Jenis Media: Kesehatan

  • Pasien Bedah Otak Jalani Operasi dalam Keadaan Sadar Sambil Main Klarinet

    Pasien Bedah Otak Jalani Operasi dalam Keadaan Sadar Sambil Main Klarinet

    Jakarta

    Seorang pasien Parkinson, Denise Bacon (65), memainkan klarinetnya saat menjalani prosedur bedah otak Deep Brain Stimulation (DBS) di King’s College Hospital. Momen unik ini memungkinkan ahli bedah melihat hasil yang instan dan dramatis dari operasi tersebut.

    Denise, seorang pensiunan terapis wicara dan bahasa, telah didiagnosis Parkinson sejak 2014. Penyakit ini menyebabkan gerakan melambat (bradykinesia) dan kekakuan otot, merampas kemampuannya untuk berjalan, berenang, menari, dan memainkan klarinet kesayangannya.

    Dikutip dari laman NHS UK King’s Collage Hospital, selama operasi empat jam, Denise tetap sadar. Hanya kulit kepala dan tengkoraknya yang dibius, karena otak sendiri tidak memiliki reseptor rasa sakit. Kesadaran ini penting agar tim dokter dapat memantau gejalanya secara langsung.

    Elektroda yang ditanam terhubung ke generator pulse mirip alat pacu jantung di dadanya, yang berfungsi mengirimkan impuls listrik untuk memodifikasi aktivitas otak.

    Operasi DBS ini dilakukan oleh Professor Keyoumars Ashkan MBE, spesialis bedah saraf, untuk menanamkan elektroda di otak Denise. Prosedur ini digunakan untuk pasien dengan gangguan gerakan yang resistan terhadap pengobatan konvensional.

    Klarinet Sebagai Tolak Ukur Kesuksesan Operasi

    Karena salah satu tujuan utama Denise menjalani operasi adalah agar ia bisa kembali bermain klarinet, alat musik tersebut dibawa ke ruang operasi.

    “Kami senang melihat peningkatan instan pada gerakan tangannya, dan karena itu kemampuannya bermain, segera setelah stimulasi disampaikan ke otak,” kata Professor Ashkan.

    Denise sendiri merasakan perubahan itu seketika.

    “Saya ingat tangan kanan saya bisa bergerak dengan jauh lebih mudah setelah stimulasi diterapkan, dan ini pada gilirannya meningkatkan kemampuan saya untuk bermain klarinet, yang membuat saya senang,” ujarnya.

    Denise kini berharap dapat segera kembali berenang dan menari. Ia memilih jenis generator pulsa yang dapat diisi ulang dan ditanam di dadanya, yang dapat bertahan hingga 20 tahun sebelum perlu diganti.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Fakta di Balik Lahirnya Manusia, Betulkah dari Sperma Terkuat? Ini Penjelasannya

    Fakta di Balik Lahirnya Manusia, Betulkah dari Sperma Terkuat? Ini Penjelasannya

    Jakarta

    Kebanyakan orang mungkin familiar dengan ‘sperma terkuat yang berhasil menembus sel telur dan mengalahkan sperma lainnya yang menjadi cikal bakal manusia’. Tetapi, kenyataannya ternyata tidak seperti itu.

    Fenomena yang keliru ini seakan menganggap pria memegang andil utama dalam proses pembuahan dan tidak memperhatikan peran wanita. Padahal, sebuah riset ilmiah sudah mematahkan pandangan tersebut.

    Peneliti di Zurich University, Robert D Martin, berupaya mematahkan mitos keperkasaan sperma dalam studi berjudul ‘The Macho Sperm Myth’ yang dipublikasi di laman Aeon. Menurutnya, narasi perlombaan jutaan sperma untuk mencapai sel telur adalah bentuk fantasi pria semata dan dongeng ilmiah.

    Akibatnya, proses biologis wanita dianggap kurang berharga dibandingkan pria. Padahal, perjalanan sperma di organ reproduksi wanita tidak seperti lari marathon.

