Jenis Media: Kesehatan

  • Alasan Sebaiknya Jangan Makan Sambil Berdiri, Bisa Begini Dampaknya ke Pencernaan

    Alasan Sebaiknya Jangan Makan Sambil Berdiri, Bisa Begini Dampaknya ke Pencernaan

    Jakarta

    Di tengah rutinitas yang serba cepat, banyak orang kini terbiasa makan sambil berdiri atau berjalan. Misalnya, sarapan cepat sambil berangkat kerja, mengambil camilan di perjalanan menuju acara, atau berdiri sambil makan sudah menjadi kebiasaan umum.

    Sebagian orang memilih kebiasaan ini untuk menghemat waktu atau menyeimbangkan pekerjaan kantor yang banyak duduk. Sekilas, kebiasaan ini tampak ‘membantu’ pencernaan. Namun, makan sambil berdiri setiap hari dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan dan sistem pencernaan.

    Penting untuk memahami bagaimana postur tubuh, kecepatan makan, dan proses pengolahan makanan saling berinteraksi dengan pencernaan agar usus tetap sehat dan terhindar dari ketidaknyamanan.

    Dampak Makan Sambil Berdiri pada Aliran Darah dan Pencernaan

    Dikutip dari Times of India, saat seseorang makan sambil berdiri, gravitasi menyebabkan darah mengalir lebih banyak ke kaki. Hal ini mengurangi jumlah darah yang menuju organ pencernaan yang berperan penting dalam memecah makanan secara efisien.

    Suplai darah yang tidak cukup dapat mengganggu proses pencernaan dan menimbulkan gas, kembung, atau gangguan pencernaan. Postur tubuh saat makan juga memengaruhi seberapa cepat lambung mengosongkan isinya.

    Penelitian yang diterbitkan dalam Canadian Science Publishing Journal menunjukkan makanan bergerak lebih lambat di lambung ketika seseorang duduk atau berbaring dibandingkan saat berdiri.

    Penelitian tersebut juga menemukan makan protein dalam posisi duduk tegak dapat memperbaiki pengosongan lambung, pencernaan protein, serta ketersediaan asam amino dalam darah dibandingkan dengan posisi berbaring.

    Sementara itu, makan sambil berdiri sering kali dikaitkan dengan cara makan yang lebih cepat. Kebiasaan makan terburu-buru dapat menyebabkan udara tertelan lebih banyak, meningkatkan rasa tidak nyaman akibat gas, dan mengurangi proses mengunyah yang memadai, sehingga lambung memerlukan waktu lebih lama untuk memecah makanan.

    Kecepatan makan yang terlalu cepat dapat berdampak buruk terhadap pencernaan dan menimbulkan perut kembung. Karena itu, penting untuk mempertahankan kebiasaan makan yang lebih lambat dan penuh kesadaran agar terhindar dari ketidaknyamanan dan meningkatkan penyerapan zat gizi.

    Di sisi lain, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam European Journal of Preventive Cardiology menemukan berdiri dapat membantu membakar sedikit lebih banyak kalori.

    Studi ini menyebutkan berdiri selama enam jam dapat membakar sekitar 54 kalori lebih banyak dibandingkan duduk, yang secara teoritis dapat menyebabkan penurunan berat badan hingga 10 kilogram dalam empat tahun pada individu dengan berat 65 kilogram.

    Makan sambil berdiri memang bisa mempercepat proses pencernaan, tetapi kadang membuat seseorang merasa lebih cepat lapar. Lambung mengirimkan sinyal kenyang ke otak berdasarkan seberapa besar peregangan dan berapa lama tetap penuh.

    Makanan yang cepat dicerna, seperti karbohidrat olahan, bisa membuat seseorang cepat merasa lapar lagi, sedangkan makanan tinggi serat dan protein memberi rasa kenyang yang lebih lama.

