Jenis Media: Kesehatan

  • Minum Kopi Tanpa Kafein, Benarkah Lebih Sehat? Ini 4 Manfaatnya

    Minum Kopi Tanpa Kafein, Benarkah Lebih Sehat? Ini 4 Manfaatnya

    Jakarta

    Kopi tanpa kafein atau disebut ‘decaf’ memiliki kadar kafein yang jauh lebih rendah dibandingkan kopi biasa. Sekitar 97 persen kandungan kafeinnya telah dihilangkan, sehingga lebih cocok untuk orang yang sensitif terhadap kafein atau ingin mengurangi konsumsinya.

    Meski begitu, kopi tanpa kafein tetap mengandung banyak antioksidan yang bermanfaat, antara lain membantu menjaga kesehatan jantung, mengontrol kadar gula darah, dan mendukung fungsi tubuh lainnya.

    Dikutip dari Everyday Health, kopi ini dapat dinikmati dalam berbagai cara, disajikan panas, dingin, maupun sebagai campuran dalam olahan kue. Berikut beberapa manfaat kopi tanpa kafein beserta penjelasannya.

    1. Meningkatkan Mikrobioma Usus yang Lebih Sehat

    Seperti kopi biasa, kopi tanpa kafein kaya akan antioksidan yang bisa mendukung kesehatan usus. Meski kedua jenis kopi ini merangsang motilitas lambung, yaitu membuat ingin buang air besar, beberapa penelitian menemukan bahwa kopi tanpa kafein tidak terlalu merangsang sekresi asam lambung.

    Selain itu, senyawa fenoliknya memiliki efek antioksidan dan anti-inflamasi pada usus besar dan bisa mendukung komunitas bakteri.

    Menurut ahli diet Lauren Maneker MS, RDN, LD, kopi tanpa kafein memberikan kontribusi positif dengan mendorong pertumbuhan bakteri usus yang bermanfaat karena kandungan senyawa fenolik makanan yang tinggi, tanpa potensi gangguan gastrointestinal yang terkadang dipicu oleh kafein.

    2. Meningkatkan Fungsi Hati

    Sebuah studi yang berskala besar menemukan bahwa mengonsumsi kopi biasa ataupun kopi tanpa kafein berkaitan dengan kadar enzim hati yang lebih sehat. Para peneliti berpendapat, bahwa antioksidan, termasuk senyawa fenolik dalam kopi kemungkinan berperan.

    Senada dengan temuan itu, dalam studi besar lainnya peneliti menemukan bahwa peminum kopi, apapun jenis kopinya memiliki risiko penyakit hati kronis yang lebih rendah.

    Meski banyak penelitian tentang dampak kopi biasa terhadap kesehatan jantung, penelitian tentang kopi tanpa kafein masih sedikit. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kopi tanpa kafein dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah.

    Sebuah studi menemukan, kopi tanpa kafein, bersama dengan kopi bubuk, dan kopi instan dapat dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular. Peserta yang minum 1-3 cangkir kopi tanpa kafein per hari berisiko rendah terkena penyakit kardiovaskular.

    4. Meningkatkan Gula Darah Puasa

    Gula darah puasa, atau pengukuran gula darah setelah berpuasa semalaman sering digunakan untuk mendiagnosis diabetes. Berkat antioksidan yang disebut asam klorogenat, minum kopi tanpa kafein bisa membantu menurunkan gula darah puasa sebesar 4%-5%.

    Penelitian juga menyatakan bahwa kopi tanpa kafein menunjukkan efek metabolik yang menguntungkan, meningkatkan gula darah puasa, dan mengurangi stres oksidatif.

    Kandungan Nutrisi Kopi Tanpa Kafein

    Kopi tanpa kafein memiliki komposisi nutrisi yang serupa dengan kopi biasa. Hanya saja, sebagian besar kafeinnya tidak ada.

