Jenis Media: Kesehatan

  • Sederet Kasus Keracunan MBG: Dari Ikan Hiu di Kalbar hingga Ribuan Siswa di Jabar

    Sederet Kasus Keracunan MBG: Dari Ikan Hiu di Kalbar hingga Ribuan Siswa di Jabar

    Jakarta

    Program makan bergizi gratis (MBG) menuai sorotan setelah kasus keracunan terus bermunculan di berbagai daerah. Rentetan kasus ini terjadi di banyak provinsi, dengan ratusan hingga ribuan pelajar harus mendapatkan perawatan medis.

    Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyerukan evaluasi total program makan bergizi gratis setelah memicu ribuan anak keracunan yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Menurutnya, meski tujuan MBG untuk meningkatkan nutrisi anak sekolah, insiden keracunan massal yang berulang tidak bisa terus dibiarkan.

    “Kami mengimbau dengan sangat pihak yang berwenang atau penyelenggara MBG supaya mengevaluasi menyeluruh dari berbagai tingkatannya supaya sudah cukup lah, enough is enough, berhenti sampai di sini keracunannya,” beber dr Piprim dalam konferensi pers, Kamis (25/9/2025).

    Berikut sederet kasus keracunan MBG dari berbagai daerah.

    1. Provinsi Jawa Barat

    Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan jumlah kasus keracunan MBG terbanyak. Laboratorium Kesehatan Daerah Jawa Barat mengungkap bahwa penyebab utama kasus keracunan ini adalah makanan basi, pertumbuhan bakteri, serta kontaminasi silang dari dapur yang tidak higienis. Berikut beberapa di antaranya:

    Bandung Barat (Cipongkor dan Cihampelas)

    Kasus paling besar terjadi di Kabupaten Bandung Barat, tepatnya di Cipongkor dan Cihampelas. Sebanyak 1.333 siswa mengalami keracunan setelah menyantap menu MBG.

    Korban melaporkan gejala mual, muntah, dan sakit perut. Investigasi menyebutkan makanan dimasak terlalu dini sehingga saat dibagikan sudah dalam kondisi tidak layak konsumsi.

    Di Kabupaten Sumedang, sebanyak 164 siswa dilaporkan keracunan usai menyantap makanan MBG. Kasus ini membuat pemerintah daerah mengambil langkah investigasi tambahan terhadap dapur penyedia.

    Ratusan siswa di Yayasan Al Bayyinah 2, Kadungora, Garut juga mengalami gejala keracunan setelah menyantap menu MBG. Dinas Kesehatan menyebutkan sampel makanan sudah dikirim ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut.

    2. Provinsi Jawa Tengah: Banyumas

    Kasus keracunan juga terjadi di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Ratusan siswa dari tingkat TK hingga SD dilaporkan mengalami mual, muntah, dan diare usai menyantap hidangan MBG di sekolah.

    Per 26 September, jumlah korban terus bertambah hingga mencapai lebih dari 115 siswa.

    3. Provinsi Sulawesi Tengah: Banggai Kepulauan

    Di Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, tercatat 335 siswa mengalami keracunan setelah mengonsumsi MBG sampai tanggal 20 September 2025. Sebanyak 34 di antaranya masih harus menjalani perawatan intensif di fasilitas kesehatan setempat. Beberapa gejala yang dikeluhkan mulai dari sesak napas hingga kram otot.

    Investigasi dari Balai POM setempat menyebutkan adanya masalah dalam kualitas bahan pangan serta kebersihan dapur penyedia MBG yang memicu insiden keracunan

    4. Kalimantan Barat: Kabupaten Ketapang

    Kasus yang paling menyita perhatian publik terjadi di Ketapang, Kalimantan Barat. Sebanyak 25 orang terdiri dari siswa dan guru SDN 12 Benua Kayong dilaporkan mengalami keracunan setelah menyantap menu MBG. Menariknya, menu yang disajikan saat itu adalah ikan hiu goreng.

    Sebagian korban mengeluhkan gejala mual, muntah, hingga sesak napas. Beberapa siswa harus dirawat di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang. Menu ikan hiu ini memicu sorotan tajam, karena selain berisiko tinggi mengandung merkuri, pemilihan bahan pangan tersebut dianggap tidak tepat untuk anak-anak.