    Dengan demikian, pencernaan yang terlalu cepat akibat makan sambil berdiri bisa tanpa disadari mendorong seseorang makan berlebihan.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Milenial hingga Gen Z Berisiko 4 Kali Lipat Kena Kanker Usus, Waspadai Gejalanya

    Milenial hingga Gen Z Berisiko 4 Kali Lipat Kena Kanker Usus, Waspadai Gejalanya

    Jakarta

    Kimmie Ng, dokter onkologi saluran cerna dari Harvard Medical School dan pendiri Young-Onset Colorectal Cancer Center di Boston, mengatakan angka kejadian kanker usus besar dan rektum pada usia muda meningkat sekitar 2 persen setiap tahun sejak pertengahan 1990-an.

    “Awalnya kami kaget, karena pasiennya masih muda, sehat, tidak punya faktor risiko, bahkan tanpa riwayat keluarga, tapi sudah terdiagnosis stadium 4. Dan kasus seperti ini sekarang makin sering,” beber Dr Ng.

    Menurutnya, pasien penting untuk mengenali gejala awal kanker kolorektal.

    Gejala utama yang kerap muncul pada pasien muda adalah keluarnya darah bersama tinja.

    “Kalau darah tampak tercampur di dalam tinja, bukan hanya di permukaan atau di tisu, itu lebih mengkhawatirkan dan perlu diperiksa,” jelasnya.

    Tanda lain yang harus diwaspadai:

    Penurunan berat badan tanpa sebab jelasPerubahan pola buang air besar (sering diare atau sembelit baru)Tinja menjadi lebih tipisSakit perut atau perut terasa penuhLemas karena anemia (kurang darah)Jika mengalami gejala-gejala ini, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter.

    Faktor Lingkungan Diduga Berperan

    Para peneliti menduga perubahan lingkungan dan gaya hidup modern berperan besar dalam peningkatan kasus kanker di usia muda.

    “Setiap generasi setelah tahun 1950 mengalami risiko yang lebih tinggi,” kata dr Ng.

    Generasi Muda

    Orang yang lahir tahun 1990, misalnya, punya risiko terkena kanker rektum 4 kali lebih tinggi dan kanker usus besar 2 kali lebih tinggi dibanding mereka yang lahir pada 1950.

    Hal ini menunjukkan penyebabnya tidak mungkin dari genetik semata, karena gen manusia tidak berubah banyak dalam 30 tahun.

    Faktor-faktor lingkungan yang mungkin berperan antara lain:

    Obesitas (kegemukan)

    Kurang aktivitas fisik

    Pola makan tinggi daging merah, ultra processed food, dan gula tambahan.

    Konsumsi minuman berpemanis berlebihan

    Meski begitu, dr Ng mengakui banyak pasien muda yang tidak memiliki faktor risiko sama sekali.

    “Sebagian dari mereka adalah pelari maraton, makan sehat, hidup aktif, tapi tetap terdiagnosis kanker usus besar,” ujarnya.

    Peran Pemeriksaan Genetik

    Kebanyakan kasus kanker usia muda tidak disebabkan faktor keturunan, tetapi mereka yang terkena di usia muda punya kemungkinan lebih tinggi memiliki sindrom genetik tertentu, seperti Lynch Syndrome atau Familial Adenomatous Polyposis.

    Karena itu, dr Ng menyarankan agar semua pasien muda yang terdiagnosis kanker menjalani tes genetik keluarga.

    Mengetahui riwayat kanker dalam keluarga juga sangat penting. Jika ada anggota keluarga yang pernah mengalaminya, seseorang bisa memulai skrining lebih awal, langkah yang berpotensi menyelamatkan nyawa.

    Walau menakutkan, dr Ng mengingatkan bahwa kanker di usia muda bisa dilawan, terutama jika terdeteksi lebih awal.

    Ia menegaskan pentingnya skrining rutin mulai usia 45 tahun, atau lebih muda bila ada riwayat keluarga.

