ginjal dari Korea Selatan), Prof Dr dr Endang Susalit, SpPD-KGH, FINASIM (pakar penyakit dalam konsultan ginjal-hipertensi Siloam ASRI), Prof dr Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K), FICRS, PhD (dokter spesialis urologi Siloam ASRI), dan dr Aries Perdana, SpAn-KKV (dokter spesialis anestesi Siloam ASRI).

    (dpy/up)

  • Foto-foto Penampakan Pisau Menancap di Dada, Pasien Sadar Setelah 8 Tahun

    Foto-foto Penampakan Pisau Menancap di Dada, Pasien Sadar Setelah 8 Tahun

    Foto Health

    Averus Kautsar – detikHealth

    Kamis, 18 Sep 2025 09:16 WIB

    Jakarta – Begini penampakan pisau yang menancap di dada seorang pria di Tanzania. Pasien baru menyadari di tubuhnya ada pisau 8 tahun kemudian.

  • Pengakuan Pria Pilih ‘Bunuh Diri Medis’, Tak Ingin Menderita karena Penyakitnya

    Pengakuan Pria Pilih ‘Bunuh Diri Medis’, Tak Ingin Menderita karena Penyakitnya

    Jakarta

    CATATAN: Depresi dan munculnya keinginan bunuh diri bukanlah hal sepele. Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh atau fisik. Jika gejala depresi semakin parah, segeralah menghubungi dan berdiskusi dengan profesional seperti psikolog, psikiater, maupun langsung mendatangi klinik kesehatan jiwa. Konsultasi online secara gratis juga bisa diakses melalui laman Healing119.id.

    Seorang penulis buku anak di Kanada bernama Robert Munsch (80), bakal menjalani ‘bunuh diri medis’ atau euthanasia setelah menerima persetujuan dari pemerintah. Munsch sebelumnya didiagnosis mengidap demensia dan parkinson pada tahun 2021.

    Penulis itu mengatakan pada New York Times Magazine, ia sudah menentukan waktu kematiannya.

    “Ketika saya mulai benar-benar kesulitan berbicara dan komunikasi. Saat itulah saya tahu (waktunya),” ucap Munsch dikutip dari BBC, Rabu (18/9/2025).

    Kanada pertama kali melegalkan euthanasia pada tahun 2016 untuk orang-orang yang mengalami penyakit terminal yang tidak dapat disembuhkan. Pada tahun 2021, undang-undang tersebut diperluas mencakup bagi mereka yang memiliki kondisi fisik serius dan kronis, meski belum mengancam jiwa.

    Munsch menceritakan keputusannya dipengaruhi oleh pengalaman melihat saudaranya meninggal akibat penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS), bentuk umum dari penyakit saraf motorik.

    “Mereka terus mempertahankannya hidup lewat berbagai intervensi. Saya pikir, biarkan saja dia meninggal,” kata Munsch.

    Ada banyak syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk bisa mendapatkan persetujuan euthanasia. Misalnya seperti, usia di atas 18 tahun, memiliki penyakit misterius yang tidak dapat disembuhkan, membuat permintaan secara sukarela (bukan paksaan), serta berada dalam kondisi penurunan kemampuan yang tidak dapat dipulihkan.

    Dua dokter atau perawat praktisi independen kemudian harus melakukan penilaian pada pasien untuk memastikan semua syarat terpenuhi. Menurut hukum Kanada, seseorang harus mampu memberikan persetujuan aktif pada hari kematiannya.

    “Saya harus memilih momen ketika saya masih bisa memintanya,” tandas Munsch.

    Kematian dengan euthanasia menyumbang 4,7 persen angka kematian di seluruh Kanada pada 2023. Sekitar 96 persen dari 15.300 orang yang menjalani prosedur tersebut pada 2023 memiliki kondisi medis parah seperti kanker, sehingga kematian mereka dapat ‘diperkirakan secara wajar’.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Survei: ChatGPT Berpeluang Jadi Medium Baru untuk Terapi Kesehatan Mental”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/kna)

  • Program Cek Kesehatan Gratis Berjalan, Pemanfaatan BPJS Kesehatan Meningkat

    Program Cek Kesehatan Gratis Berjalan, Pemanfaatan BPJS Kesehatan Meningkat

    Jakarta

    Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengungkapkan skrining kesehatan bisa dilakukan melalui aplikasi Mobile JKN. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan indikasi masalah medis pasien, bisa menjalani pemeriksaan lanjutan di Puskemas.