    Halaman 2 dari 3

    (kna/kna)

  • Bisakah Donor Organ Bantu Manusia Hidup hingga Umur 150? Dokter Bilang Gini

    Bisakah Donor Organ Bantu Manusia Hidup hingga Umur 150? Dokter Bilang Gini

    Jakarta

    Pertemuan Presiden Rusia, Vladimir Putin dengan Presiden China Xi Jinping beberapa waktu lalu sempat menghebohkan publik. Ini karena keduanya terekam secara tak sengaja membahas manfaat dahsyat dari transplantasi organ.

    Saat Putin dan Xi berjalan menuju mimbar Tiananmen tempat mereka menyaksikan parade bersama Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, penerjemah Putin terdengar berkata dalam bahasa Mandarin.

    “Bioteknologi terus berkembang. Organ manusia dapat ditransplantasikan secara terus-menerus. Semakin lama Anda hidup, maka semakin muda Anda, dan (Anda) bahkan dapat mencapai keabadian,” kata penerjemah Putin.

    Menanggapi hal tersebut, Xi, yang tidak terlihat di kamera, terdengar menjawab dalam bahasa Mandarin.

    “Beberapa orang memperkirakan bahwa pada abad ini manusia dapat hidup hingga 150 tahun,” kata Xi.

    Saat ditanya mengenai hal ini, Ketua Indonesian Transplantation Society (InaTS) Dr dr Maruhum Bonar Hasiholan marbun, SpPD-KGH mengatakan bahwa masa depan transplantasi organ di dunia medis memang cukup terang.

    Namun, untuk transplantasi organ bisa membantu manusia menjadi ‘hidup abadi’ atau 150 tahun seperti yang dikatakan oleh Xi, sejauh ini mimpi tersebut masih teoritis.

    “Di China, kan pusat penelitiannya bagus sekali kita ngaku lah karena duitnya banyak jadi risetnya luar biasa. Jadi mereka sudah bisa bikin (organ). Mau bikin ginjal, hati, stem cell itu kan bikin (organ),” kata dr Bonar kepada wartawan di Kabupaten Tangerang, Jumat (26/9/2025).

    “Jadi ngambil (sel) dari organ apa aja, dari tali pusat, bikin organ. Tapi itu masih teoritis. Jadi mereka (Xi dan Putin) ngomong-ngomong gini ‘kalau lo mau sehat, tinggal mana yang sakit gue ganti’. Tapi, itu masih jauh ke depan, belum sampai saat ini,” sambungnya.

    dr Bonar mengatakan, untuk transplantasi organ di Indonesia, sebagai contoh adalah ginjal, saat ini ‘tambahan umur’ yang masih realistis adalah 10 tahun, ditambah dengan kualitas hidup yang lebih baik pula.

    “Ginjal itu dikatakan berhasil 80-90 persen dalam satu tahun (hidup usai transplantasi), itu yang dikatakan pusat transplatasinya berhasil,” kata dr Bonar.

    “(Hidup) di atas satu tahun, keberhasilan kami di atas 90 persen, untuk di RSCM ya. Rata-rata pasien di atas 60 tahun,” sambungnya.

    Umumnya, yang menjadi masalah dari prosedur transplantasi adalah ketidakcocokan organ atau infeksi pasca operasi.

    “Kalau operasinya gampang, seperti operasi yang lain kan,” katanya.

    Di RSCM sendiri, lanjut dr Bonar saat ini sudah ada beberapa orang yang sudah mendaftar untuk menjadi pendonor organ.

    “Sudah kami buat daftarnya, sampai saat ini kurang lebih ada 10 orang (calon pendonor). Sudah ada di RSCM,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • Ciri-ciri Jantung Bermasalah yang Bisa Muncul saat Tidur, Jangan Abaikan

    Ciri-ciri Jantung Bermasalah yang Bisa Muncul saat Tidur, Jangan Abaikan

    Jakarta

    Mengenali gejala penyakit jantung perlu dilakukan sebagai salah satu langkah pencegahan masalah kesehatan yang lebih parah. Terlebih, gejala penyakit jantung bisa muncul ketika tidur malam hari.

