Jenis Media: Kesehatan

  • Ternyata Segini Normalnya Manusia Buang Air Kecil Berdasarkan Usia

    Ternyata Segini Normalnya Manusia Buang Air Kecil Berdasarkan Usia

    Jakarta

    Seorang konsultan urologi mengungkapkan jumlah seseorang buang air kecil atau berkemih bisa berbeda, salah satunya dipengaruhi dengan usia. Meskipun minuman seperti teh, kopi, atau minuman bersoda dapat membuat lebih sering buang air kecil, usia masih menjadi faktor terbesarnya.

    “Sepanjang rentang hidup pasien, kemungkinan akan ada beberapa perubahan dalam kebiasaan buang air kecil,” tutur konsultan urologi di Rumah Sakit New Victoria, Hamid Abboudi, yang dikutip dari Unilad.

    Usia Anak-anak

    Terkait intensitas buang air kecil yang normal, ada beberapa tahapan yang menurut Abboudi perlu diperhatikan. Untuk anak-anak, angka buang air kecil cenderung lebih tinggi.

    “Anak-anak kecil mungkin buang air kecil 8-14 kali sehari, yang dapat berkurang menjadi 6-12 pada anak-anak yang lebih besar,” sambungnya.

    Buang air kecil lebih sering dari itu bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti kecemasan, sembelit, kafein, alergi, atau kapasitas kandung kemih yang kecil.

    Usia Remaja

    Remaja biasanya buang air kecil antara empat hingga enak kali sehari. Selama masa pubertas, perubahan hormonal yang dapat menyebabkan frekuensi buang air kecil yang lebih sering.

    Meski begitu, Abboudi meyakinkan sebagian besar waktu hal ini tidak perlu dikhawatirkan dan akan kembali normal dengan sendirinya.

    Namun, jika tidak membaik, sering buang air kecil bisa menjadi indikasi infeksi, diabetes, konsumsi kafein berlebihan, atau dalam kasus yang jarang terjadi bisa karena hal yang lebih serius.

    Usia Dewasa

    Pada orang dewasa di bawah usia 60 tahun, umumnya buang air kecil antara enam dan sembilan kali sehari. Abboudi mengungkapkan buang air kecil sekali di malam hari juga merupakan hal yang umum.

    “Perempuan cenderung buang air kecil lebih sering daripada laki-laki,” katanya.

    Hal ini merujuk pada sebuah studi yang menemukan perempuan rata-rata buang air kecil 5,6 kali dalam sehari. Sementara laki-laki, rata-rata 4,8 kali sehari.

    Kehamilan juga menjadi faktor lain, dengan bayi yang menekan rahim sehingga membuat ibunya lebih sering buang air kecil. Sementara infeksi saluran kemih juga sering menjadi penyebab seringnya buang air kecil.

    Lanjut Usia

    Setelah mencapai usia 60 tahun, keadaan kemungkinan akan berubah lagi. Menurut Abboudi, lansia mungkin mendapati diri mereka buang air kecil hingga 10 kali sehari.

    Fungsi ginjal menurun seiring bertambahnya usia, otot kandung kemih melemah, dan obat-obatan seperti diuretik dapat meningkatkan keinginan untuk buang air kecil.

    Selain itu, nokturia atau kebutuhan untuk bangun secara teratur di malam hari untuk buang air kecil, menjadi lebih umum seiring bertambahnya usia. Khususnya bagi pria, pembesaran prostat juga dapat menekan kandung kemih dan menyebabkan buang air kecil lebih sering.

    Abboudi menekankan kondisi ini dapat berbeda pada setiap orang, tetapi ada tanda-tanda peringatan yang perlu diwaspadai. Ia menyarankan untuk memeriksakan diri jika melihat adanya darah pada urine, perubahan tiba-tiba pada kebiasaan buang air kecil, atau terbangun lebih sering setiap malam untuk buang air kecil.

