Jenis Media: Kesehatan

  • Studi: Gigi Copot Bisa Jadi Pertanda Kematian Dini, Ini Alasannya

    Studi: Gigi Copot Bisa Jadi Pertanda Kematian Dini, Ini Alasannya

    Jakarta

    Sebuah studi komprehensif terbaru menemukan adanya hubungan signifikan antara kecepatan seseorang kehilangan gigi dengan peningkatan risiko kematian.

    Temuan ini tidak hanya menekankan pentingnya kesehatan mulut, tetapi juga menunjukkan bahwa kehilangan gigi bisa menjadi indikator utama masalah kesehatan serius lainnya.

    Meskipun hilangnya gigi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian sebelumnya (lebih sedikit gigi secara umum berarti peluang kematian dini yang lebih tinggi), studi ini adalah yang pertama berfokus pada laju atau kecepatan kehilangan gigi.

    Dikutip dari Science Alert, tim peneliti dari Sichuan University di China melacak laju kehilangan gigi pada 8.073 lansia selama rata-rata 3,5 tahun, kemudian membandingkannya dengan tingkat kematian mereka.

    “Di antara orang dewasa yang lebih tua, risiko kematian karena semua penyebab meningkat secara signifikan dengan kehilangan gigi yang lebih cepat, terlepas dari jumlah gigi awal,” tulis para peneliti.

    Hubungan ini tetap kuat bahkan setelah disesuaikan dengan faktor-faktor lain yang memengaruhi kesehatan, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kebiasaan minum alkohol, dan tingkat olahraga rutin.

    Indikator Masalah Kesehatan Serius

    Para peneliti menegaskan bahwa cepatnya kehilangan gigi tidak secara langsung membunuh seseorang. Sebaliknya, masalah kesehatan yang mendasari dan menyebabkan gigi copot dengan cepat itulah yang juga berpotensi memperpendek usia.

    Oleh karena itu, laju kehilangan gigi dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai kesehatan keseluruhan seseorang dan risiko kematian.

    Beberapa faktor yang diduga memengaruhi laju kehilangan gigi dan risiko penyakit adalah:

    Peradangan (Inflammation): Peradangan kronis di tubuh dan mulut.Diet Buruk: Orang dengan gigi yang lebih sedikit cenderung memiliki pola makan yang kurang seimbang karena kesulitan mengunyah, yang mengurangi nutrisi penting dan memperburuk masalah kesehatan.Obesitas dan Stres Psikologis.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Pakar ITB Ungkap Fakta Ilmiah Air Pegunungan sebagai Sumber AMDK

    Pakar ITB Ungkap Fakta Ilmiah Air Pegunungan sebagai Sumber AMDK

    Jakarta

    Air pegunungan kerap dijadikan klaim utama industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Bagi sebagian orang, banyak yang menafsirkan air pegunungan itu langsung diambil dari sumber mata air permukaan yang ada di pegunungan.

    Hal ini juga ditafsirkan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi (KDM) saat kunjungannya ke pabrik Aqua di Subang beberapa waktu lalu. Pada kesempatan itu, Dedi menanyakan apakah air yang digunakan berasal dari sungai atau mata air permukaan.

    “Saya sempat mengira bahwa Aqua memanfaatkan air mata air pegunungan sebagaimana yang sering digambarkan dalam iklan. Namun kenyataannya berbeda. Artinya di dalam pikiran saya bahwa airnya adalah air mata air. Karena namanya air pegunungan kan? Tapi kenapa dibor,” ujar KDM.

    Pakar Hidrogeologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Lambok M Hutasoit menjelaskan yang dimaksud air pegunungan yang digunakan industri AMDK itu bukanlah langsung dari mata air yang muncul di permukaan daerah pegunungan.

    Menurut Prof Lambok, sumber air pegunungan itu berada dalam sistem akuifer yang dihasilkan dari proses alami di pegunungan, yaitu hujan yang meresap ke dalam tanah, lalu mengalir ke sumber air dan diambil dari akuifer bawah tanah di pegunungan.

    Dia menegaskan ada alasan ilmiah mengapa industri besar memilih sumber air dari pegunungan dibanding air tanah biasa. Menurutnya, tidak semua air tanah aman untuk dikonsumsi meski air tanah sering mengandung mineral.

    “Salah satunya ada Kromium VI yang sangat beracun. Jadi, tidak sembarangan menggunakan air tanah untuk air minum,” ujar Prof Lambok, dalam keterangan tertulis, Kamis (23/10/2025).