    Robert menyebut proses itu seperti rintangan militer yang sangat menantang. Rintangan tersebut terjadi karena sperma harus melintasi fisiologis organ reproduksi wanita.

    Riset tersebut menyebut pria sekali melakukan ejakulasi bisa mengeluarkan 100 juta sperma. Tetapi, 100 juta tersebut akan berkurang perlahan karena ada penyeleksian secara otomatis dari organ reproduksi wanita.

    ‘Rintangan’ yang Dilalui Sperma

    Rintangan pertama terjadi di vagina, di mana organ yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi membuat banyak sperma mati. Selanjutnya, sperma yang tersisa harus menembus lendir di serviks atau mulut rahim.

    Artinya, terjadi penyeleksian lagi. Sperma yang mengalami cacat harus tersingkir.

    Ketika sperma berhasil menembus mulut rahim, itu tidak bisa berenang begitu saja sendirian. Sebab, rahim akan melakukan penyeleksian lagi.

    “Begitu berada di saluran telur, sperma terikat sementara ke permukaan bagian dalam, dan hanya sebagian yang dilepaskan dan dibiarkan mendekati sel telur,” tulis Robert.

    Ternyata Ini Faktanya

    Artinya, pada titik ini perlombaan sperma yang banyak dipercaya orang dapat dipatahkan. Faktanya, ada kontraksi otot rahim juga yang membuatnya mampu bergerak melewati tuba falopi, sebelum akhirnya tiba di sel telur.

    Hasil penelitian ini diperkuat oleh peneliti di Stockholm University, John Fitzpatrick. Ia menjelaskan saat proses reproduksi, sistem imun wanita akan menyerang sperma karena menganggapnya sesuatu yang asing.

    Selama proses penyeleksian tersebut, jumlah sperma yang awalnya 100 juta bisa menurun secara bertahap. Sperma berkualitas jelek dan berpotensi menghasilkan cacat otomatis tersingkirkan.

    Pada akhirnya, dari awalnya jutaan sperma tersisa ratusan sperma saja yang akan mengelilingi sel telur pada saat pembuahan. Dari sini, sel telur wanita akan memilih sperma mana yang dapat memantik proses pembuahan.

    Dari penelitian tersebut, dapat dipastikan organ reproduksi wanita tidak diam saja atau pasif. Faktanya, organ reproduksi wanita berperan aktif dalam proses penyeleksian sperma.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Upaya Kepala BGN Wujudkan Zero Error di Program MBG

    Upaya Kepala BGN Wujudkan Zero Error di Program MBG

    Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkap langkah yang akan dilakukan agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) mencapai zero error dan zero defect. Dadan mengungkap nantinya akan ada juru masak profesional yang mendampingi di setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) selama 5 hari.

    Selain itu, pemerintah juga berencana untuk melengkapi seluruh SPPG dengan rapid test untuk menguji kualitas bahan baku dan hasil masakan.

  • Orang Muda Juga Dihantui Risiko Stroke, Begini Gejala yang Harus Diwaspadai

    Orang Muda Juga Dihantui Risiko Stroke, Begini Gejala yang Harus Diwaspadai

    Jakarta

    Stroke dikenal sebagai penyakit yang lebih banyak dialami oleh orang-orang usia lanjut atau lansia. Tetapi, kenyataannya penyakit ini banyak menyerang orang-orang yang masih berusia muda.

    Perubahan gaya hidup dan faktor risiko non-tradisional semakin berkontribusi terhadap peningkatan kasus stroke pada populasi yang lebih muda. Maka dari itu, setiap orang harus menyadari bahwa penyakit stroke tidak terbatas pada lansia saja.

    Mengapa Stroke Terjadi pada Orang yang Lebih Muda?

    Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor risiko tradisional. Misalnya seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, hingga kurang olahraga.

    Faktor-faktor umum ini tidak hanya mempengaruhi lansia, tetapi juga pada orang-orang yang berusia lebih muda.

