Jenis Media: Kesehatan

  • Terobosan di Dunia Medis! Inggris Setujui Suntikan untuk Cegah Penularan HIV

    Terobosan di Dunia Medis! Inggris Setujui Suntikan untuk Cegah Penularan HIV

    Jakarta

    Kabar gembira datang dari Inggris. Injeksi dengan efek jangka panjang yang berfungsi mencegah infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) telah disetujui untuk digunakan di Inggris dan Wales.

    Suntikan pencegahan HIV yang dikenal sebagai Prep (profilaksis pra-pajanan) dengan nama dagang cabotegravir (CAB-LA) ini akan diberikan setiap dua bulan sekali, menawarkan alternatif bagi mereka yang selama ini harus mengonsumsi pil Prep setiap hari.

    Harapan Baru Bagi Kelompok Rentan

    National Institute for Health and Care Excellence (NICE) merekomendasikan CAB-LA bagi orang dewasa dan kaum muda yang berisiko tertular HIV tetapi tidak dapat menjalani Prep oral harian karena alasan medis atau hambatan lain.

    “Bagi orang-orang rentan yang tidak dapat mengambil metode pencegahan HIV lainnya, ini adalah harapan,” Menteri Kesehatan Inggris, Wes Streeting, dikutip dari The Guardian.

    Diperkirakan hingga 1.000 orang di Inggris akan mendapatkan manfaat dari pengobatan injeksi baru ini setiap tahunnya.

    Persetujuan injeksi ini semakin memperkuat ambisi Inggris untuk menjadi negara pertama di dunia yang mengakhiri transmisi HIV pada tahun 2030.

    “Inggris akan menjadi negara pertama yang mengakhiri transmisi HIV pada tahun 2030, dan pengobatan terobosan ini adalah alat ampuh lain dalam gudang senjata kami untuk mencapai tujuan penting itu,” tegas Streeting.

    Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) melaporkan bahwa penggunaan Prep telah meningkat sebesar 7% dari tahun sebelumnya, dengan lebih dari 111.000 orang mengaksesnya di klinik kesehatan seksual pada tahun 2024.

    Peluncuran suntikan ini diharapkan dimulai sekitar tiga bulan setelah NICE menerbitkan panduan finalnya pada akhir tahun ini.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Terobosan di Dunia Medis! Inggris Setujui Suntikan untuk Cegah Penularan HIV

    Terobosan di Dunia Medis! Inggris Setujui Suntikan untuk Cegah Penularan HIV

    Jakarta

    Kabar gembira datang dari Inggris. Injeksi dengan efek jangka panjang yang berfungsi mencegah infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) telah disetujui untuk digunakan di Inggris dan Wales.

    Suntikan pencegahan HIV yang dikenal sebagai Prep (profilaksis pra-pajanan) dengan nama dagang cabotegravir (CAB-LA) ini akan diberikan setiap dua bulan sekali, menawarkan alternatif bagi mereka yang selama ini harus mengonsumsi pil Prep setiap hari.

    Harapan Baru Bagi Kelompok Rentan

    National Institute for Health and Care Excellence (NICE) merekomendasikan CAB-LA bagi orang dewasa dan kaum muda yang berisiko tertular HIV tetapi tidak dapat menjalani Prep oral harian karena alasan medis atau hambatan lain.

    “Bagi orang-orang rentan yang tidak dapat mengambil metode pencegahan HIV lainnya, ini adalah harapan,” Menteri Kesehatan Inggris, Wes Streeting, dikutip dari The Guardian.

    Diperkirakan hingga 1.000 orang di Inggris akan mendapatkan manfaat dari pengobatan injeksi baru ini setiap tahunnya.

    Persetujuan injeksi ini semakin memperkuat ambisi Inggris untuk menjadi negara pertama di dunia yang mengakhiri transmisi HIV pada tahun 2030.

    “Inggris akan menjadi negara pertama yang mengakhiri transmisi HIV pada tahun 2030, dan pengobatan terobosan ini adalah alat ampuh lain dalam gudang senjata kami untuk mencapai tujuan penting itu,” tegas Streeting.

    Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) melaporkan bahwa penggunaan Prep telah meningkat sebesar 7% dari tahun sebelumnya, dengan lebih dari 111.000 orang mengaksesnya di klinik kesehatan seksual pada tahun 2024.

    Peluncuran suntikan ini diharapkan dimulai sekitar tiga bulan setelah NICE menerbitkan panduan finalnya pada akhir tahun ini.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • 13,8 Juta Anak Ikut CKG Sekolah, Ini Masalah Kesehatan yang Banyak Ditemukan

    13,8 Juta Anak Ikut CKG Sekolah, Ini Masalah Kesehatan yang Banyak Ditemukan

    Jakarta

    Ada sekitar 50 juta anak sekolah yang disasar pemerintah untuk mengikuti cek kesehatan gratis (CKG). Dari total tersebut, baru ada 13,8 juta pendaftar dengan rata-rata layanan per hari di 200 ribu anak. Secara kumulatif, ‘hanya’ 75 persen dari total seluruhnya yang selesai mendapatkan layanan, per data 15 Oktober 2025.

    Adapun pendaftar terbanyak berada di DKI Jakarta, disusul Yogyakarta, hingga Jawa Tengah. Tertinggi di usia sekolah dasar dengan total 139.880, sekolah keagamaan, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas 26.410 siswa/siswi.

    Masalah kesehatan apa saja yang ditemukan? Berikut rangkuman data Kemenkes RI:

    1. Masalah gigi (50,3 persen)

    Masalah paling umum yang ditemukan adalah karies gigi, dialami oleh lebih dari 4,5 juta anak. Ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran kebersihan mulut dan gigi di kalangan anak-anak sekolah.

    Padahal, masalah gigi yang tidak ditangani dapat mempengaruhi konsentrasi belajar, menyebabkan infeksi, bahkan gizi buruk karena gangguan makan.

    2. Kurang aktivitas fisik (60,1 persen)

    Lebih dari 3,5 juta anak dilaporkan memiliki gaya hidup sedentary, atau kurang bergerak. Ini menjadi kekhawatiran serius karena bisa berujung pada obesitas, gangguan metabolik, serta menurunnya kebugaran fisik dan kesehatan mental. Pola ini diperparah oleh kebiasaan penggunaan gadget dalam jangka waktu lama dan kurangnya aktivitas olahraga.

    3. Anemia (27,2 persen)

    Sekitar 248 ribu anak terdeteksi mengalami anemia menurut data CKG, mulai dari tingkat ringan hingga berat. Kondisi ini paling sering disebabkan oleh kekurangan zat besi. Anemia dapat menurunkan kemampuan belajar, konsentrasi, dan daya tahan tubuh terhadap infeksi.

    4. Risiko gangguan kesehatan reproduksi (25,3 persen)

    Sebanyak 25,3 persen anak sekolah perempuan terindikasi memiliki risiko gangguan kesehatan reproduksi. Hal ini bisa meliputi infeksi saluran reproduksi, kurangnya pengetahuan tentang kebersihan organ intim, hingga indikasi perilaku seksual berisiko. Ini menggarisbawahi pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi yang benar dan sesuai usia.

    5. Tekanan darah tinggi pada anak (15,9 persen)

    Data yang cukup mengejutkan menunjukkan lebih dari 1,3 juta anak mengalami tekanan darah tinggi. Hipertensi pada usia dini berisiko memicu masalah kesehatan lebih lanjut di masa mendatang termasuk jantung hingga stroke. Pola makan tinggi garam, kurang gerak, serta stres juga bisa menjadi faktor pemicunya.

    (naf/kna)

  • Prabowo Sebut Statistik Keracunan MBG 0,0007 Persen, Berhasil 99,99 Persen

    Prabowo Sebut Statistik Keracunan MBG 0,0007 Persen, Berhasil 99,99 Persen

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto bangga terkait pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Meskipun tercatat ada ribuan anak keracunan, program ini diklaim tetap berhasil.

