Jenis Media: Kesehatan

  • 10 Soal Matematika Ini Easy Banget! Tapi Banyak yang Salah Jawab, Kamu Termasuk?

    10 Soal Matematika Ini Easy Banget! Tapi Banyak yang Salah Jawab, Kamu Termasuk?

    Jakarta

    Matematika bukan sekadar hitung-hitungan, tapi juga latihan untuk melatih logika dan ketajaman berpikir. Dengan mengasah otak lewat berbagai soal matematika, kamu bisa meningkatkan konsentrasi sekaligus kemampuan memecahkan masalah.

    Merasa jago matematika? Coba tantangan asah otak berikut dan lihat seberapa cepat kamu bisa menemukan jawabannya!

    10 Teka-Teki Matematika untuk Menguji Keterampilan Berhitung

    Perhatikan 10 soal berikut dengan teliti. Buktikan kamu pintar matematika.

    1. Coba isi kotak yang kosong dengan tepat. Pastikan hasilnya benar.

    Senam Otak Akhir Pekan, Bisa Bikin Pikiran Makin Fokus Foto: Atilah Tia Abelta/detikHealth

    2. Geser satu angka agar hasilnya benar. Fokus ya.

    Senam Otak Akhir Pekan, Bisa Bikin Pikiran Makin Fokus Foto: Atilah Tia Abelta/detikHealth

    3. Isi angka yang kosong. Sebelumnya tebak dulu pola yang ada di setiap bagian.

    Tebak dulu pola yang ada di tiap bagian. Foto: Firdaus Anwar

    4. Isi dua lingkaran yang kosong dengan 2 melon. Pastikan jumlahnya jadi 10 ya.Kamu harus berpikir kreatif untuk memecahkan teka-teki ini. Foto: Firdaus Anwar

    5. Berapa hasilnya?

    3-3×0+3:3=

    6. Perhatikan angka-angka berikut:

    3, 2, 4= 10
    4, 3, 5= 17
    5, 4, 6= 26
    6, 5, 7= 37
    7, 6, 8=?

    Temukan pola dari mana angka-angka tersebut.

    7. Lihat pertanyaan ini. Ketahui apa yang dihitung di antara gambar-gambar tersebut.

    asah otak health Foto: detikHealth

    8. Isi kotak yang kosong dengan operasi tambah, kurang, kali, atau bagi.

    asah otak health Foto: detikHealth

    9. Kembali lagi dengan pola yang harus ditebak. Coba isi angka yang hilang.

    Bagi kamu yang ingin mengasah ketajaman berpikir, teka-teki ini bisa jadi latihan yang tepat. Benar semua berarti kamu jago matematika. Foto: detikhealth/Firdaus Anwar

    10. Jawab perkalian di deret bilangan ini.

    37×3=111
    37×6=222
    37×9=333
    37×12=444
    37×27=???

    Jawaban Teka-teki Matematika

    Berikut jawaban dari 10 soal matematika. Jawabanmu benar semua tidak?

    1. Apa kamu menjawab benar? atau punya cara yang lain?

    Senam Otak Akhir Pekan, Bisa Bikin Pikiran Makin Fokus Foto: Atilah Tia Abelta/detikHealth

    2. 2 pangkat 5 adalah 32, dikurangi 28 jadi 4.

    Senam Otak Akhir Pekan, Bisa Bikin Pikiran Makin Fokus Foto: Atilah Tia Abelta/detikHealth

    3. Jawabannya adalah 3. Polanya yaitu angka di ‘kepala’ merupakan hasil penjumlahan dua angka di bawah. Angka 20 sama dengan 10 ditambah 10, sementara 30 sama dengan 17 ditambah 13.

    4. Balik melon angka 9 menjadi 6. Kamu terkecoh tidak?Balik melonnya. Ubah 9 menjadi 6. Foto: Firdaus Anwar

    5. Dahulukan perkalian dan pembagian.

    3-3×0+3:3
    3(0)+1
    3+1=4

    6. Jawabannya yaitu:

    3, 2, 4= 10
    4, 3, 5= 17
    5, 4, 6= 26
    6, 5, 7= 37
    7, 6, 8= 50

    Kuncinya yaitu dua angka pertama dikalikan, lalu ditambah angka ketiga.