    “Jadi, meskipun tidak ada angka pasti yang cocok untuk semua orang, mengetahui kisaran normal untuk usia Anda dapat membantu menyadari sesuatu yang tidak beres pada kesehatan Anda,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/suc)

  • Video Alasan Hasil Lab BPOM dengan Taiwan soal Indomie Soto Banjar Berbeda

    Video Alasan Hasil Lab BPOM dengan Taiwan soal Indomie Soto Banjar Berbeda

    Video Alasan Hasil Lab BPOM dengan Taiwan soal Indomie Soto Banjar Berbeda

  • Video BPOM: Udang RI yang Ditolak FDA Aman, Kontaminasi Diduga dari Negara Lain

    Video BPOM: Udang RI yang Ditolak FDA Aman, Kontaminasi Diduga dari Negara Lain

    JakartaBadan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan produk udang Indonesia yang sempat ditolak otoritas Amerika Serikat (FDA) karena isu radioaktif tidak berbahaya. Kepala BPOM, Taruna Ikrar mengatakan tim satuan tugas (Satgas) telah menyiapkan langkah dekontaminasi untuk memastikan keamanan produk tersebut.

    Ia menambahkan, kontaminasi itu sebetulnya bukan berasal dari Indonesia, melainkan negara lain. Sebagai informasi, tiga lot udang mentah beku asal Indonesia ditarik FDA setelah ditemukan kandungan isotop radioaktif Cesium-137 dalam salah satu pengiriman. Meski demikian, FDA menegaskan kadar yang terdeteksi tidak cukup tinggi untuk menimbulkan risiko akut.

    detikers, klik di sini untuk menonton video 20Detik lainnya!

    (/)

    udang beku udang fda bpom taruna ikrar

  • Usain Bolt Curhat Kebugaran Mulai Menurun, Kehabisan Napas Saat Naik Tangga

    Usain Bolt Curhat Kebugaran Mulai Menurun, Kehabisan Napas Saat Naik Tangga

    Jakarta

    Usain Bolt baru-baru ini buka-bukaan terkait kondisi fisiknya di usia 39 tahun. Pria yang dijuluki manusia tercepat di dunia tersebut mengaku kebugarannya tak sehebat dulu, bahkan untuk sekadar naik tangga saja, Bolt mengaku kehabisan napas.

    “Saya kebanyakan latihan di gym, saya tidak menyukai hal itu. Saya rasa setelah beberapa lama tidak berolahraga, saya harus mulai berlari lagi karena saat naik tangga, saya jadi kehabisan napas,” ujar Bolt dikutip dari The Guardian, Jumat (19/9/2025).

    Sejak pensiun pada 2017 silam, peraih 8 medali emas Olimpiade dan 11 gelar juara dunia tersebut lebih banyak menghabiskan waktu untuk bersantai, seperti merakit lego dan menonton film.

    “Biasanya saya bangun tepat waktu untuk mengantar anak-anak ke sekolah. Setelah itu tergantung apa yang harus saya lakukan, kalau tidak ada kegiatan saya bersantai saja,” kata Bolt.

    “Saya terkadang berolahraga sesekali kalau suasana hati sedang bagus. Saya hanya menonton serial dan bersantai sampai anak-anak pulang,” sambungnya.

    Bolt sendiri mengalami cedera pada tendon achilles tahun lalu, sehingga dirinya tidak lagi berlari. Bolt juga ingin anak-anaknya, Olympia Lightning Bolt (5) dan putra kembarnya, Saint Leo dan Thunder Bolt (4) mengikuti jejaknya untuk bisa menjadi yang tercepat di lintasan lari pada kejuaraan dunia di Beijing dua tahun mendatang.

    “Saya senang karena bisa membawa anak-anak saya dan saya bisa memberi tahu mereka, ‘dengar, di sinilah semua ini terjadi’. Saya sudah menunjukkan video dan hal-hal semacam itu kepada anak-anak saya,” katanya.

    “Mereka akan berusia enam dan tujuh tahun, dan mereka akan sedikit memahami momen itu, dan saya bisa menjelaskan kepada mereka apa yang telah dilakukan ayah mereka selama bertahun-tahun,” tutupnya.

    (dpy/suc)

  • Ngeri Wabah Amoeba Pemakan Otak Mematikan di India, Pasien Keluhkan Gejala Ini

    Ngeri Wabah Amoeba Pemakan Otak Mematikan di India, Pasien Keluhkan Gejala Ini

    Jakarta

    Kerala, India, tengah menghadapi lonjakan kasus Primary Amoebic Meningoencephalitis (PAM), infeksi otak dengan tingkat kematian tinggi. Infeksi ini disebabkan oleh Naegleria fowleri, yang dikenal luas sebagai ‘amoeba pemakan otak’.