    “Yang keracunan makan 8 ribu kurang lebih, jadi kalau diambil statistik adalah 0,0007 atau 0,0008. Artinya, program ini 99,99 persen berhasil,” kata Prabowo di Sidang Senat Terbuka UKRI, Sabtu (18/10/2025).

    Menurut Prabowo, statistik ini juga menjadi catatan untuk ke depannya. Dirinya tidak ingin ada lagi kasus keracunan di program MBG karena makanan kurang bagus atau kurang bersih.

    “Kita mau zero error! Zero defect! Walaupun sangat sulit, tapi kita harus,” katanya.

    Sejak diluncurkan pada Januari 2025, Prabowo mengatakan program MBG sudah memberi makan sebanyak 36,2 juta penerima manfaat. Setara dengan memberikan lebih dari 1,4 miliar porsi makanan.

    Program MBG juga menggerakkan ekonomi masyarakat. Total sudah adalah 12.205 dapur dengan masing-masing dapur mempekerjakan 50 orang.

    “Masing-masing dapur menimbulkan 15 supplier makanan di desa. Masing-masing suplier mempekerjakan 5-10 pekerja hingga petani. Saudara-saudara, ini prestasi yang tidak kecil, dan kita dibicarakan di dunia internasional,” kata Prabowo.

    Indonesia juga menjadi salah satu negara yang paling cepat menggulirkan program ini. Bisa menjangkau sekitar 36,2 juta penerima manfaat dalam waktu 1 tahun.

    “Brazil membutuhkan 11 tahun. Ini suatu prestasi dan untuk itu terima kasih kepada Kepala BGN Prof Dadan dari IPB,” katanya.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • 5 Cara Ampuh Atasi Alergi di Musim Pancaroba

    5 Cara Ampuh Atasi Alergi di Musim Pancaroba

    Jakarta

    Di tengah kesibukan akhir tahun, daya tahan tubuh sering kali menurun, membuka risiko berbagai penyakit menyerang, salah satunya alergi. Gejala alergi seperti bersin, pilek, atau mata gatal sering muncul tiba-tiba dan membuat aktivitas sehari-hari jadi terganggu.

    Alergi bisa muncul dari berbagai pemicu di sekitar kita, seperti debu yang menyebabkan mata merah dan rasa gatal. Selain itu, udara kotor, polusi, bulu hewan, hingga terlalu banyak mengonsumsi makanan tertentu sering menimbulkan pilek, bersin, bahkan gatal atau biduran. Untuk mengatasinya, ada beberapa cara yang bisa dicoba, antara lain:

    1. Olahraga

    Aktivitas fisik seperti lari mampu menenangkan inflamasi (peradangan) di saluran hidung. Studi menyebutkan gejala bersin dan meler bisa berkurang lebih dari 70% setelah berlari 30 menit.

    2. Terapi Imun

    Sublingual immunotherapy (SLIT) merupakan salah satu terapi imun yang bisa dicoba untuk pengidap alergi. Secara harfiah, sublingual berarti ‘di bawah lidah’. SLIT melibatkan penempatan obat tetes alergi (dalam bentuk cair atau tablet) di bawah lidah. Tujuannya untuk melatih sistem imun agar lebih toleran terhadap alergen.

    Menurut Journal of The American Association, menyebutkan metode ini bisa menurunkan gejala alergi musiman hingga 40%.

    3. Akupunktur

    Metode tradisional ini menggunakan jarum kecil di titik tubuh tertentu. Penelitian menunjukkan akupunktur dapat meredakan gejala alergi musiman seperti mata gatal dan hidung berair.

    4. Kelola Stres

    Stres bisa memperburuk alergi karena menurunkan daya tahan tubuh. Relaksasi, tidur cukup, dan menjaga mental tetap sehat dapat membantu mengurangi serangan alergi.

    5. Konsumsi Pereda Gejala Alergi

    Alergi bisa muncul kapan saja, terutama saat daya tahan tubuh menurun dan terpapar oleh allergen. Terkadang alergi kambuh disaat kita sedang beraktivitas. Jika alergi kambuh di situasi yang penting, Anda bisa segera mengonsumsi obat pereda gejala alergi, pilih obat alergi yang tidak menyebabkan rasa kantuk sehingga aktivitas tidak terhambat, seperti Allercyl.