    7. Angka dihitung berdasarkan titik temu antara garis.asah otak health Foto: detikHealth

    8. Ingat, kerjakan perkalian/pembagian dulu sebelum penjumlahan/pengurangan.

    asah otak health Foto: detikHealth

    9. Jika dijumlahkan, angka di setiap lingkaran memiliki hasil 30. Jadi, angka yang hilang adalah 14.

    10. Hasilnya adalah 999. Setiap angka pengali naik 3, hasilnya naik 111

    Halaman 2 dari 6

    (elk/suc)

  • Saat Selancar Bantu Ibu-ibu Pulihkan Kesehatan Mental

    Saat Selancar Bantu Ibu-ibu Pulihkan Kesehatan Mental

    Foto Health

    Tripa Ramadhan – detikHealth

    Selasa, 21 Okt 2025 10:00 WIB

    Afrika Selatan – Setiap Selasa pagi, para ibu di Pantai Muizenberg, Afrika Selatan, menukar beban harian dengan ombak. Program selancar gratis ini bantu mereka pulihkan mental.

  • Viral Wanita Korsel Oplas 400 Kali dalam 15 Tahun, Habiskan Rp 3,5 M!

    Viral Wanita Korsel Oplas 400 Kali dalam 15 Tahun, Habiskan Rp 3,5 M!

    Jakarta

    Seorang wanita Korea Selatan baru-baru ini menjadi viral setelah mengungkapkan bahwa ia menghabiskan 300 juta won atau sekitar Rp 3,5 miliar untuk sekitar 400 prosedur kosmetik selama 15 tahun terakhir.

    Berbicara saat tampil di acara hiburan populer tvN STORY “It’s Okay to Be a Martian”, Gil Lee-won mengungkapkan bahwa ia pertama kali menjalani operasi plastik pada tahun 2010 dan tidak pernah menyesalinya lagi sejak saat itu.

    Saat belajar untuk ujian kuliahnya, berat badannya mulai naik, dan orang-orang mulai mengolok-olok tubuhnya yang gemuk. Kemudian, salah satu mantannya mulai mengkritik penampilannya, yang mendorongnya untuk menjalani operasi plastik.

    Meskipun Gil tidak mengatakan apa oplas pertamanya, hal itu jelas membuka matanya terhadap berbagai kemungkinan, karena ia telah menjalani ratusan prosedur sejak saat itu, dan meskipun ia menghabiskan banyak uang untuk transformasi fisiknya, ia tidak berencana untuk berhenti dalam waktu dekat.

    “Pacar saya, yang saya kencani dari usia 27 hingga 30 tahun, terus-menerus mengkritik penampilan saya, yang menghancurkan harga diri saya,” kenang Gil Lee-won.

    “Saya ingin mengubah diri saya sepenuhnya. Namun, saya tidak menyesal menjalani operasi plastik. Sekarang, saya merasa percaya diri dengan penampilan saya.”

    Menjalani berbagai prosedur kosmetik yang telah dijalaninya selama 15 tahun terakhir, Gil menyebutkan telah menjalani setidaknya:

    cangkok lemak dahipembentukan ulang telingaoperasi kelopak mata gandakoreksi mataoperasi hidungoperasi resesif filtrumkontur dagu dan wajahoperasi lesung pipitpengangkatan lesung pipitfiller bibirfiller bahubotox levator scapulaefiller kerut leherfiller tulang selangkaoperasi revisi sedot lemak seluruh tubuhinjeksi sel punca intravena, dan berbagai perawatan kulit.

    “Jika saya menghitung prosedur kosmetik dan kunjungan dermatologi, total saya telah menjalani sekitar 400 perawatan. Jumlahnya terus bertambah seiring waktu,” kata wanita Korea Selatan itu.