    Dikutip dari BBC, tahun ini lebih dari 70 orang di Kerala telah terdiagnosis PAM dan 19 di antaranya meninggal dunia. Pasien yang terinfeksi berusia mulai dari bayi tiga bulan hingga pria berusia 92 tahun.

    Salah satu pasien bernama Sobhana (45) terbaring menggigil di bagian belakang ambulans. tubuhnya lemah dan perlahan kehilangan kesadaran, sementara keluarganya bergegas membawanya ke rumah sakit.

    Beberapa hari sebelumnya, perempuan dari komunitas Dalit ini hanya mengeluhkan pusing dan tekanan darah tinggi. Ia bekerja sehari-hari dengan membotolkan jus buah di sebuah desa di distrik Malappuram. Saat memeriksakan diri, dokter memberinya obat lalu memulangkannya.

    Namun, kondisinya justru memburuk dengan cepat. Rasa tidak nyaman berubah menjadi demam, demam berkembang menjadi menggigil hebat, hingga akhirnya pada 5 September, tepat di hari utama festival Onam, Sobhana meninggal dunia.

    Penyebab kematiannya adalah Naegleria fowleri, atau yang lebih dikenal sebagai amoeba pemakan otak. Infeksi langka ini biasanya masuk ke tubuh melalui hidung saat seseorang berenang di air tawar. Kasusnya sangat jarang hingga kebanyakan dokter tidak pernah menemui kasusnya.

    “Kami tidak berdaya untuk menghentikannya. Kami baru mengetahui penyakit ini setelah kematian Sobhana,” kata Ajitha Kathiradath, sepupu korban dan seorang pekerja sosial terkemuka.

    Organisme bersel tunggal ini biasanya hidup dengan memakan bakteri di air tawar hangat. Namun, ketika masuk ke tubuh manusia melalui hidung saat berenang, amoeba ini dapat menyebabkan infeksi otak yang hampir selalu berakibat fatal, dikenal sebagai primary amoebic meningoencephalitis (PAM). Amoeba tersebut menyerang dengan cepat dan merusak jaringan otak.

    Kerala mulai mendeteksi kasus PAM sejak 2016, biasanya hanya satu atau dua kasus per tahun, dan hampir semuanya berakhir dengan kematian. Tahun lalu tercatat 39 kasus dengan angka kematian 23 persen, sementara tahun ini hampir 70 kasus dilaporkan dengan tingkat kematian sekitar 24,5 persen di Kerala, India. Dokter menjelaskan, peningkatan jumlah kasus lebih mencerminkan kemampuan deteksi yang lebih baik, berkat laboratorium berteknologi canggih.

    “Jumlah kasus memang naik, tetapi angka kematian menurun. Tes agresif dan diagnosis dini telah meningkatkan peluang pasien untuk bertahan hidup – strategi yang menjadi ciri khas Kerala,” ujar Aravind Reghukumar, kepala divisi penyakit menular di Medical College and Hospital Thiruvananthapuram, ibu kota negara bagian tersebut. Deteksi dini memungkinkan pemberian pengobatan yang disesuaikan, berupa kombinasi obat antimikroba dan steroid yang ditargetkan langsung pada ameba.

    Para ilmuwan telah mengidentifikasi sekitar 400 spesies amoeba hidup bebas, tetapi hanya enam yang diketahui dapat menyebabkan penyakit pada manusia, termasuk Naegleria fowleri dan Acanthamoeba yang sama-sama bisa menginfeksi otak. Di Kerala, laboratorium kesehatan masyarakat kini sudah mampu mendeteksi lima jenis patogen utama tersebut.

    Ketergantungan Kerala pada air tanah dan sumber air alami membuat wilayah ini sangat rentan, terutama karena banyak kolam dan sumur yang tercemar. Tahun lalu, misalnya, sekelompok kecil kasus dikaitkan dengan praktik berisiko, seperti sekelompok pemuda menghirup uap ganja yang direbus dengan air kolam. Hal ini menegaskan betapa mudahnya air terkontaminasi menjadi jalur penularan infeksi.

    Di Kerala terdapat hampir 5,5 juta sumur dan 55 ribu kolam, dengan jutaan orang setiap hari bergantung pada sumur untuk kebutuhan air. Karena jumlahnya yang masif, sumur dan kolam tidak bisa sekadar dianggap sebagai “faktor risiko”, melainkan tulang punggung kehidupan masyarakat setempat.

