Jenis Media: Kesehatan

  • 200-an Siswa Jatuh Sakit di Banggai, Makanan Bergizi Gratis Disetop Sementara

    200-an Siswa Jatuh Sakit di Banggai, Makanan Bergizi Gratis Disetop Sementara

    Jakarta

    Dua ratusan siswa dilaporkan keracunan makanan bergizi gratis di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Badan Gizi Nasional (BGN) melakukan investigasi secara menyeluruh terkait dugaan pemicunya, termasuk menguji sampel makanan khususnya menu ikan tuna goreng dengan saus.

    Sebelum investigasi selesai, seluruh kegiatan pemberian makanan bergizi gratis sementara disetop di Banggai.

    “Pada hari ini (Kamis), terjadi pemberhentian distribusi MBG sementara akibat permasalahan yang diduga keracunan makanan MBG kemudian permasalahan tersebut telah masuk laporan kepada Polres Banggai Kepulauan,” ungkap Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Salakan Banggai Kepulauan, Erick Alfa Handika Sangule dalam keterangan tertulis, Kamis (18/9/2025).

    Pemberhentian distribusi dilakukan BGN sebagai antisipasi kemungkinan siswa jatuh sakit terus bertambah. Pemerintah daerah bersama PMI, BPBD, serta puskesmas salakan disebut tengah menyediakan fasilitas darurat seperti tenda perawatan untuk pelayanan kesehatan para siswa.

    “Kejadian yang terjadi di SPPG Salakan Banggai Kepulauan menjadi pelajaran penting bagi kami. Kami akan selalu menjalin komunikasi yang baik dari berbagai pihak, melakukan sosialisasi pencegahan penolongan pertama bagi sasaran MBG yang mengalami gejala keracunan,” kata Erick.

    Insiden keamanan pangan disebutnya bermula saat tujuh siswa SDN Tompudau mengeluhkan gejala awal.

    Gejala yang Dirasakan

    Gejala yang dialami siswa termasuk pusing, seluruh badan memerah, dan sesak napas, hingga Rabu (17/9). Tidak lama setelahnya, gejala yang sama juga dialami sejumlah siswa lain dari SMP, SMA, hingga SMK. Seluruh siswa tersebut langsung dirujuk ke RSUD Trikora Salakan untuk mendapatkan penanganan medis.

    BGN menekankan keamanan pangan menjadi prioritas utama dalam program MBG. Pihaknya terus melakukan investigasi menyeluruh demi menghindari risiko kejadian serupa terulang di kemudian hari.

    (naf/kna)

  • Video: Siswa Keracunan MBG Capai Ratusan dalam Waktu Sepekan

    Video: Siswa Keracunan MBG Capai Ratusan dalam Waktu Sepekan

    Video: Siswa Keracunan MBG Capai Ratusan dalam Waktu Sepekan

  • Kemenkes Ungkap Faktor Warga Papua Banyak yang Belum Lakukan CKG

    Kemenkes Ungkap Faktor Warga Papua Banyak yang Belum Lakukan CKG

    Wilayah Papua menjadi wilayah dengan angka pemeriksaan cek kesehatan gratis (CKG) yang masih rendah. Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kementerian kesehatan Maria Endang Sumiwi pun mengungkap faktor-faktor penyebabnya.

    Maria juga mengungkap sejumlah kendala bagi para tenaga kesehatan di Papua. Dimana akses internet masih sulit.

  • Perlukah Minum Obat Hipertensi saat Tekanan Darah Sudah Normal?

    Perlukah Minum Obat Hipertensi saat Tekanan Darah Sudah Normal?

    Jakarta

    Untuk menurunkan tekanan darah ke kisaran normal, banyak orang yang mengonsumsi makanan sehat, menurunkan berat badan, serta berolahraga secara teratur. Selain itu, obat tekanan darah tak luput menjadi asupan.