    Meskipun masih menemukan hal-hal yang ingin diubah, Gil Lee-won memutuskan untuk mengikuti saran dokter di klinik sedot lemak yang dikunjunginya, yang menyarankannya untuk tidak terlalu serakah dan fokus mempertahankan bentuk tubuhnya saat ini.

    Meskipun begitu, ia tetap mengunjungi klinik dermatologi hampir setiap hari agar tetap terlihat segar.

    (kna/kna)

  • Viral Air Hujan Jakarta Mengandung Mikroplastik, Bagaimana Bisa Terjadi?

    Viral Air Hujan Jakarta Mengandung Mikroplastik, Bagaimana Bisa Terjadi?

    Jakarta

    Air hujan selama ini dianggap simbol kesegaran yang ternyata tidak sepenuhnya bersih. Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan.

    Temuan ini menjadi peringatan bahwa polusi plastik kini tidak hanya mencemari tanah dan laut, tetapi juga atmosfer.

    Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova menjelaskan penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di ibu kota. Partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.

    “Mikroplastik ini berasal dari aktivitas manusia di kota besar. Misalnya serat sintetis dari pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran terbuka sampah plastik, serta degradasi plastik di lingkungan terbuka,” katanya saat dihubungi detikcom, Kamis (16/10/2025).

    Bagaimana Bisa Terjadi?

    Menurut Reza, fenomena ini terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan. Proses ini dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.

    “Siklus plastik tidak berhenti di laut. Ia naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan,” ujarnya.

    Temuan ini menimbulkan kekhawatiran karena partikel mikroplastik berukuran sangat kecil, bahkan lebih halus dari debu biasa, sehingga dapat terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan.

    Plastik juga mengandung bahan aditif beracun seperti ftalat, bisfenol A (BPA), dan logam berat yang dapat lepas ke lingkungan ketika terurai menjadi partikel mikro atau nano. Di udara, partikel ini juga bisa mengikat polutan lain seperti hidrokarbon aromatik dari asap kendaraan.

    “Jadi sifat beracunnya bukan dari air hujannya langsung, tapi dari partikel mikroplastik, bahan additive dan polutan lain yang terbawa di dalamnya,” tegas Reza.

    Senada, Guru Besar IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Prof Etty Riani menjelaskan fenomena ini secara ilmiah memang sangat mungkin terjadi.

    Menurut Prof Etty, mikroplastik, terutama yang berukuran sangat kecil atau nanoplastik, memiliki massa sangat ringan sehingga mudah terangkat ke atmosfer.

    “Partikel ini bisa berasal dari berbagai sumber di darat seperti gesekan ban mobil, pelapukan sampah plastik yang kering dan terbawa angin, hingga serat pakaian berbahan sintetis,” ujarnya, dikutip dari laman IPB, Senin (20/10).

    Saat partikel mikroplastik berada di udara, ia dapat terbawa arus angin dan akhirnya turun kembali ke bumi bersama air hujan.

    “Hujan berperan seperti pencuci udara. Mikroplastik yang melayang di atmosfer akan menyatu dengan tetesan air hujan. Karena ukurannya sangat kecil, partikel itu tidak terlihat, sehingga seolah-olah air hujan bersih,” jelas Prof Etty.

    Dampak Mikroplastik pada Kesehatan

    Meski penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan, studi global menunjukkan bahwa paparan mikroplastik dapat menimbulkan dampak kesehatan serius, seperti stres oksidatif, gangguan hormon, hingga kerusakan jaringan. Sementara dari sisi lingkungan, air hujan bermikroplastik berpotensi mencemari sumber air permukaan dan laut, yang akhirnya masuk ke rantai makanan.

    “Dampaknya pada manusia terutama jika terhirup atau tertelan berulang dalam jangka panjang (tidak cepat seperti keracunan insektisida misalnya),” kata Reza.

