Jenis Media: Kesehatan

  • Saling Silang Pendapat Soal Setop MBG

    Saling Silang Pendapat Soal Setop MBG

    Jakarta

    Kini sorotan masyarakat tertuju pada polemik evaluasi program Makan Bergizi Gratis. Ketua DPR, Puan Maharani mendorong adanya perbaikan sistem di masa depan agar berita miring mencuat di masyarakat soal program ini tidak semakin menjadi-jadi. Usulan Puan ini berkaitan dengan adanya temuan sejumlah keracunan yang diduga berasal dari makanan yang disajikan dalam MBG.

    “Ya harus selalu dilakukan evaluasi untuk bisa ditindaklanjuti, untuk bisa pelaksanaannya di lapangan bisa menjadi lebih baik dan jangan sampai kemudian anak-anak yang kemudian dirugikan,” kata Puan dikutip dari detikNews, Senin (22/9/2025).

    Sejalan dengan Puan, Anggota Komisi IX DPR Ashabul Kahfi sepakat dengan adanya evaluasi sistem MBG yang sudah berjalan. Meski demikian, dirinya tidak setuju bila Makan Bergizi Gratis (MBG) akibat maraknya kasus keracunan yang menimpa ribuan siswa di sejumlah daerah.

    “Kalau ada yang bilang program MBG harus dihentikan karena ada kasus keracunan atau menu basi, menurut saya itu keliru. Program ini punya tujuan mulia, yakni memastikan masyarakat…,” kata Ashabul dikutip dari detikNews, Rabu (24/9/2025).

    Ia kemudian menyoroti beberapa titik krusial MBG yang menurutnya perlu segera dibenahi. Beberapa diantaranya adalah rantai distribusi hingga kapasitas penyedia makanan, terutama UMKM atau katering yang terlibat. Ia menuntut adanya pelatihan tentang higienitas, standar gizi, dan keamanan pangan, sehingga kualitasnya seragam di seluruh daerah.

    “Lakukan edukasi masyarakat. Orang tua, guru, bahkan siswa, harus paham bagaimana mengenali makanan yang tidak layak konsumsi, sehingga pengawasan tidak hanya dari pemerintah tapi juga dari lingkungan sekitar,” kata Ashabul.

    Sisi kontra muncul dari Jaringan Pemantauan Pendidikan Indonesia (JPPI). Dalam kesempatannya di Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi IX DPR RI pada Senin (22/9/2025) lalu, Koordinator Program dan Advokasi JPPI, Ari Hadianto, menyampaikan jika MBG harus dihentikan.

    “Tolong wakilkan kami untuk sampaikan ini kepada ke Pak Prabowo. Pertama, hentikan program MBG sekarang juga. Ini bukan kesalahan teknis, tapi kesalahan sistem di BGN karena kejadiannya menyebar di berbagai daerah,” kata Ari dalam rapat tersebut.

    Terkait polemik ini, Ketua Badan Gizi Nasional (BGN) ikut menanggapi. Baginya sekarang hal yang dapat dilakukan adalah menanti arahan langsung dari presiden.

    “Saya ikut arahan Presiden, tidak berani mendahului,” ujar Ketua BGN Dadan Hindayana kepada wartawan, Rabu (24/9/2025).

    Seperti diketahui, program MBG merupakan salah satu program yang diusung Prabowo saat masa kampanye Capres 2024 lalu. Program ini menarget 80 juta lebih penerima manfaat dari seluruh Indonesia.

    Terlepas dari hal tersebut, detikSore hari ini akan mengulas sebesar apa gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak usia sekolah. Menghadirkan Ahli Gizi Felix Zulhendri, detikSore juga akan mengulas bagaimana makanan dapat menjadi racun apabila tidak diolah dengan benar. Ikuti diskusinya dalam Editorial Review.