    Bergantung pada ukuran dan merek kopi, kandungan kafeinnya bisa sekitar 8-10 mg, atau hanya 2 mg per cangkirnya. Kopi tanpa kafein tidak mengandung kalori, tapi mengandung beberapa mikronutrien, mirip dengan kopi biasa. Berikut kandungan nutrisi 1 sajian kopi tanpa kafein:

    Kalium: 120 mgMagnesium: 12 mgSodium: 5 mgProtein:>1 g

    (elk/elk)

  • Kecanduan Nyicip Bubuk Pemutih Baju, Wanita Ini Berakhir Alami Anemia Langka

    Kecanduan Nyicip Bubuk Pemutih Baju, Wanita Ini Berakhir Alami Anemia Langka

    Jakarta

    Kasus langka dialami oleh seorang wanita berusia 36 tahun asal Michigan, Amerika Serikat. Dia terobsesi dengan bau dan ingin mencicipi bubuk pemutih pakaian.

    Peristiwa bermula ketika wanita yang identitasnya dirahasiakan itu datang ke instalasi gawat darurat setelah mengalami sesak napas parah, nyeri perut, dan kelelahan selama seharian. Riwayat kesehatannya cukup kompleks, dia mengalami obesitas, sleep apnea, kekurangan vitamin, hingga gangguan psikiatri seperti kecemasan, depresi, dan PTSD.

    Sebelumnya, pasien ini sempat dua kali dirawat di rumah sakit akibat gangguan mental. Namun belakangan kondisinya cukup stabil berkat terapi antidepresan harian dan suntikan antipsikotik bulanan.

    Pasien sudah diberi oksigen dalam perjalanan ke rumah sakit. Sesampainya di IGD, dokter langsung melakukan transfusi darah berulang karena hasil laboratorium menunjukkan anemia berat, kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah untuk membawa oksigen.

    Pemeriksaan darah juga memperlihatkan kadar hemoglobin dan trombosit sangat rendah. Foto rontgen jantung menunjukkan pembesaran, tanda organ tersebut bekerja ekstra akibat kurangnya kapasitas darah mengangkut oksigen.

    Dokter juga menguji kadar zat besi dan folat dalam darah pasien, karena nutrisi ini penting untuk pembentukan sel darah merah. Hasilnya normal, tetapi kadar vitamin B12 (mikronutrien yang penting untuk pembentukan sel darah merah) sangat rendah.

    Tes selanjutnya mengungkapkan bahwa ia memiliki antibodi yang mengganggu penyerapan B12. Temuan ini konsisten dengan anemia pernisiosa, suatu kondisi saat sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel lambung yang dibutuhkan untuk menyerap vitamin B12.

    Tanpa vitamin yang cukup, darah merah yang sehat dan defisiensi yang berkepanjangan dapat menyebabkan perubahan kognitif, serta perilaku, termasuk gangguan suasana hati dan psikosis.

    Penyebab Kondisi Pasien

    Karena pasien punya riwayat gangguan mental, tim dokter IGD juga melibatkan psikiater. Saat itulah ia mengaku memiliki kebiasaan aneh selama sebulan terakhir, yakni mencicipi bubuk pemutih rumah tangga dua hingga tiga kali sehari.

    Itu dilakukannya karena pasien tertarik pada baunya yang tajam dan teksturnya yang berbubuk. Ia akan menjilati jarinya, mencelupkan ujungnya ke dalam bubuk, dan memasukkannya ke dalam mulut.

    Kemudian, ia akan berkumur, meludah, dan berkumur lagi. Sejauh ini, pasien menyangkal pernah menelannya.

    “Keluarganya khawatir. Tetapi, ia (pasien) tidak khawatir maupun terganggu oleh perilakunya,” catat dokter dalam laporan yang dikutip dari Live Science.

    Perilaku ini mengarah pada pica, gangguan ketika seseorang mengonsumsi atau mencicipi benda yang bukan makanan, misalnya tanah, es, atau benda lainnya. Dalam kasus ini, dorongan tersebut tampaknya berkaitan langsung dengan anemia akibat defisiensi vitamin B12.