    “Partikel halus juga bisa membawa bahan kimia berbahaya seperti ftalat, BPA, atau logam berat, yang dikenal dapat mengganggu hormon dan metabolisme tubuh. Nah di Indonesia kan masih minim nih. Jadi ya memang riset terkait masih terus berjalan untuk memastikan seberapa besar efeknya terhadap manusia,” lanjutnya.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/up)

  • Mahasiswa Koas Terlibat Bullying di Kasus Kematian Timothy, Ini Kata Kemenkes

    Mahasiswa Koas Terlibat Bullying di Kasus Kematian Timothy, Ini Kata Kemenkes

    Jakarta

    Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

    Ramai laporan kasus dugaan bunuh diri mahasiswa Universitas Udayana (Unud) inisial TAS, lompat dari lantai gedung fakultas. Pasca kepergiannya, sejumlah mahasiswa lintas fakultas malah menunjukkan sikap nirempati dalam sebuah forum percakapan.

    Sejumlah tangkapan layar grup mahasiswa viral beredar di media sosial. Dalam percakapan tersebut, terlihat beberapa mahasiswa dari seperti FISIP, FKP, dan kedokteran menertawakan kematian TAS, mengolok-olok dan membandingkan fisik TAS.

    Dari sejumlah mahasiswa, sorotan juga ramai ditujukan pada mahasiswa kedokteran yang tengah menjalani koas di rumah sakit vertikal RSUP Ngoerah Rai, Bali.

    Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan Kementerian Kesehatan RI Azhar Jaya menyesalkan tindakan tersebut, dengan memastikan yang bersangkutan kini sudah dikembalikan ke fakultas kedokteran Universitas Udayana.

    Langkah tegas ini dilakukan sebagai kepastian pemerintah memastikan lingkup RS vertikal bebas dari pelaku bullying atau perundungan.

    “Sudah ada kesepakatan antara RS Ngoerah dan FK Unud. Sementara yang bersangkutan dikembalikan ke FK Unud untuk dilakukan penelitian lebih lanjut,” ujar pria yang akrab disapa Aco, saat dihubungi detikcom Senin (20/10/2025).

    (naf/up)

  • 65 Juta Warga +62 Dibayangi Hipertensi, Pemicu Gagal Ginjal Usia Muda

    65 Juta Warga +62 Dibayangi Hipertensi, Pemicu Gagal Ginjal Usia Muda

    Jakarta

    Indonesia diestimasi mencatat 65 juta kasus hipertensi berdasarkan hasil survei kesehatan indonesia (SKI) 2023. Dari total tersebut, baru teridentifikasi 18,5 juta pasien, lantaran tidak banyak masyarakat yang aware melakukan pengecekan rutin tekanan darah.

    Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) dr Siti Nadia Tarmizi berharap gap tersebut bisa ditemukan melalui cek kesehatan gratis (CKG).

    “Ternyata dari CKG kalau lihat angka prevalensinya sama dengan SKI, jadi memang mungkin betul 65 juta masyarakat kita mengidap hipertensi, meskipun kita baru bisa menemukan 18,5 juta,” beber dr Nadia dalam talkshow di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025).

    “Harapannya tahun depan sudah ada skrining di lebih dari 100 juta, kalau di akhir tahun mungkin 60-65 juta bisa kita skrining,” lanjutnya.

    Meski temuan kasus hipertensi pada CKG relatif tinggi, tindak lanjut tata laksana dan pengobatan terpantau masih rendah. dr Nadia menggambarkan sedikitnya tiga sampel di sejumlah kota besar.

    DKI Jakarta misalnya, di Puskesmas Kembangan tercatat ada 337 pasien yang terdiagnosis hipertensi. Namun, hanya 48 pasien yang menjalani tatalaksana pengobatan, dengan 22 kasus yang terkendali.

    “Tren di tiga kota besar, DKI Jakarta, Surabaya, Semarang, kurang lebih sama, gap-nya antara yang terdiagnosis dengan melakukan pengobatan tinggi, di Surabaya cuma satu yang agak lebih baik yaitu puskesmas Sidosermo,” lanjutnya.