    “Beberapa infeksi terjadi saat orang mandi di kolam, ada juga dari kolam renang, bahkan melalui cuci hidung dengan air dalam ritual keagamaan. Baik dari kolam tercemar maupun sumur, risikonya tetap nyata,” jelas Anish TS, seorang ahli epidemiologi terkemuka.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Cerita Pasien Positif COVID-19 Lebih dari 750 Hari, Gejala Tak Sembuh-sembuh

    Cerita Pasien Positif COVID-19 Lebih dari 750 Hari, Gejala Tak Sembuh-sembuh

    Jakarta

    Seorang pria di Amerika Serikat mencatat rekor baru sebagai pasien positif COVID-19 terlama. Diketahui, ia mengidap COVID-19 yang berkelanjutan selama lebih dari 750 hari.

    Pasien tersebut memiliki riwayat positif HIV. Ia termasuk kelompok yang lebih rentan tertular virus SARS-CoV-2.

    Akibat infeksi COVID itu, pasien tidak bisa menerima terapi antiretroviral (ART). Ia juga tidak dapat mengakses perawatan medis yang diperlukan, meski mengalami sejumlah gejala pernapasan, sakit kepala, nyeri badan, hingga lemas.

    Diketahui, pria berusia 41 tahun itu memiliki jumlah sel T pembantu imun hanya 35 sel per mikroliter darah. Normalnya, jumlah sel tersebut berkisar antara 500 hingga 1.500 sel per mikroliter.

    Selama lebih dari 750 hari itu, pasien mengalami gejala pernapasan yang persisten atau berkelanjutan dan dirawat di rumah sakit sebanyak lima kali. Meski durasi infeksinya panjang, kondisi yang dialaminya ini berbeda dengan long COVID.

    Itu karena gejala yang dialaminya bukanlah gejala yang menetap setelah virus menghilang dari tubuh. Kondisi itu adalah fase virus SARS-CoV-2 yang berlanjut selama lebih dari dua tahun.

    Hasil Penelitian

    Menurut ahli epidemiologi Universitas Harvard, William Hanage, kondisi ini biasanya terjadi hanya pada orang yang rentan. Namun, kondisi serupa bisa terjadi pada siapa saja.

    “Infeksi jangka panjang memungkinkan virus untuk mengeksplorasi cara menginfeksi sel secara lebih efisien. Dan (studi ini) menambah bukti bahwa varian yang lebih mudah menular telah muncul dari infeksi semacam itu,” terang Hanage, yang dikutip dari ScienceAlert.

    “Oleh karena itu, menangani kasus-kasus seperti itu secara efektif merupakan prioritas bagi kesehatan individu dan masyarakat,” sambungnya.

    Dugaan Penyebab Kondisi

    Analisis genetik Joseline Velasquez-Reyes, ahli bioinformatika Universitas Boston dan rekan-rekannya melakukan penelitian lebih lanjut terkait kondisi pasien. Mereka mengumpulkan sampel virus dari pasien di periode Maret 2021 dan Juli 2022 untuk melihat pergerakan virus selama invasi yang meluas.

    “Hanya dalam satu orang, jenis mutasi yang sama yang menyebabkan munculnya varian Omicron yang berkembang biak lebih cepat sedang dalam proses pengulangan,” jelas mereka dalam studi yang dipublikasikan di The Lancet.

    “Hal ini mendukung teori bahwa perubahan mirip Omicron berkembang dari tekanan seleksi yang dialami virus di dalam tubuh kita.”

    Meski infeksinya masih menetap pada pasien, para ahli melihat tidak adanya infeksi lanjutan. Menurut Velasquez-Reyes, itu mengindikasikan hilangnya kemampuan penularan selama adaptasi terhadap satu inang.

    Namun, bukan berarti infeksi lain tidak bisa menetap di dalam tubuh dalam jangka panjang. Temuan ini membuat para ahli waspada dan menyerukan pemantauan ketat COVID-19 yang berkelanjutan dan akses layanan kesehatan untuk semua orang.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Video: Ratusan Siswa Keracunan MBG dalam Sepekan, Apa Kata BPOM?

    Video: Ratusan Siswa Keracunan MBG dalam Sepekan, Apa Kata BPOM?