    Pasien kemudian dirawat intensif di ICU dengan transfusi darah untuk menstabilkan kondisi dan mengurangi beban jantung. Setelah stabil, ia diberi suplemen vitamin B12 dan obat pengurang asam lambung. Ia juga setuju menjalani endoskopi untuk memeriksa adanya radang lambung.

    Dokter menekankan bahwa anemia pernisiosa membutuhkan suplementasi B12 seumur hidup agar defisiensi tidak kambuh dan gejala psikiatri berkurang. Sayangnya, setelah keluar dari rumah sakit, pasien tidak pernah kembali untuk kontrol, sehingga tidak diketahui apakah ia melanjutkan terapi atau sembuh.

    Biasanya, pica dikaitkan dengan kekurangan zat besi atau seng. Namun dalam kasus ini, penyebabnya adalah defisiensi vitamin B12, yang oleh para dokter disebut sebagai kasus pertama yang tercatat dengan latar anemia B12.

    Laporan juga menyoroti varian langka pica bernama desiderosmia, yaitu ketika dorongan awal lebih dipicu oleh aroma daripada rasa.

    Kasus ini mengingatkan bahwa psikiatri dan kedokteran harus berjalan beriringan. Dengan riwayat gangguan mental, perilaku pasien ini bisa saja dianggap murni masalah psikologis. Namun kenyataannya, ada penyakit serius tersembunyi di baliknya.

    Para dokter menegaskan, perubahan perilaku seperti ini harus mendorong evaluasi medis menyeluruh selain pemeriksaan psikiatri, karena bisa menjadi petunjuk pertama adanya penyakit berbahaya yang mengancam nyawa.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/suc)

  • 5 Tanda Awal Kanker Lambung yang Perlu Diwaspadai, Sering Dikira Maag

    5 Tanda Awal Kanker Lambung yang Perlu Diwaspadai, Sering Dikira Maag

    Jakarta

    Asam lambung, maag, gas, dan kembung menjadi gangguan pencernaan yang sering terdengar. Makan pedas di tengah malam, pola makan yang tidak teratur, atau stres bisa dengan mudah memicunya.

    Namun, terkadang ketidaknyamanan pencernaan bisa jadi tanda peringatan dini dari gejala yang lebih serius, seperti kanker lambung. Jenis kanker ini sering memiliki gejala yang menyerupai masalah pencernaan umum, sehingga sulit untuk membedakannya.

    Dikutip dari laman Times of India, berikut beberapa tanda awal kanker lambung:

    1. Rasa Berat atau Kekenyangan setelah Makan Makanan Ringan

    Merasa berat atau kekenyangan setelah makan terlalu banyak adalah hal yang wajar. Namun, jika seseorang merasa kenyang yang berkepanjangan walau hanya makan sedikit, hal ini bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang lebih serius, seperti kanker lambung.

    Hal ini terjadi karena tumor mulai menempati ruang di dalam lambung, sehingga membatasi kapasitasnya. Seiring berjalannya waktu rasa berat ini bisa secara perlahan mengurangi asupan makanan dan menyebabkan penurunan berat badan.

    2. Rasa Tidak Nyaman yang Menjalar ke Luar Perut

    Biasanya asam lambung menyebabkan sensasi terbakar di dada atau perut bagian atas. Tapi, pada kanker lambung, rasa tidak nyaman bisa terasa berbeda.

    Rasa sakitnya dapat menjalar ke punggung atau menetap seperti nyeri tumpul yang mengganggu. Seringkali rasa sakit ini sering diabaikan dan hanya mengiranya gastritis parah.