    Beralih ke Bali, detikSore akan membahas mengenai update terbaru kasus turis asal Australia yang dikabarkan harus membayar 69 juta rupiah untuk vaksin rabies. Adalah Flavia McDonald, suaminya, dan putri mereka yang berusia 12 tahun, Lorena, terbang ke Pulau Dewata pada Hari Ayah sebagai kejutan liburan dadakan bagi keluarga. Naas, saat mengunjungi Monkey Forest Ubud, putri mereka terkena gigitan salah satu monyet di sana. Lalu, benarkah mereka harus mengeluarkan membayar vaksin dengan harga tersebut? Apa update terbaru dari kasus ini? Simak liputannya bersama jurnalis detikcom selengkapnya.

    Pada penghujung acara nanti, Detik Sore akan kedatangan musisi ibu kota, Eros Tjokro. Dirinya kembali dengan karya terbaru berjudul “Sama Sama Mau”, sebuah lagu pop yang menangkap manisnya fase talking stage-saat dua orang saling tertarik, saling faham perasaan masing-masing, tapi belum benar-benar berani melangkah lebih jauh. Diciptakan oleh Pringgo Aryo dan Eros Tjokro, lagu ini bercerita tentang dua orang yang saling ingin, namun hanya bisa mencuri waktu di tengah kesibukan mereka. Apa cerita menarik dibalik lagu ini? Simak penampilan dan obrolannya hanya dalam segmen Sunsetalk.

    Ikuti terus ulasan mendalam berita-berita hangat detikcom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.detik.com dan TikTok detikcom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham jelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.

    “Detik Sore, Nggak Cuma Hore-hore!”

    (far/vys)

  • Cerita Pria Punya Tumor Raksasa Sebesar Kepala, Tolak ke RS Selama 16 Tahun

    Cerita Pria Punya Tumor Raksasa Sebesar Kepala, Tolak ke RS Selama 16 Tahun

    Jakarta

    Seorang pria di Rusia menjalani operasi pengangkatan tumor raksasa seukuran kepalanya. Tumor itu terletak di bagian belakang lehernya.

    Diketahui, lebih dari satu dekade pria yang tinggal di Kota Kirov, Rusia, itu hanya menggunakan pengobatan rumahan. Meski selalu gagal, dia berharap tumor itu akan hilang dengan sendirinya.

    Pria berusia 65 tahun itu hidup dengan tumor yang terus membesar, hingga membebani pangkal lehernya selama 16 tahun. Dari pengakuannya pada dokter, pria yang tidak disebutkan namanya itu terus mencoba menggunakan salep sederhana untuk mengobati tumornya, tetapi tidak berhasil.

    “Biasanya, tumor seperti itu tumbuh lambat dan menyakitkan. Sehingga banyak pasien menunda kunjungan ke dokter spesialis, berharap tumor tersebut akan hilang dengan sendirinya,” terang kepala departemen bedah di Rumah Sakit Klinik Regional Kirov, Igor Popyrin, dikutip dari NYPost.

    Setelah menjalani pemeriksaan, tumor tersebut diidentifikasi sebagai lipoma jinak. Itu merupakan benjolan lemak yang biasanya tumbuh di antara kulit dan lapisan otot.

    Lipoma biasanya tetap lembek dan tumbuh antara 2,5 hingga 5 cm. Tetapi, kondisi itu dapat terus tumbuh dan bahkan membentuk spiral dalam beberapa kasus.

    “Jika lipoma tumbuh, salep atau obat tradisional tidak akan membantu. Satu-satunya pengobatan yang efektif adalah operasi pengangkatan,” jelas Popyrin.

    Tumor pria di Rusia itu jauh lebih berbahaya daripada kebanyakan tumor lainnya. Sebab, lokasinya di dekat kumpulan pembuluh darah dan saraf utama, yaitu pleksus servikal yang terhubung ke sumsum tulang belakangnya.

    Operasi untuk mengatasi kondisi ini membutuhkan presisi yang hampir sempurna. Para dokter mencoba menggambar garis untuk memperkirakan di mana seharusnya leher pria itu berada tanpa tumor.

