Jenis Media: Kesehatan

  • Bisa Jawab 8 Tantangan Gambar Ini Tanpa Salah, Jadi Bukti Kamu Punya IQ Tinggi!

    Bisa Jawab 8 Tantangan Gambar Ini Tanpa Salah, Jadi Bukti Kamu Punya IQ Tinggi!

    Jakarta

    Butuh hiburan ringan yang bisa bikin otak tetap aktif? Tebak gambar adalah pilihan yang tepat.

    Permainan ini menggabungkan logika, kreativitas, dan juga kejelian mata. Sekilas tampak mudah, tapi gambar-gambar yang terlihat sederhana ini bisa menjadi tantangan yang seru.

    Tebak Gambar untuk Menguji Kreativitas dan Kejelian Mata

    Perhatikan gambar-gambar berikut ini. Jangan intip dulu jawabannya ya.

    1. Makanan yang identik disediakan saat buka puasa. Ada kuah santan yang manis.

    asah otak bukber Foto: Tasya Kania Azzahra/detikHealth

    2. Kue khas ini berwarna kuning dengan tekstur lembut dan kenyal. Biasanya jadi oleh-oleh dari suatu daerah.

    asah otak detikhealth Foto: detikHealth/Afif Ahmad Rifai

    3. Bertekstur lengket, makanan ini berasal dari timur Indonesia. Warnanya putih bening.

    asah otak detikhealth Foto: detikHealth/Afif Ahmad Rifai

    4. Kalau ini adalah makanan khas Indonesia yang sudah mendunia. Banyak orang yang menyukainya.asah otak detikhealth Foto: detikHealth/Afif Ahmad Rifai

    5. Kali ini bukan tentang makanan, tapi hewan buas yang ditakuti. Giginya tajam.

    Tebak gambar detikhealth. Foto: detikHealth

    6. Istilah yang menunjukkan seseorang yang tidak lagi bisa berkutik. Hanya bisa diam dan tidak berbuat apa-apa.Tebak gambar detikhealth. Foto: detikHealth

    7. Minuman menyegarkan yang bisa melepas dahaga, apalagi di tengah panasnya siang hari. Apa hayo.

    Tebak gambar detikhealth. Foto: detikHealth

    8. Hal yang terjadi pada manusia seiring berjalannya waktu.

    Tebak gambar detikhealth. Foto: detikHealth

    Jawaban Tebak Gambar Tebak Gambar untuk Menguji Kreativitas dan Kejelian Mata

    Berikut jawaban dari tebak gambar. Kamu bisa jawab semua?

    1. Kolak pisang
    2. Bika ambon
    3. Papeda
    4. Rendang

    5. Raja hutan
    6. Mati kutu
    7. Es jeruk
    8. Tambah tua

    Halaman 2 dari 5

    (elk/suc)

  • Wamenkes Benny: Baru 326 dari 10 Ribu SPPG yang Kantongi Sertifikat Higiene

    Wamenkes Benny: Baru 326 dari 10 Ribu SPPG yang Kantongi Sertifikat Higiene

    Jakarta

    Meski sudah bertambah, baru ada sekitar 300 satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) yang mengantongi sertifikat laik higiene dan sanitasi dari total 10 ribu SPPG. Wakil menteri kesehatan baru dr Benjamin Paulus Octavianus menyebut pihaknya akan terus mengejar peningkatan SPPG yang mengantongi SLHS, demi memastikan salah satu upaya makanan bergizi gratis aman terpenuhi.

    dr Benjamin yang akrab disapa dr Benny menjelaskan sebetulnya sudah ada sekitar 3.700 SPPG yang mendaftarkan SLHS. Dari total tersebut baru 2.000 yang sedang masuk dalam tahap pengecekan.

    “Ini tiap hari saya kontrol, hari ini yang lulus 326 SPPG, yang sudah lulus sertifikat laik higiene dan sanitasi. Per hari ini 326 dari 10.000,” bebernya dalam konferensi pers Jumat (17/10/2025).

    Pengujian SLHS dipastikan berjalan ketat. Terlebih, membutuhkan pengujian di laboratorium.

    “Karena mereka masih dicek labnya, sudah secara hasrat mata lulus, tetapi kan kita butuh lab. Nah lab ini kan butuh 5 hingga 7 hari. Nah lab-nya ini kemarin, hari ini nanti jumlahnya akan lebih banyak,” sambungnya.