    Seperti yang diketahui, sebenarnya Kementerian Kesehatan beberapa bulan lalu juga mengeluarkan program skrining Cek Kesehatan Gratis (CKG). Berkaitan dengan hal tersebut, Ghufron memastikan program skrining milik BPJS Kesehatan dan Kemenkes tidak tumpang tindih.

    “Tidak tumpang tindih. Karena itu melengkapi,” kata Ghufron ketika ditemui awak media di Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (17/9/2025).

    “Nanti, kalau pun dia ketemu penyakit, yang ketemu di pemeriksaan gratis (CKG), kalau sakit ke faskes, yang bayar BPJS Kesehatan, nah itu jadinya menyatu,” sambungnya.

    Ghufron mengungkapkan terjadi peningkatan jumlah orang yang datang ke fasilitas kesehatan semenjak adanya program CKG. Meski tak merinci jumlah kenaikannya, Ghufron menyebut pengguna JKN sebenarnya terus naik tiap tahun.

    Ia mencontohkan pada tahun 2014, awal-awal BPJS Kesehatan dibentuk, jumlah pasien yang memanfaatkan JKN hanya sebanyak 252 ribu sehari. Sedangkan saat ini, jumlah pasien yang memanfaatkan JKN bisa lebih dari 2 juta orang tiap hari.

    “Ya, yang jelas meningkat (jumlah pasien). Terhadap skrining, ada pemeriksaan. Kalau di (skrining) BPJS kan, sudah beberapa waktu, tahun 2022. Jadi sudah lama. Nah, sekarang ada pemeriksaan gratis (CKG), itu tentu meningkatkan,” ujarnya.

    Karena kesadaran masyarakat soal kesehatan makin besar akibat adanya program CKG dan skrining BPJS Kesehatan, Ghufron mengakui sebenarnya ada kenaikan beban klaim yang dikeluarkan BPJS Kesehatan. Meski begitu, ia mengatakan hal ini sangat normal.

    Melalui CKG dan skrining kesehatan BPJS Kesehatan, diharapkan masalah kesehatan yang dialami pasien bisa ditemukan lebih dini. Dengan begitu, biaya layanan di masa depan bisa turun akhirnya.

    “Iya, tetapi karena kita bayarnya kapitasi, bebannya memang lebih tinggi. Contoh di sini, kalau dibanding 4 tahun yang lalu, setiap harinya jumlah pasien naik atau meningkat. Ini akibat kesadaran masyarakat,” ujar Ghufron.

    “Tapi on the long run, karena mereka sudah sadar kesehatan, dalam waktu dekat atau pendek itu mesti meningkatkan biaya. Pasti. Dalam waktu jangka panjang, karena kemudian mereka sehat, akhirnya turun. Tapi jangka panjang ya, jangka panjang itu bisa lebih 5 tahun,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Umur 30-an Sudah Takut Keriput? Ini Resep Anti Aging Alami dari Pakar

    Umur 30-an Sudah Takut Keriput? Ini Resep Anti Aging Alami dari Pakar

    Jakarta

    Selama ini, wacana tentang umur panjang kerap didominasi oleh pakar kesehatan pria. Narasinya pun cenderung positif, pria hidup lebih lama dianggap sebagai tanda harapan. Namun, ketika membicarakan perempuan, yang muncul justru solusi ‘anti-aging’ seolah-olah ada yang salah dengan proses menua pada perempuan.

    “Padahal, tidak ada yang salah. Perempuan memang menua dengan cara berbeda dari pria,” jelas dr Vonda Wright, ahli ortopedi sekaligus pakar longevity asal Orlando, Amerika Serikat, dikutip dari CNN.

    Lewat bukunya ‘Unbreakable: A Woman’s Guide to Aging With Power’, Wright ingin mengubah perspektif tersebut. Ia menekankan perempuan bukan hanya bisa hidup lebih lama, tetapi juga hidup lebih baik.

    Wright menyebut rentang usia 35 hingga 45 tahun sebagai ‘critical decade’ atau dekade krusial. Pada fase ini, perempuan sebaiknya aktif menjaga kesehatan dengan membangun kekuatan tubuh, mencegah penyakit, dan memelihara hormon.

    “Banyak orang menganggap masa keemasan perempuan ada di belakang mereka. Padahal, dekade ini bisa menjadi waktu paling penting untuk menyiapkan tubuh dan pikiran menghadapi penuaan,” kata Wright.