    Selain itu, bisa juga dipengaruhi oleh penyebab non-tradisional yang lebih mengarah ke gaya hidup. Misalnya stres, gangguan tidur (sleep apnea), migrain, penyalahgunaan zat, depresi, dan paparan polusi lingkungan yang bisa muncul sebagai penyebab utama stroke pada orang yang lebih muda.

    Banyak orang yang masih tidak percaya bahwa usia mereka masih tergolong ‘terlalu muda’ untuk mengalami stroke. Hal ini yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan dampak yang lebih buruk.

    Tanda-tanda Peringatan Stroke yang Perlu Diwaspadai Orang Muda

    Mendeteksi stroke sejak dini sangatlah penting. Pada dewasa muda, gejalanya terkadang samar atau sering disalahartikan sebagai kelelahan, stres, atau migrain. Dikutip dari Times of India, berikut beberapa tanda peringatan stroke yang perlu diwaspadai:

    1. Mati Rasa atau Lemas Mendadak

    Terutama terjadi pada salah satu sisi tubuh, yang memengaruhi wajah, lengan, atau kaki. Gejala ini dapat berupa mulut yang terkulai atau ketidakmampuan untuk mengangkat lengan sepenuhnya.

    2. Kesulitan Bicara

    Kesulitan berbicara, bicara cadel, atau kesulitan memahami percakapan bisa menjadi tanda awal dari penyakit stroke.

    3. Masalah Penglihatan

    Tanda stroke bisa berupa penglihatan kabur mendadak, penglihatan ganda, atau kehilangan penglihatan sementara pada salah satu atau kedua mata.

    4. Sakit Kepala Parah

    Sakit kepala hebat yang tiba-tiba tanda penyebab yang diketahui bisa menjadi tanda awal stroke. Terkadang, dapat disertai dengan muntah atau pusing.

    5. Masalah Keseimbangan dan Koordinasi

    Kehilangan keseimbangan mendadak, kesulitan berbicara, atau kecanggungan yang tidak biasa bagi orang tersebut bisa menjadi tanda awal stroke.

    Orang-orang dewasa muda harus menganggap serius gejala ringan atau sementara sekali pun. Mengabaikannya dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk cacat permanen hingga kematian.

    Menurut konsultan senior neurologi di Rumah Sakit Manipal, India, Dr Shiva Kumar R, beberapa faktor risiko mungkin tidak bisa diubah. Tetapi, banyak pilihan gaya hidup yang dapat secara signifikan mengurangi risiko stroke.

    “Menjaga pola makan seimbang, berolahraga secara teratur, menghindari tembakau dan alkohol berlebihan, mengelola stres, dan mengendalikan kondisi kronis seperti diabetes dan hipertensi adalah strategi pencegahan utama,” terangnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Proses Dekontaminasi Cs-137 di Cikande Disebut Rampung dalam 2 Pekan

    Proses Dekontaminasi Cs-137 di Cikande Disebut Rampung dalam 2 Pekan

    Jakarta

    Pemerintah menargetkan proses dekontaminasi paparan radioaktif Cesium-137 atau Cs-137 di Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Banten, bisa rampung dalam dua pekan. Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan hidup Rasio Ridho Sani memastikan keselamatan dan kesehatan masyarakat yang terdampak.

    “Langkah-langkah ini kita lakukan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan masyarakat. Ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk bekerja cepat dan menjaga keamanan publik,” terang Rasio Ridho Sani di Puskesmas Cikande, Serang, Banten, dikutip dari ANTARA.

    “Kami harapkan paling lama dua minggu ini selesai. Kalau bisa lebih cepat, tentu lebih baik,” sambungnya.

    Rasio menjelaskan pemerintah telah memulai proses relokasi sementara pada 19 keluarga atau 64 jiwa yang tinggal di zona merah paparan Cesium-137. Sebelum direlokasi, warga menjalani pemeriksaan paparan radiasi.

    Dekontaminasi juga dilakukan pada barang-barang yang melekat di tubuh, pemeriksaan kondisi kesehatan, dan pengambilan sampel darah di Puskesmas Cikande.