    Video: Ratusan Siswa Keracunan MBG dalam Sepekan, Apa Kata BPOM?

  • Menyoal Pembusukan di Balik Temuan Mayat di Mobil Diduga Milik Penyanyi D4vd

    Menyoal Pembusukan di Balik Temuan Mayat di Mobil Diduga Milik Penyanyi D4vd

    Jakarta

    Mayat membusuk ditemukan dalam mobil Tesla diduga pemilik penyanyi D4vd. D4vd adalah seorang penyanyi juga penulis lagu paling populer di kalangan generasi Z.

    Setelah diidentifikasi kepolisian setempat, mayat yang ditemukan merupakan gadis remaja yang dilaporkan hilang sejak tahun lalu.

    Kantor pemeriksa medis wilayah Los Angeles AS mengonfirmasi mayat yang ditemukan di dalam kendaraan di tempat derek di Hollywood 8 September adalah Celeste Rivas, berusia 15 tahun.

    Rivas terakhir terlihat pada April 2024 di Lake Elsinore, sekitar 95 km di tenggara pusat kota Los Angeles. Ia berusia 13 tahun saat itu. Para pejabat belum menentukan penyebab kematiannya, tetapi LAPD menganggap kematian itu sebagai pembunuhan.

    Mayat itu ditemukan setelah seseorang mencium bau busuk yang berasal dari Tesla, kata polisi, menurut sejumlah media berita.

    Beberapa media berita lokal melaporkan bahwa kendaraan itu terdaftar atas nama D4vd, yang nama aslinya adalah David Anthony Burke, (20). Pihak berwenang belum mengaitkan D4vd dengan kematiannya. Kepolisian Los Angeles mengatakan kepada Guardian, mereka tidak akan secara resmi memverifikasi identitas Rivas, penyebab kematian, atau pemilik Tesla hitam tersebut.

    Polisi mengatakan kepada Los Angeles Times bahwa mobil itu diderek dari kawasan elit Bird Streets di Hollywood Hills, tempat mobil itu ditinggalkan pada awal September.

    LAPD mengeluarkan surat perintah penggeledahan di rumah tempat penyanyi itu menginap di Hollywood Hills, lapor LAist.

    Dalam pernyataannya pada hari Rabu, kantor pemeriksa medis mengatakan Rivas tampaknya telah meninggal di dalam kendaraan untuk waktu yang lama sebelum ditemukan kata para pejabat.

    Terlepas dari kasus tersebut, bagaimana kondisi mayat yang sudah membusuk dalam waktu lama?

    Dikutip dari Medical News Today, pembusukan adalah proses alami ketika jaringan tubuh yang sebelumnya hidup terurai menjadi komponen yang lebih sederhana. Menurut ahli forensik M Lee Goff, proses ini dimulai sejak seseorang meninggal dan berlanjut hingga hanya tersisa kerangka.

    Pada fase awal, ada tiga tanda utama: livor mortis, rigor mortis, dan algor mortis.

    Livor mortis terjadi saat sirkulasi darah berhenti sehingga kulit tampak pucat, lalu darah mengendap ke bagian tubuh terbawah karena gravitasi. Proses ini bisa dimulai satu jam setelah kematian dan berlangsung hingga 12 jam.

    Rigor mortis muncul 2 hingga 6 jam setelah kematian, ketika otot menegang sehingga tubuh menjadi kaku, lalu mengendur kembali setelah 1 hingga 3 hari. Sementara itu, algor mortis membuat tubuh kehilangan kemampuan mengatur suhu dan mendingin sesuai suhu lingkungan dalam 18 hingga 20 jam.

    Seiring waktu, perubahan makin nyata. Warna tubuh bisa berubah kehijauan, kulit mulai mengelupas, muncul pola marbling pada permukaan kulit, hingga timbul bau khas pembusukan. Lalat biasanya datang lebih awal, bertelur di area luka atau lubang tubuh. Dari telur inilah lahir belatung yang berperan penting dalam mengurai jaringan lunak. Beberapa jenis lalat bahkan langsung menetas dalam bentuk larva yang segera memakan daging.

    Goff membagi proses pembusukan ke dalam lima tahap. Tahap segar adalah saat tanda-tanda dekomposisi masih minim, meski proses internal sudah dimulai. Tahap kembung ditandai penumpukan gas di perut sehingga tubuh tampak membesar.

