Jenis Media: Kesehatan

  • Biang Kerok Banyak Penyakit, Berapa Batas Maksimum Konsumsi Gula Garam Lemak Harian?

    Biang Kerok Banyak Penyakit, Berapa Batas Maksimum Konsumsi Gula Garam Lemak Harian?

    Jakarta

    Penyakit degeneratif kini semakin banyak ditemui pada usia yang masih tergolong muda. Mengenali anjuran batas maksimum konsumsi gula, garam, dan lemak harian dapat mengurangi risiko tersebut.

    Kondisi seperti hipertensi, diabetes, stroke, dan penyakit jantung dulu lebih sering dialami orang lanjut usia, tetapi sekarang makin banyak terjadi di usia produktif. Salah satu pemicu utamanya adalah pola makan tinggi Gula, Garam, dan Lemak (GGL).

    Di tengah gaya hidup yang serba cepat, pilihan makanan sering ditentukan oleh faktor praktis dan rasa. Makanan-makanan yang tinggi gula memang terasa lebih memuaskan dan makanan asin lebih menggugah selera. Namun konsumsi berlebihan dalam jangka panjang dapat memberi dampak besar pada kesehatan tubuh.

    Apa itu Penyakit Degeneratif?

    Penyakit degeneratif adalah penyakit yang muncul akibat penurunan fungsi atau kerusakan organ tubuh secara bertahap. Proses ini tidak terjadi dalam semalam, melainkan berlangsung perlahan dan sering tanpa disadari.

    Ada dua faktor risiko yang tidak bisa diubah, yaitu:

    1. Usia

    Semakin bertambah usia, metabolisme mulai melambat, pembuluh darah mengalami penurunan elastisitas, dan respons sel tubuh terhadap hormon seperti insulin ikut menurun.

    2. Keturunan/Genetik

    Seseorang bisa memiliki risiko/kecenderungan alami lebih tinggi mengalami hipertensi, diabetes, stroke, atau penyakit jantung karena faktor riwayat penyakit keluarga.

    Meski demikian, ada satu faktor risiko yang sangat berpengaruh dan sepenuhnya dapat dikendalikan, yaitu pola makan. Jadi penyakit degeneratif dapat kita cegah dengan mengurangi konsumsi GGL.

    Asupan gula yang berlebihan dapat memicu lonjakan glukosa darah yang membuat pankreas bekerja berat untuk memproduksi insulin. Garam berlebih bisa memicu peningkatan tekanan darah, sementara asupan lemak yang tinggi, terutama lemak jenuh dan lemak trans, mempercepat pembentukan plak pada pembuluh darah. Ketiganya saling berhubungan dan penyebab kesehatan menjadi buruk.

    Anjuran Batas Konsumsi GGL

    Kementerian Kesehatan RI menganjurkan batas konsumsi GGL harian berikut:

    Gula: maksimal 50 gram per hari.

    World Health Organization tahun 2015 menjelaskan konsumsi gula tambahan di atas 10% total energi harian meningkatkan risiko inflamasi sistemik, obesitas, dan diabetes.

    Garam: maksimal 5 gram per hari atau setara satu sendok teh.

    Studi dari jurnal Frontiers in Physiology tahun 2015 menunjukkan bahwa penurunan asupan garam

    Lemak: maksimal sekitar 67 gram per hari

    Laporan American Heart Association tahun 2019 menyebutkan bahwa mengurangi lemak jenuh dan trans menurunkan kadar kolesterol LDL serta risiko penyakit jantung koroner.

    Anjuran pembatasan GGL oleh Kementerian Kesehatan RI, bukan hanya angka yang dibuat tanpa dasar, melainkan hasil tinjauan ilmiah jangka panjang terhadap data kesehatan masyarakat dunia. Konsumsi yang melebihi batas yang dianjurkan dalam waktu lama akan meningkatkan beban kerja organ, mempercepat peradangan, dan memicu kerusakan jaringan.

    Penyakit Degeneratif yang Berkaitan dengan Konsumsi GGL Berlebih

    Beberapa penyakit yang berkaitan dengan konsumsi GGL berlebih adalah sebagai berikut.

    1. Stroke

    Stroke terjadi ketika suplai darah ke otak terhenti atau berkurang. Kondisi ini sangat berkaitan dengan hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi. Penelitian dari Jurnal Lancet Neural tahun 2021 menjelaskan bahwa ketiga faktor tersebut merupakan penyumbang utama risiko stroke secara global.

    Gula berlebih dapat merusak pembuluh darah halus (kapiler) di otak. Garam berlebih meningkatkan tekanan darah sehingga pembuluh darah dapat pecah. Kolesterol berlebih mempersempit aliran darah. Ketiganya saling berinteraksi dan mempercepat kerusakan.