    Spesialis bedah toraks, kardiak, dan vaskular dr Maulidya Ayudika Dandanah, SpBTKV mengungkapkan beberapa tandanya. Beberapa di antaranya seperti terbangun tengah malam, jantung berdebar, dan sesak napas.

    Gejala lain yang dapat muncul adalah lebih nyaman tidur dengan bantal yang tinggi. Orang dengan masalah jantung merasa lebih sesak jika tidur mendatar, sehingga memasang bantal yang lebih tinggi.

    “Sebenarnya sesederhana kalau misalnya tidur sudah pakai tiga bantal, itu berarti ada masalah dengan jantung atau paru-paru,” ujar dr Ayu ketika ditemui awak media usai acara Heart To Heart, di Siloam Hospitals Lippo Village, Tangerang, Banten, Kamis (25/9/2025).

    “Makanya tetap harus (periksa), kita tidak bisa seperti beli obat datang ke apotek saja tanpa diperiksa dulu oleh dokter. Karena kadang-kadang ada penyakit yang gejalanya mirip sekali,” sambungnya, menekankan pentingnya pemeriksaan medis untuk melihat kemungkinan penyakit lain.

    Lantas, apa yang harus dilakukan jika mengalami gejala tersebut? dr Ayu menyarankan untuk mengatur napas dan menenangkan diri.

    Apabila gejala sudah mereda, segera pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Tidak perlu melakukan gerakan-gerakan aktif ketika gejala muncul.

    “Pernah ada yang tanya saya, ‘kalau saya terbangun malam berdebar, apakah saya harus bergerak?’. Ketika terbangun, tenangkan diri, tarik napas, kemudian jika tetap berdebar segera hubungi rumah sakit terdekat. Tidak usah melakukan gerakan-gerakan manuver seperti meregangkan tubuh, itu akan semakin berbahaya,” sambungnya.

    Sebagai langkah preventif, dr Ayu menyarankan pemeriksaan jantung 1-2 tahun sekali. Apabila sudah berusia 50 tahun ke atas, maka pemeriksaan bisa dilakukan 6 bulan – 1 tahun sekali.

    “Tapi memang idealnya setahun sekali kita harus melakukan general check up. Semakin tua, artinya harus semakin rutin,” tandas dr Ayu.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Ribuan Anak Keracunan Makan Bergizi Gratis, Pakar Beri Catatan Ini

    Ribuan Anak Keracunan Makan Bergizi Gratis, Pakar Beri Catatan Ini

    Jakarta

    Makan bergizi gratis (MBG) yang merupakan program prioritas pemerintah menjadi sorotan pasca banyaknya kasus keracunan makanan pada anak. Hingga September 2025, sudah tercatat lebih dari 6 ribu kasus.

    Hal ini menjadi perhatian para pakar, salah satunya epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman. Menurutnya risiko keracunan dapat ditekan dengan penerapan standar sederhana, seperti kontrol suhu, cuci tangan, dan pengawasan yang konsisten.

    “Keracunan pangan di sekolah bukan takdir. Ini sinyal sistem yang belum bekerja,” tutur Dicky pada detikcom, Jumat (26/9/2025).

    “Dengan standar sederhana dan konsisten, kita bisa menekan risiko ini secara signifikan,” sambungnya.

    Ia menekankan lini pencegahan pertama terkait keracunan ini adalah dapur sekolah, sebelum memperkuat rantai pasok dan sistem pengawasan. Menurutnya, cakupan sertifikasi dan implementasi dari Standard Operating Procedure (SOP) atau Prosedur Operasional Standar atau Petunjuk Operasional Standar masih rendah dan dapat menjadi potensi bahaya.

    “Keracunan pangan di sekolah itu dapat dicegah dengan standard hygiene sanitasi dasarnya,” tambahnya.

    Makanan yang Rentan Terkontaminasi Bakteri

    Menurut Dicky, pola kerentanan itu terjadi saat makanan berisiko tinggi, seperti nasi yang merupakan karbohidrat berpati. Itu bisa tercemar bakteri Bacillus cereus.

    Selain itu, lauk berprotein bisa tercemar bakteri Staphylococcus aureus dan sayur dengan air yang tidak memenuhi standar, bisa tercemar bakteri E.Coli atau Shigella. Bahkan, jajanan kemasan curah itu juga berisiko ada kandungan kimia.