    Mungkin banyak orang yang bertanya-tanya, apakah ada batas waktu untuk berhenti minum obat hipertensi? Apakah obat bisa dihentikan saat tekanan darah sudah normal?

    Apakah Asupan Obat Tekanan Darah Bisa Dihentikan?

    Menurut ahli jantung yang juga direktur layanan gagal jantung di NYU Langone Hospital, Long Island, New York, dr Shaline Rao, bagi sebagian orang, risiko tekanan darah tinggi bersifat genetik atau persisten. Sehingga, dibutuhkan pengobatan seumur hidup.

    “Namun, banyak orang dapat mengurangi konsumsi pil atau berhenti minum obat sepenuhnya dengan perubahan gaya hidup yang konsisten.” kata Rao.

    Dulu, pengobatan darah tinggi dianggap sebagai terapi seumur hidup. Namun, beberapa pedoman baru menunjukkan hal ini mungkin tidak berlaku untuk semua orang.

    Ada kondisi tertentu yang memungkinkan pasien bisa berhenti minum obat, seperti memiliki perbaikan parameter tekanan darah dengan baik dan memiliki riwayat komunikasi yang baik dengan tim medis. Penghentian obat tekanan darah ini sangat bergantung pada masing-masing individu dan bisa sangat berbeda pada setiap orang.

    Bagi orang-orang dengan tekanan darah yang terkontrol baik selama bertahun-tahun, mempertahankan tekanan darah normal setelah menghentikan pengobatan mungkin masih memungkinkan. Menurut pedoman pada 2022 dari para peneliti Taiwan yang diterbitkan di Acta Cardiologica Sinica, berikut beberapa kriterianya:

    Hanya mengonsumsi satu jenis obat antihipertensiBerusia di bawah 50 tahunTidak mengalami kerusakan organMengalami hipertensi tahap 1 (tekanan sistolik 130-139 mmHg atau diastolik 80-89 mmHg, yang relatif lebih ringan) sebelum pengobatanMenjalani gaya hidup sehatPenyebab hipertensi awal sudah diatasi atau dalam proses pemulihan, seperti sindrom cushing atau gangguan tiroid.Kapan Tidak Boleh Menghentikan Obat Tekanan Darah?

    Meski tekanan darah terkontrol dengan baik dan menjalani hidup sehat, ada beberapa orang yang memiliki faktor risiko tekanan darah tinggi yang tidak bisa diubah, sehingga perlu terus mengonsumsi obat. Beberapa faktornya meliputi:

    Berusia di atas 55 tahunMemiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi atau penyakit jantungMemiliki kondisi medis yang menyebabkan atau memperburuk tekanan darah tinggi.

    Apabila seseorang memiliki satu atau lebih dari faktor risiko ini, menghentikan pengobatan isa membuatnya kembali berisiko mengalami komplikasi hipertensi, seperti stroke atau serangan jantung. Dr Rao mengingatkan, hal ini juga bisa memperburuk kondisi kesehatan kronis yang berkaitan dengan tekanan darah tinggi, seperti diabetes, sleep apnea, atau penyakit ginjal.

    (elk/naf)

  • Dokter Bedah Ikuti Kongres Nasional PABI VII, Berkomitmen Perkuat Sistem Kesehatan RI

    Dokter Bedah Ikuti Kongres Nasional PABI VII, Berkomitmen Perkuat Sistem Kesehatan RI

    Jakarta

    Kesehatan adalah salah satu instrumen vital yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Ketika kesehatan terganggu, tiap aspek kehidupan manusia akan mengalami dampak berkelanjutan.

    Ketika permasalahan ini terjadi di ruang lingkup yang lebih luas, maka kerugian lebih besar dapat memengaruhi seluruh aspek seperti ekonomi dan pendidikan, yang menjadi pilar utama Indonesia Emas 2045. Hal ini disampaikan oleh dr Iwan Semiarto, SpB, FINACS dalam Kongres Nasional Perhimpunan Ahli Bedah Indonesia (PABI) ke VII dan Pengembangan Profesi Bedah Berkelanjutan (P2B2) XXII di Trans Convention Centre Bandung 18 September 2025.