    “Harus dianalisis kimianya terlebih dahulu,” sambungnya.

    Selain kandungan kimia, kualitas air juga sangat bergantung pada lapisan batuan. Dari berbagai jenis batuan, yang dianggap baik sebagai sumber air adalah batu pasir, kapur, dan gamping. Sementara itu, batu lumpur dinilai kurang baik karena mudah tercemar.

    “Batuan yang mengandung air bisa ditemukan di kedalaman dangkal maupun dalam. Tapi yang dangkal biasanya lebih rawan kontaminasi, baik dari toilet, selokan, maupun limbah lain,” pungkasnya.

    (akd/ega)

  • Ada Marathon di DKI, Ruas Jalan Ini Ditutup Sementara 25-26 Oktober!

    Ada Marathon di DKI, Ruas Jalan Ini Ditutup Sementara 25-26 Oktober!

    Jakarta

    Jakarta Running Festival (JRF) 2025 akan digelar selama dua hari, yakni pada 25 dan 26 Oktober. Untuk menyukseskan lomba lari tersebut, ada langkah penyesuaian lalu lintas demi keamanan, keselamatan, dan kelancaran JRF 2025.

    Direktur Utama PT Kelompok Lari Anak Bangsa, Dickie Widjaja mengatakan bahwa JRF tahun ini, akan diikuti sekitar 27.000 lebih pelari. Angka ini naik sekitar 68 persen dari JRF edisi sebelumnya, yang diikuti sekitar 16.000 pelari.

    “Karena skalanya naik besar sekali ya. Satu pastinya racepack collection, tahun ini kami menyediakan dua area terpisah. Secara counter-nya itu naik 350 persen dari tahun lalu. Harapannya runners itu nggak ngantri,” kata Dickie kepada awak media di Istora Senaya, Jakarta Selatan, Kamis (23/10/2025).

    “Untuk penutupan jalan dan juga barikade, kami kerja sama dengan Pemprov, Dishub, Satpol PP, dan lain-lain. Ingin memastikan keselamatan para pelari ketika mereka berlari di rute.

    Berikut ini, rincian ruas jalan yang akan ditutup sementara dan rute alternatif selama pelaksanaan wondr Jakarta Running Festival 2025

    Sabtu, 25 Oktober 2025

    Waktu Penutupan: Pukul 03.30 – 08.30 WIB

    Ruas Jalan Terdampak:

    Jalan Jenderal SudirmanJalan Gatot SubrotoJalan Gerbang PemudaJalan MH Thamrin (khusus area Bundaran HI)Jalan Sisingamangaraja

    Rute Alternatif:

    Utara (Sarinah) → Selatan (Blok M): Thamrin – Imam Bonjol – Rasuna Said – Tendean – Trunojoyo.Teluk Betung → Menteng (Timur): Sudirman – Thamrin – Medan Merdeka Barat – Imam Bonjol.Menteng (Timur) → Tanah Abang (Barat): Hos Cokroaminoto – Wahid Hasyim – Mas Mansyur.St. Karet (Barat) → Manggarai (Timur): RM Margono Djojohadikoesoemo – Galunggung – Sultan Agung.Manggarai (Timur) → Tanah Abang (Barat): Sultan Agung – Galunggung – Pasar Baru Timur III – RM Margono.Tanah Abang (Utara) → Kampung Melayu (Timur): Mas Mansyur – Prof Dr Satrio – Casablanca – KH. Abdullah Syafei.Kampung Melayu (Timur) → Tanah Abang (Utara): KH Abdullah Syafei – Casablanca – Dr. Satrio – Mas Mansyur.Slipi (Barat) → Cawang (Timur): Gatot Subroto – Simpang Semanggi – S Parman.Cawang (Timur) → Slipi (Barat): Gatot Subroto – Rasuna Said – Mas Mansyur – Penjernihan – Pejompongan – Tentara Pelajar – S Parman.Senopati/Pattimura → GBK: Hang Lekir 1-4 – Asia Afrika – Gerbang Pemuda

    Minggu, 26 Oktober 2025

    Waktu Penutupan: Pukul 03.00-09.00 WIB

    Ruas Jalan Terdampak:

    Jalan Jenderal SudirmanJalan Gatot SubrotoJalan Gerbang PemudaJalan Asia Afrika (simpang Gerbang Pemuda – simpang Pintu Satu Senayan)Jalan M.H. ThamrinJalan Medan Merdeka BaratJalan Medan Merdeka Selatan (sisi Utara)Jalan Imam Bonjol (Bundaran HI – Taman Suropati)Jalan Hos Cokroaminoto (Imam Bonjol – Rasuna Said, kecuali 1 lajur kiri masih bisa dipakai)Jalan HR Rasuna Said (sisi Timur & Barat, masih bisa lewat 1 lajur kiri)Underpass Mampang – KuninganJalan Sisingamangaraja

    Rute Alternatif:

    Harmoni → Senen: Juanda – Pos – Gedung Kesenian – Lapangan Banteng – Pejambon – Medan Merdeka Timur – Ridwan Rais – Kramat Kwitang – Pasar Senen.Harmoni → Kampung Melayu: Suryopranoto – Balikpapan – Cideng – Mas Mansyur – Dr Satrio – Casablanca – KH Abdullah Syafei.Harmoni → Blok M: Suryopranoto – Balikpapan – Tomang – S Parman – Pejompongan – Penjernihan – Pejompongan – Teuku Nyak Arief – Kyai Maja – Panglima Polim.

    Tanah Abang → Gambir: Abdul Muis – Majapahit – Juanda – Gedung Kesenian – Lapangan Banteng – Pejambon – Medan Merdeka Timur.Taman Suropati → Tanah Abang: Suropati – Teuku Umar – Cut Mutia – Menteng Raya – Ridwan Rais – Abdul Muis / Imam Bonjol – Hos Cokroaminoto – Galunggung – Karet Pasar Baru Timur.Sekitar Agus Salim → Blok M: Imam Bonjol – Rasuna Said – Tendean – Trunojoyo – Panglima Polim.Sekitar Kusuma Atmaja → Tanah Abang: Hos Cokroaminoto – Rasuna Said – Casablanca – Mas Mansyur.Sekitar Sumenep/Blora → Blok M: Blora – Kendal – Latuharhary – Galunggung – Rasuna Said.

    St. Karet → Manggarai: RM Margono – Galunggung – Sultan Agung.Suropati → Tanah Abang: Madiun – Sultan Agung – Galunggung – RM Margono.Tanah Abang → Kampung Melayu: Mas Mansyur – Dr. Satrio – Casablanca – KH. Abdullah Syafei.Kampung Melayu → Tanah Abang: KH. Abdullah Syafei – Casablanca – Dr. Satrio – Mas Mansyur.Kampung Melayu → Palmerah: KH. Abdullah Syafei – Casablanca – Dr. Satrio – Mas Mansyur – Penjernihan – Palmerah Timur.Slipi → Pancoran: Pejompongan – Penjernihan – Mas Mansyur – Dr. Satrio – Casablanca – Rasuna Said – Gatot Subroto.

    Cawang → Slipi: Rasuna Said – Dr. Satrio – Mas Mansyur – Penjernihan – Pejompongan – Tentara Pelajar – Gatot Subroto – S. Parman.Cawang → Blok M: Terusan Rasuna Said – Tendean – Trunojoyo – Panglima Polim.Blok M → Harmoni: Panglima Polim – Kyai Maja – Kebayoran Baru – Teuku Nyak Arief – Lingkaran Putri Hijau – Tentara Pelajar – Balikpapan – Suryopranoto.

    Halaman 2 dari 7

    (dpy/up)

  • Tubuh Sering Terasa Nyeri? Simak Tips Cegah Radang Sendi Sejak Dini!

    Tubuh Sering Terasa Nyeri? Simak Tips Cegah Radang Sendi Sejak Dini!

    Jakarta

    Rasa nyeri sendi di lutut, pergelangan, atau bahu sering muncul tanpa disadari, terutama setelah aktivitas berat. Namun sayangnya, rasa nyeri ini tak jarang dianggap ringan dan sepele meskipun berpotensi menyebabkan radang sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

    Dikutip dari berbagai sumber, radang sendi atau artritis adalah suatu kondisi terjadinya peradangan pada satu atau beberapa titik sendi. Pada umumnya, penderita merasa seperti nyeri, bengkak, kemerahan atau sensasi hangat pada sendi.

    Sebagai gejala awal, keluhan-keluhan seperti nyeri dan kaku pada sendi, gerakan sendi terbatas, kulit pada sendi berubah menjadi merah dan hangat, serta otot sekitar sendi mengecil dan kekuatannya menurun sering muncul bagi penderita radang sendi.