    Dicky menekankan hal-hal tersebut harus dipahami risikonya. Selain itu, titik kendali kritis yang sering gagal adalah ketika air dan es itu tidak aman.

    “Jadi adanya cross contamination ya, seperti di pisaunya, talenannya, pendinginan yang lambat, atau pemanasan ulang itu tidak mencapai 74 derajat Celsius. Kemudian, ada juga adanya jeda suhu bahaya antara 5 sampai 60 derajat Celsius di atas 4 jam,” jelas Dicky.

    “Higienitas penjamah yang buruk, artinya dia tidak sering cuci tangan, tidak pakai sarung tangan, tidak pakai masker, kukunya juga kotor, atau tidak juga pakai penutup rambut. Ini yang sering gagal dan tidak konsisten,” lanjutnya.

    Imbauan untuk Orang Tua dan Guru

    Maka dari itu, Dicky mengimbau para orang tua dan guru juga ikut memperhatikan kebersihan tangan, meja, dan peralatan makan.

    “Jangan konsumsi makanan yang sudah lebih dari empat jam di suhu ruang. Jika tampilan, warna, atau bau makanan tidak wajar, segera buang dan jangan ragu untuk melaporkan jika muncul gejala keracunan,” tegasnya.

    Secara epidemiologi pangan, Dicky menyebut pola keracunan berulang dan lintas daerah paling sering berkaitan dengan kombinasi sejumlah faktor, seperti:

    Kontrol waktu dan suhu buruk, termasuk pelanggaran aturan praktis 2 jam atau 4 jam, tidak tersedia pendinginan cepat, pemanas, dan suhu tidak tercatat.

    Distribusi dan logistik yang tidak sesuai, seperti pengiriman jauh tanpa cold box atau data logger, serta kemasan tidak kedap.

    Higienitas dan sanitasi dapur rendah, termasuk risiko kontaminasi silang, air tidak higienis, dan keberadaan hama.

    Bahan baku berisiko tanpa pengawasan ketat, serta pergantian pemasok yang didorong harga murah, bukanlah performa keamanan.

    Menu tidak sesuai standar keamanan, misalnya makanan berbahan santan yang dibiarkan di suhu ruang terlalu lama atau menu berulang yang memicu insiden.

    Maka dari itu, Dicky mendorong pemerintah dan penyedia jasa katering sekolah untuk memperkuat kontrak pengadaan dengan standar waktu hingga suhu yang ketat, sertifikasi bahan baku, hingga mekanisme recall dan sanksi jika terjadi pelanggaran.

    “Kalau sistemnya berjalan, anak bisa belajar dengan tenang dan cemerlang,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • MBG di Sekolah Jakut Isinya Cuma Snack, Gizi Dipertanyakan

    MBG di Sekolah Jakut Isinya Cuma Snack, Gizi Dipertanyakan

    Foto Health

    Pradita Utama – detikHealth

    Jumat, 26 Sep 2025 17:00 WIB

    Jakarta – Program makanan bergizi gratis di sekolah Jakut jadi sorotan. Siswa hanya mendapat snack ringan yang jauh dari standar gizi seimbang.

  • Ribuan Anak Keracunan Makan Bergizi Gratis, Pakar Beri Catatan Ini

    Video: Begini Cara Pengawasan Makanan MBG di Dapur SPPG Bandung

    Video: Begini Cara Pengawasan Makanan MBG di Dapur SPPG Bandung

  • BPKN RI Usul Evaluasi Total MBG, Imbas Ribuan Anak ‘Tumbang’ Keracunan

    BPKN RI Usul Evaluasi Total MBG, Imbas Ribuan Anak ‘Tumbang’ Keracunan

    Jakarta

    Kepala Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN RI), Mufti Mubarok mengatakan harus ada evaluasi menyeluruh terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ini setelah adanya ribuan anak yang ‘tumbang’ karena keracunan makanan.

    “Kejadian ini harus menjadi alarm bagi semua pihak. Pengadaan makanan massal tanpa standar mutu, higienitas, serta rantai distribusi yang jelas, berpotensi besar menimbulkan risiko keracunan. Ribuan korban dari kasus MBG adalah tragedi yang tidak boleh terulang kembali,” ujar Mufti Mubarok dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (26/9).