    Menurut dr Benjamin, hal ini menjadi langkah pengujian SLHS dilakukan dengan serius. Ada prosedur yang perlu dilewati hingga benar-benar mendapatkan SLHS.

    “Itu yang saya tiap hari ingatkan. Dan kalau ada SPPG yang belum daftar, cepat daftar. Nah rata-rata mereka, tiap provinsi ada datanya lengkap,” sebutnya.

    “Saya bisa kasih, bisa lihat itu. Jadi kami, jangan khawatir, kami yang nge-push terus, karena saya ditugaskan oleh Pak Menteri dan Pak Presiden, untuk memantau, kita ini tugasnya, paham ya, tugas kita tuh supaya bisa mencegah, bisa supaya kasus-kasus ini (keracunan MBG) makin hari makin turun,” pungkasnya

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: SPPG Polri Pejaten Sediakan 108 Menu MBG Bersertifikat Halal”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/naf)

  • Wanita 101 Tahun Ini Masih Aktif Bekerja 6 Kali Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

    Wanita 101 Tahun Ini Masih Aktif Bekerja 6 Kali Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

    Jakarta

    Seorang wanita berusia 101 tahun di Amerika Serikat masih aktif bekerja enam hari dalam sepekan. Wanita bernama Ann Angeletti itu merupakan penjual perhiasan lokal yang telah memetik banyak pelajaran sepanjang hidupnya.

    Ann bekerja di kawasan Diamond District, dikenal sebagai sosok pekerja keras dan disayangi para pelanggannya. Ia telah terbiasa bekerja sejak kecil, bahkan sempat meninggalkan sekolah untuk membantu di toko kelontong milik keluarganya di Brooklyn, AS.

    Ayahnya bekerja sebagai penjual es yang berkeliling menggunakan kereta kuda, jauh sebelum lemari es ditemukan. Sementara sang ibu mulai bekerja sebagai pelayan di Navy Yard setelah ditinggal suaminya berperang pada Perang Dunia II.

    Setelah bekerja begitu lama untuk orang lain, Ann kemudian menciptakan toko perhiasannya sendiri yakni Curiosity Jewelry di Cresskill. Dibantu oleh putri dan cucunya, Ann berbagi bagaimana pekerjaannya adalah hidupnya.

    “Kalau saya pensiun, saya akan mati. Saya sedang berkendara, toko itu disewakan, lalu saya menelepon pemiliknya dan bertanya, berapa sewanya, dan dia bilang $85 atau sekitar 1,4 juta rupiah sebulan pada tahun 1964,” beber Ann yang dikutip dari Unilad.

    Meskipun tokonya hanya buka lima hari seminggu, Ann tetap bekerja enam hari seminggu. Ia tidak bisa membayangkan melakukan hal lain selain bekerja.

    Ann menganggap kehidupan suksesnya berkat memprioritaskan ‘perawatan dirinya’.

    “Harus bangun, harus mandi, harus makan, harus merawat diri sendiri. Harus olahraga,” kata Ann.

    “Jika tidak suka olahraga dengan apa yang Anda lakukan, maka berubahlah,” sambungnya.

    (sao/suc)

  • Cuaca Terik Berlanjut, Ini Wanti-wanti Dokter Bagi yang Ingin Marathon di Jakarta

    Cuaca Terik Berlanjut, Ini Wanti-wanti Dokter Bagi yang Ingin Marathon di Jakarta

    Jakarta

    Gelaran Jakarta Running Festival (JRF) 2025 pekan depan, 25-26 Oktober 2025, diprediksi akan berlangsung di bawah cuaca terik. Medical director event tersebut, dr Andi Kurniawan, SpKO sampai harus memberikan pesan khusus untuk keselamatan para pelari.

    “Dalam kondisi panas, jangan paksakan mengejar Personal Best (PB) – utamakan keselamatan. Dengarkan tubuh Anda dan sesuaikan ritme lari dengan kondisi cuaca,” pesan dr Andi dalam email resmi yang dikirim ke para peserta JRF 2025 baru-baru ini.

    Imbauan tersebut banyak dibagikan di media sosial dan menjadi concern tersendiri mengingat tahun lalu event serupa juga dibayangi cuaca panas. Selain harus memastikan kondisi tubuh benar-benar fit, para peserta tampaknya harus berpikir realistis dan menyesuaikan target agar tidak terlalu ambisius.