    3. Sering Mual tanpa Alasan Jelas

    Banyak orang yang menganggap mual sebagai tanda gangguan pencernaan. Tapi, jika mual terjadi berulang bahkan tidak mengonsumsi makanan berat atau berminyak, hal tersebut bisa menandakan bahwa lapisan lambung sedang iritasi lebih dari sekedar asam lambung.

    Mual yang terus menerus, terutama disertai dengan hilangnya nafsu makan bisa merupakan tanda kanker lambung yang terabaikan.

    4. Perubahan Warna Tinja

    Kanker lambung bisa menyebabkan pendarahan internal yang menyebabkan feses berwarna gelap. Terkadang, perubahannya samar, hanya feses yang sedikit lengket atau bau tak sedap yang sulit dihilangkan. Kondisi ini perlu mendapat perhatian medis jika terjadi berulang kali.

    5. Sendawa yang Berbeda

    Bersendawa setelah makan memang wajar, tapi jika bersendawa sangat sering atau disertai rasa asam, rasa logam, atau bahkan muntah ringan bisa menandakan lebih dari sekedar gas. Dalam kasus tertentu, hal ini terjadi karena tumor mengganggu pencernaan normal. Sehingga gas yang keluar terasa tidak nyaman.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/suc)

  • Jangan Disepelekan, 10 Tanda Awal Sakit Jantung Ini Sering Terabaikan

    Jangan Disepelekan, 10 Tanda Awal Sakit Jantung Ini Sering Terabaikan

    Jakarta

    Penyakit jantung menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. Sayangnya banyak orang yang mengabaikan tanda-tanda peringatan dini dari penyakit ini.

    Padahal, mengenali gejala-gejalanya sangatlah penting. Sebab, deteksi dini bisa memungkinkan tindakan pencegahan, intervensi medis yang cepat penanganan efektif, hingga mengurangi risiko komplikasi yang serius.

    Gejala Sehari-hari yang Berkaitan dengan Sakit Jantung

    Sebuah penelitian di PubMed menemukan beberapa gejala yang bisa muncul beberapa bulan sebelum ‘cardiac event’. Dikutip dari laman Chemocare, cardiac event merupakan insiden apapun yang menyebabkan kerusakan pada otot jantung. Berikut di antara gejalanya:

    1. Batuk Terus Menerus

    Batuk yang berkepanjangan memang jarang dikaitkan dengan masalah jantung, namun bisa menjadi tanda peringatan jika seseorang memiliki faktor risiko penyakit jantung.

    Dikutip dari laman Times of India, batuk terus menerus yang mengeluarkan lendir berwarna putih atau merah muda bisa menjadi indikasi gagal jantung, yang terjadi saat jantung tidak mampu memompa darah secara efektif, sehingga menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru.

    2. Rasa Tidak Nyaman di Dada

    Nyeri atau rasa yang tidak nyaman di dada menjadi salah satu tanda penyakit jantung yang paling umum. Rasa nyeri bisa terasa seperti adanya tekanan, sesak, terbakar, atau berat di dada.

    Beberapa orang yang merasakannya menggambarkan seperti ada benda berat yang menekan dada. Ada juga yang merasakan sensasi tajam atau terhimpit.

    Ketidaknyamanan ini bisa berlangsung dalam beberapa menit dan bisa terjadi ketika sedang beristirahat maupun beraktivitas fisik.

    3. Mual

    Terkadang penyakit jantung bisa disertai dengan gejala gastrointestinal, seperti mual, gangguan pencernaan, atau rasa tidak nyaman di perut. Bahkan ada yang sampai muntah saat serangan jantung.

    Meski bisa disebabkan karena masalah perut, gejala ini tidak boleh diabaikan, terutama jika muncul bersamaan dengan rasa tidak nyaman di dada. Wanita lebih mungkin mengalami gejala ini sebagai tanda masalah jantung dibandingkan dengan pria.

    4. Nyeri Menjalar ke Lengan

    Tanda klasik dari serangan jantung adalah nyeri yang menjalar ke lengan kiri. Rasa tak nyaman ini seringkali dimulai dari dada kemudian menjalar ke luar.