    “Deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa. Banyak orang menunda pemeriksaan karena malu atau takut, padahal semakin cepat ditemukan, semakin besar peluang sembuh,” katanya.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Joe Biden Jalani Terapi Radiasi untuk Kanker Prostat”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Menkes Kenalkan Wamen Baru, dr Benny Juga Ditugasi Kawal Keamanan MBG

    Menkes Kenalkan Wamen Baru, dr Benny Juga Ditugasi Kawal Keamanan MBG

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperkenalkan wakil menteri kesehatan baru dr Benjamin Paulus Octavianus, spesialis pulmonologi yang kini diberi mandat mengawal tuberkulosis (TBC). Tidak hanya itu, rupanya ia juga ditugasi mengawal keamanan pangan makan bergizi gratis sesuai arahan Presiden RI Prabowo Subianto.

    “Jadi ini ada Pak Wamen Dante, ada Pak Wamen Benny. Ini saya dikelilingi oleh dua dokter, satu dokter spesialis penyakit dalam, satu dokter spesialis penyakit paru. Kita sudah bagi-bagi tugas, sesuai bidangnya,” tuturnya dalam Temu Media di Kemenkes RI, Jumat (17/10/2025).

    “Kalau dokter Benny itu TBC dan semua penyakit-penyakit yang dulu paling mematikan. Tapi sekarang karena udah reda COVID-nya, TBC naik lagi, COVID-19 yang paling tinggi, sekarang COVID-19 sudah turun. Kalau Pak Benny ini ada yang rutin, tapi biasanya kalau loncat tinggi sekali,” sebutnya, sembari menekankan sementara Wamenkes Dante Saksono Harbuwono ditugasi menangani penyakit tidak menular.

    Terkait arahan MBG, Menkes Budi menyebut dr Benny mengawal dalam mendukung program MBG. Hal ini dikarenakan keberhasilan MBG berdampak besar pada status kesehatan di Indonesia.

    Bahkan, Menkes Budi menyebut bisa menyelesaikan kurang lebih 40 hingga 50 persen masalah kesehatan.

    “Dokter Benny disuruh pegang MBG. Jadi makan bergizi gratis, tapi sifat kita men-support ya. Kita mesti men-support BGN agar program makan bergizi gratis-nya Bapak Presiden berhasil. Dan saya sebagai Menkes selalu bilang, kalau itu berhasil, mungkin 40-50 persen masalah kesehatan selesai,” sambungnya.

    Menkes Budi menekankan masalah gizi juga erat kaitannya dengan TBC, stunting, masalah infeksi, juga hubungan kematian ibu anak.

    “Itu semuanya bisa berkurang. Jadi untuk program utamanya Bapak Presiden, dokter Benny pegang yang makan bergizi gratis, bantuin BGN,” pungkasnya.

    (naf/naf)

  • Kemenkes Ungkap Wacana Label Nutri-Level, Direncanakan Berlaku 2027

    Kemenkes Ungkap Wacana Label Nutri-Level, Direncanakan Berlaku 2027

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkap mekanisme penerapan label nutri-level pada produk makanan dan minuman. Nantinya, label ini akan menunjukkan mana pilihan makanan atau minuman yang lebih sehat hingga cenderung tinggi gula, garam, dan lemak.

    Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan penerapan nutri-level untuk produk pangan masuk dalam tahap edukasi. Saat ini, pemerintah belum mewajibkan perusahaan menggunakan label tersebut, alias bersifat sukarela.

    Pihaknya juga ditekankan masih menyusun aturan terkait penerapan Nutri-level, meliputi regulasi penanggulangan penyakit dan edukasi cara membaca Nutri-level.