    Cuaca di Indonesia, khususnya di Jakarta, memang terasa terik belakangan ini. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung sampai akhir Oktober hingga awal November ketika masuk musim hujan.

    Menurut dr Andi, cuaca panas ekstrem berisiko memicu heatstroke pada pelari. Heatstroke itu terjadi peningkatan suhu tubuh melebihi dari 39,5 atau 40 derajat celsius.

    Berikut beberapa saran dr Andi bagi yang ingin berpartisipasi dalam event marathon di tengah cuaca panas.

    1. Pastikan Tubuh Dalam Kondisi Fit

    “Jadi memang kita harus mewaspadai cuaca panas ini. Untuk menghindari heat stroke, pertama kita memastikan teman-teman pelari itu fit dan sehat saat race,” terang dr Andi dalam temu media daring, Rabu (15/10/2025).

    Menurut dr Andi, hal itu dapat mempengaruhi kerja termoregulasi. Itu merupakan proses biologi yang dilakukan tubuh untuk menjaga suhu inti tetap stabil, dengan menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas pada tubuh.

    Tubuh mempunyai pusat pengaturan suhu yakni hipotalamus. dr Andi mengungkapkan saat tubuh sedang panas, tubuh menyesuaikan diri dengan menurunkan suhu tubuh dengan berkeringat.

    “Jadi, kalau kita lagi nggak fit, itu pasti termoregulasi kita akan berkurang atau terganggu,” katanya.

    Maka dari itu, dr Andi menganjurkan untuk mendapatkan istirahat atau tidur yang baik. Ini berfungsi untuk mengembalikan fungsi metabolisme menjadi normal.

    2. Pilih Clothing (Pakaian) dan Apparel yang Tepat

    dr Andi menegaskan clothing dan apparel atau apa yang dipakai saat lari juga penting untuk diperhatikan. Pastikan menggunakan pakaian dengan warna yang cerah.

    “Kita pastikan pakai warga yang cerah, karena kalau warna yang gelap itu pasti akan menyerap panas. Sementara warna cerah, itu memantulkan panas,” tutur dr Andi.

    3. Perhatikan Hidrasi

    Hal penting lainnya yang harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya heat stroke adalah hidrasi yang cukup. Pemenuhan elektrolit dan hidrasi yang cukup perlu dilakukan sebelum, saat, bahkan sesudah race.

    “Kemudian pada saat benar-benar sebelum race hari itu juga, pada saat race, dan setelah race itu penting untuk menghindari terjadinya heat stroke,” beber dr Andi.

    4. Strategi Cooling

    Strategi cooling atau pendinginan juga bisa dilakukan sebelum maupun selama race. Misalnya dengan memakai handuk dingin, memakai vest dingin, atau mengoleskan menthol gel untuk menurunkan suhu tubuh atau yang disebut sebagai pre-cooling.

    “Atau bisa juga mid-cooling. Jadi pada saat kita lari, mungkin air mineralnya ada yang diguyur. Ketika kita menurunkan suhu tubuh, itu akan terhindar dari heat stroke,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Gokil! Harry Styles Selesaikan Berlin Marathon Kurang dari 3 Jam”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/up)

    Cuaca Terik Menyengat

    7 Konten

    Cuaca terik menyengat diprediksi akan berlangsung hingga akhir Oktober 2025. Menurunnya daya tahan tubuh membuat keluhan flu dan batuk meningkat.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Video KuTips: Rekomendasi Makanan bagi Anak Susah Makan gegara Flu

    Video KuTips: Rekomendasi Makanan bagi Anak Susah Makan gegara Flu

    Jakarta – Saat anak sedang sakit, misalnya terkena influenza atau flu, biasanya suka nggak napsu makan dan minum karena merasa nggak nyaman. Orang tua seringkali khawatir dengan kondisi begini. Takut anak tambah ngedrop karena nggak ada yang masuk, padahal tubuhnya tetap butuh asupan nutrisi dan cairan.

    Dokter Spesialis Anak yang tergabung sebagai UKK Respirologi IDAI, Nastiti Kaswandani, bilang saat kondisi begini orang tua perlu berinovasi menyediakan makanan. Disarankan sajikan makanan bergizi yang mudah ditelan dan tidak berlemak. Untuk rekomendasinya detikers bisa tonton di video KuTips ini ya!