    Dalam beberapa kasus, nyeri ini mungkin menjadi satu-satunya gejala yang terlihat dari penyakit jantung. Sehingga menyebabkan kesalahan diagnosa atau keterlambatan dalam mencari pertolongan medis darurat.

    5. Detak Jantung Tidak Teratur

    Jantung yang berdebar kencang saat berolahraga atau bersemangat menjadi hal wajar. Akan tetapi, palpitasi yang sering, sensasi berdebar-debar atau ritme jantung yang tidak teratur tanpa pemicu yang jelas bisa mengindikasikan fibrilasi atrium atau bentuk aritmia lainnya.

    Apabila tidak ditangani, detak jantung yang tidak teratur bisa meningkatkan risiko stroke dan komplikasi serius lainnya.

    6. Pusing

    Pusing, lemas, atau tiba-tiba kehilangan keseimbangan bisa jadi menjadi tanda bahwa tekanan darah turun karena jantung tidak memompa secara efektif. Apabila disertai nyeri dada atau sesak napas, maka hal ini bisa menjadi tanda masalah jantung yang serius.

    7. Sakit Tenggorokan atau Rahang

    Nyeri tenggorokan atau rahang biasanya disebabkan karena masalah seperti infeksi sinus atau ketegangan otot. Tapi, jika nyeri bersamaan dengan tekanan di dada yang menjalar ke tenggorokan atau rahang, mungkin hal ini mengindikasikan serangan jantung. Rasa yang tak nyaman di tenggorokan atau rahang yang tidak bisa dijelaskan disertai gejala lain tidak boleh diabaikan.

    8. Kelelahan yang Tidak Bisa Dijelaskan

    Merasa sangat lelah atau sesak napas tiba-tiba setelah melakukan aktivitas rutin bisa menjadi tanda peringatan dini dari penyakit jantung.

    Kelelahan yang berkepanjangan, terutama pada wanita bisa mengindikasikan bahwa jantung kesulitan memompa darah secara efisien. Gejala ini bisa muncul beberapa hari atau beberapa minggu sebelum serangan jantung.

    9. Mendengkur Keras atau Sleep Apnea

    Mendengkur sesekali wajar, namun mendengkur sangat keras dan terdengar seperti tersedak atau terengah-engah bisa merupakan tanda sleep apnea. Kondisi ini menyebabkan gangguan pernapasan singkat saat tidur, sehingga memberi tekanan ekstra pada jantung. Sleep apnea yang tidak ditangani bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, aritmia, dan gagal jantung.

    10. Kaki, Pergelangan, dan Telapak Kaki Bengkak

    Retensi cairan di tubuh bagian bawah bisa merupakan tanda potensial lain dari gagal jantung. Saat jantung tidak bisa memompa secara efisien, darah akan kembali ke pembuluh darah vena, yang menyebabkan bengkak pada kaki, pergelangan kaki, serta telapak kaki. Hal ini juga bisa memengaruhi ginjal, sehingga mengurangi kemampuannya dalam membuang kelebihan cairan dari tubuh.

    Halaman 2 dari 3

    (elk/suc)

  • Warga Makassar Antusias Ikuti Baksos Kesehatan: Operasi Katarak hingga Bibir Sumbing

    Warga Makassar Antusias Ikuti Baksos Kesehatan: Operasi Katarak hingga Bibir Sumbing

    Warga Makassar Antusias Ikuti Baksos Kesehatan: Operasi Katarak hingga Bibir Sumbing

  • Rutin Lari 30 Menit Diklaim Bisa Cegah Stroke

    Rutin Lari 30 Menit Diklaim Bisa Cegah Stroke

    Foto Health

    Andhika Prasetia – detikHealth

    Minggu, 21 Sep 2025 14:30 WIB

    Jakarta – Lari jadi olahraga populer saat ini di Indonesia. Olahraga ini diklaim bisa mencegah berbagai penyakit, seperti stroke dan jantung.

  • Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2025: Dari Edukasi Hingga Perawatan Gratis

    Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2025: Dari Edukasi Hingga Perawatan Gratis

    Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2025: Dari Edukasi Hingga Perawatan Gratis

  • Hati-hati! Kesehatan Mulut yang Buruk Bisa Picu Kanker Pankreas

    Hati-hati! Kesehatan Mulut yang Buruk Bisa Picu Kanker Pankreas

    Jakarta

    Ketidakseimbangan mikroba di dalam mulut, terdiri dari jutaan bakteri, virus, dan jamur, telah lama dikaitkan dengan berbagai penyakit sistemik, seperti Alzheimer, diabetes, hingga beberapa jenis kanker. Hal ini kembali diperkuat melalui sebuah penelitian terbaru.

    Dikutip dari laman New York Post, riset yang dilakukan tim NYU Langone Health dan Perlmutter Cancer Center menemukan adanya kaitan antara lebih dari dua lusin jenis mikroba mulut dengan peningkatan risiko kanker pankreas, salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

    “Temuan kami memberi wawasan baru tentang hubungan antara mikrobioma oral dan kanker pankreas,” kata penulis utama studi, seorang peneliti pascadoktoral di Departemen Kesehatan Populasi di Fakultas Kedokteran NYU Grossman, Yixuan Meng.

    Peneliti melaporkan, bakteri tersebut menumpang melalui air liur yang tertelan ke pankreas, organ yang memerankan peran penting dalam pencernaan dan pengaturan gula darah. Dalam penelitian, para peneliti menganalisis DNA dan jamur dalam air liur 122.000 orang. Pemantauan dilakukan kurang lebih sembilan tahun untuk melihat apakah mereka mengembangkan tumor.

    Mereka membandingkan DNA 445 pasien kanker pankreas dengan 445 peserta studi bebas kanker yang dipilih secara acak, serta memperhitungkan faktor risiko kanker, seperti usia, ras, dan penggunaan rokok.

    Tim mengidentifikasi 24 spesies bakteri dan jamur yang bisa meningkatkan atau menurunkan risiko kanker pankreas. Sementara tiga jenis bakteri lainnya diketahui menyebabkan penyakit gusi.

    Penyakit gusi bisa melepaskan penanda peradangan ke dalam aliran darah yang bisa memicu kanker pankreas. Hal itu dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan tumor.

    Kelompok 27 mikroba meningkatkan risiko berkembangnya kanker pankreas lebih dari tiga kali lipat.

    Sementara, membersihkan gigi bisa melindungi tubuh dari kanker. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal JAMA Oncology,

    “Lebih jelas dari sebelumnya bahwa menyikat dan membersihkan gigi dengan benang gigi tidak hanya membantu mencegah penyakit periodontal tetapi juga dapat melindungi dari kanker,” kata penulis studi senior Dr Richard Hayes , seorang profesor di Departemen Kesehatan Populasi.

    Kendati demikian, Hayes menentukan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan hubungan sebab-akibat langsung antara bakteri mulut dan kanker pankreas.

    “Dengan membuat profil populasi bakteri dan jamur di mulut, ahli onkologi dapat mengidentifikasi bakteri yang paling membutuhkan skrining kanker pankreas,” ujar Jiyoung Ahn, salah satu penulis senior studi ini, seorang profesor di Departemen Kesehatan dan Kedokteran Populasi di Fakultas Kedokteran Universitas New York Grossman.

    (elk/suc)

  • Jangan Ngaku Punya IQ Tinggi Kalau Tak Bisa Jawab Teka-teki Ini, Berani Coba?

    Jangan Ngaku Punya IQ Tinggi Kalau Tak Bisa Jawab Teka-teki Ini, Berani Coba?

    Jangan Ngaku Punya IQ Tinggi Kalau Tak Bisa Jawab Teka-teki Ini, Berani Coba?