    Menurutnya, investasi sederhana setiap hari, mulai dari menjaga mobilitas, menerapkan nutrisi cerdas, hingga mengubah pola pikir akan membuat perempuan bisa menjalani hidup sehat, aktif, dan penuh energi hingga usia lanjut.

    Estrogen adalah kunci dalam penuaan perempuan. Wright menjelaskan bahwa reseptor estrogen terdapat hampir di seluruh organ tubuh, mulai dari otak, otot, hingga tulang.

    Saat kadar estrogen menurun, laju penuaan meningkat. Dampaknya bisa serius:

    Kehilangan tulang hingga 15-20 persen pada masa perimenopause, jauh lebih cepat dibandingkan pria. Otak kekurangan energi, yang bisa meningkatkan risiko peradangan dan penyakit kardiovaskular. Gangguan suasana hati serta kualitas hidup menurun.

    Karena itu, Wright mendorong perempuan mengambil keputusan terkait terapi hormon berdasarkan informasi yang akurat, bukan ketakutan.

    Salah satu mitos besar yang ingin dipatahkan Wright adalah anggapan bahwa perempuan harus selalu kecil dan kurus.

    “Kita bukan sekadar menurunkan berat badan. Yang penting adalah komposisi tubuh: lebih banyak otot, lebih sedikit lemak. Tujuannya bukan kurus, tapi kuat,” tegasnya.

    Ia memberikan beberapa panduan praktis:

    Konsumsi sekitar 1 gram protein per 500 gram berat badan ideal setiap hari untuk mendukung pembentukan otot.Batasi gula dan karbohidrat sederhana karena dapat memicu peradangan kronis.Utamakan real food, bukan ultra-processed food (UPF).

    Untuk menjaga tubuh tetap bugar, Wright merumuskan olahraga dengan akronim FACE:

    F (Flexibility): melatih kelenturan sendi dan otot dengan yoga, pilates, tai chi, atau peregangan dinamis.A (Aerobic): latihan kardio dengan porsi 80 persen intensitas rendah (jalan cepat, bersepeda santai) dan 20 persen intensitas tinggi (lari sprint, HIIT).C (Carry a load): latihan kekuatan dengan beban berat untuk membangun otot dan daya tahan.E (Equilibrium): melatih keseimbangan dan kecepatan kaki agar terhindar dari risiko jatuh.

    “Jatuh di usia lanjut sering menjadi titik balik fatal. Jadi, keseimbangan sama pentingnya dengan kekuatan,” jelas Wright.

    Pentingnya Menjaga Mental

    Menurut Wright, kesehatan fisik dan mental saling berkaitan. Aktivitas fisik bukan hanya membuat tubuh lebih kuat, tetapi juga meningkatkan ketahanan mental.

    “Setiap kali selesai mengangkat beban, otak merasa tak terkalahkan. Rasa percaya diri itu tumbuh bersama otot kita,” katanya.

    Ia juga menekankan pentingnya perempuan menempatkan diri sendiri sebagai prioritas. “Sering kali perempuan menomorduakan diri demi orang lain. Padahal, kita layak berinvestasi pada kesehatan diri setiap hari,” ujarnya.

    Bagi Wright, penuaan bukanlah masalah yang harus dilawan, melainkan fase kehidupan yang bisa dijalani dengan penuh kekuatan.

    “Kita bisa menua dengan cara yang vital, sehat, aktif, dan penuh sukacita. Perempuan tidak rapuh, kita tak tergoyahkan,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Peliknya Masalah Gizi Anak di Balik Viralnya Kasus Kecacingan di Indonesia

    Peliknya Masalah Gizi Anak di Balik Viralnya Kasus Kecacingan di Indonesia

    Jakarta

    Kasus balita di Bengkulu yang mengeluarkan cacing dari mulut dan hidung baru-baru ini menyita perhatian publik. Balita bernama Khaira Nur Sabrina, usia 1 tahun 8 bulan, diketahui mengalami infeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides) dengan kondisi gizi buruk, anemia, hingga adanya larva cacing di paru-paru.

    Sebelumnya, kasus serupa juga ditemukan di Sukabumi, Jawa Barat. Seorang balita, Raya, meninggal karena sepsis dan mengeluarkan cacing dari tubuhnya.