    (/)

  • Cerita Wanita Depok yang Pernah Kena Kanker Payudara, Ini Gejala Awal yang Dirasakan

    Cerita Wanita Depok yang Pernah Kena Kanker Payudara, Ini Gejala Awal yang Dirasakan

    Jakarta

    Cahyani Ati (67), wanita asal Depok, Jawa Barat, menceritakan pengalamannya sebagai penyintas kanker payudara. Ia pertama kali didiagnosis oleh dokter pada tahun 2008.

    Semua berawal ketika Cahyani merasakan nyeri di area payudaranya. Rasa sakit yang cukup kuat membuatnya curiga dengan kondisi tubuhnya dan akhirnya memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter.

    Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, hasilnya menunjukkan Cahyani mengidap kanker payudara stadium 2B.

    “Saya dulu sudah sering baca mengenai gejala kanker,” cerita Cahyani kepada detikcom, ketika ditemui di Jakarta Pusat, Jumat (17/10/2025).

    “Dengar-dengar gejala kanker. Terus saya langsung ke klinik, lalu di-USG. Ternyata betul (kanker) cenderung ganas. Terus dokternya pesan harus segera ke dokter dan kita berpacu dengan waktu,” sambungnya.

    Namun, Cahyani mengaku saat itu dirinya sangat disibukkan oleh pekerjaan. Perawatan yang seharusnya segera dilakukan akhirnya tertunda, hingga massa di payudaranya yang awalnya berukuran 1 cm membesar menjadi 4,5 cm setelah delapan bulan.

    Meski terlambat, beruntung Cahyani masih berada dalam periode emas, saat kondisi kanker payudaranya masih dapat ditangani. Sejak saat itu, ia mulai menjalani program perawatan sesuai anjuran dokter.

    Meski harus menjalani perawatan, ia mengatakan saat itu akhirnya tetap bekerja. Menurutnya, tetap aktif merupakan salah satu caranya untuk tetap bertahan, dengan terus disiplin menjalani perawatan.

    “Saya menjalani bedah, pengangkatan payudara. Terus kemoterapi enam kali, sama radiasi total 25 kali,” cerita Cahyani.

    “Tapi ketika saya menjalani terapi, saya masih produktif, saya masih bekerja. Kena kanker bukan berarti kita tidak produktif, kita tidak bisa berkarir. Saya sampai pensiun,” sambungnya.

    Setelah program perawatan tersebut selesai dilaksanakan, kondisi Cahyani terus membaik. Berdasarkan hasil kontrol rutin yang ia lakukan, kondisinya baik dan dinyatakan bersih.

    Saat ini, Cahyani masih melakukan kontrol ke dokter setiap tahun untuk memastikan tidak ada sel kanker yang muncul lagi.

    “Setelah perawatan terus kontrol rutin. Pertama, kontrol rutin dua minggu sekali, lalu jadi tiga minggu sekali, 1-2 bulan sekali. Akhirnya setelah 5 tahun, kontrol setahun sekali sampai sekarang,” ujar Cahyani.

    “Yang paling penting itu harus rajin kontrol. Paling tidak setahun sekali. Pokoknya harus patuh terhadap saran dokter,” sambungnya.

    Selama menjalani perawatan, Cahyani mengaku mengalami beberapa efek samping seperti mual, pusing, dan rasa tidak nyaman. Namun, itu semua bukan penghalang baginya untuk bisa hidup lebih baik lagi.

    Ia mengingatkan pentingnya menjaga semangat, rasa ikhlas, dan juga dukungan orang sekitar selama proses perawatan kanker.

    “Kita harus semangat dan harus ikhlas, itu kuncinya. Bagi saya yang penting itu komunitas, kita bergabung dalam komunitas kanker, kita bertemu teman-teman,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 3

    (avk/suc)

  • Video YLKI Nilai MBG Fokus Pada Pencapaian Kuantitas, Bukan Kualitas!

    Video YLKI Nilai MBG Fokus Pada Pencapaian Kuantitas, Bukan Kualitas!

    Ketua YLKI Niti Emiliana menilai pemerintah hanya memperhatikan pencapaian anak-anak yang dapatkan MBG. Ia beranggapan pemerintah juga harus memperhatikan kualitas dari program MBG itu sendiri. Selain itu, dirinya juga menyayangkan jajaran Badan Gizi Nasional (BGN) yang tidak memiliki latar belakang ahli gizi.