    Untuk informasi, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) telah merilis hasil pemantauan terbaru soal kasus keracunan massal yang diduga berasal dari program MBG. Hingga akhir September 2025, organisasi ini mencatat sedikitnya 6.452 anak mengalami keracunan.

    Sebagai bentuk tindak lanjut, BPKN RI mendorong beberapa langkah konkret terkait MBG agar program prioritas Presiden Prabowo Subianto ini dapat berjalan dengan nol kasus keracunan.

    1. Audit Keamanan Pangan Program MBG

    Bersama BPOM dan Kementerian Kesehatan, BPKN RI mendorong audit menyeluruh terhadap penyedia makanan dalam program MBG, mulai dari bahan baku, proses pengolahan, hingga distribusi.

    2. Standarisasi dan Sertifikasi Penyedia Makanan

    Semua penyedia katering dan pelaksana program sejenis diwajibkan memiliki sertifikasi laik hygiene, izin edar dari BPOM, dan pengawasan rutin oleh Dinas Kesehatan setempat.

    3. Sistem Monitoring Real-Time

    BPKN mengusulkan penggunaan teknologi digital berbasis Artificial Intelligence (AI) untuk melacak rantai pasok makanan massal. Dengan sistem ini, apabila ditemukan indikasi kontaminasi atau pelanggaran standar, dapat segera dilakukan pencegahan.

    4. Peningkatan Edukasi Konsumen

    BPKN RI akan memperluas kampanye “Konsumen Cerdas Pangan Sehat” agar masyarakat lebih kritis dalam menerima dan mengonsumsi makanan massal gratis, terutama dari pihak yang belum jelas legalitasnya.

    5. Mekanisme Gugatan Kolektif

    BPKN juga siap memfasilitasi korban keracunan melalui jalur class action atau gugatan kelompok terhadap penyelenggara program MBG yang terbukti lalai.

    “BPKN RI berkomitmen untuk mengawal hak-hak konsumen. Negara tidak boleh abai terhadap keselamatan rakyat. Program sosial harus tetap berjalan, namun keselamatan konsumen harus ditempatkan sebagai prioritas utama,” tegas Mufti Mubarok.

    Ajakan Kolaborasi Lintas Sektor

    Lebih lanjut, BPKN RI mengajak Kementerian Kesehatan (Kemenkes), BPOM, Pemerintah Daerah, serta aparat penegak hukum untuk melakukan evaluasi menyeluruh agar program MBG ke depan tidak lagi menjadi ancaman, tetapi benar-benar menjadi solusi pemenuhan gizi masyarakat yang aman dan layak.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/up)

  • Dokter Spesialis Kurang, Anak Pengidap PJB Harus Tunggu 2 Tahun untuk Operasi

    Dokter Spesialis Kurang, Anak Pengidap PJB Harus Tunggu 2 Tahun untuk Operasi

    Jakarta

    Direktur Utama Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita, Dr dr Iwan Dakota, SpJP mengatakan saat ini antrean pasien anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB) membludak. Bahkan, pasien bisa menunggu hingga dua tahun untuk bisa mendapatkan penanganan.

    “Jadi khusus penyakit jantung anak, di data kami mungkin 2.000-an (pasien antre), dan itu lima bulan lalu. Mungkin sekarang jauh lagi. Ini karena sebagian besar (pasien anak PJB) dikirim ke sini,” kata dr Iwan di sela kunjungan Yayasan Jantung Indonesia (YJI) ke RSJPD Harapan Kita, Jakarta Barat, Rabu (24/9/2025).

    Dari banyaknya antrean tersebut, lanjut Iwan, satu pasien bisa menunggu 18 bulan hingga 2 tahun untuk bisa mendapatkan penanganan di RSJPD Harapan Kita.

    Terlebih, saat ini, spesialis bedah jantung anak di Indonesia juga belum banyak. Hal ini karena mereka harus menempuh banyak perjalanan, termasuk studi atau praktik di luar negeri.

    “Dokter bedah jantung anak, itu bisa dibilang mungkin paling maksimal 10 jumlahnya (di Indonesia), dan 6 ada di sini (RSJPD Harapan Kita),” kata dr Iwan.

    dr Iwan menambahkan dari kurangnya jumlah dokter spesialis bedah jantung anak di Indonesia, ada terkait fasilitas yang juga masih menjadi sorotan.