    Menanggapi hal ini, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menekankan pentingnya faktor kebersihan (higiene) dan gizi dalam mencegah penyakit tersebut. Ia mengingatkan, edukasi harus digencarkan agar kejadian serupa tidak kembali terulang.

    Fenomena ini membuka mata bahwa kecacingan bukan hanya persoalan medis biasa, melainkan masalah gizi dan kesehatan masyarakat yang kompleks. Infeksi cacing dapat mengganggu penyerapan nutrisi, memicu anemia, hingga menghambat tumbuh kembang anak. Kasus-kasus tersebut sekaligus menjadi pengingat bahwa peran gizi seimbang, perilaku hidup bersih, serta akses layanan kesehatan yang baik merupakan pondasi utama dalam mencegah penyakit yang kerap luput dari perhatian ini.

    Kecacingan dan Kaitannya dengan Gizi Anak

    Cacingan terjadi akibat infeksi cacing parasit yang umumnya ditularkan melalui tanah atau makanan yang terkontaminasi. Tidak pakai alas kaki, tidak mencuci tangan dengan benar, dan buang air sembarangan adalah penyebab lainnya.

    Pada anak-anak, kondisi kecacingan bisa menimbulkan dampak serius. Cacing yang bersarang di usus menyerap nutrisi dari makanan yang seharusnya digunakan tubuh untuk tumbuh kembang. Akibatnya, anak bisa mengalami penurunan nafsu makan, anemia, kekurangan energi kronis, hingga gagal tumbuh (stunting). Jika tidak segera ditangani, bahkan kecacingan dapat menimbulkan infeksi yang berat seperti perdarahan saluran cerna, kerusakan organ vital tertentu, hingga kematian.

    Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2023, lebih dari 267 juta anak prasekolah di dunia berisiko mengalami infeksi cacing, dan sebagian besar berada di negara berkembang, termasuk Indonesia. Infeksi ini tidak hanya menyebabkan gangguan fisik, tetapi juga bisa menurunkan konsentrasi dan prestasi belajar anak karena tubuh kekurangan zat gizi penting, terutama vitamin A, zat besi, dan protein.

    Dampak Cacingan pada Status Gizi

    Balita adalah kelompok usia yang paling rentan terhadap dampak gizi buruk akibat cacingan. Salah satu penelitian yang menemukan bahwa anak yang mengalami kecacingan memiliki risiko lebih tinggi mengalami underweight dan anemia dibandingkan anak yang tidak terinfeksi diterbitkan dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia pada tahun 2019.

    Studi dalam Jurnal Ilmu Biologi dan Pendidikan Biologi menemukan bahwa kecacingan juga dapat memperburuk defisiensi zat gizi makro dan zat gizi mikro, seperti vitamin A dan zinc, yang berperan penting dalam imunitas. Anak yang terinfeksi cacing lebih mudah terserang penyakit infeksi lain, sehingga terjadi gizi buruk yang dapat memperlemah daya tahan tubuh, cacing semakin berkembang, dan kesehatan anak kian memburuk.

    Pendapat Ahli: Masalah Gizi dan Pelayanan Kesehatan

    Prof dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), Direktur Pascasarjana Universitas YARSI sekaligus Adjunct Professor Griffith University, menilai kasus di Bengkulu mencerminkan tiga hal penting. Pertama, kecacingan masih banyak ditemukan pada anak Indonesia dan tergolong penyakit tropis yang terabaikan. Kedua, kondisi ini berkaitan erat dengan kekurangan gizi pada anak yang masih menjadi tantangan besar di masyarakat. Ketiga, penguatan layanan rumah sakit sangat diperlukan, terutama dalam kemampuan menangani kasus kecacingan berat.

    Pernyataan ini menegaskan bahwa persoalan kecacingan tidak bisa hanya diselesaikan dengan obat cacing massal, tetapi juga membutuhkan pendekatan menyeluruh yaitu mulai dari gizi, kebersihan lingkungan, hingga kapasitas fasilitas kesehatan.

    Peran Pemerintah, Tenaga Kesehatan, dan Masyarakat

    Pemerintah memiliki peran besar dalam program pencegahan kecacingan nasional, salah satunya dengan pemberian obat cacing secara massal dua kali setahun bagi anak usia sekolah. Namun, keberhasilan program ini bergantung pada konsistensi pelaksanaan dan cakupan yang merata, termasuk di daerah pedesaan dan terpencil.