    Puskesmas Sidosermo mencatat 693 kasus hipertensi dan seluruhnya dilaporkan sudah mendapatkan pengobatan, dengan 651 pasien sudah terkendali kondisinya.

    Masih Banyak Hoax di Masyarakat

    Tantangan yang dihadapi pemerintah juga dilatarbelakangi maraknya hoax yang diyakini masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang ogah berobat karena khawatir berdampak pada masalah kesehatan ginjalnya.

    “Padahal hipertensi-nya sendiri yang merusak ginjal mereka,” tandas dr Nadia.

    “Jadi ini pekerjaan rumah bagi kita, karena faktanya 40 hingga 60 persen pasien yang terdiagnosis hipertensi tidak pernah kembali untuk pengobatan,” pungkasnya.

    Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko terjadinya stroke hingga masalah gagal ginjal. Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat BPJS Kesehatan Dr dr Ari Dwi Aryani MKM menyebut total pembiayaan akibat diabetes melitus dan hipertensi mencapai Rp 35,3 triliun pada 2024.

    “Diabetes melitus dan hipertensi itu kan ibunya penyakit dia bisa kemana-mana, sehingga meningkat ke pembiayaan penyakit akibat jantung, gagal ginjal, stroke,” bebernya saat ditemui detikcom pasca talkshow.

    “Pasien yang dirawat karena jantung, karena cuci darah, naik,” tandasnya.

    Tren pasien disebutnya juga terus bergeser ke usia muda, dari semula di atas 50 tahun menjadi di rentang 30 hingga 40 tahun. Meski begitu, catatan peningkatan kasus tidak selalu menggambarkan penambahan jumlah pasien yang sakit, tetapi ia menilai ada beberapa pasien yang memang baru bisa mendapatkan akses pengobatan tercover BPJS Kesehatan.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

  • Muncul Varian Baru Virus Flu di China, Berpotensi Jadi Pandemi? Ini Kata Epidemiolog

    Muncul Varian Baru Virus Flu di China, Berpotensi Jadi Pandemi? Ini Kata Epidemiolog

    Jakarta

    Baru-baru ini peneliti yang dipimpin oleh Hongbo Bao di China mendeteksi varian baru virus flu yang dikenal sebagai Influenza D virus (IDV) jenis virus yang umumnya ditemukan pada sapi. Tim dari Changchun Veterinary Research Institute mengidentifikasi strain baru bernama D/HY11, yang ditemukan pada sapi di wilayah timur laut China pada tahun 2023.

    Hasil studi menunjukkan strain D/HY11 mampu bereplikasi di sel saluran pernapasan manusia serta jaringan hewan. Temuan ini memunculkan kekhawatiran bahwa virus tersebut berpotensi menyebar antar manusia.

    “Strain IDV yang beredar saat ini sudah menimbulkan potensi ancaman panzootik [padanan hewan dari pandemi manusia],” tulis peneliti.

    Terkait hal tersebut, epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menjelaskan Influenza D Virus atau IDV biasanya beredar pada sapi dan beberapa hewan ternak. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada 2011, artinya sudah lebih dari 10 tahun yang lalu sehingga bukan dianggap virus baru.

    “Dan yang baru adalah isolasi strain tertentunya yaitu D/HY11 dan bukti eksperimen yang menunjukkan kemampuan replikasi di sel manusia dan ini yang menjadi kebaruannya,” ucap Dicky saat dihubungi detikcom, Senin (20/10/2025).

    Berpotensi Picu Pandemi?

    Sampai saat ini belum ada bukti yang menunjukkan IDV atau influenza D menyebabkan penyakit berat dalam populasi manusia secara luas. Bukti yang ada lebih kuat mengenai reservoir hewan seperti sapi dan paparan pada kelompok kontak hewan.

    Meskipun demikian, Dicky menilai potensi terjadinya wabah atau bahkan pandemi tetap ada secara ilmiah. Hal ini dikarenakan setiap virus yang mengalami perubahan genetik hingga mampu menular secara efisien antar manusia, memiliki peluang untuk memicu terjadinya wabah berskala besar.