    Memasuki tahap pembusukan aktif, kulit pecah akibat aktivitas belatung dan gas keluar, menimbulkan bau yang sangat menyengat. Ahli pemakaman Caitlin Doughty menggambarkan bau ini sebagai campuran manis, asam, dan amis yang sulit dilupakan.

    Selanjutnya, tubuh memasuki pascapembusukan, ketika hanya tersisa kulit, tulang rawan, dan tulang. Pada fase ini kumbang biasanya datang untuk memakan sisa jaringan lunak. Tahap terakhir adalah kerangka, ketika tubuh hanya meninggalkan tulang, kadang dengan rambut yang masih melekat.

    Lama waktu pembusukan sangat bergantung pada lingkungan. Di iklim kering atau dengan suhu sangat ekstrem, tubuh bisa terjaga lebih lama dalam kondisi mumifikasi, bukan membusuk seperti biasa.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Hanya Orang yang Punya IQ Tinggi yang Bisa Jawab Teka-teki Ini, Kamu Termasuk?

    Hanya Orang yang Punya IQ Tinggi yang Bisa Jawab Teka-teki Ini, Kamu Termasuk?

    Asah Otak

    Aida Adha Siregar – detikHealth

    Jumat, 19 Sep 2025 13:01 WIB

    Jakarta – Asah otak dulu yuk! Dengan menjawab teka-teki berikut ini. Soalnya kelihatan gampang banget, tapi justru sering bikin orang salah jawab.

  • Keselamatan Pasien Anak Jadi Sorotan, Kepala BPOM RI Dorong Penggunaan Obat Secara Aman

    Keselamatan Pasien Anak Jadi Sorotan, Kepala BPOM RI Dorong Penggunaan Obat Secara Aman

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Taruna Ikrar menyoroti pentingnya sistem farmakologis untuk keselamatan pasien, utamanya pada bayi baru lahir dan anak-anak. Menurut Taruna, perlindungan sejak awal kehidupan adalah hak mendasar manusia.

    Menurut data Badan Pusat Statistik hingga Mei 2025, jumlah anak usia 0-4 tahun di Indonesia mencapai 22,75 juta jiwa atau sekitar 9 persen populasi. Sedangkan, angka kelahiran mencapai 4,6 juta per tahun.

    “Keselamatan pasien adalah hak mendasar. Secara khusus, perlindungan ini harus dimulai sejak bayi baru lahir dan anak-anak,” ujar Taruna Ikrar dalam acara National Pharmacovigilance Webinar dalam rangka World Patient Safety Day (WPSD) 2025 di Jakarta Pusat, Kamis (18/9/2025).

    “Bayi dan anak adalah calon generasi penerus bangsa. Mereka harus tumbuh menjadi SDM (sumber daya manusia) berkualitas untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045,” sambungnya.

    Taruna mengatakan farmakovigilans dan penggunaan obat yang aman merupakan faktor penting untuk menjamin keselamatan pasien. Sistem ini berperan penting dalam mendeteksi efek samping obat secara lebih dini, meningkatkan pelaporan tenaga kesehatan, memberdayakan keluarga pasien, hingga membangun budaya keselamatan di layanan kesehatan.

    “Kita masih menghadapi kesenjangan dalam kapasitas pelaporan dan kesadaran di kalangan tenaga medis maupun masyarakat dalam melaporkan kejadian tidak diinginkan (KTD), efek samping obat (ESO), maupun kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI),” tambah Taruna.

    Dalam kesempatan yang sama Deputy Representative WHO Indonesia Momoe Takeuchi mengungkapkan keselamatan pasien adalah isu mendasar yang harus menjadi perhatian semua pihak. Ini khususnya bagi anak-anak dan bayi baru lahir yang menjadi masa depan Indonesia.

    Ia mengapresiasi langkah Indonesia, dalam 2 tahun terakhir telah memperkuat praktik produksi, distribusi, serta pengawasan obat, vaksin, dan produk medis. Namun, Takeuchi juga menyoroti tantangan baru seiring pesatnya perkembangan perawatan medis.

    “Setiap peningkatan dalam keselamatan pasien berarti menyelamatkan nyawa. Pencapaian dalam menurunkan angka kematian anak di berbagai negara membuktikan bahwa layanan kesehatan yang kuat, aman, dan berkualitas adalah kunci,” ujar Momoe.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)