    Tenaga kesehatan di lapangan perlu aktif memberikan edukasi gizi dan higiene kepada orang tua, guru, dan anak-anak. Misalnya, pentingnya mencuci tangan dengan sabun, memasak makanan hingga matang, dan minum air bersih. Selain itu, pemantauan status gizi anak melalui posyandu juga penting agar kasus gizi buruk akibat kecacingan bisa dideteksi lebih dini.

    Masyarakat sendiri memiliki peran dalam membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sebagaimana yang terdapat di dalam Permenkes No. 15 Tahun 2017 PHBS dapat dilakukan melalui cuci tangan pakai sabun, menggunakan air bersih untuk rumah tangga, menjaga kebersihan dan keamanan makanan, menggunakan jamban sehat, mengupayakan kondisi lingkungan yang sehat. Orang tua juga perlu memastikan anak-anak tidak bermain di tanah tanpa alas kaki, menjaga kebersihan kuku, serta menyediakan makanan bergizi seimbang di rumah. Partisipasi aktif masyarakat dapat memperkuat program pemerintah dan tenaga kesehatan dalam menurunkan angka kecacingan.

    Pencegahan dari Sisi Gizi

    Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dari sisi gizi dan kesehatan anak agar kasus serupa tidak terulang:

    1. Pemberian makanan bergizi seimbangSumber protein hewani (ikan, telur, daging ayam, hati) penting untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh.Sayur dan buah kaya vitamin serta mineral untuk daya tahan tubuh.2. Pencegahan anemia dengan zat besiBalita perlu asupan zat besi dari daging merah, hati, atau suplemen sesuai anjuran tenaga kesehatan.Vitamin C dari buah segar membantu penyerapan zat besi lebih optimal.3. Sanitasi dan perilaku hidup bersihCuci tangan dengan sabun sebelum makan.Gunakan alas kaki saat bermain di luar.Jaga kebersihan rumah dan lingkungan dari kotoran hewan.4. Program pemberian obat cacing rutinWHO dan Kementerian Kesehatan RI menganjurkan anak usia 1-12 tahun diberi obat cacing setiap enam bulan sekali.

    Kesimpulan

    Kasus balita di Bengkulu yang mengalami kecacingan hingga cacing keluar dari mulut menjadi peringatan keras bahwa masalah ini masih nyata di Indonesia. Kecacingan tidak hanya merugikan kesehatan, tetapi juga berdampak pada status gizi, tumbuh kembang, dan masa depan anak.

    Upaya bersama diperlukan dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat untuk menanggulangi masalah yang tidak boleh dianggap sepele ini. Pencegahan melalui edukasi higiene, pemberian obat cacing rutin, serta pemenuhan gizi seimbang adalah kunci utama. Jika tidak ditangani serius, kecacingan akan terus menjadi lingkaran masalah yang mengancam generasi muda penerus bangsa.

    Halaman 2 dari 6

    Simak Video “Video: Dokter Ingatkan soal Tren Beli Obat Cacing Usai Kasus Balita Sukabumi”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • 5 Temuan di Balik Hasil Uji Udang Beku yang Gaduh Diduga Tercemar Radioaktif

    5 Temuan di Balik Hasil Uji Udang Beku yang Gaduh Diduga Tercemar Radioaktif

    Jakarta

    Pemerintah memastikan udang beku asal Indonesia yang sempat direimpor dari Amerika Serikat aman dikonsumsi. Badan Karantina Indonesia (Barantin) menyatakan hasil uji laboratorium menunjukkan tidak ada temuan cemaran radioaktif pada 18 kontainer udang yang sudah kembali ke Tanah Air.

    Deputi Bidang Karantina Ikan Barantin, Drama Panca Putra, menyampaikan jaminan tersebut saat menyerahkan sertifikat pelepasan kepada pemilik udang di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta, Rabu (17/9/2025).

    “Seluruh proses pemeriksaan, mulai dari tindakan karantina, pengambilan sampel, hingga uji laboratorium sudah dilakukan. Hasilnya, produk dinyatakan aman dan layak konsumsi,” kata Drama dalam keterangan resminya.

    Awal Mula Penarikan

    Sebelumnya, sebanyak 387 kontainer udang vaname yang diekspor ke AS pada Juni hingga Agustus 2025 ditarik kembali setelah lima kontainer ditolak oleh otoritas setempat. Penolakan itu dilakukan karena terindikasi terpapar radioaktif Cesium-137 (Cs-137) melalui sistem Import Alert 99-51 pada 14 Agustus 2025.