    “Tetapi kemungkinan aktualnya kejadiannya bergantung pada bagaimana dia adaptasi genetik untuk replikasi dan transmisibilitas pada manusia. Ini yang masih jadi pertanyaan. Kemudian juga virulensi klinis pada manusia, juga kondisi ekologi, ekonomi yang mendorong spillover, kontak manusia hewan,” ucapnya lagi.

    “Jadi saat ini bukti adaptasi manusianya terbatas, jadi risiko nyatanya belum dapat dikatakan tinggi, tapi kewaspadaan One Health wajib ditingkatkan,” sambungnya.

    Apa Itu Influenza D Virus?

    Dicky menjelaskan virus ini termasuk dalam genus Delta Influenza Virus dan merupakan bagian dari family Orthomyxoviridae, keluarga virus yang juga dikenal serius karena mencakup berbagai virus penyebab penyakit menular pada manusia.

    Menurutnya, keluarga virus ini memiliki kesamaan karakter dengan keluarga coronavirus, yakni sama-sama berpotensi menimbulkan wabah. Pada hewan, IDV diketahui menyebabkan bovine respiratory disease complex, yaitu gangguan pernapasan yang cukup umum di sektor peternakan.

    Sementara pada manusia, hingga kini baru ditemukan jejak genom dan antibodi terhadap virus ini, namun belum ada bukti kuat bahwa IDV menimbulkan penyakit klinis secara luas.

    “WHO sendiri mengakui keberadaan empat jenis influenza, influenza A yang sekarang bersirkulasi dominan dan menyebabkan kasus-kasus, kemudian influenza B, influenza C, dan D,” kata Dicky.

    Di antara keempatnya, influenza A merupakan tipe yang paling dominan bersirkulasi dan paling sering menyebabkan kasus pada manusia, diikuti oleh influenza B.

    Dicky menjelaskan, selama ini, fokus pemantauan dan rekomendasi WHO difokuskan pada influenza A dan B karena bukti penyakitnya pada manusia sudah jelas dan telah memicu berbagai epidemi maupun pandemi sebelumnya. Sementara itu, untuk influenza D (IDV), WHO belum mengeluarkan pernyataan darurat global maupun status kewaspadaan khusus.

    “Dan dokumen teknis WHO masih memusatkan komposisi vaksin pada A, B, dan pemantauan global influenza surveillance (GILS) untuk influenza A vaksin dan juga influenza B vaksin,” lanjutnya.

    baca juga

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Video: Rekomendasi Olahraga yang Cocok di Waktu Menopause

    Video: Rekomendasi Olahraga yang Cocok di Waktu Menopause

    Video: Rekomendasi Olahraga yang Cocok di Waktu Menopause

  • Skrining Kanker Payudara RI Rendah, Warga Takut Periksa-Lebih Pilih Alternatif

    Skrining Kanker Payudara RI Rendah, Warga Takut Periksa-Lebih Pilih Alternatif

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan mengungkapkan skrining pemeriksaan dini adalah salah satu faktor utama dalam penanganan kanker payudara. Seringkali, pasien menjadi lebih sulit sembuh akibat kanker baru ditemukan pada stadium lanjut, padahal jika ditemukan lebih cepat, kemungkinan untuk remisi menjadi lebih besar.

    Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan angka skrining kanker payudara di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini membuat prevalensi kasus kanker payudara di Indonesia menjadi paling tinggi dibanding jenis kanker lain.

    Dari sebanyak 41 juta perempuan Indonesia yang ditargetkan Kemenkes, hanya 10,8 persen yang akhirnya melaksanakan skrining kanker payudara.

    “Jadi masih sedikit sekali,” ujar Nadia ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Jumat (17/10/2025).

    “Nah, bayangkan dari harusnya 41 juta, kita baru ketemu sekitar, 4 jutaan perempuan Indonesia,” sambungnya.

    Menurut Nadia, ada beberapa faktor yang membuat angka skrining kanker payudara di Indonesia masih sangat rendah. Misalnya, pemeriksaan payudara yang masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat.