    Sebagai ketua panitia pelaksana, dr Iwan menyebut kegiatan ini merupakan agenda rutin yang dilakukan PABI sebagai upaya mewujudkan sistem yang lebih baik untuk masyarakat. Ini juga sebagaimana tersurat dalam tema yang diusung, yaitu ‘Peran Ahli Bedah dalam Mensukseskan Transformasi Kesehatan untuk dapat Memberikan Pelayanan Paripurna Sesuai Kompetensi’.

    dr Iwan mengungkapkan permasalahan kesehatan, khususnya pelayanan bedah, di Indonesia tidak bisa hanya dilakukan oleh satu orang, melainkan kolaborasi dari berbagai sektor. Ini melibatkan stakeholder, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah.

    Indonesia memiliki kondisi geografis yang luas dan berpulau-pulau, serta penduduk yang banyak. Dibutuhkan sistem yang kuat untuk memberi dampak merata dengan kualitas paripurna bagi seluruh rakyat.

    Acara ini dibuka oleh Wakil Menteri Kesehatan Indonesia, Prof dr Dante Saksono Harbuwono, SpPD-KEMD, PhD dan dihadiri oleh pejabat pemerintah serta organisasi profesi lain. Kongres Nasional PABI ke VII ini juga diikuti oleh sekitar 2.500 dokter ahli bedah dari seluruh Indonesia.

    Kegiatan berlangsung mulai 16 September dan akan berakhir pada 20 September 2025 di beberapa lokasi seperti Trans Convention Centre, Hotel Crowne, Hotel Papandayan, RS Hasan Sadikin, RS Bandung Kiwari, RS Immanuel, Gedung Pamitran-UP dan Gedung MCS yang dikolaborasikan oleh Indonesia Kongres Manajemen (ICM).

    Lebih lanjut para dokter yang hadir berharap kegiatan seperti ini dapat memperkuat rasa persaudaraan untuk membangun Indonesia yang lebih kuat, lebih maju dan sehat.

    (avk/up)

  • Umumkan Hasil Uji, BPOM RI Tak Temukan Etilen Oksida di Sampel Indomie!

    Umumkan Hasil Uji, BPOM RI Tak Temukan Etilen Oksida di Sampel Indomie!

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI mengumumkan hasil uji sampel pertinggal mi instan yang diduga mengandung etilen oksida (EtO) di Taiwan. Hasilnya, baik EtO maupun 2-kloroetanol (2-CE) tidak terdeteksi.

    Sebelumnya, Taiwan Food and Drug Administration (FDA) dalam situs resminya mengumumkan bahwa Mi Instan Indomie Rasa Soto Banjar Limau Kuit mengandung etilen oksida (EtO) sebesar 0,1 mg/Kg. Mengacu pada regulasi yang berlaku di negara tersebut, kadar ini berada di atas batas kuantifikasi atau limit of quantification (LoQ) sebesar 0,1 mg/Kg.

    Namun hasil berbeda didapatkan oleh BPOM saat melakukan uji terhadap sampel pertinggal dari batch yang sama dengan produk yang ditemukan di Taiwan. Hasilnya, tidak ditemukan residu EtO baik untuk parameter EtO (LoQ 0,003 mg/Kg) maupun 2-CE (LoQ 0,005 mg/Kg).

    “Hasil pengujian BPOM menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi syarat batas maksimal EtO dan 2-CE di Indonesia, yaitu di bawah 0,01 mg/Kg dan jauh di bawah batas maksimal yang ditetapkan Taiwan FDA,” tulis BPOM dalam penjelasan publik tertanggal 18 September 2025.