  • Begini Penampakan 3 Ginjal Pria Brasil, Terungkap saat Periksa Nyeri Punggung

    Begini Penampakan 3 Ginjal Pria Brasil, Terungkap saat Periksa Nyeri Punggung

    Jakarta

    Seorang pria berusia 38 tahun di Brasil tanpa sengaja mengetahui bahwa dirinya memiliki ginjal tambahan setelah menjalani pemindaian untuk mendiagnosis nyeri punggung bawah, menurut laporan kasus yang dipublikasikan.

    Pasien yang tidak disebutkan namanya itu datang ke poliklinik rawat jalan di sebuah rumah sakit di São Paulo dengan keluhan nyeri punggung bawah yang parah. Tim dokter, Dr José Medina-Pestana dan Dr Renato Foresto dari Hospital do Rim, melaporkan kasus tersebut dalam New England Journal of Medicine (NEJM).

    Untuk menelusuri sumber keluhan, dokter melakukan serangkaian pemeriksaan, termasuk CT scan. Hasilnya menunjukkan bahwa pasien memiliki tiga ginjal. Selain satu ginjal kiri dengan bentuk normal, ia juga memiliki dua ginjal lain yang menyatu dan berada di area panggul.

    Seperti kebanyakan orang dengan ginjal tambahan, pria ini tidak menunjukkan gejala khas yang mengindikasikan kelainan. Temuan tersebut murni terdeteksi secara kebetulan ketika ia menjalani pemeriksaan terkait nyeri punggung.

    Nyeri yang dialaminya sendiri disebabkan oleh hernia diskus (dikenal juga sebagai bulging, protruding, atau ruptured disk), kondisi yang tidak berhubungan dengan ginjal. Untuk masalah punggung ini, pasien hanya diberikan obat pereda nyeri.

    pria punya 3 ginjal Foto: The New England Journal of Medicine (NEJM).

    Dalam laporan, tim dokter juga menjelaskan jalur saluran kencing pasien. Ureter dari ginjal panggul kiri bergabung dengan ureter dari ginjal kiri normal sebelum masuk ke kandung kemih, sementara ureter dari ginjal panggul kanan masuk langsung ke kandung kemih di sisi kanan. Meski bentuknya tidak biasa, fungsi seluruh ginjal pasien tercatat normal.

    Medina-Pestana dan Foresto menyebut kondisi ini jarang terjadi. Mereka menduga pria tersebut memiliki tiga ginjal akibat gangguan selama embriogenesis, yakni fase delapan minggu pertama perkembangan embrio setelah pembuahan.

    Diduga, sel yang membentuk ginjal kiri terbelah terlalu dini, lalu ginjal kanan dan ginjal kiri bagian bawah menyatu serta gagal naik ke posisi normal, sehingga menetap di area panggul.

    Dalam literatur medis, kondisi tiga ginjal juga dikenal sebagai ‘duplex kidney’, yang berarti ginjal ganda. Menurut National Kidney Foundation, kasus ini relatif jarang dan biasanya baru diketahui secara kebetulan. Meski dapat berhubungan dengan infeksi atau batu ginjal, sebagian besar pengidap tidak menunjukkan gejala.

    “Tidak ada data pasti mengenai berapa banyak orang yang memiliki tiga ginjal, karena biasanya baru diketahui bila seseorang menjalani pemeriksaan pencitraan,” ucap Dr Julie Wright-Nunes, Ketua Bidang Medis di American Kidney Fund sekaligus asisten profesor di University of Michigan Health System, Division of Nephrology,

    “Sebagian besar tidak menimbulkan gejala dan umumnya tidak dianggap berbahaya. Bila ada gejala, biasanya terkait dengan infeksi saluran kemih atau batu ginjal, yang kemudian mendorong pemeriksaan lebih lanjut hingga kelainan ini terungkap,” lanjutnya.

    (suc/suc)