    Allercyl adalah obat pereda alergi yang memiliki kandungan cetirizine yang merupakan antihistamin generasi kedua yang bekerja cepat dan efektif hingga 24 jam hanya dengan satu dosis. Selain itu, obat ini juga tidak menimbulkan rasa kantuk.

    Dengan Allercyl, Anda tidak perlu khawatir alergi menghentikan aktivitas sehari-hari. Selain itu, Allercyl juga tersedia untuk dewasa berbentuk tablet dan sirup untuk anak-anak.

    Mulai dari membersihkan rumah, menikmati makanan favorit, hingga beraktivitas di luar ruangan tetap bisa dilakukan dengan nyaman. Alergi? Ya Allercyl!

    (akn/ega)

  • Pasien Diabetes-Hipertensi RI Naik 2 Kali Lipat, Sedot Biaya BPJS hingga Rp 35,3 T

    Pasien Diabetes-Hipertensi RI Naik 2 Kali Lipat, Sedot Biaya BPJS hingga Rp 35,3 T

    Jakarta

    Jumlah pasien diabetes melitus (DM) dan hipertensi yang terdata dari penggunaan pengobatan BPJS Kesehatan melonjak lebih dari dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir.

    Data di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) menunjukkan, pada 2014 terdapat sekitar 400 ribu pasien diabetes melitus yang mendatangi FKTP, melonjak tujuh kali lipat menjadi 2,8 juta peserta yang mengakses layanan di 2024. Sementara untuk pasien hipertensi dari semula 785 ribu kunjungan ke FKTP di 2014, kini menjadi 5,6 juta peserta pada 2024.

    Bila dirinci, dalam satu dekade terakhir terdapat 20,5 juta kasus hipertensi dan 7,4 juta kasus diabetes melitus.

    Kenaikan jumlah pasien ini diikuti dengan pembengkakan pembiayaan. Sepanjang 2024, BPJS Kesehatan mengeluarkan sekitar Rp 35,3 triliun untuk menanggung pengobatan penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi, termasuk stroke, gagal ginjal, dan penyakit jantung.

    Dewan Pengawas BPJS Kesehatan, Itida Yasar, SH, MPsi, menilai selama ini sistem layanan kesehatan masih terlalu berfokus pada penanganan kuratif, ketimbang promotif dan preventif.

    “Kalau parameternya sudah jelas, saya paling cerewet soal anggaran, berapa penyerapannya, kegiatan apa, di dalamnya sudah ada skrining dan edukasi seperti program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS). Tapi yang kurang dari kita adalah kolaborasi dengan masyarakat,” beber Itida, dalam talkshow di Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025).

    Ia menegaskan keberhasilan pengendalian penyakit kronis tidak bisa hanya bergantung pada fasilitas kesehatan. Edukasi, kepatuhan pasien, dan peran komunitas juga harus diperkuat. “Ini penyakit tidak menular, jadi kuncinya ada di perubahan perilaku. Harus ada kolaborasi komunikasi dengan komunitas,” tambahnya.

    Itida menyoroti sebagian peserta BPJS masih tidak rutin meminum obat atau baru datang ke rumah sakit ketika kondisinya sudah berat. Kondisi itu membuat biaya pengobatan membengkak karena pasien seringkali harus masuk IGD atau dirawat inap.

    “Orang yang nggak pernah minum obat, lalu masuk IGD, masuk rumah sakit lagi, itu kan cost-nya tinggi. Kalau semua digratiskan tanpa tanggung jawab, bisa jebol juga sistemnya. Fokus kita masih terlalu di kuratif,” tegasnya.

    Itida bahkan menyebut, skema cost sharing bisa dipertimbangkan bagi peserta dengan faktor risiko tinggi seperti perokok atau pasien yang tidak patuh pengobatan, agar ada rasa tanggung jawab bersama.

    Sementara itu, Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, mengatakan pemerintah kini memperkuat pendekatan promotif dan preventif melalui program cek kesehatan gratis (CKG).