    Selain itu, BPOM juga melakukan perluasan sampling pengujian. Artinya, sampel dari batch yang berbeda juga dilakukan untuk memastikan keamanan produk.

    “Hasil pengujian menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak terdeteksi baik EtO maupun 2-CE,” tegas BPOM.

    Terkait perbedaan hasil pengujian ini, BPOM RI akan melakukan klarifikasi kepada Taiwan FDA. Di antaranya terkait metode analisis yang digunakan serta parameter dan kesimpulan ujinya.

    BPOM menjelaskan, EtO merupakan senyawa berbentuk gas yang mudah menguap, umumnya digunakan sebagai pestisida. Reaksi EtO dengan ion klorida yang terkandung dalam bahan lain, termasuk dalam produk pangan, akan membentuk senyawa 2-CE yang merupakan penanda penggunaan EtO dalam produk.

    Indonesia melarang penggunaan EtO sebagai pestisida berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pendaftaran Pestisida. Sedangkan batas maksimal residu EtO ditetapkan sebesar 0,01 mg/Kg melalui Keputusan Kepala BPOM Nomor 229 Tahun 2022 tentang Pedoman Mitigasi Risiko Kesehatan Senyawa Etilen Oksida.

    Amerika Serikat mengatur batas maksimal EtO sebesar 7 mg/Kg, dan 2-CE sebesar 940 mg/Kg. Sementara di Singapura, batas maksimal EtO ditetapkan sebesar 50 mg/Kg pada rempah-rempah, dan di Uni Eropa total EtO (jumlah EtO dan 2-CE) sebesar 0,01–0,1 mg/Kg.

    “Sampai saat ini, Codex Alimentarius Commission sebagai organisasi internasional di bawah Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) belum mengatur batas maksimal residu, baik untuk EtO maupun 2-CE,” jelas BPOM.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Langkah BPOM Usai Taiwan Larang Produk Indomie Soto Banjar”
    [Gambas:Video 20detik]
    (up/up)

  • Menkes Sarankan 2 Butir Telur Rebus untuk Sarapan, Cukupkah Nutrisinya?

    Menkes Sarankan 2 Butir Telur Rebus untuk Sarapan, Cukupkah Nutrisinya?

    Jakarta

    Belakangan ini ajakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (BGS) tentang sarapan sehat dan murah ramai diperbincangkan. Dalam sebuah unggahan di media sosial, Menkes menyebutkan bahwa dua butir telur rebus bisa menjadi pilihan sarapan praktis dengan biaya hanya sekitar Rp 5.000.

    Pesannya sederhana, sarapan tidak harus mahal, dan lebih baik memulai hari dengan sesuatu yang bergizi daripada tidak sarapan sama sekali. Namun, muncul juga diskusi di masyarakat. Ada yang mengapresiasi idenya karena praktis dan ramah di kantong, tapi ada pula yang mengingatkan bahwa sarapan sebaiknya mengandung gizi seimbang, bukan hanya protein dari telur.

    Lantas, bagaimana sebaiknya kita menyikapi ajakan ini?

    Nutrisi dalam 2 Butir Telur Rebus

    Menteri Kesehatan dalam videonya yang memiliki hastag Budi Gemar Sharing menyampaikan pesan yang sederhana dan mudah dipahami masyarakat. Dengan mencontohkan 2 telur rebus, ia ingin menunjukkan bahwa sarapan sehat itu bisa murah, cepat, dan bergizi.

    Dua butir telur sudah mengandung:

    sekitar 12 gram proteinvitamin B kompleksvitamin Dseleniumserta kolin yang penting untuk fungsi otak.

    Konsumsi telur di pagi hari dapat membantu memenuhi kebutuhan protein harian tubuh yaitu 0,8 gram/kgBB. Dari sisi praktis, telur rebus juga mudah disiapkan: cukup direbus beberapa menit, tidak butuh bumbu khusus, dan bisa dibawa ke mana-mana.