    “Proses hari ini kita mulai dengan pemeriksaan kesehatan, screening terhadap masyarakat saat mereka keluar dari rumah, termasuk barang-barang yang mereka bawa,” kata Rasio.

    “Setelah itu, mereka ditempatkan di hunian sementara yang disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Serang,” tambahnya.

    Rasio menyebut proses dekontaminasi lapangan ini melibatkan tim lintas lembaga, yang terdiri dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), KBRN Gegana Brimob, Nubika Zeni TNI AD, serta Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

    Pihaknya menekankan bahwa semua langkah dilakukan dengan standar keselamatan tertinggi. Sebab, Rasio mengatakan keselamatan masyarakat adalah prioritas utama.

    Rasio juga melakukan pendekatan persuasif pada warga agar bersedia direlokasi demi keselamatan bersama. Selain itu, ia juga menyerahkan bantuan sembako kepada warga yang terdampak sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap kondisi sosial ekonomi mereka selama proses dekontaminasi berlangsung.

    Sampai saat ini, pemerintah mencatat 20 dari 22 industri di kawasan Cikande yang sempat terdeteksi kontaminasi Cs-137 sudah dinyatakan bersih, sementara dua lainnya masih dalam tahap dekontaminasi.

    Tim gabungan yang bertugas juga melakukan pemeriksaan pada sekitar 26 ribu kendaraan sejak 1 Oktober 2025, demi memastikan tidak ada kontaminasi baru.

    “Sampai hari ini belum ditemukan lagi adanya kontaminasi Cesium-137 pada kendaraan yang keluar-masuk kawasan industri Cikande,” tegas Rasio.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: BAPETEN Ungkap Efek Paparan Zat Radioaktif Bagi Tubuh”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/kna)

  • Bisa Temukan Huruf di Gambar Ini? Jangan Sombong Dulu, Banyak yang Salah Jawab!

    Bisa Temukan Huruf di Gambar Ini? Jangan Sombong Dulu, Banyak yang Salah Jawab!

    Asah Otak

    Aida Adha Siregar – detikHealth

    Rabu, 22 Okt 2025 17:03 WIB

    Jakarta – Kesehatan matamu bisa dicek pada tes gambar berikut. Kalau nggak ketemu, harus segera periksa ke dokter sepertinya. Jangan buru-buru geser ke jawaban ya!

  • Musim Batuk Melanda, Ini 3 Faktor Pemicu yang Harus Diwaspadai

    Musim Batuk Melanda, Ini 3 Faktor Pemicu yang Harus Diwaspadai

    Jakarta

    Akhir-akhir ini banyak masyarakat Indonesia mengeluhkan kondisi kesehatan seperti batuk, pilek hingga sakit tenggorokan. Bahkan keluhan ini tak hanya dialami orang dewasa, namun juga anak-anak.

    Perubahan cuaca yang tak menentu belakangan ini pun diduga menjadi menjadi salah satu penyebabnya. Ditambah lagi, kualitas udara yang menurun menjadi kombinasi yang ideal bagi gejala batuk untuk muncul dan bertahan lama. Melansir berbagai sumber, berikut 3 faktor yang kerap memicu batuk saat musim pancaroba.

    1. Perubahan Suhu Mendadak

    Cuaca panas ekstrem memang tengah melanda sejumlah wilayah Indonesia beberapa hari terakhir. Dilansir BMKG pada Rabu (15/10), cuaca panas dengan suhu maksimum mencapai 37,6°C melanda berbagai wilayah Indonesia dalam beberapa hari terakhir. Namun, pada Jumat (17/10), suhu berkisar antara 26-30°C di beberapa wilayah.

    Perubahan cuaca mulai dari panas terik tiba-tiba disusul hujan deras ternyata bukan hanya membuat aktivitas terganggu, tetapi juga berdampak langsung pada kesehatan. Seperti halnya batuk kering dan gatal, yang biasanya terjadi saat cuaca panas. Sementara cuaca dingin atau hujan bisa menyebabkan batuk berdahak dan flu.