    PT BMS selaku eksportir kemudian melakukan reimpor seluruh kontainer, termasuk 18 kontainer yang sudah tiba lebih dulu di Pelabuhan Tanjung Priok. Semua produk itu langsung menjalani pemeriksaan ketat melalui protokol karantina.

    Hasil Uji Dinyatakan Aman

    Barantin bekerja sama dengan sejumlah instansi, termasuk BRIN, Bapeten, BPOM, dan Bea Cukai. Hasil uji laboratorium menunjukkan lima laporan berikut:

    Tidak ditemukan radiasi berbahaya, hasil pengukuran berada di bawah ambang batas normal (±9.500 cps).

    Uji organoleptik mendapat skor 9, jauh di atas standar minimal 7.Uji mikrobiologi negatif dari Salmonella dan Listeria.Uji kimia bebas dari formalin maupun tanda pembusukan.Uji cemaran radioaktif oleh BRIN menunjukkan angka

    Drama menegaskan bahwa langkah pengawasan ketat ini bukan hanya untuk melindungi masyarakat, tetapi juga menjaga kepercayaan pasar ekspor terhadap produk perikanan Indonesia.

    “Kasus ini menjadi pembelajaran sekaligus penguatan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan kita. Masyarakat dan pelaku usaha tidak perlu khawatir, karena produk yang beredar sudah dipastikan aman,” beber dia.

    Antisipasi Kontainer Lain

    Masih ada 366 kontainer udang yang akan tiba secara bertahap hingga Oktober 2025, termasuk lima kontainer yang berstatus suspect Cs-137. Jika terbukti tercemar, produk akan dimusnahkan di insinerator radioaktif Bapeten. Namun, jika aman, udang akan dilepas setelah lulus uji mutu dan keamanan.

    Barantin menegaskan bahwa keamanan pangan nasional tetap menjadi prioritas utama, sekaligus bagian dari upaya menjaga citra Indonesia sebagai negara yang bertanggung jawab dalam perdagangan pangan global.

    (naf/naf)

  • 5 Minuman Simpel yang Bisa Bantu Detoks Liver secara Alami

    5 Minuman Simpel yang Bisa Bantu Detoks Liver secara Alami

    Jakarta

    Tubuh manusia sangat bergantung pada hati atau liver, karena itu merupakan salah satu organ esensial yang menjalankan lebih dari 500 fungsi. Liver berfungsi sebagai pembersih racun dalam darah, mengolah nutrisi makanan, penghasil empedu, dan pengontrol gula darah.

    Hati membutuhkan hidrasi yang tepat agar berfungsi dengan baik, karena memproses semua zat yang kita konsumsi melalui makanan dan minuman. Meski air putih menjadi sumber hidrasi utama, ada beberapa minuman lain yang dapat memberikan perlindungan tambahan untuk kesehatan hati.

    Dikutip dari Times of India, berikut daftarnya:

    1. Minuman Campuran Lemon dan Jahe

    Kombinasi air lemon dan jahe berfungsi sebagai metode alami untuk meningkatkan proses detoksifikasi hati. Konsentrasi vitamin C dan antioksidan yang tinggi dalam lemon memungkinkan tubuh untuk membuang racun sekaligus meningkatkan kinerja enzim hati.

    Hati membutuhkan vitamin C untuk menghasilkan zat yang membuang zat berbahaya dari tubuh. Sifat antiinflamasi dari jahe membantu mengurangi pembengkakan hati, sekaligus meningkatkan sirkulasi darah yang memungkinkan hati untuk membuang produk limbah secara efektif.

    Minum air hangat lemon dan jahe saat pagi juga melancarkan pencernaan sekaligus mengurangi kembung.

    2. Teh Hijau

    Teh hijau memberikan manfaat untuk hati karena mengandung antioksidan tinggi, termasuk epigallocatechin gallate (EGCG). Antioksidan ini melindungi sel-sel hati dari kerusakan akibat stres oksidatif dan peradangan.

    Konsumsi teh hijau secara teratur terbukti mengurangi penumpukan lemak di hati dan meningkatkan pengukuran enzim hati, yang melindungi dari penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD). Minum secara rutin 2-3 cangkir teh hijau per hari juga membantu hati mendetoksifikasi lebih baik sekaligus mengurangi peradangan.