    Oleh sebab itu, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan sendi di masa depan:

    1. Perhatikan Asupan Nutrisi

    Asupan nutrisi seperti kolagen, kalsium, dan vitamin D diperlukan untuk menjaga elastisitas dan kekuatan sendi.

    Sebab itu, pastikan tubuh mendapatkan cukup vitamin D dan kalsium yang berperan dalam mempertahankan kepadatan tulang. Selain itu, lengkapi juga dengan asam lemak omega-3 yang bermanfaat untuk mengurangi peradangan pada sendi.

    2. Rutin Menjaga Tubuh dengan Olahraga

    Tak perlu olahraga berat, olahraga ringan juga bisa membantu menjaga kekuatan otot sekaligus mempertahankan fleksibilitas sendi. Olahraga ringan juga ampuh meningkatkan sirkulasi darah dan meredakan ketegangan pada sendi.

    Untuk mencegah peradangan pada sendi, lakukan berbagai aktivitas seperti berjalan kaki, berenang di kolam air hangat, atau bersepeda yang bisa menjadi pilihan aman dan efektif.

    3. Jaga Pola Makan dan Pastikan Tubuh Terhidrasi

    Mengonsumsi makanan sehat sangat penting dalam menjaga kesehatan sendi. Batasi makanan & minuman tinggi gula, perbanyak konsumsi makanan yang rendah kolesterol dan tinggi asam lemak omega-3 untuk melawan peradangan dan membantu meredakan nyeri sendi.

    Selain itu, pastikan tubuh terhidrasi dengan banyak minum air mineral. Hal ini dapat membantu mencegah peradangan pada sendi karena dehidrasi dapat menyebabkan kram otot dan memperburuk nyeri sendi.

    4. Konsumsi Suplemen untuk Kesehatan Sendi

    Selain menjaga pola hidup sehat, penting juga untuk memberikan asupan tambahan bagi sendi. Salah satunya dengan mengonsumsi NATURAL CHOICE JointCare yang diformulasikan khusus untuk membantu memelihara kesehatan sendi. NATURAL CHOICE JointCare memadukan bahan alam berkualitas dengan teknologi modern untuk hasil maksimal.

    Kombinasi bahan alami berkualitas (kunyit) dan teknologi modern (MSM, Chondroitin, dan Glucosamin) NATURAL CHOICE JointCare memberikan manfaat maksimal dalam mendukung kesehatan persendian. NATURAL CHOICE JointCare sekaligus membantu pembentukan tulang rawan sendi yang hadir dalam kemasan box dan botol praktis.

    Untuk mendapatkan manfaat yang lebih optimal, konsumsi NATURAL CHOICE JointCare 1 kaplet sebanyak 2-3 kali sehari sesuai aturan pakai. Pastikan untuk meminumnya secara rutin agar kandungan nutrisi terserap maksimal oleh tubuh. Konsisten mengonsumsi suplemen ini dapat membantu memelihara sendi bagi yang sudah mengalami nyeri sendi.

    NATURAL CHOICE JointCare produk dari PT Tempo Scan Pacific sudah tersertifikasi Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) dan Halal Majelis Ulama Indonesia (MUI), sehingga aman untuk dikonsumsi.

    Sedia selalu NATURAL CHOICE JointCare agar Always All Out di Momen Berharga. Suplemen ini bisa didapatkan di apotek terdekat maupun di Tempo Scan Herbal Store dan Tempomart.

    (ega/ega)

  • BGN Buka Suara soal Kepala SPPG Bekasi Diduga Lecehkan-Aniaya Karyawati

    BGN Buka Suara soal Kepala SPPG Bekasi Diduga Lecehkan-Aniaya Karyawati

    Jakarta

    Kasus dugaan pelecehan dan kekerasan terhadap seorang karyawati di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bekasi Selatan kini menjadi perhatian publik. Korban berinisial RD melaporkan atasannya,yang menjabat sebagai Kepala SPPG Bekasi Selatan, ke Polres Metro Bekasi Kota, pasca diduga mengalami perlakuan tidak pantas di lingkungan kerja.

    Peristiwa tersebut viral di media sosial. Dalam unggahan yang beredar disebutkan korban bukan hanya mengalami pelecehan, tetapi juga penganiayaan. Pelaku dikabarkan kerap memaki serta memperlakukan korban dengan kasar sejak hari pertama ia bekerja di kantor SPPG Jatiasih, Bekasi Selatan.