    “Jadi itu seperti tahapan untuk supaya bisa masyarakat tahu. Kan kita sebenarnya sudah banyak kan (label makanan sehat) misalnya pilihan sehat. Nah, sekarang jangan nanti ada di situ (ada label nutri-level), tapi mereka tetap nggak aware bahwa mereka seharusnya membaca, ini nutri-level misalnya merah, berarti kandungan gulanya yang tinggi,” jelas Nadia ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Jumat (17/10/2025).

    Nadia mengingatkan, makanan yang nantinya mendapatkan level ‘merah’ menandakan tinggi GGL. Ini untuk membuat masyarakat lebih sadar dengan makanan atau minuman apa saja yang dikonsumsi dalam sehari.

    Misalnya, sudah mengonsumsi makanan atau minuman level merah dengan kadar garam atau gula tinggi, maka asupan makanan selanjutnya harus memilih menu yang lebih rendah garam dan gula.

    “Artinya buat masyarakat sadar, ‘oh, saya sudah konsumsi makanan yang warnanya (level) merah atau minuman merah, berarti kalau saya mau konsumsi itu dua kali sehari, itu saya harus lebih berhati-hati’. Karena berarti sudah melebih konsumsi,” sambungnya.

    Meski saat ini pemasangan nutri-level masih masih bersifat sukarela karena dalam masa edukasi, nantinya pelabelan ini akan diwajibkan. Edukasi saat ini dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI untuk makanan dan minuman kemasan dan Kementerian Kesehatan untuk makanan siap saji.

    Ia mengatakan pelabelan ini direncanakan akan mulai menjadi kewajiban pada 2027, atau 2 tahun setelah masa edukasi selesai.

    “Iya (2027), kalau nutri-level edukasi dua tahun. Setelah dua tahun, itu menjadi mandatory (wajib). Artinya begitu diundangkan ada masa grace period 2 tahun,” katanya.

    “Kalau buat kadarnya, nanti sifatnya voluntary. Jadi semua perusahaan itu nanti sifatnya akan melaporkan bahwa kadar gula saya sekian, kadar garam saya sekian, dan dia voluntary untuk menempelkan itu,” tandas Nadia.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/naf)

  • Cuaca Panas Bak Pintu Neraka Terbuka! Ini Tips Kemenkes RI Biar Nggak Gampang Sakit

    Cuaca Panas Bak Pintu Neraka Terbuka! Ini Tips Kemenkes RI Biar Nggak Gampang Sakit

    Jakarta

    Cuaca panas dikeluhkan warga dalam beberapa waktu terakhir. Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan beberapa trik yang bisa dilakukan agar tak gampang tumbang di tengah cuaca panas.

    Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengimbau untuk menjaga hidrasi dengan cukup minum air di tengah cuaca panas yang terjadi di beberapa wilayah RI.

    Menurut Nadia, paparan cuaca panas berlebih dapat meningkatkan risiko dehidrasi yang jika tidak ditangani dapat memicu masalah lebih serius.

    “Minum sebelum haus itu menjadi penting. Kalau dulu anjuran kita kan 8 gelas per hari. Ya kalau dengan cuaca panas ini ya 12-18 gelas per hari. Jadi jangan tunggu haus, baru kita minum,” ujar Nadia ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Jumat (17/10/2025).

    Selain itu, untuk aktivitas di luar ruangan, Nadia menyarankan untuk mengenakan pakaian pelindung. Beberapa pelindung yang bisa digunakan seperti payung, topi, pakaian yang bersirkulasi baik, dan tidak berwarna hitam.

    Nadia menambahkan pada cuaca panas, risiko untuk sakit menjadi lebih besar. Beberapa di antaranya yang harus diwaspadai seperti batuk, pilek, dan infeksi saluran pernapasan atas lain.

    “Kalau kita aktivitas di luar, padat dengan cuaca kering, gunakan masker. Apalagi kalau di sekitar kita banyak orang yang sakit tenggorokan, suara serak, karena kan sekarang banyak kan yang tiba-tiba kok ‘Suara saya tiba-tiba serak’. Bukan kebanyakan konser, tapi memang karena kering ya. Karena kering, akhirnya kan tenggorokan mudah iritasi,” tandasnya.