    Selain itu, masih ada kecenderungan masyarakat untuk mencari pengobatan alternatif untuk menangani masalah kesehatan. Jika masalah payudaranya tak kunjung sembuh, baru akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.

    “Jadi jalan (berobat) ke mana-mana dulu, pengobatan tradisional ya. Kemudian ada denial, bahwa ‘saya ini takut kalau harus memeriksakan benjolan saya’,” ujarnya.

    “Tentunya kita dorong ya, dari program Cek Kesehatan Gratis, masyarakat terutama perempuan-perempuan, ibu-ibu, untuk melakukan skrining lagi, gratis,” tandas Nadia.

    Kapan Harus Periksa?

    Spesialis onkologi radiasi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Prof dr Soehartati A Gondhowiardjo, SpOnkRad(K) mengungkapkan semua wanita yang memiliki faktor risiko sebaiknya mulai melakukan pemeriksaan dini. Beberapa faktor risiko yang dimaksud seperti adanya riwayat keluarga, tidak menyusui, haid dini, dan lain-lain.

    Jika memiliki faktor risiko kanker payudara, Prof Soehartati mengatakan skrining dini bisa dilakukan mulai usia 35-40 tahun di fasilitas kesehatan.

    “Pada kelompok wanita yang mempunyai faktor resiko diharapkan, dia memeriksakan payudara dengan lebih dini, itu katakanlah sekitar usia 40 tahun, 35 tahun, 45 tahun sudah mulai memeriksakan diri,” ujar Prof Soehartati.

    Untuk pemeriksaan awal di rumah, skrining bisa dilakukan dengan Sadari (pemeriksaan payudara sendiri) untuk menemukan adakah benjolan atau kondisi tidak wajar lain pada area payudara.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/up)

  • Terobosan di Dunia Medis! Inggris Setujui Suntikan untuk Cegah Penularan HIV

    Terobosan di Dunia Medis! Inggris Setujui Suntikan untuk Cegah Penularan HIV

    Jakarta

    Kabar gembira datang dari Inggris. Injeksi dengan efek jangka panjang yang berfungsi mencegah infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) telah disetujui untuk digunakan di Inggris dan Wales.

    Suntikan pencegahan HIV yang dikenal sebagai Prep (profilaksis pra-pajanan) dengan nama dagang cabotegravir (CAB-LA) ini akan diberikan setiap dua bulan sekali, menawarkan alternatif bagi mereka yang selama ini harus mengonsumsi pil Prep setiap hari.

    Harapan Baru Bagi Kelompok Rentan

    National Institute for Health and Care Excellence (NICE) merekomendasikan CAB-LA bagi orang dewasa dan kaum muda yang berisiko tertular HIV tetapi tidak dapat menjalani Prep oral harian karena alasan medis atau hambatan lain.

    “Bagi orang-orang rentan yang tidak dapat mengambil metode pencegahan HIV lainnya, ini adalah harapan,” Menteri Kesehatan Inggris, Wes Streeting, dikutip dari The Guardian.

    Diperkirakan hingga 1.000 orang di Inggris akan mendapatkan manfaat dari pengobatan injeksi baru ini setiap tahunnya.

    Persetujuan injeksi ini semakin memperkuat ambisi Inggris untuk menjadi negara pertama di dunia yang mengakhiri transmisi HIV pada tahun 2030.

    “Inggris akan menjadi negara pertama yang mengakhiri transmisi HIV pada tahun 2030, dan pengobatan terobosan ini adalah alat ampuh lain dalam gudang senjata kami untuk mencapai tujuan penting itu,” tegas Streeting.

    Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) melaporkan bahwa penggunaan Prep telah meningkat sebesar 7% dari tahun sebelumnya, dengan lebih dari 111.000 orang mengaksesnya di klinik kesehatan seksual pada tahun 2024.

    Peluncuran suntikan ini diharapkan dimulai sekitar tiga bulan setelah NICE menerbitkan panduan finalnya pada akhir tahun ini.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)