    Kasus ini dibenarkan oleh Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota, AKBP Braiel Arnold Rondonuwu.

    “Korban mengaku dianiaya. Pelapor belum datang untuk dimintai keterangan. Segera kita jadwalkan untuk meminta keterangan para pihak,” ujar Braiel saat dikonfirmasi, dikutip dari detikNews.

    BGN Turun Tangan, Sudah Diinvestigasi

    Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Prof Dadan Hindayana, memastikan pihaknya telah melakukan langkah investigasi awal dan menyerahkan penanganannya ke unit terkait agar segera ditindaklanjuti.

    “Kasus ini sudah kami investigasi dan diteruskan ke unit terkait untuk diproses,” tegas Prof Dadan kepada detikcom Kamis (23/10).

    Terkait kemungkinan pencopotan jabatan Kepala SPPG Bekasi Selatan, Prof Dadan mengatakan pihaknya masih menunggu surat resmi dari hasil pemeriksaan dan keputusan unit kepegawaian.

    Prof Dadan juga menegaskan BGN tidak mentoleransi segala bentuk kekerasan, pelecehan, maupun intimidasi di lingkungan kerja, termasuk di bawah struktur satuan pelayanan gizi.

    Ia menambahkan, kasus ini menjadi pengingat penting agar seluruh unit kerja di bawah BGN memperkuat budaya kerja yang aman dan bebas kekerasan.

    (naf/kna)

  • Polusi Udara di Tangsel-Depok Lebih Tinggi daripada DKI, BRIN Jelaskan Faktanya

    Polusi Udara di Tangsel-Depok Lebih Tinggi daripada DKI, BRIN Jelaskan Faktanya

    Jakarta

    Polusi udara di Tangerang Selatan dan Depok, Jawa Barat, disebut lebih tinggi dibandingkan wilayah DKI Jakarta.

    Berdasarkan data dari situs IQAir, kualitas udara di Tangerang Selatan pada Rabu (22/10/2025) tercatat mencapai angka 174 pada pukul 06.00 WIB, dan 172 pada Selasa (21/10) pukul 18.00 WIB.

    Sementara itu, kualitas udara di Depok pada Rabu (22/10) mencapai 158 pada pukul 07.00 WIB. Sehari sebelumnya, pada Selasa (21/10) pukul 20.00 WIB, indeks kualitas udara di kota tersebut sempat menyentuh angka 172.

    Adapun di wilayah DKI Jakarta, kualitas udara pada Rabu (22/10) tercatat paling tinggi di angka 152 pada pukul 08.00 WIB.

    Terkait hal tersebut Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ardhi Adhary mengatakan sebenarnya tak hanya wilayah Tangerang Selatan dan Depok saja yang tingkat polusinya tinggi, tetapi juga di daerah lain di sekitar Jakarta.

    Ardhi mengatakan sumber pemicunya disebabkan oleh sejumlah faktor. “Sumber polusi utama di daerah-daerah ini adalah transportasi (misal di jam2 sibuk), debu dari kegiatan konstruksi (misal dari jalan atau truk-truk bermuatan pasir), pabrik-pabrik liar (misal pabrik Bata atau tekstil). Sisanya Dari aktivitas masyarakat sendiri (misal pembakaran sampah),” ucapnya saat dihubungi detikcom, Kamis (23/10/2025).

    Dari sisi meteorologi, Ardhi mengatakan Jakarta lebih rendah tingkat polusinya karena berada di dekat pantai. Angin laut (sea breeze) yang terjadi pada siang hari akan mendorong polusi ke arah selatan, menuju wilayah Depok dan Tangerang Selatan.

    “Selain itu, Jakarta punya aturan yg lebih ketat untuk transportasi (misal sistem ganjil-genap), jd konsentrasi polusi dari kendaraan bisa ditekan,” ucapnya lagi.

    Di sisi lain, Ardhi mengatakan konsentrasi polusi udara seperti PM2.5 dan PM10 juga dipengaruhi oleh faktor meteorologis lainnya, termasuk curah hujan.

    Salah satu karakteristik hujan adalah kemampuannya untuk “mencuci” atmosfer dari partikel polutan. Itulah sebabnya udara terasa lebih segar setelah hujan turun.