    3. Jus Buah Bit atau Beetroot

    Jus buah bit mengandung nutrisi seperti betaine dan betalain yang menutrisi hati. Betaine berfungsi mengurangi penumpukan lemak dan peradangan.

    Antioksidan dalam betalain juga membantu melindungi sel-sel hati dari zat beracun dan kerusakan akibat stres oksidatif. Penelitian menunjukkan konsumsi jus buah bit secara teratur menghasilkan peningkatan hasil enzim hati, yang menunjukkan fungsi organ yang lebih baik dalam memproses toksin.

    4. Kopi

    Penelitian menunjukkan minum kopi dalam jumlah sedang memberikan manfaat dan perlindungan bagi sistem hati. Antioksidan dan senyawa spesifik dalam kopi bekerja untuk mengurangi peradangan hati, yang membantu mencegah sirosis dan perkembangan kanker hati.

    Selain itu, penelitian juga mengungkapkan bahwa minum dua cangkir kopi setiap hari dapat membantu menghentikan perkembangan fibrosis hati dan merangsang pertumbuhan sel hati baru. Hati mendapat manfaat dari autofagi yang terjadi untuk menghilangkan sel-sel yang rusak dan menjaga jaringan tetap sehat.

    Disarankan minum kopi hitam tanpa tambahan gula atau krim, agar mendapatkan kesehatan hati yang paling efektif.

    5. Teh Detoks Hati Herbal

    Teh herbal tertentu secara tradisional telah digunakan untuk mendukung kesehatan hati dan meningkatkan fungsi detoksifikasinya. Teh milk thistle, kaya akan silymarin yang melindungi sel-sel hati dari racun dan mendorong regenerasi.

    Teh kunyit memiliki efek anti-inflamasi dan antioksidan yang mengurangi peradangan hati dan stres oksidatif. Konsumsi teh herbal ini secara teratur dapat meningkatkan kemampuan pembersihan alami hati, dan meningkatkan kesehatan hati secara keseluruhan.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Nyeri di Ulu Hati? Waspada Gejala Penyakit Jantung Koroner”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Video: Dirjen WHO Update Jumlah Pasien Kritis yang Dievakuasi dari Gaza

    Video: Dirjen WHO Update Jumlah Pasien Kritis yang Dievakuasi dari Gaza

    Video: Dirjen WHO Update Jumlah Pasien Kritis yang Dievakuasi dari Gaza

  • Pakar Sesalkan Viral Surat Ortu Diminta Tak Gugat Keracunan Makan Bergizi Gratis

    Pakar Sesalkan Viral Surat Ortu Diminta Tak Gugat Keracunan Makan Bergizi Gratis

    Jakarta

    Pakar epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia menyesalkan komunikasi pihak sekolah yang ramai disorot media sosial pasca meminta pihak orangtua tidak menuntut bila terjadi keracunan akibat makan bergizi gratis (MBG).

    Menurutnya, imbauan semacam ini, terlebih disebar secara tertulis dan resmi, rentan menimbulkan berbagai macam persepsi buruk di kalangan orangtua.

    “Imbauan surat seperti ini tidak tepat dan menimbulkan persepsi lepas tangan, jadi ini tentu berpotensi besar adanya miskomunikasi yang dapat memperlemah hubungan publik atau orangtua pada program makan bergizi gratis,” sorot Dicky saat dihubungi detikcom Rabu (17/9/2025).

    “Perlu ada standar komunikasi resmi dari Badan Gizi Nasional (BGN) terkait sosialisasi respons program makan bergizi ini,” sambung dia.

    Menurut Dicky, hal ini juga menandakan pentingnya pemerintah terbuka terkait mekanisme surveilans gizi serta keamanan pangan pada makanan bergizi gratis.

    Terlebih, pangan setiap hari disalurkan dari beragam dapur umum di sejumlah wilayah. BGN dinilai butuh membuka pelaporan cepat bila terjadi insiden kasus keracunan.

    “Dan hal lain yang juga ingin saya sampaikan, alih-alih meminta orangtua tidak menggugat sebaiknya yang dibangun atau disampaikan kepada orangtua adalah memastikan kondisi kesehatan anak, kemungkinan alergi anak, pada makanan tertentu,” tuturnya.

    Keterangan lain yang bisa disampaikan adalah pernyataan tertulis komitmen serius dari pemerintah daerah juga sekolah untuk memastikan keamanan pangan dalam program makan bergizi gratis. Tidak malah sebaliknya.

    (naf/naf)