    “Kebijakan kita dorong terus promotif-preventif, salah satunya dengan skrining. Makanya kita paksa dengan program CKG. Ini betul-betul gratis dengan sejumlah jenis pemeriksaan, mulai dari EKG, profil lipid, hingga fungsi ginjal,” jelas Nadia.

    Program CKG mulai dari bayi baru lahir hingga lansia, mendapat pemeriksaan kesehatan setahun sekali. Namun, tantangan terbesar masih ada pada perubahan perilaku masyarakat.

    “Masyarakat kita biasanya datang ke fasilitas kesehatan kalau sudah sakit. Kalau belum ada keluhan, mereka merasa tidak perlu. Padahal, justru kita ingin mereka tahu kondisi sebelum jatuh sakit,” ujarnya.

    Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dan memperluas jangkauan edukasi, Kemenkes juga tengah mengembangkan agar program yang sama bisa diterapkan di tempat kerja.

    Hal ini karena banyak pekerja usia produktif kesulitan datang ke puskesmas saat jam kerja.

    “Kalau jam kerja, peserta usia perkantoran tidak mungkin datang. Jadi, kita akan coba kembangkan bisa dijalankan di klinik perusahaan. Pasien pekerja bisa dikontrol tekanan darah dan gula darahnya bersama puskesmas,” kata Nadia.

    Program ini diharapkan membantu menjaga kondisi pasien tetap terkontrol, mencegah rujukan ke rumah sakit, serta menekan pembiayaan jangka panjang.

    Nadia juga mengingatkan pasien agar tidak takut menjalani pengobatan rutin. Ia menegaskan, bahaya hipertensi yang tidak terkontrol jauh lebih besar daripada efek samping obat.

    “Kadang pasien takut minum obat, padahal yang lebih berisiko itu hipertensinya sendiri dibandingkan obatnya,” tutup Nadia.

    Simak Video “Video: Ombudsman Dukung Pemerintah soal Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Epidemiolog Soroti Varian Baru Virus Flu yang Picu Kekhawatiran di China

    Epidemiolog Soroti Varian Baru Virus Flu yang Picu Kekhawatiran di China

    Jakarta

    Kekhawatiran akan pandemi baru kembali merebak di China. Para ilmuwan telah mendeteksi varian baru virus flu yang menunjukkan tanda-tanda dapat menginfeksi manusia, menurut sebuah laporan. Virus ini yang dikenal sebagai Influenza D (IDV), sebagian besar ditemukan pada sapi, tetapi para peneliti kini yakin virus tersebut mungkin beradaptasi untuk menyebar di antara manusia.

    Tim peneliti dari Changchun Veterinary Research Institute di China mengidentifikasi strain baru yang disebut D/HY11, yang pertama kali muncul pada sapi di China timur laut pada tahun 2023, menurut laporan tersebut. Studi mereka menemukan strain tersebut dapat bereplikasi di sel saluran pernapasan manusia dan jaringan hewan, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa strain tersebut mungkin sudah menyebar di antara manusia.

    Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menjelaskan pada dasarnya virus Influenza D (IDV) sudah dikenal sejak tahun 2011, sehingga bukan merupakan virus baru. Temuan yang tergolong baru adalah isolasi strain tertentu, yakni D/HY11, serta bukti eksperimental yang menunjukkan kemampuan virus ini untuk bereplikasi di sel manusia.

    “Inilah aspek kebaruan yang membuat para ahli meningkatkan kewaspadaan,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Senin (20/10/2025).

    Dicky menjelaskan, IDV untuk bereplikasi dan menular pada hewan percobaan seperti ferret menjadi sinyal penting yang perlu diawasi. Menurutnya, hal ini menunjukkan adanya potensi risiko adaptasi virus terhadap manusia.

    Meski begitu, ia menegaskan hingga saat ini belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa IDV dapat menyebabkan penyakit berat pada manusia secara luas. Bukti yang tersedia sejauh ini justru lebih banyak mengindikasikan bahwa sapi merupakan reservoir utamanya, sementara paparan pada manusia hanya ditemukan pada kelompok yang memiliki kontak erat dengan hewan ternak.