    (avk/suc)

  • 5 Tebak Gambar Ini Easy! Tapi Kalau Sulit gegara Tak Fokus, Mungkin Kurang Air Putih

    5 Tebak Gambar Ini Easy! Tapi Kalau Sulit gegara Tak Fokus, Mungkin Kurang Air Putih

    Asah Otak

    Aida Adha Siregar – detikHealth

    Jumat, 17 Okt 2025 17:00 WIB

    Jakarta – Tes ketajaman otak bukan hanya menjawab soal matematika, tapi juga bisa menebak gambar. Jangan lupa minum air putih dulu untuk tetap fokus ya, detikers!

  • Video BGN Konfirmasi Menu MBG Seragam di Ultah Prabowo: Nasgor-Telur Ceplok

    Video BGN Konfirmasi Menu MBG Seragam di Ultah Prabowo: Nasgor-Telur Ceplok

    Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana membenarkan bahwa menu Makan Bergizi Gratis (MBG) pada hari ulang tahun Presiden Prabowo Subianto seragam. Kepada Tim 20Detik, Dadan menyebut ini adalah inisiatif dari BGN sebagai bentuk kejutan untuk Prabowo.

    “Ini inisiatif kita, kejutan untuk Pak Presiden,” ujar Kepala BGN Dadan Hindayana lewat pesan teks kepada Tim 20Detik pada Kamis (17/10). “Seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di 38 Provinsi, di 509 Kabupaten dan 7.022 Kecamatan secara serempak menyajikan menu seragam yaitu menu favorit bapak presiden, nasi goreng dan telor ceplok.”

    Tonton berita video lainnya di sini!

    Dinda Ayu/Ulfa M. – 20DETIK

  • 3 Tipe Sakit Kepala yang Bisa Jadi Tanda Bahaya, Jangan Abaikan

    3 Tipe Sakit Kepala yang Bisa Jadi Tanda Bahaya, Jangan Abaikan

    Jakarta

    Sakit kepala merupakan kondisi yang tampak biasa dan sering dialami banyak orang. Namun, sakit kepala juga bisa menandakan adanya masalah yang serius dalam tubuh.

    Seorang ahli anestesi yang berbasis di Los Angeles, California, dr Myro Figura mengungkapkan beberapa tipe sakit kepala yang bisa menjadi tanda penyakit kronis. Dokter ini membagikan video seorang wanita yang bercerita bagaimana sakit kepala membuat suaminya dirawat di rumah sakit.

    “Suami saya mengeluh sakit kepala setiap hari, mengira dia hanya mengalami sakit kepala karna stres atau migrain. Padahal dia menderita tumor otak berukuran 7,6 cm,” kata wanita tersebut.

    Dikutip dari laman Times of India, sakit kepala menjadi salah satu tanda penting bagi tumor otak. Sakit kepala semacam ini seringkali lebih parah dirasakan di pagi hari dan membuat bangun di malam hari. Sakit kepala karena tumor seringkali disertai kejang, kesulitan berpikir atau berbicara, masalah penglihatan atau pendengaran, serta gejala lainnya. Sebagian besar gejala ini seringkali tidak disadari, sehingga diagnosanya terlambat.

    Tanda Bahaya Sakit Kepala yang Perlu Diketahui

    Meski sakit kepala sesekali dialami oleh banyak orang, penting untuk mengetahui kapan untuk berkonsultasi dengan dokter. Berikut tanda bahaya yang harus diketahui.

    1. Sakit Kepala Parah Dialami secara Tiba-tiba

    Sakit kepala semacam ini tidak boleh diabaikan begitu saja. dr Figura mengatakan bahwa kondisi tersebut merupakan gejala klasik untuk aneurisma yang pecah. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, aneurisma merupakan benjolan pada dinding arteri. Ketika pecah, aneurisma bisa menyebabkan pendarahan internal.