    2. Polusi Udara

    Meskipun hujan turun, bukan berarti polusi udara hilang. Pasalnya, hujan hanya membantu untuk mencairkan polutan udara dengan konsentrasi tinggi alias kasar, seperti debu, kotoran, dan serbuk.

    Alih-alih hilang, partikel polutan justru bisa menguap ke udara dan memicu batuk. Setelah hujan reda, udara yang lembab juga bisa memperburuk kondisi tenggorokan bagi mereka yang sensitif terhadap debu atau jamur.

    3. Kurang Terhidrasi

    Cuaca panas ekstrem sering kali membuat tubuh cepat haus. Bahkan, kondisi ini dapat meningkatkan risiko dehidrasi yang jika tidak ditangani dapat memicu masalah lebih serius. Saat tubuh kurang terhidrasi, biasanya mulut menjadi mudah kering akibat kurangnya produksi air liur di rongga mulut dan faring. Hal ini dapat menyebabkan sensasi iritasi tenggorokan dan batuk kering.

    Nah, itulah beberapa faktor yang menjadi pemicu batuk dan gejala gangguan pernapasan lainnya muncul saat musim pancaroba. Saat sudah mulai merasakan gejala batuk, Anda bisa mengkonsumsi wybert Herbal Batuk yang mampu meredakan batuk sekaligus menenangkan tenggorokan.

    Terbuat dari active ingredients 100% natural, wybert Herbal Batuk aman dikonsumsi oleh ibu hamil & ibu menyusui. Tak perlu khawatir, wybert Herbal Batuk sudah tersertifikasi Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) dan Halal Majelis Ulama Indonesia (MUI).

    wybert Herbal Batuk tersedia untuk dewasa dan anak-anak. Untuk anak-anak, wybert Herbal Batuk Anak hadir membantu meredakan batuk, sakit tenggorokan, serta gejala masuk angin ringan.

    wybert Herbal Batuk juga tersedia dalam kemasan sachet yang praktis dibawa ke mana saja. wybert Herbal Batuk Plus (Sachet) terbuat dari bahan alami untuk meredakan gejala batuk dan pilek, seperti hidung tersumbat atau pilek serta sakit tenggorokan.

    Tonton juga video “BPOM soal Obat Batuk Picu Kematian di India: Tak Beredar di Indonesia” di sini:

    (akd/ega)

  • Segini Jumlah Langkah Sehari untuk Cegah Kematian Dini, Tak Perlu Sampai 10 Ribu

    Segini Jumlah Langkah Sehari untuk Cegah Kematian Dini, Tak Perlu Sampai 10 Ribu

    Jakarta

    Sebuah studi terbaru mengungkapkan jalan kaki cukup 4 ribu langkah tiap hari dapat mengurangi risiko kematian dini hingga seperempat. Penelitian yang dipimpin oleh Harvard University ini dipublikasikan dalam British Journal of Sports Medicine.

    Mereka menemukan jalan kaki 4 ribu langkah setidaknya satu atau dua hari dalam seminggu dikaitkan dengan penurunan risiko kematian dan penyakit kardiovaskular. Hasilnya signifikan bila dibandingkan orang yang tidak jalan kaki sama sekali.

    Penelitian ini melibatkan 13 ribu lebih wanita sehat di Amerika Serikat berusia di atas 62 tahun, dengan usia rata-rata 72 tahun. Mereka mengenakan alat pelacak aktivitas selama 7 hari berturut-turut, antara tahun 2011-2015, kemudian ditindaklanjuti selama 10 tahun.

    Selama periode pemantauan sampai akhir 2024, tercatat 1.765 wanita meninggal dunia dan 781 mengalami penyakit jantung.

    Mencapai setidaknya 4 ribu langkah sehari sebanyak satu atau dua hari dalam seminggu dikaitkan dengan penurunan risiko kematian akibat semua sebab sebesar 26 persen. Peneliti juga menemukan penurunan risiko kematian akibat penyakit jantung hingga 27 persen, dibanding mereka yang tidak mencapai jumlah langkah tersebut.