    Menurut dr Iwan, banyak pasien anak PJB dikirim ke RSJPD Harapan Kita adalah yang memiliki kondisi rumit atau kasus berat, sehingga membutuhkan dokter terbaik dengan fasilitas lengkap dan terbaik.

    “Di sini nanti kami akan perbanyak ruangan, sehingga nanti waktu menunggunya bisa kami potong,” kata Iwan.

    “Pak Menteri (Budi Gunadi Sadikin) ingin di setiap provinsi (bisa menangani kasus PJB anak). Jadi nggak usah dikirim lagi ke sini, kecuali yang sulit sekali dan memerlukan tindakan dengan kesulitan tinggi bisa diselesaikan di sini,” tutupnya.

    (dpy/kna)

  • Video: Ibu 3 Anak Autis Marah gegara Trump Sebut Tylenol Picu Autisme

    Video: Ibu 3 Anak Autis Marah gegara Trump Sebut Tylenol Picu Autisme

    Video: Ibu 3 Anak Autis Marah gegara Trump Sebut Tylenol Picu Autisme

  • Viral Wanita Depok Kena Kanker Ovarium di Usia 25, Sempat Dikira Maag

    Viral Wanita Depok Kena Kanker Ovarium di Usia 25, Sempat Dikira Maag

    Jakarta

    Viral wanita di Depok, Cindy Amalia (25), membagikan kisahnya di media sosial saat divonis kanker ovarium. Kisah ini menjadi bukti kanker bisa menyerang siapa saja, bahkan di usia relatif masih muda. Cindy mengaku gejala awal yang dirasakan seperti nyeri maag, masuk angin, atau bahkan mirip dengan keluhan akibat kelelahan.

    “Awalnya aku cuma merasa nyeri di perut sebelah kiri. Kupikir itu hal biasa, mungkin maag atau masuk angin. Tapi dari rasa sakit kecil itu, aku harus mendengar satu kenyataan besar, kanker ovarium,” beber dia dalam akun TikTok pribadinya, dikutip detikcom atas izin yang bersangkutan, Jumat (26/9/2025).

    Setelah memeriksakan diri, Cindy awalnya didiagnosis tumor ovarium. Namun sebelum operasi, dokter menemukan adanya cairan berlebih di perut yang harus dikeluarkan hingga berliter-liter.

    Usai operasi pengangkatan tumor, hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi lebih serius, Cindy divonis kanker ovarium.

    Sejak saat itu, ia menjalani rangkaian pengobatan intensif seperti kemoterapi, infus, dan terapi suportif. Dampaknya terasa pada fisik, seperti rambut rontok, tubuh melemah, dan nyeri berkepanjangan.

    “Kadang fisik aku nggak lagi sama. Rambutku rontok, badan lemah, tapi aku masih berusaha senyum,” katanya.

    Inikah Pemicunya?

    Cindy mengaku lebih sering mengonsumsi junk food ketimbang makanan bergizi seimbang (real food). Selain itu, tekanan stres juga diyakininya memperburuk kondisi.

    “Memang mungkin faktornya karena makanan sih, terutama junk food sama stres,” tutur Cindy.

    Menurut American Cancer Society, kanker ovarium memang lebih sering terjadi pada perempuan usia lanjut, tetapi bukan berarti usia muda aman sepenuhnya. Beberapa faktor seperti riwayat keluarga, gaya hidup tidak sehat, paparan zat berbahaya, hingga stres kronis bisa meningkatkan risiko.

    Gejala kanker ovarium kerap samar dan menyerupai penyakit ringan, seperti:

    Perut terasa kembung atau begahNyeri panggul atau perut yang tidak kunjung hilangPerubahan pola buang air kecil atau besarPerut terasa penuh meski makan sedikit

    Dari pengalamannya, Cindy berpesan agar anak muda lebih peka terhadap sinyal tubuh.

    “Buat kalian yang suka ngeremehin sakit perut atau gejala kecil lainnya, jangan tunggu sampai terlambat. Dengarkan tubuhmu. Karena aku tahu rasanya, dan aku nggak mau ada yang lain ngerasain hal yang sama,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)