    Pasien pun harus berbaring miring selama menjalani seluruh prosedur. Sebab, ia tidak dapat berbaring telentang dengan aman.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Cuma Si Jeli yang Bisa Jawab Semua dengan Benar, Kamu Termasuk?

    Cuma Si Jeli yang Bisa Jawab Semua dengan Benar, Kamu Termasuk?

    Asah Otak

    Aida Adha Siregar – detikHealth

    Rabu, 24 Sep 2025 13:07 WIB

    Jakarta – Teka-teki pada gambar ini sering bikin salah fokus. Sekilas terlihat mudah, tapi ternyata cuma sedikit orang yang bisa menjawabnya. Kira-kira kamu termasuk?

  • RI Bakal Terapkan Nutri-level, Tahap Awal Sasar Minuman Siap Konsumsi Tinggi GGL

    RI Bakal Terapkan Nutri-level, Tahap Awal Sasar Minuman Siap Konsumsi Tinggi GGL

    Jakarta

    Pemerintah menargetkan penetapan label di makanan tinggi gula garam lemak tahun ini. Berkaca dari apa yang diterapkan Singapura yakni ‘Nutri-Grade’, Indonesia rencananya meluncurkan ‘Nutri-Level’ dengan konsep yang mirip.

    Label pada makanan maupun minuman menggunakan abjad A, B, C, dan D untuk menentukan kategori tersehat dan paling tidak sehat.

    Pasalnya, survei Kemenkes pada 2014 menunjukkan sekitar 29,7 persen penduduk Indonesia sudah mengonsumsi pangan dengan gula garam lemak (GGL) di atas standar. Jumlahnya diprediksi terus meningkat.

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) juga menyoroti salah satu faktor penyebab penyakit tidak menular adalah pola makan tidak sehat, termasuk konsumsi tinggi GGL.

    “Salah satu strategi pengendalian konsumsi GGL adalah melalui penetapan pencantuman informasi nilai gizi (ING), termasuk informasi kandungan GGL, pada pangan olahan dan/atau pangan olahan siap saji,” ujar Taruna, Kamis (24/9/2025).

    Pada tahap awal, BPOM RI mengungkap Nutri-level akan diterapkan pada minuman siap konsumsi dengan kandungan GGL di level C dan D.

    “Penerapan kewajiban pencantuman nutri-level pada pangan olahan dilakukan secara bertahap. Untuk tahap pertama ditargetkan pada minuman siap konsumsi dengan kandungan GGL pada level C dan level D. Kewajiban penerapan nutri-level juga akan dibuat sejalan antara pangan olahan yang ditetapkan oleh BPOM dengan pangan olahan siap saji yang ditetapkan oleh Kemenkes,” terang Taruna.

    Dalam kesempatan yang sama, Deputi 3 BPOM Elin Herlina menyebut proses penerapan label pada makanan olahan tengah dalam reviu ketentuan pencantuman front of pack nutrition labelling (FOPNL).

    Nutri-level ini terdiri atas 4 tingkatan, yakni level A, B, C, dan D. Level A dengan kandungan GGL paling rendah, sementara Level D dengan kandungan GGL paling tinggi.

    Senada, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi berharap dengan penerapan label tersebut bisa meningkatkan edukasi di masyarakat terkait bijak memilih produk dengan gula, garam, lemak rendah dengan mudah.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

  • Terbukti Lewat Studi, Pelihara Kucing Bikin Otak Lebih Relaks-Nggak Mudah Stres

    Terbukti Lewat Studi, Pelihara Kucing Bikin Otak Lebih Relaks-Nggak Mudah Stres

    Jakarta

    Sebuah studi mengungkapkan orang yang memelihara kucing mengalami perubahan tertentu pada kondisi otak. Ini berkaitan dengan zat kimia otak bernama oksitosin, yang dikenal dengan ‘hormon cinta’.

    Oksitosin biasanya muncul ketika seorang ibu menggendong bayinya, seseorang berpelukan dengan teman, atau ketika seseorang jatuh cinta. Penelitian menunjukkan oksitosin memainkan peranan penting dalam hubungan manusia dan kucing.