    “Sehingga IDV adalah zoonosis potensial yang perlu diawasi. Jadi dia seperti halnya misalnya avian flu atau bahkan mungkin seperti potensi nipah misalnya atau hendra virus,” kata Dicky.

    Pada hewan, virus IDV diketahui dapat menyebabkan bovine respiratory disease complex atau kompleks penyakit pernapasan pada sapi.

    Sementara itu, pada manusia, lanjut Dicky, genom dan antibodi terhadap virus ini memang pernah dilaporkan, namun hingga kini belum ada bukti kuat mengenai munculnya penyakit klinis akibat IDV pada manusia.

    “Jadi ada potensi menjadi wabah di manusia tapi saat ini sejauh ini belum ya. Sehingga belum ada bukti epidemi atau potensi epidemi besar pada manusia yang serupa influenza A pandemik dulu 100 tahun lebih lalu,” ucapnya lagi.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Menkes Budi Sebut Pasien Anak yang Kena HMPV Sudah Sembuh Semua”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/up)

  • Perkenalkan Logo Baru, Siloam Healthcare Perkuat Layanan Kesehatan Modern

    Perkenalkan Logo Baru, Siloam Healthcare Perkuat Layanan Kesehatan Modern

    Jakarta

    Siloam International Hospitals (Siloam) resmi memperkenalkan logo baru. Pada Oktober 2025, Siloam menandai evolusi dari ‘Hospitals’ menjadi ‘Healthcare’ demi memberikan layanan kesehatan yang lebih inovatif, terpadu, dan modern untuk masyarakat.

    CEO Siloam International Hospitals Caroline Riady menegaskan perubahan ini merepresentasikan semangat baru Siloam pada kesehatan yang lebih luas.

    “Logo baru ini merepresentasikan semangat baru Siloam untuk terus melangkah maju, beradaptasi dengan perubahan zaman, dan memperluas makna pelayanan kami,” terang Caroline dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Sabtu (18/10/2025).

    “Bagi kami, ini bukan sekadar penyegaran visual, melainkan simbol komitmen untuk terus melayani dengan kasih, keunggulan, dan inovasi,” sambungnya.

    Dalam logo baru ini, ada beberapa identitas yang disempurnakan demi mencerminkan arah masa depan yang lebih modern dan visioner. Warna biru dan kuning yang khas tetap dipertahankan sebagai simbol kepercayaan dan harapan.

    Sementara dari sisi bentuk, logo terlihat lebih bersih dan dinamis. Hal ini menggambarkan kolaborasi, profesionalisme, dan semangat inovatif.

    “Kami ingin identitas baru ini menjadi cerminan dari Siloam yang bersatu di seluruh Indonesia. Dan tetap mampu menyesuaikan diri dengan karakteristik unik setiap rumah sakit. Logo ini menandakan kesiapan kami menyongsong masa depan, menghadirkan pengalaman layanan kesehatan yang penuh kasih, inovatif, dan berkelas dunia bagi siapa pun yang kami layani,” tegas Caroline.

    Caroline mengungkapkan rebranding ini bukan hanya sekadar tampilan, tetapi refleksi dari warisan, tujuan, dan arah baru Siloam. Bahkan, Siloam dinobatkan sebagai salah satu perusahaan paling terpercaya di dunia tahun 2025 atau World’s Most Trustworthy Companies 2025) versi Newsweek.

    Pencapaian ini menegaskan bahwa perusahaan layanan kesehatan di Indonesia mampu dan diakui setara dengan institusi kesehatan kelas dunia. Siloam juga bertekad memperkuat sinergi di seluruh jaringannya dan memperluas akses masyarakat terhadap layanan berkualitas.

    “Melalui identitas baru ini, visinya untuk menjadi mitra kesehatan terpercaya tidak hanya hadir saat masyarakat membutuhkan perawatan, tetapi dalam setiap langkah untuk menjaga serta meningkatkan kualitas hidup,” pungkasnya.