    2. Hipertensi

    Garam menyebabkan retensi cairan di dalam tubuh. Semakin banyak garam yang dikonsumsi, tubuh akan menahan air lebih banyak untuk menyeimbangkannya. Hal ini menyebabkan volume darah meningkat dan tekanan pada dinding pembuluh darah naik.

    Studi ilmiah yang diterbitkan di Jurnal Nutrients tahun 2019 menunjukkan bahwa pengurangan garam secara konsisten menurunkan tekanan darah, termasuk pada individu yang sebelumnya tidak memiliki hipertensi.

    Hipertensi disebut sebagai silent killer karena sering berlangsung tanpa gejala, tetapi menjadi penyebab penyakit yang lebih berat seperti serangan jantung dan stroke.

    3. Diabetes

    Konsumsi gula berlebih dalam jangka panjang memicu resistensi insulin. Tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin sehingga gula tidak dapat masuk ke sel dan tetap tinggi dalam darah. Diabetes tipe 2 kemudian dapat memicu komplikasi lain seperti kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf.

    4. Penyakit Jantung Koroner

    Asupan lemak jenuh dan lemak trans berlebih meningkatkan kadar Low-Density Lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat. LDL yang tinggi dapat memicu pembentukan plak di dinding pembuluh darah (aterosklerosis).

    Ketika plak menebal, pembuluh darah menyempit sehingga aliran darah ke jantung berkurang. Kondisi ini dapat memicu nyeri dada (angina) hingga serangan jantung.

    Penelitian yang berjudul Reduction in Saturated Fat Intake for Cardiovascular Disease tahun 2020 menyatakan bahwa pengurangan lemak trans dan jenuh secara konsisten menurunkan risiko penyakit jantung koroner dalam jangka panjang.

    5. Penyakit Ginjal Kronis

    Tekanan darah tinggi dan gula darah tinggi merupakan dua penyebab utama kerusakan ginjal. Pembuluh darah pada ginjal menjadi kaku dan rusak, menyebabkan fungsi filtrasi menurun. Data dari National Kidney Foundation tahun 2025 mencatat bahwa 66% kasus penyakit ginjal kronis berhubungan dengan diabetes dan hipertensi yang tidak terkontrol.

    Kesimpulan

    Penyakit degeneratif bukan terjadi tiba-tiba. Ia terbentuk dari kebiasaan sehari-hari yang tampak sederhana tetapi berlangsung bertahun-tahun. Usia dan faktor keturunan memang tidak dapat diubah, namun pola makan dan gaya hidup dapat dikendalikan sepenuhnya.

    Membatasi konsumsi GGL bukan berarti harus menghindari penggunaan GGL dalam makanan, tetapi memahami bahwa tubuh harus membatasi konsumsi GGL. Apabila konsumsi GGL dilewati terus-menerus dari batas anjuran, akan berujung pada peningkatan risiko penyakit degeneratif.

    Terkait asupan GGL, detikcom Leaders Forum akan hadir dengan tema ‘Ancaman Gula Berlebih: Manis Sesaat, Diabetes Sepanjang Hayat’. Hadir sebagai pembicara, Kepala BPOM RI Taruna Ikrar, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi, CEO Nutrifood Mardi Wu mewakili pelaku usaha pangan, dan dokter spesialis penyakit dalam dari Brawijaya Hospital dr Erpryta Nurdia Tetrasiwi, SpPD.

    Nantikan penayangannya, Jumat (31/10/2025) di detikcom.

    Halaman 2 dari 5

    Simak Video “BPOM Akan Edukasi Masyarakat soal Labeling Gula, Garam, Lemak”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • Waspadai Gejala Stroke Ringan dan Aritmia, Dialami Kak Seto Sampai Dirawat RS

    Waspadai Gejala Stroke Ringan dan Aritmia, Dialami Kak Seto Sampai Dirawat RS

    Jakarta

    Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto dirawat di rumah sakit setelah mengalami stroke ringan dan aritmia. Ia diketahui mulai menjalani perawatan sejak Sabtu (15/10).

    Melalui akun Instagram pribadinya @kaksetosahabatanak, Kak Seto membagikan kisah saat pertama kali mengalami gejala hingga kondisinya kini.

    Pada 20 Oktober, Kak Seto mengaku sempat merasakan pusing dan linglung, namun tetap beraktivitas seperti biasa. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk memeriksakan diri setelah keluhan tersebut tak kunjung membaik.

    “Namun meski sudah tidur dan beristirahat, sampai hari Kamis (23/10) tak kunjung mereda juga. Hingga pada akhirnya di hari Jumat (24/10), saya baru ke Unit Gawat Darurat (UGD) melakukan serangkaian pemeriksaan yaitu: MRI (Magnetic Resonance Imaging), EKG (Elektrokardiogram) dan Cek Darah,” ucapnya, dikutip melalui akun instagram pribadinya, Rabu (29/10)

    Setelah menjalani pemeriksaan, Kak Seto didiagnosis mengalami stroke ringan atau mild stroke yang menyerang fungsi kognitifnya dan aritmia.