    Dikutip dari Live Science, oksitosin berperan penting dalam ikatan sosial, kepercayaan, dan regulasi stres pada hewan maupun manusia. Eksperimen di tahun 2005 bahkan menunjukkan oksitosin membuat manusia secara signifikan lebih bersedia untuk mempercayai orang lain dalam hal ‘urusan uang’.

    Oksitosin juga memiliki efek menenangkan pada manusia dan hewan. Oksitosin menekan hormon stres kortisol dan mengaktifkan sistem saraf parasimpatis (sistem istirahat dan cerna) untuk membantu tubuh rileks.

    Para ilmuwan telah lama mengetahui interaksi yang bersahabat memicu pelepasan oksitosin baik pada anjing maupun pemiliknya. Ini menciptakan lingkaran umpan balik ikatan.

    Namun, hingga baru-baru ini, tidak banyak yang diketahui tentang efeknya pada kucing.

    Kucing lebih halus dalam menunjukkan kasih sayang. Namun, para pemiliknya sering melaporkan perasaan hangat berupa kebersamaan dan kelegaan dari stres yang mirip dengan yang dirasakan pemilik anjing.

    Ada semakin banyak penelitian yang mendukung laporan ini. Salah satunya pada penelitian tahun 2021 di Jepang menemukan sesi singkat membelai kucing meningkatkan kadar oksitosin pada banyak pemilik.

    Dalam penelitian itu, peserta diminta berinteraksi dengan kucing mereka selama beberapa menit, sementara ilmuwan mengukur kadar hormon pada pemilik. Hasil penelitian menunjukkan ‘kontak ramah’ seperti membelai atau berbicara lembut dengan kucing berhubungan dengan peningkatan oksitosin yang dites dari air liur, dibandingkan ketika tanpa kehadiran kucing.

    Studi lain pada tahun 2002, menemukan aliran oksitosin dari kontak lembut dengan kucing membantu menurunkan hormon stres kortisol, yang selanjutnya memberi efek penurunan tekanan darah dan bahkan rasa sakit.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Profesor Farmasi UGM Wanti-wanti Obat yang Wajib Dihindari Bumil, Ada Risiko Autisme

    Profesor Farmasi UGM Wanti-wanti Obat yang Wajib Dihindari Bumil, Ada Risiko Autisme

    Jakarta

    Pernyataan Menteri Kesehatan AS Robert F Kennedy yang mengaitkan pemicu autisme dengan konsumsi obat Tylenol, paracetamol populer di AS memicu kekhawatiran baru. Utamanya pada ibu hamil lantaran pilihan yang dinilai paling aman saat mengeluhkan demam dan nyeri ringan selama ini adalah paracetamol.

    Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada Prof Zullies Ikawati menekankan hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang kuat menunjukkan keterkaitan keduanya. Pernyataan Kennedy mengacu pada studi observasional yang perlu dianalisis lebih lanjut.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belakangan juga menyentil Kennedy terkait bukti ilmiah. Memastikan belum ada bukti ilmiah yang memastikan pemicu autisme secara langsung disebabkan tylenol.

    Terlepas dari itu, adakah obat-obatan lain yang juga dilaporkan memicu gangguan perkembangan saraf pada anak dalam kandungan?

    “Sampai saat ini tidak ada obat tunggal yang terbukti secara pasti menyebabkan autisme. Namun, ada beberapa kelompok obat yang dihubungkan dengan peningkatan risiko gangguan neurodevelopment bila digunakan saat hamil,” jelas Prof Zullies saat dihubungi detikcom Kamis (24/9/2025).

    Misalnya, valproic acid (asam valproat), suatu obat antiepilepsi, yang disebutnya terbukti meningkatkan risiko gangguan perkembangan saraf bawaan dan jenis obat ini sangat dihindari pada ibu hamil.

    “Beberapa antikonvulsan lain atau misalnya topiramate, karbamazepin, ada risiko tetapi lebih rendah dibanding valproat,” lanjutnya.