    Bagi mereka yang berhasil mendapat 4 ribu langkah sehari, dalam tiga sampai empat hari, maka penurunan risiko kematian akibat segala sebab naik sampai 40 persen, meski tingkat kematian akibat penyakit jantung tetap sama.

    “Studi ini menunjukkan bahwa frekuensi pencapaian target langkah harian tidak terlalu penting (bahkan 1-2 hari per minggu dengan lebih dari 4.000 langkah sudah terkait dengan penurunan angka kematian dan kardiovaskular), dan bahwa total langkah lebih berpengaruh daripada seberapa sering target tercapai,” ungkap peneliti dikutip dari Guardian, Rabu (22/10/2025).

    Menurut peneliti, tidak ada cara terbaik untuk mencapai target langkah harian. Hal terpenting adalah jalan sebanyak mungkin, karena semakin baik bagi kesehatan.

    Rata-rata, peserta penelitian jalan kaki 5.615 langkah per hari. Karena penelitian ini bersifat observasional, peneliti mengingatkan ini tidak dapat disimpulkan secara pasti hubungan sebab-akibat.

    “Implikasi praktis dari temuan ini adalah karena total langkah merupakan faktor utama penentu penurunan risiko, tidak ada pola yang ‘lebih baik’ atau ‘terbaik’ dalam berjalan; seseorang bisa beraktivitas sesuai preferensinya, baik secara perlahan dan konsisten, maupun dalam pola berkelompok, untuk menurunkan risiko kematian dan penyakit jantung, setidaknya pada wanita lanjut usia,” tandasnya.

    Tonton juga video “Mengenal Dua Tipe Penyakit Jantung Bawaan” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Kemenkes RI Ungkap Tren COVID-19 Dirawat di RS, Terbanyak Kasusnya di Usia Ini

    Kemenkes RI Ungkap Tren COVID-19 Dirawat di RS, Terbanyak Kasusnya di Usia Ini

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melaporkan tren pasien COVID-19 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan di ICU cenderung stabil pada tahun 2025. Pada minggu ke-41, terdapat 2 kasus COVID 19 yang dirawat di ICU. Meski begitu, kondisi ini bersifat sementara dan bisa berubah di kemudian hari, sehingga masyarakat tetap perlu waspada.

    Berdasarkan data dari 35 rumah sakit sentinel SARI pada minggu ke-41 tahun 2025, proporsi kasus COVID-19 di rumah sakit sentinel meningkat. Ditemukan juga 2 kasus positif COVID-19 di rumah sakit sentinel pada minggu ini.

    “Kelompok umur balita (0-4 tahun) dan lansia (≥60 tahun) sering ditemukan selama satu bulan terakhir,” ucap Laporan Pengawasan Kasus Influenza dan COVID-19 pada 18 Oktober 2025 atau Minggu ke 42 yang dipublikasikan oleh Kemenkes, dikutip Rabu (22/10/2025).

    Di sisi lain, berdasarkan laporan mingguan M42 (periode 12-12 Oktober 2025), dari total 258 pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan 11 kasus positif COVID-19 yang terdiri atas 7 kasus sentinel SARI dan 4 kasus non-sentinel, dengan tingkat positivitas (positivity rate) sebesar 4,26 persen.

    Adapun varian tengah merebak di Indonesia saat ini adalah XFG (57 persen), LF.7 (29 persen), XFG 3.4.3 (14 persen) di bulan Agustus.

    “Varian dominan COVID-19 yang ada di Indonesia saat ini termasuk dalam kategori varian dengan risiko rendah, sehingga tidak perlu panik, namun tetap penting menjaga protokol kesehatan,” kata Kemenkes.