    “Puncak polusi juga biasanya terjadi di Musim kemarau, ketika hujan sangat sedikit,” ucapnya lagi.

    Sementara itu, pada Kamis (23/10), terpantau kualitas udara di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, termasuk Tangerang Selatan dan Depok, menunjukkan indeks yang cukup baik setelah kawasan tersebut diguyur hujan pada Rabu (22/10).

    Berdasarkan data dari IQAir, kualitas udara di Tangerang Selatan berada pada angka 25 atau kategori baik pada pukul 11.00 WIB. Kondisi serupa juga terlihat di Depok, dengan indeks kualitas udara sebesar 36 atau kategori baik. Sementara itu, di DKI Jakarta, indeks kualitas udara tercatat di angka 28 pada waktu yang sama.

    Data dari aplikasi pemantau udara Nafas juga menunjukkan hasil sejalan. Pada waktu yang sama, wilayah Beji, Depok, mencatat indeks kualitas udara 10 atau kategori baik, sedangkan di Pondok Aren, Tangerang Selatan, tercatat 17 atau kategori baik.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

  • Deteksi Radiasi Cs-137, Petugas Kesehatan Periksa Warga Cikande

    Deteksi Radiasi Cs-137, Petugas Kesehatan Periksa Warga Cikande

    Foto Health

    Tripa Ramadhan – detikHealth

    Kamis, 23 Okt 2025 14:00 WIB

    Cikande – Petugas kesehatan memeriksa warga terdampak radiasi di Cikande, Serang. Warga di zona merah Cs-137 menjalani pemeriksaan dan dekontaminasi sebelum direlokasi.

  • Fenomena Childfree Terjadi di Thailand, Perempuan Mulai Ogah Punya Anak

    Fenomena Childfree Terjadi di Thailand, Perempuan Mulai Ogah Punya Anak

    Jakarta

    Survei nasional yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Thailand mengungkapkan hanya 63 persen wanita yang ingin memiliki anak. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang angka kelahiran di masa mendatang.

    Studi yang melibatkan 404 perempuan dengan usia rata-rata 34,2 tahun ini juga menemukan bahwa hanya 53 persen yang memiliki literasi kesehatan yang memadai terkait kehamilan, seperti nutrisi dan gaya hidup.

    Direktur Jenderal Departemen Kesehatan Thailand Dr Amporn Benjaponpitak, mengatakan bahwa 67 persen responden telah menikah atau memiliki pasangan. Sementara 29 persen masih lajang.

    Dari studi tersebut, ditemukan bahwa sepertiga dari responden lebih memilih untuk tidak memiliki anak.

    “Angka-angka ini menunjukkan adanya pergeseran pola pikir dan prioritas di kalangan perempuan Thailand. Jika kita ingin mendukung pertumbuhan keluarga, pertama-tama kita harus mendukung para perempuan yang memungkinkan hal tersebut,” jelas Dr Amporn, dikutip dari The Thaiger.

    Responden menunjukkan perlunya dukungan pemerintah yang lebih besar. Itu termasuk tunjangan anak universal, perpanjangan cuti hamil dengan gaji penuh hingga 180 hari, dan akses ke perawatan kesuburan bersubsidi seperti IVF, ICSI, atau perawatan gratis setelah prosedur IUI yang gagal.

    Melihat ini, direktur biro kesehatan reproduksi Dr Bunyarit Sukrat mencatat sebagian besar perempuan yang disurvei menyadari risiko selama kehamilan. Itu berkaitan dengan kesehatan mental yang buruk, penyalahgunaan zat, dan kondisi kronis, seperti hipertensi dan diabetes.

    Namun, terdapat kesenjangan pengetahuan di bidang-bidang utama. Menurut direktur divisi literasi dan promosi komunikasi kesehatan Dr Akkarawat Piaopongpakawat, hanya sedikit lebih dari separuh peserta yang memiliki pemahaman memadai tentang usia ibu, berat badan, gula darah, dan infeksi terkait kehamilan.

    “Perempuan menunjukkan kesadaran yang kuat tentang kesehatan umum dan gizi. Tetapi, kurang pengetahuan tentang faktor-faktor medis spesifik yang secara signifikan memengaruhi kesehatan ibu dan janin,” terang Dr Akkarawat.

    Menanggapi hal ini, departemen tersebut meningkatkan kampanye komunikasi di seluruh platform daring dan jaringan layanan kesehatan. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran akan kehamilan berisiko tinggi, pentingnya nutrisi pra-kehamilan, dan pencegahan infeksi seperti HIV dan sifilis.