    Perlu dicatat, pemicu autisme juga bisa disebabkan banyak faktor lain termasuk infeksi berat saat hamil, paparan alkohol, atau penggunaan obat tertentu.

    “Itu juga bisa berkontribusi terhadap risiko gangguan perkembangan saraf,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Pria Ini Alami Kematian Paling Menyakitkan di Dunia, Tubuhnya Meleleh karena Radiasi

    Pria Ini Alami Kematian Paling Menyakitkan di Dunia, Tubuhnya Meleleh karena Radiasi

    Jakarta

    Sejarah mencatat salah satu proses kematian paling menyakitkan yang pernah ada. Ini dialami oleh seorang pria di Jepang bernama Hisashi Ouchi pada tahun 1999.

    Kejadiannya terjadi di Pembangkit Nuklir Tokaimura, Jepang. Pada saat kejadian, Ouchi bekerja di fasilitas konversi bersama dua rekannya, yaitu Masato Shinohara dan Yukata Yokokawa.

    Mereka bertugas membuat batang bahan nuklir yang nantinya akan digunakan di lokasi lain. Ini adalah rutinitas biasa yang mereka sudah sering lakukan.

    Dikutip dari LadBible, ada sesuatu yang salah ketika mereka sedang mencampur satu batch baru bahan bakar menggunakan uranyl nitrate di dalam tangki logam besar pada September 1999. Salah satu dari mereka memasukkan terlalu banyak bahan ke dalam tangki sehingga memicu reaksi nuklir, menimbulkan kilatan cahaya, dan menyelimuti Ouchi dengan radiasi lebih dari dua kali lipat dosis mematikan.

    Pada saat itu, Ouchi mengalami kondisi yang mengerikan hingga akhirnya meninggal Desember 1999, setelah beberapa bulan dirawat.

    Apa yang Dialami Ouchi?

    Ouchi dikenal sebagai ‘manusia radioaktif’ karena diyakini menerima dosis radiasi kecelakaan tertinggi yang pernah tercatat sejarah. Berdiri tepat di sisi tangki, Ouchi disebut menyerap 17 ribu milisievert paparan radiasi.

    Ouchi sempat dilarikan ke bangsal khusus radiasi tapi kondisinya semakin memburuk. Awalnya ia mengalami gejala mirip sengatan matahari, seperti mata merah dan wajah membengkak. Keesokan harinya jumlah sel darahnya anjlok, sistem imun hilang, dan tubuh mulai merasakan nyeri.

    Perut Ouchi lalu membengkak dan dokter menemukan tubuhnya berhenti memproduksi sel baru karena DNA-nya hancur. Dengan begitu banyak radiasi yang mengalir dalam tubuhnya, kulit Ouchi mulai melepuh sampai akhirnya terlepas seperti meleleh.

    Ia harus diberi makan lewat infus karena luka sangat parah. Selama perawatan, Ouchi sempat menjalani beberapa prosedur seperti cangkok kulit, transfusi darah, hingga transplantasi sel punca. Namun, tidak ada satupun prosedur yang bisa menyelamatkannya.

    Selama kurang lebih 3 bulan di rumah sakit, ia mengalami tiga kali serangan jantung. Meski dokter sudah berjuang keras, Ouchi akhirnya meninggal karena kegagalan multi-organ.

    Pemerintah Jepang akhirnya menyatakan pihak pengelola reaktor bersalah. Kematian Ouchi diakibatkan kurangnya pengawasan regulasi serta minimnya pelatihan keselamatan.