    (sao/up)

  • Survival Rate Kanker Payudara RI Masih Kalah dari Negara Maju, Kemenkes Ungkap Penyebabnya

    Survival Rate Kanker Payudara RI Masih Kalah dari Negara Maju, Kemenkes Ungkap Penyebabnya

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan kanker payudara masih menjadi jenis kanker dengan kasus tertinggi di Indonesia. Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan prevalensi kasus kanker payudara di Indonesia berada di angka 42 per 100 ribu penduduk.

    Kanker payudara lalu disusul kanker serviks dengan 23 per 100 ribu penduduk.

    “Dari data kita lihat bahwa kalau di tahun 2022, insiden kanker payudara itu 66 ribu. Diperkirakan tahun 2040 kalau kita tidak melakukan intervensi yang cukup besar, maka kasus itu akan meningkat menjadi 87 ribu di tahun 2040,” ucap Nadia ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Jumat (17/10/2025).

    “Kalau angka kematian itu kematiannya 22 ribu di tahun 2022 dan nanti akan bertambah 10 ribu di tahun 2040,” sambungnya.

    Tingginya penyakit kanker, khususnya payudara, menjadi perhatian besar bagi Kemenkes. Untuk di Indonesia sendiri, sekitar 60 persen dari seluruh kasus kanker berakhir pada kematian.

    Hal ini cukup memprihatinkan mengingat sebenarnya kanker sangat mungkin ditangani dengan baik, asal ditemukan lebih dini. Bahkan, menurut Nadia kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker dengan survival rate yang lebih tinggi dibanding kanker lain.

    Ia lantas membandingkan penanganan kasus kanker payudara di luar negeri dan dalam negeri. Menurut Nadia, survival rate untuk pasien kanker payudara di negara maju bisa mencapai 90 persen karena umumnya ditemukan pada stadium awal seperti stadium 1 dan stadium 2.

    Bahkan pada perjalanannya, pasien tidak mengalami relaps lagi setelah dinyatakan bersih. Menurutnya, ini cukup berbeda situasinya dengan Indonesia.

    “Sementara di negara kita itu masih lagi 40-50 persen (survival rate),” jelas Nadia.

    “Dari sasaran kita sekitar 41 juta perempuan Indonesia (untuk melakukan skrining) itu yang melakukan screening ya pada tahun 2024 itu baru 10,8 persen. Jadi masih sedikit sekali,” sambungnya.

    Siasat Kemenkes untuk Tekan Kasus

    Oleh karena itu, Nadia mengatakan pihaknya akan terus melakukan promosi terkait pentingnya pemeriksaan dini. Menurutnya, promosi ini sudah dilakukan sejak anak usia sekolah.

    Melalui program UKS sekolah, anak-anak diajari dengan Sadari (pemeriksaan payudara sendiri). Dengan begini, anak-anak sekolah bisa mengenal tanda awal kanker payudara yang mungkin bisa muncul di tubuh mereka.

    “Sebenarnya kita mengajarkan bahkan dari anak SMP ya sejak pertama kali mereka mendapatkan menstruasi. Itu melalui program UKS, itu kita mengajarkan program Sadarinya, yaitu periksa payudara sendiri,” jelas Nadia.

    “Kalau mereka memang merasakan kayak ada benjolan atau seperti apa mereka bisa langsung ke puskesmas dengan pemeriksaan sadanis (pemeriksaan payudara klinis) itu ada dan bahkan kita sudah melengkapi puskesmas itu dengan USG,” tandas Nadia sambil mengingatkan pemeriksaan bisa dilakukan secara gratis.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/up)

  • Bisa Jawab 4 Soal Logika Ini Secepat Kilat? Fix Kamu Punya IQ Tinggi

    Bisa Jawab 4 Soal Logika Ini Secepat Kilat? Fix Kamu Punya IQ Tinggi

    Asah Otak

    Aida Adha Siregar – detikHealth

    Senin, 20 Okt 2025 10:32 WIB

    Jakarta – Coba temukan jawaban beberapa soal ini untuk mengetes seberapa tajam otakmu. Kalau nggak bisa, sepertinya harus banyak latihan nih!