    Hingga 15 Oktober 2025, program MBG telah menjangkau 35,4 juta penerima. Sayangnya dibalik luasnya jangkauan MBG, juga dibarengi dengan banyaknya kasus keracunan yang menimpa anak-anak karena menu MBG yang tidak layak.

    Tonton video lainnya di sini ya!

  • Dr Benny Paulus Resmi Jadi Wamenkes Baru Dampingi Budi Gunadi

    Dr Benny Paulus Resmi Jadi Wamenkes Baru Dampingi Budi Gunadi

    Foto Health

    Rafida Fauzia – detikHealth

    Jumat, 17 Okt 2025 20:18 WIB

    Jakarta – Menkes Budi Gunadi memperkenalkan Wamenkes baru, dr Benjamin Paulus. Ia ditugasi mengawal penanganan TBC sekaligus keamanan pangan program MBG.

  • Alasan Sebaiknya Jangan Makan Sambil Berdiri, Bisa Begini Dampaknya ke Pencernaan

    Alasan Sebaiknya Jangan Makan Sambil Berdiri, Bisa Begini Dampaknya ke Pencernaan

    Jakarta

    Di tengah rutinitas yang serba cepat, banyak orang kini terbiasa makan sambil berdiri atau berjalan. Misalnya, sarapan cepat sambil berangkat kerja, mengambil camilan di perjalanan menuju acara, atau berdiri sambil makan sudah menjadi kebiasaan umum.

    Sebagian orang memilih kebiasaan ini untuk menghemat waktu atau menyeimbangkan pekerjaan kantor yang banyak duduk. Sekilas, kebiasaan ini tampak ‘membantu’ pencernaan. Namun, makan sambil berdiri setiap hari dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan dan sistem pencernaan.

    Penting untuk memahami bagaimana postur tubuh, kecepatan makan, dan proses pengolahan makanan saling berinteraksi dengan pencernaan agar usus tetap sehat dan terhindar dari ketidaknyamanan.

    Dampak Makan Sambil Berdiri pada Aliran Darah dan Pencernaan

    Dikutip dari Times of India, saat seseorang makan sambil berdiri, gravitasi menyebabkan darah mengalir lebih banyak ke kaki. Hal ini mengurangi jumlah darah yang menuju organ pencernaan yang berperan penting dalam memecah makanan secara efisien.

    Suplai darah yang tidak cukup dapat mengganggu proses pencernaan dan menimbulkan gas, kembung, atau gangguan pencernaan. Postur tubuh saat makan juga memengaruhi seberapa cepat lambung mengosongkan isinya.

    Penelitian yang diterbitkan dalam Canadian Science Publishing Journal menunjukkan makanan bergerak lebih lambat di lambung ketika seseorang duduk atau berbaring dibandingkan saat berdiri.

    Penelitian tersebut juga menemukan makan protein dalam posisi duduk tegak dapat memperbaiki pengosongan lambung, pencernaan protein, serta ketersediaan asam amino dalam darah dibandingkan dengan posisi berbaring.

    Sementara itu, makan sambil berdiri sering kali dikaitkan dengan cara makan yang lebih cepat. Kebiasaan makan terburu-buru dapat menyebabkan udara tertelan lebih banyak, meningkatkan rasa tidak nyaman akibat gas, dan mengurangi proses mengunyah yang memadai, sehingga lambung memerlukan waktu lebih lama untuk memecah makanan.

    Kecepatan makan yang terlalu cepat dapat berdampak buruk terhadap pencernaan dan menimbulkan perut kembung. Karena itu, penting untuk mempertahankan kebiasaan makan yang lebih lambat dan penuh kesadaran agar terhindar dari ketidaknyamanan dan meningkatkan penyerapan zat gizi.

    Di sisi lain, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam European Journal of Preventive Cardiology menemukan berdiri dapat membantu membakar sedikit lebih banyak kalori.

    Studi ini menyebutkan berdiri selama enam jam dapat membakar sekitar 54 kalori lebih banyak dibandingkan duduk, yang secara teoritis dapat menyebabkan penurunan berat badan hingga 10 kilogram dalam empat tahun pada individu dengan berat 65 kilogram.

    Makan sambil berdiri memang bisa mempercepat proses pencernaan, tetapi kadang membuat seseorang merasa lebih cepat lapar. Lambung mengirimkan sinyal kenyang ke otak berdasarkan seberapa besar peregangan dan berapa lama tetap penuh.