    “Segera pergi ke rumah sakit,” kata dr Figura.

    2. Sakit Kepala di Pagi Hari atau Memburuk saat Berbaring

    dr Figura menekankan bahwa sakit kepala di pagi hari atau sakit kepala yang memburuk saat berbaring menjadi tanda bahaya selanjutnya.

    “Itu seringkali menandakan peningkatan tekanan di dalam tengkorak Anda, seperti yang disebabkan oleh kista atau tumor,” katanya.

    3. Sakit Kepala Disertai Perubahan Keseimbangan hingga Kesulitan Berbicara

    Selanjutnya, jangan abaikan sakit kepala disertai dengan perubahan neurologis, seperti kehilangan keseimbangan, perubahan penglihatan, dan kesulitan berbicara. dr Figura menganjurkan orang yang merasakannya memeriksakan diri ke rumah sakit.

    (elk/suc)

  • Dinkes DKI Ungkap Tren Kasus COVID-19, Ada Kenaikan?

    Dinkes DKI Ungkap Tren Kasus COVID-19, Ada Kenaikan?

    Jakarta

    Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta memastikan lonjakan kasus batuk dan pilek yang belakangan banyak dikeluhkan tidak terkait peningkatan kasus COVID-19.

    Berdasarkan data pemantauan COVID-19 DKI Jakarta periode Januari hingga Oktober 2025, jumlah kasus konfirmasi positif justru menunjukkan tren penurunan signifikan.

    Data Kasus COVID-19

    Kepala Dinkes DKI Ani Ruspitawati mengonfirmasi jumlah kasus COVID-19 tertinggi terjadi pada Januari 2025 dengan 25 kasus, kemudian menurun pada bulan-bulan berikutnya. Peningkatan kecil sempat terjadi pada Juni (18 kasus) dan Juli (14 kasus), tetapi setelah itu tren terus menurun.

    “Pada Agustus tercatat hanya 10 kasus, turun menjadi 3 kasus pada September, dan tidak ditemukan kasus baru selama periode 1-7 Oktober 2025,” beber Ani, kepada detikcom Jumat (17/10/2025).

    Positivity rate juga menunjukkan angka yang relatif aman, berfluktuasi antara 0,43 persen hingga 4,65 persen, bahkan menurun dalam dua bulan terakhir. Angka tersebut masih jauh di bawah batas aman WHO 5 persen, yang berarti penularan COVID-19 di Jakarta masih terkendali dan dapat ditangani oleh fasilitas kesehatan.

    Dinkes menegaskan keluhan batuk, pilek, atau flu yang tidak kunjung sembuh kemungkinan besar disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akibat perubahan cuaca, polusi udara, atau penurunan daya tahan tubuh, bukan oleh virus COVID-19.

    “Gejala flu yang berulang sering kali muncul pada masa peralihan musim dan bukan merupakan indikasi adanya lonjakan kasus COVID-19 baru,” jelas Ani.

    Meski kasus COVID-19 terkendali, Dinkes DKI mengingatkan untuk tetap waspada terhadap berbagai penyakit menular yang menyerang saluran pernapasan.

    Sebagai langkah pencegahan, masyarakat diminta untuk meningkatkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), antara lain:

    Mencuci tangan dengan sabun secara rutinMenggunakan masker saat berada di kerumunan atau transportasi umumMenghindari paparan asap rokokMengonsumsi makanan bergizi, tidur cukup, dan berolahraga teraturSegera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala pernapasan berkepanjanganAni menegaskan pihaknya terus menjaga transparansi data dan edukasi kesehatan masyarakat.