    Sebagai kewaspadaan, Kemenkes mengimbau untuk menerapkan pencegahan untuk menghindari kemungkinan terpapar, seperti berikut:

    Menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).Menerapkan etika batuk/bersin untuk menghindari penularan kepada orang lain.Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun (CTPS) atau menggunakan hand sanitizer.Menggunakan masker bagi masyarakat jika jika berada di kerumunan atau sedang sakit seperti batuk, pilek, atau demam.Segera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala infeksi saluran pernapasan dan ada riwayat kontak dengan faktor risikoBagi pelaku perjalanan jika mengalami sakit selama perjalanan agar menyampaikan kepada awak atau personel alat angkut maupun kepada petugas kesehatan di pelabuhan/ bandar udara/ PLBN setempat.

    Tonton juga video “Menkes saat Konpers KLB gegara MBG: Teringat Covid Dulu” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Heboh Air Hujan Mengandung Mikroplastik di Jakarta, Apa Bahayanya?

    Heboh Air Hujan Mengandung Mikroplastik di Jakarta, Apa Bahayanya?

    Jakarta

    Temuan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tentang air hujan di DKI Jakarta yang mengandung mikroplastik merupakan sinyal serius yang harus diwaspadai. Pasalnya, dalam jangka panjang, mikroplastik yang bisa saja tercampur dengan partikel-partikel toksik dapat membahayakan tubuh.

    “Penelitian bahkan menujukkan mikroplastik itu sudah ditemukan di paru-paru, darah, bahkan plasenta manusia dan ini menandakan potensi paparan yang kronis dan meluas,” kata Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman dalam keterangannya, Rabu (22/10/2025).

    “Adanya potensi peradangan kronis pada saluran napas atau usus, gangguan hormon endokrin disebabkan oleh bahan kimia aditif plastik seperti BPA (Bisphenol A), kemudian risiko kardiovaskular, dan stres oksidatif dari partikel mikro yang bersifat toksi,” sambungnya.

    Hal ini karena mikroplastik dapat ‘ditumpangi’ oleh logam berat dan mikroba patogen, sehingga memperbesar dampak kesehatan yang bisa terjadi pada manusia.

    “Mikroplastik itu juga menjadi perantara bagi sebaran penyakit, patogen, karena dia bisa nempel di situ. Artinya ini sama halnya dengan polutan yang bisa memperburuk situasi penyakit, artinya memperparah,” katanya.

    Terjadi di Banyak Negara

    Dicky menambahkan bahwa air hujan yang mengandung mikroplastik juga terjadi di banyak negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, China, Australia, hingga negara-negara di Benua Eropa.

    “Artinya mikroplastik bisa terbawa melalui atmosfer jarak ribuan kilometer. Di mana plastik ini beredar layaknya karbondioksida dan air, menjadi bagian permanen dari sistem Bumi ya, cukup miris,” katanya.

    Kumpulan mikroplastik di udara ini disebabkan banyak faktor, mulai dari ban kendaraan, debu pakaian sintetis dari proses mencuci dan mengeringkan, serta proses pembakaran sampah plastik yang tidak sempurna.

    “Penting untuk diketahui bahwa kita harus menetapkan standar ambang batas mikroplastik dalam air, udara, dan makanan,” kata Dicky.

    “Juga perlu kampanye literasi lingkungan supaya masyarakat memahami plastik tidak hanya mencemari laut, tapi ada di udara yang kita hirup dan hujan yang kemungkinan sebagian air hujan ditampung untuk diminum juga,” sambungnya.

    Bagaimana Mencegahnya?

    Menurut Dicky, ada banyak cara untuk setidaknya membantu mengurangi cemaran mikroplastik di udara, tanah, dan air. Seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, penggunaan bahan alami dan biodegradable (bahan yang dapat terurai alami oleh mikroorganisme).

    “Pemerintah daerah perlu untuk mengembangkan sistem pengelolaan air hujan dan limbah yang ramah lingkungan. Supaya mikroplastik tidak bersirkulasi,” katanya.

    “Lalu jangan membakar atau membuang plastik sembarangan, kurangi penggunaan detergen dan kosmetik yang mengandung mikroplastik, serta disarankan memilih pakaian berbahan alami, katun, linen untuk mengurangi pelepasan serat sintetis,” tutupnya.

    Tonton juga video “Pramono Respons Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)