    Selain itu, ajakan ini juga punya pesan kalau sarapan tidak harus dengan karbohidrat kompleks atau makanan yang manis-manis seperti sereal, lontong, dan nasi uduk. Karena dapat menaikkan gula darah secara mendadak (glucose spike). Telur adalah bahan makanan yang sangat familiar di hampir semua rumah tangga Indonesia. Dengan harga terjangkau dan ketersediaan luas, pesan ini bisa menyentuh berbagai lapisan masyarakat.

    Kebiasaan sarapan di Indonesia

    Data Direktorat Jenderal Kesehatan Lanjutan 2023 menunjukkan bahwa prevalensi tidak terbiasa sarapan pada anak dan remaja sekitar 16,9 persen – 59 persen dan 31,2% persen pada orang dewasa. Alasan untuk meninggalkan dan mengabaikan sarapan sangat beragam, takut terlambat, terburu-buru, tidak terbiasa, dan tidak ada waktu.

    Survei Kemenkes juga menemukan alasan utama orang melewatkan sarapan adalah tidak sempat menyiapkan makanan pagi. Artinya, faktor praktis memang sangat dominan. Dalam konteks ini, ide sarapan dengan dua telur rebus bisa menjadi solusi sederhana dan realistis.

    Apakah cukup sarapan dengan telur saja?

    Apabila sedang terburu-buru atau aktivitas fisik di pagi hari yang tidak terlalu berat, dua butir telur rebus tentu lebih baik daripada tidak sarapan sama sekali, yang bisa membuat tubuh lemas, sulit konsentrasi, dan cepat lapar. Telur rebus mengandung protein yang tinggi, lemak yang baik, dan berbagai vitamin.

    Sarapan hanya dengan kopi manis atau camilan gorengan juga tidak baik untuk kesehatan, karena tinggi kalori tapi rendah gizi. Sarapan dengan kopi manis dan gorengan bisa menyebabkan lonjakan gula mendadak (glucose spike). Jika setiap hari dilakukan dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe-2.

    Menu sarapan tinggi kalori namun kurang seimbang, seperti nasi uduk atau lontong yang sering kali minim sayuran juga sering dijadikan menu sarapan masyarakat Indonesia. Nasi uduk dan lontong mungkin bisa buat cepat merasa kenyang. Namun, rasa kenyang yang dirasakan tidak akan bertahan lama, sehingga satu hingga dua jam kemudian tubuh akan merasa lapar dan ingin makan lagi. Hal ini dapat meningkatkan asupan kalori harian meningkat, sehingga dapat meningkatkan risiko obesitas.

    Kalau dilihat dari angka kecukupan gizi (AKG), kebutuhan energi orang dewasa rata-rata 2.000 kalori per hari. Dua telur rebus hanya menyumbang sekitar 140 kalori. Jadi, secara energi masih jauh dari cukup. Tetapi, dari sisi kualitas gizi, telur termasuk makanan padat gizi (nutrient-dense). Dengan kata lain, meski kalorinya tidak banyak, kandungan proteinnya tinggi , sehingga membuat tubuh merasa kenyang lebih lama dan sangat bermanfaat untuk membangun jaringan tubuh serta menjaga fungsi otot.

    Namun menurut Pedoman Gizi Seimbang, melalui kampanye Isi Piringku, sarapan yang baik seharusnya mengandung nutrisi yang lengkap, setiap kali makan dianjurkan ada:

    1/3 porsi karbohidrat1/3 porsi sayur1/6 porsi lauk berproteindan 1/6 porsi buah.

    WHO (2020) juga menekankan pentingnya kombinasi zat gizi pada sarapan untuk menunjang konsentrasi belajar maupun bekerja.

    Kenapa penting ada karbohidrat, lemak, dan serat?