    “Kami selalu berpegang pada pendekatan berbasis data untuk memastikan setiap kebijakan diarahkan langsung pada perlindungan kesehatan warga,” tegas Ani.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Dinkes DKI Jakarta Ungkap Penyakit yang Jadi Tantangan Saat Ini”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

    Dihantui Penyakit Mirip COVID

    10 Konten

    Dinas Kesehatan DKI mencatat tren peningkatan penyakit dengan keluhan mirip COVID-19, yakni batuk yang tidak sembuh-sembuh. Sementara itu, COVID-19 justru mengalami penurunan. Lalu penyakit apa yang lagi ngegas saat ini?

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Kalau Bisa Jawab Semua 7 Teka Teki Ini, Fix IQ Kamu Di Atas Rata-rata

    Kalau Bisa Jawab Semua 7 Teka Teki Ini, Fix IQ Kamu Di Atas Rata-rata

    Jakarta

    Suka dengan tantangan yang bikin otak berpikir lebih keras? Teka-teki logika bisa jadi pilihan yang tepat.

    Dengan soal-soal yang menuntut pemikiran tajam, permainan ini bisa mengasah kemampuan berpikir kritis sekaligus memberi hiburan menyenangkan. Coba lihat seberapa cepat kamu bisa menemukan jawabannya.

    Teka Teki Logika

    Siapkan otakmu dan coba jawab delapan teka-teki berikut. Usahakan untuk tidak lihat jawabannya dulu ya.

    1. Sebuah bus yang kosong berhenti di halte pertama dan mengangkut 5 penumpang. Di halte kedua, 5 penumpang turun, kemudian 2 kali lebih banyak penumpang dari halte pertama naik. Di halte ketiga, ada 10 penumpang turun. Berapa jumlah orang yang tersisia di dalam bus?
    2. Ragil menghabiskan 3 hari di rumah sakit. Dia tidak sakit, luka, dan bukan pegawai. Tapi, saat keluar dari rumah sakit, Ragil memang harus digendong. Apa yang terjadi pada Ragil?
    3. Semakin banyak aku dimakan, semakin banyak kamu memilikiku. Siapakah aku?

    4. Petugas kebersihan menemukan 6 kantong berisi uang koin.Kantong pertama berisi 60 koinKantong kedua berisi 30 koinKantong ketiga berisi 20 koinKantong keempat berisi 15 koinKantong kelima berisi 12 koin.

    Dari pola ini berapa isi koin kantong keenam?

    5. Ada sebuah ember yang terisi air penuh. Bagaimana caranya memindahkan air ke sebuah gelas tanpa menyentuh atau mengangkat ember?

    6. Rio memiliki 4 kucing, Lula, Rodo, Lilo, dan Asha. Asha makan lebih banyak dari Lula, Rodo makan lebih banyak dari Lula, tetapi lebih sedikit dari Lilo yang makan lebih banyak dari Asha. Jadi, siapa yang makannya paling sedikit?
    7. Di sebuah gedung 7 lantai, semakin tinggi lantainya, semakin banyak orang tinggal di lantai tersebut. Jadi, lift paling sering ke lantai berapa?

    Jawaban Teka-teki Logika

    Berikut jawaban teka-teki logika. Kamu berhasil jawab semuanya?

    1. Tersisa 1 orang, yaitu si pengemudi bus itu sendiri
    2. Ragil adalah bayi yang baru lahir
    3. Lemak

    4. Kantong keenam adalah 10. Polanya adalah jumlah koin dari 60 dibagi urutan kantongnya. 60:6=10
    5. Cemplungkan saja gelas ke dalam ember sampai terbenam air
    6. Lula, dia maka lebih sedikit dari kucing lainnya.
    7. Lantai 1, karena penghuni di semua lantai harus ke lantai perama untuk keluar gedung dan melakukan aktivitas di luar ruangan.

    Halaman 2 dari 4

    Simak Video “Video: Sekolah-sekolah Ini Nihil Kasus Keracunan MBG, Apa Tipsnya?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/suc)