    Rencana lain yang juga sedang disusun adalah menyediakan konsultasi kesehatan reproduksi. Sementara pemerintah sedang mempertimbangkan skema manfaat baru untuk mendorong kehamilan dan meningkatkan sistem pendukung bagi calon ibu.

    Temuan ini diharapkan dapat membentuk kebijakan mendatang. Sebab, Thailand menghadapi masa depan dengan angka kelahiran yang menurun dan dinamika keluarga yang berubah.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Video: Langit Jakarta Cerah, Kualitas Udara Hari Ini Sehat!

    Video: Langit Jakarta Cerah, Kualitas Udara Hari Ini Sehat!

    Video: Langit Jakarta Cerah, Kualitas Udara Hari Ini Sehat!

  • Salah Sangka Dulu, Orang yang Terlihat Malas Bisa Jadi Punya IQ Tinggi

    Salah Sangka Dulu, Orang yang Terlihat Malas Bisa Jadi Punya IQ Tinggi

    Jakarta

    Apakah kamu memilih bermalas-malasan dibandingkan beraktivitas fisik? Bisa jadi kamu adalah orang yang cerdas. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa orang yang tampak malas justru bisa termasuk di antara orang yang paling cerdas.

    Dikutip dari laman Your Tango, peneliti dari Florida Gulf Coast University menggunakan tes tertulis untuk menemukan kelompok penelitian yang tepat dalam menguji teori tersebut.

    Studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam Jurnal Psikologi Kesehatan ini membagi para peserta menjadi dua kelompok, mereka yang suka berpikir secara aktif mencari situasi yang merangsang pikiran dan mereka yang lebih suka melakukan apa saja selain berpikir.

    Hasilnya, kelompok yang senang menikmati kegiatan seperti memecahkan teka-teki menunjukkan tingkat Need for Cognition (NFC) atau kebutuhan akan kognisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang lebih menyukai aktivitas yang kurang merangsang mental.

    Hubungan antara Kecerdasan dan Tingkat Aktivitas

    Peserta diberikan monitor aktivitas yang melacak pergerakan mereka mereka setiap 30 detik. Dengan mengumpulkan data 20.000 poin per orang, para peneliti menganalisis dan membandingkan tingkat aktivitas antara kedua kelompok. Para peneliti menemukan perbedaan yang signifkan antara individu dengan NFC rendah dan NFC tinggi.

    Selama hari kerja, mereka yang memiliki NFC rendah lebih aktif dibandingkan kelompok dengan NFC tinggi. Namun, di akhir pekan, data menunjukkan bahwa kedua kelompok lebih cenderung bermalas-malasan.

    Jadi, apakah orang malas sebenarnya pintar dan orang pintar cenderung malas? Setelah 7 hari pengamatan, hasilnya menemukan bahwa kelompok ‘pemikir’ secara signifikan lebih sedikit berakivitas selama hari kerja dibandingkan mereka yang kurang suka berpikir mendalam.

    Para peneliti juga menemukan bahwa di akhir pekan, tingkat aktivitas orang malas dan pintar sama. Kemungkinan orang pintar memiliki kesempatan untuk bergerak lebih banyak dan akhir pekan memang dirancang untuk bersantai. Sehingga, mereka yang biasanya sangat aktif mengurangi aktivitas fisiknya.

    Orang Pintar Mungkin Terlihat Malas, tapi Sebenarnya Mereka Sedang Berpikir

    Para peneliti berteori, orang yang lebih pintar cenderung lebih malas karena memiliki rentang perhatian yang lebih panjang.

    “Temuan dari penelitian di Amerika Serikat mendukung gagasan bahwa orang dengan IQ tinggi tidak mudah merasa bosan, sehingga mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk berpikir, sedangkan mereka yang kurang suka berpikir cenderung cepat bosan, sehingga perlu mengisi waktunya dengan aktivitas fisik,” tulis studi tersebut.

    Orang cerdas tidak selalu perlu terus bergerak untuk mencari hiburan atau rangsangan baru. Dengan kata lain, orang pintar bisa betah berjam-jam di rumah hanya untuk membaca, tidur siang, atau merenang. Sementara, orang kurang cerdas cenderung ingin mengisi aktivitas agar otaknya tidak terlalu banyak berpikir.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/kna)