    Sarapan memberikan banyak manfaat berupa energi untuk memulai hari dan meningkatkan produktivitas. Sarapan yang sehat harus mencakup kandungan utama seperti protein, serat, lemak, karbohidrat kompleks. Karbohidrat kompleks (nasi, ubi, roti gandum, oatmeal) adalah bahan bakar utama tubuh dan otak. Tanpa karbohidrat yang cukup, seseorang bisa cepat lelah, pusing, atau sulit fokus. Tubuh saat bangun membutuhkan karbohidrat karena sudah berpuasa selama tidur.

    Serat dari sayur dan buah membantu pencernaan, menjaga rasa kenyang, serta melengkapi kebutuhan vitamin dan mineral. Lemak sehat (dari alpukat, kacang, biji-bijian) memberi energi lebih tahan lama dan baik untuk fungsi sel tubuh.

    Risiko jika sering melewatkan sarapan

    Pada anak sekolah, studi ilmiah menemukan hubungan antara kebiasaan tidak sarapan dengan penurunan nilai ujian matematika dan membaca. Pada orang dewasa, tidak sarapan dapat meningkatkan kecenderungan makan berlebihan di siang atau malam hari. Kondisi ini bisa memperburuk pola makan dan mengganggu metabolisme tubuh. Dengan kata lain, sarapan bukan hanya soal mengisi perut, tetapi juga mengatur ritme biologis tubuh (circadian rhythm) agar energi lebih stabil sepanjang hari.

    Bagaimana cara menyiasati kalau cuma sempat telur rebus?

    Tidak masalah sesekali sarapan sederhana hanya dengan 2 butir telur rebus. Prinsip gizi seimbang bisa tetap dijaga dengan menyesuaikan makan siang dan malam. Misalnya, jika pagi hanya telur, maka saat jam 10 dan jam 15 (jam ngemil) bisa konsumsi sayur dan buah. Jika tidak, saat siang bisa dipenuhi kebutuhan gizi yang belum terpenuhi di pagi hari dengan menambah sayuran dan buah lebih banyak sebagai pencuci mulut. Siang dan malam hari, tetap makan sesuai porsi Isi Piringku atau Pedoman Gizi Seimbang.

    Prinsipnya, kalau tidak bisa lengkap dalam satu waktu, maka seimbangkan asupan gizi dalam 24 jam.

    Jadi, bagaimana sebaiknya?

    Intinya, tidak ada yang salah dengan ajakan Menkes. Dua telur rebus jelas lebih baik daripada melewatkan sarapan atau mengonsumsi makanan cepat saji yang tidak bergizi.

    Namun, penting diingat bahwa tubuh butuh variasi. Kalau ada waktu, siapkan sarapan yang lebih lengkap dengan tambahan karbohidrat, sayur, dan buah. Kalau tidak sempat, imbangi kebutuhan gizi di waktu makan lain.

    Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah meal preparation sederhana. Misalnya, pada malam hari sudah menyiapkan buah seperti pisang atau buah lainnya yang dipotong dalam wadah, atau merebus ubi sekaligus untuk stok beberapa hari. Dengan begitu, pagi hari bisa langsung dikombinasikan dengan telur rebus tanpa perlu banyak waktu terpakai.

    Dengan begitu, ajakan Menkes bisa dimaknai sebagai pesan sederhana yang mudah diikuti, sementara masyarakat tetap bisa menyesuaikan dengan prinsip gizi seimbang sesuai kondisi masing-masing.

    Halaman 2 dari 5

    Simak Video “Video: Agenda Menkes ke Sumenep, Kebut Akselerasi Imunisasi Campak”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • CKG Ungkap Deretan Masalah Kesehatan di RI, Terbanyak Risiko Stroke dan Kurang Gerak

    CKG Ungkap Deretan Masalah Kesehatan di RI, Terbanyak Risiko Stroke dan Kurang Gerak

    Jakarta

    Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang diluncurkan Kemenkes RI pada Februari 2025 saat ini telah menjangkau 32 juta orang. CKG telah memperlihatkan banyak temuan penting seputar kondisi kesehatan masyarakat. Dua masalah yang paling menonjol adalah risiko stroke dan kurangnya aktivitas fisik.

    Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes, Maria Endang Sumiwi mengatakan per 17 September 2025, setidaknya sudah 29,8 juta pendaftar CKG yang telah diperiksa. Angka ini akan terus bertambah setiap hernia.

    “Laju kita sekitar 600 ribu (pemeriksaan) per hari sekarang,” kata Maria Endang di Kantor Badan Komunikasi Pemerintahan, Jakarta Pusat, Kamis (18/9/2025).

    Temuan Penyakit Terbanyak Berdasarkan Usia

    Saat ini, CKG bisa dinikmati di 10.226 Puskesmas di Indonesia. Kemenkes menyebut masih ada sekitar 60 Puskesmas yang belum melaksanakan CKG karena berada di daerah terpencil dan sosialisasi ke masyarakat setempat belum sampai.

    Berikut adalah daftar penyakit yang paling banyak ditemukan melalui program CKG hingga 17 September 2025 berdasarkan kategori usia.

    1. Bayi Baru Lahir

    Berat lahir rendah (9.307 kasus)Kelainan saluran empedu (7.928 kasus)Penyakit jantung bawaan kritis (6.972 kasus)Hipotiroid kongenital (1.015 kasus)Defisiensi enzim G6PD (250 kasus)

    2. Balita dan Anak Prasekolah

    Gigi – Karies (264.360 kasus)Stunting (39.999 kasus)Gizi kurang (25.323 kasus)Perkembangan tidak normal (7.156 kasus)Anemia (1.482)

    3. Dewasa

    Tingkat aktivitas fisik kurang (10.800.770 kasus)Obesitas sentral (4.116.343 kasus)Gigi-Karies (3.289.903 kasus)Obesitas/overweight (3.024.952 kasus)Hipertensi (1.993.578 kasus)Pemeriksaan Lanjutan pada Dewasa Berisiko

    Orang dengan usia 40 tahun atau lebih dengan hipertensi atau diabetes melitus (DM).

    Risiko kanker usus (337.645 kasus)Risiko stroke – dislipidemia (286.346 kasus)Anemia pada catin perempuan (11.367 kasus)

    4. LansiaAktivitas fisik kurang (2.094.260 kasus)Hipertensi (953.134 kasus)Karies (813.266 kasus)Obesitas sentral (800.976 kasus)Gangguan kognitif (253.221 kasus)Pemeriksaan Lanjutan Lansia

    Orang usia 40 tahun atau lebih dengan hipertensi/DM, hepatitis B, hepatitis C, dislipidemia, dan obesitas sentral.

    Risiko stroke dislipidemia (159.924 kasus)Fungsi ginjal abnormal (13.257 kasus)Risiko fibrosis/sirosis (4.622 kasus)

    Daerah dengan Peserta CKG Terbanyak dan Tersedikit

    Endang menambahkan bahwa saat ini Provinsi Jawa masih menjadi wilayah dengan pendaftar paling banyak. Pendaftar juga didominasi oleh perempuan, dengan perbandingan 2:3.

    “51 persen dari 29,8 juta (pendaftar CKG) adalah penduduk Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Tentu kami bisa mengerti karena jumlah populasi yang sangat besar di provinsi-provinsi tersebut,” kata Endang.

    “Tapi tentu kami menginginkan supaya provinsi lain itu juga segera mengejar rate yang sama,” lanjutnya.

    Sementara itu, pendaftar CKG terendah ada di Provinsi Papua, Papua Barat, dan Papua Pegunungan.

    “Ini karena masih awal ya, kami baru mulai Februari jadi pendekatannya masih umum, mengajaknya masih umum, belum berupa pesan-pesan yang mungkin pakai bahasa daerah dan seterusnya,” kata Endang.