    Makanan yang cepat dicerna, seperti karbohidrat olahan, bisa membuat seseorang cepat merasa lapar lagi, sedangkan makanan tinggi serat dan protein memberi rasa kenyang yang lebih lama.

    Dengan demikian, pencernaan yang terlalu cepat akibat makan sambil berdiri bisa tanpa disadari mendorong seseorang makan berlebihan.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Milenial hingga Gen Z Berisiko 4 Kali Lipat Kena Kanker Usus, Waspadai Gejalanya

    Milenial hingga Gen Z Berisiko 4 Kali Lipat Kena Kanker Usus, Waspadai Gejalanya

    Jakarta

    Kimmie Ng, dokter onkologi saluran cerna dari Harvard Medical School dan pendiri Young-Onset Colorectal Cancer Center di Boston, mengatakan angka kejadian kanker usus besar dan rektum pada usia muda meningkat sekitar 2 persen setiap tahun sejak pertengahan 1990-an.

    “Awalnya kami kaget, karena pasiennya masih muda, sehat, tidak punya faktor risiko, bahkan tanpa riwayat keluarga, tapi sudah terdiagnosis stadium 4. Dan kasus seperti ini sekarang makin sering,” beber Dr Ng.

    Menurutnya, pasien penting untuk mengenali gejala awal kanker kolorektal.

    Gejala utama yang kerap muncul pada pasien muda adalah keluarnya darah bersama tinja.

    “Kalau darah tampak tercampur di dalam tinja, bukan hanya di permukaan atau di tisu, itu lebih mengkhawatirkan dan perlu diperiksa,” jelasnya.

    Tanda lain yang harus diwaspadai:

    Penurunan berat badan tanpa sebab jelasPerubahan pola buang air besar (sering diare atau sembelit baru)Tinja menjadi lebih tipisSakit perut atau perut terasa penuhLemas karena anemia (kurang darah)Jika mengalami gejala-gejala ini, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter.

    Faktor Lingkungan Diduga Berperan

    Para peneliti menduga perubahan lingkungan dan gaya hidup modern berperan besar dalam peningkatan kasus kanker di usia muda.

    “Setiap generasi setelah tahun 1950 mengalami risiko yang lebih tinggi,” kata dr Ng.

    Generasi Muda

    Orang yang lahir tahun 1990, misalnya, punya risiko terkena kanker rektum 4 kali lebih tinggi dan kanker usus besar 2 kali lebih tinggi dibanding mereka yang lahir pada 1950.

    Hal ini menunjukkan penyebabnya tidak mungkin dari genetik semata, karena gen manusia tidak berubah banyak dalam 30 tahun.

    Faktor-faktor lingkungan yang mungkin berperan antara lain:

    Obesitas (kegemukan)

    Kurang aktivitas fisik

    Pola makan tinggi daging merah, ultra processed food, dan gula tambahan.

    Konsumsi minuman berpemanis berlebihan

    Meski begitu, dr Ng mengakui banyak pasien muda yang tidak memiliki faktor risiko sama sekali.

    “Sebagian dari mereka adalah pelari maraton, makan sehat, hidup aktif, tapi tetap terdiagnosis kanker usus besar,” ujarnya.

    Peran Pemeriksaan Genetik

    Kebanyakan kasus kanker usia muda tidak disebabkan faktor keturunan, tetapi mereka yang terkena di usia muda punya kemungkinan lebih tinggi memiliki sindrom genetik tertentu, seperti Lynch Syndrome atau Familial Adenomatous Polyposis.

    Karena itu, dr Ng menyarankan agar semua pasien muda yang terdiagnosis kanker menjalani tes genetik keluarga.

    Mengetahui riwayat kanker dalam keluarga juga sangat penting. Jika ada anggota keluarga yang pernah mengalaminya, seseorang bisa memulai skrining lebih awal, langkah yang berpotensi menyelamatkan nyawa.

    Walau menakutkan, dr Ng mengingatkan bahwa kanker di usia muda bisa dilawan, terutama jika terdeteksi lebih awal.

    Ia menegaskan pentingnya skrining rutin mulai usia 45 tahun, atau lebih muda bila ada riwayat keluarga.

    “Deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa. Banyak orang menunda pemeriksaan karena malu atau takut, padahal semakin cepat ditemukan, semakin besar peluang sembuh,” katanya.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Joe Biden Jalani Terapi Radiasi untuk Kanker Prostat”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)