    “Saya sudah memerintahkan Badan Sains dan Teknologi untuk melakukan inspeksi ketat. Para pekerja itu mencampur bahan dengan tangan mereka sendiri, menggunakan ember stainless steel atau semacamnya. Ini sungguh tidak masuk akal,” kata Perdana Menteri Jepang Keizo Obuchi saat itu.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Istana Optimistis Polisi Tuntaskan Kasus Kematian Diplomat Kemlu”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/naf)

  • Video: Beda Pendapat Bill Gates dan RFK Jr. soal Vaksin

    Video: Beda Pendapat Bill Gates dan RFK Jr. soal Vaksin

    Video: Beda Pendapat Bill Gates dan RFK Jr. soal Vaksin

  • Guru Besar UGM Jelaskan Tylenol, Paracetamol yang Dikaitkan Autisme oleh Menkes AS

    Guru Besar UGM Jelaskan Tylenol, Paracetamol yang Dikaitkan Autisme oleh Menkes AS

    Jakarta

    Gaduh pernyataan Menteri Kesehatan Amerika Serikat Robert F Kennedy lantaran menyebut obat Tylenol bisa memicu autisme. Ia kemudian meminta ibu hamil untuk menghindari konsumsi tersebut demi menekan kemungkinan terganggunya perkembangan saraf pada bayi.

    “Kami telah meluncurkan upaya pengujian dan penelitian besar-besaran yang akan melibatkan ratusan ilmuwan dari seluruh dunia. Pada bulan September, kami akan mengetahui penyebab epidemi autisme dan kami akan mampu menghilangkan paparan tersebut,” ujarnya dalam rapat kabinet April 2025.

    Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga saat ini belum mengonfirmasi laporan tersebut, hingga menekankan banyak faktor di balik terjadinya autisme.

    Apa itu Tylenol?

    Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada Prof Zullies Ikawati menjelaskan Tylenol adalah nama dagang dari paracetamol yang populer di AS.

    Seperti di Indonesia, obat yang sama lebih dikenal dengan nama paracetamol atau dalam literatur internasional disebut acetaminophen.

    “Produk bermerek Tylenol tidak begitu populer atau luas beredar di Indonesia, yang lebih umum adalah paracetamol generik atau merek lokal lain,” beber dia saat dihubungi detikcom, Rabu (24/9/2025).

    Selama ini, paracetamol secara umum dinilai relatif aman digunakan pada kehamilan, terutama dibandingkan obat analgesik lain (NSAID, opioid).

    Karena itu, menurut Prof Zullies paracetamol kerap menjadi pilihan pertama untuk demam atau nyeri pada ibu hamil.

    Beberapa penelitian observasional diakuinya memang melaporkan hubungan antara penggunaan paracetamol jangka panjang atau dalam dosis tinggi saat hamil dengan peningkatan risiko gangguan perkembangan saraf pada anak (misalnya ADHD atau autisme). Namun, bukti keterkaitan keduanya relatif belum kuat.

    “Bukti ini masih kontroversial, karena walaupun studi epidemiologi menunjukkan ada korelasi, tetapi belum ada bukti kausalitas langsung. Di sisi lain, banyak faktor lain (genetik, lingkungan, penyakit ibu) yang juga berkontribusi thd kejadian autism,” jelas Prof Zullies.

    Ia juga menyoroti regulator global termasuk WHO sampai saat ini tidak melarang penggunaan paracetamol pada ibu hamil, tetapi menganjurkan dengan penggunaan dosis efektif terendah, hanya bila benar-benar diperlukan, dan durasi sesingkat mungkin.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Koalisi Ilmuwan Autisme Kecam Klaim Trump soal Tylenol-Leucovorin”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Sedikit Siswa yang Trauma, Sebagian Besar Senang dengan MBG

    Sedikit Siswa yang Trauma, Sebagian Besar Senang dengan MBG

    Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyebut pihaknya menyadari para siswa yang terkena masalah pencernaan seusai menyantap makan bergizi gratis (MBG) mengalami trauma. Namun Dadan mengklaim trauma akan MBG hanya dialami sebagian kecil siswa. Sebagian besar dari mereka kembali mengonsumsi dan senang dengan program MBG.

    Dadan menyebut pihaknya langsung melakukan pemberhentian sementara untuk satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) yang menimbulkan masalah. Hingga 22 September 2025 ada 4.711 kasus kejadian luar biasa (KLB) seusai menyantap MBG.

    detikers, klik di sini untuk menonton video 20Detik lainnya!