    “Jadi pendekatan khusus itu masih kami kembangkan. Kedua juga ada masalah link internet untuk memasukkan data,” sambungnya.

    Halaman 2 dari 4

    (dpy/up)

  • Nggak Kaleng-kaleng, 4 Khasiat Pare Termasuk ‘Obat’ Alami Diabetes-Kolesterol

    Nggak Kaleng-kaleng, 4 Khasiat Pare Termasuk ‘Obat’ Alami Diabetes-Kolesterol

    Jakarta

    Meski tak banyak disukai, pare sebetulnya menjadi buah yang kaya vitamin C dan nutrisi. Pare dengan nama ilmiah Momordica charantia, merupakan tanaman merambat tropis yang termasuk dalam famili labu-labuan dan berkerabat dekat dengan zukini, labu siam, labu kuning, dan mentimun.

    Pare dibudidayakan di seluruh dunia karena buahnya memang menjadi salah satu santapan pendamping makanan pokok, utamanya di berbagai jenis masakan Asia.

    Pare dengan varietas Cina biasanya panjang, berwarna hijau pucat, dan ditutupi benjolan seperti kutil. Sementara pare varietas India lebih sempit dan memiliki ujung runcing dengan duri kasar serta bergerigi di bagian kulit.

    Selain rasanya yang tajam dan penampilannya yang khas, pare telah dikaitkan dengan beberapa manfaat kesehatan.

    Pare merupakan sumber yang baik dari beberapa nutrisi penting, 100 gram pare mentah mengandung:

    21 kalori4 gram karbohidrat2 gram serat99 persen vitamin C2 gram seratzat besivitamin A

    Pare sangat kaya akan vitamin C, mikronutrien penting yang berperan dalam pencegahan penyakit, pembentukan tulang, dan penyembuhan luka.

    2. Menurunkan kadar gula darah

    Berkat khasiat obatnya yang ampuh, pare telah lama digunakan oleh penduduk asli di seluruh dunia untuk membantu mengobati kondisi terkait diabetes. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa penelitian menunjukkan pare dapat membantu mengatur atau mengelola gula darah.

    Sebuah studi lama yang melibatkan 20 orang dewasa pengidap diabetes menunjukkan mengonsumsi 2.000 mg pare setiap hari menurunkan kadar hemoglobin A1C selama 12 minggu.

    Pari dianggap dapat meningkatkan cara gula digunakan dalam jaringan tubuh dan meningkatkan sekresi insulin, hormon yang bertanggung jawab untuk mengatur kadar gula darah.

    Namun, penelitian masih terbatas, dan diperlukan penelitian yang lebih besar dan berkualitas tinggi untuk memahami bagaimana pare dapat memengaruhi kadar gula darah pada populasi umum.

    3. Berpotensi melawan kanker

    Penelitian menunjukkan pare mengandung senyawa tertentu dengan khasiat melawan kanker.

    Misalnya, sebuah studi tabung reaksi yang lebih tua menunjukkan ekstrak pare efektif membunuh sel kanker di lambung, usus besar, paru-paru, dan nasofaring, area yang terletak di belakang hidung di bagian belakang tenggorokan.

    Studi gabungan tabung reaksi dan hewan lainnya memiliki temuan serupa, melaporkan ekstrak pare mampu menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker payudara sekaligus mendorong kematian sel kanker.

    Perlu diingat, studi-studi ini dilakukan di laboratorium menggunakan ekstrak pare dalam jumlah terkonsentrasi pada sel-sel individual.

    Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan pare dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kanker pada manusia ketika dikonsumsi dalam jumlah normal yang ditemukan dalam makanan.

  • Video: Kemenkes Ungkap Masalah Kesehatan Tertinggi dari Hasil CKG

    Video: Kemenkes Ungkap Masalah Kesehatan Tertinggi dari Hasil CKG

    Video: Kemenkes Ungkap Masalah Kesehatan Tertinggi dari Hasil CKG