    Dikutip dari Archive of Physical Medicine and Rehabilitation (ACRM), seseorang yang mengalami stroke ringan atau mild stroke dapat merasakan berbagai gejala mental, perilaku, maupun fisik, mirip dengan gejala pada pengidap stroke berat.

    Sebagian gejala bisa menghilang dengan cepat, namun ada juga yang bertahan lebih lama. Gejala yang paling umum meliputi kelelahan, gangguan emosi, serta kesulitan memori, bahasa, fungsi fisik, dan sensorik.

    Setelah mengalami stroke ringan, seseorang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stroke kembali. Sebagian besar gejala dapat pulih seiring waktu, namun beberapa gejala mungkin bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

    Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, kehidupan sosial, pekerjaan, dan menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.

    baca juga

    === break===

    Sementara aritmia (juga disebut disritmia) adalah gangguan irama jantung, saat detak jantung menjadi tidak normal, bisa terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.

    Dalam kondisi normal, jantung berdetak secara teratur dan terkoordinasi, memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Namun, gangguan pada sistem listrik jantung atau bahkan masalah pada aliran darah yang dipompa jantung dapat mengubah irama tersebut.

    Menjaga irama jantung tetap normal sangat penting, karena jantung berperan sebagai “mesin utama” yang memasok oksigen dan nutrisi ke seluruh organ tubuh.

    baca juga

    ==break===

    Adapun gejala gangguan irama jantung bisa bervariasi, tergantung jenis dan keparahannya. Dikutip dari Cleveland Clinic, beberapa tanda yang umum antara lain:

    Jantung berdebar atau berdetak tidak beraturan.

    Pusing atau merasa seperti hendak pingsan.

    Pingsan tiba-tiba (fainting episodes).

    Sesak napas.

    Rasa tidak nyaman di dada.

    Lemas atau mudah lelah tanpa sebab yang jelas.

    Namun, tidak semua aritmia menimbulkan gejala. Dalam beberapa kasus, gangguan ini bisa terjadi secara “diam-diam” (silent) dan baru diketahui setelah pemeriksaan medis rutin.

    (suc/kna)

  • Disukai Warga +62, Makanan Ini Berisiko Picu Kanker Lambung dan Usus

    Disukai Warga +62, Makanan Ini Berisiko Picu Kanker Lambung dan Usus

    Jakarta

    Di Indonesia, cabai sudah menjadi bagian penting dalam banyak hidangan. Rasanya, seperti ada yang kurang jika makanan yang disajikan tidak pedas.

    Namun, terlalu banyak mengonsumsi cabai atau makanan pedas, memiliki risiko kesehatan. Seperti kanker lambung dan kanker perut.

    Dikutip dari Times of India, dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah melakukan riset apakah konsumsi cabai secara teratur dapat dikaitkan dengan risiko kesehatan, termasuk beberapa jenis kanker saluran cerna.

    Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Nutrition menemukan adanya hubungan yang kompleks antara cabai dan kanker saluran cerna.

    Meskipun asupan cabai dalam porsi sedang dapat memberikan beberapa efek perlindungan pada tubuh karena sifat antioksidannya, tapi jika makan dalam jumlah berlebih dapat meningkatkan risiko kanker yang memengaruhi esofagus, lambung, dan usus besar.

    Bagaimana Hubungannya?

    Senyawa bioaktif utama dalam cabai adalah capsaicin yang memberikan rasa pedas khas. Senyawa ini telah lama dipelajari manfaatnya bagi kesehatan, termasuk meredakan nyeri, efek anti-inflamasi, dan potensi pembakaran lemak.

    Namun, risiko terkait kanker juga masih beragam. Seperti yang ditemukan para peneliti, konsumsi cabai yang tinggi atau sering, terutama dalam bentuk mentah dan sangat pedas dapat menyebabkan iritasi kronis dan peradangan di saluran pencernaan.

    Seiring waktu, peradangan ini dapat menyebabkan kerusakan sel, suatu proses yang dapat meningkatkan risiko perkembangan kanker.

    Tergantung dengan Kuantitas, Frekuensi, dan Metode Persiapan

    Meskipun memiliki risiko kanker, konsumsi cabai yang sedang mungkin tidak berbahaya dan bahkan dapat memberikan manfaat karena sifat anti-oksidan dan anti-inflamasi capsaicin yang mendukung metabolisme.

    Jenis cabai dan pola makan secara keseluruhan, seperti tidak didukung dengan asupan buah, sayur, dan serat yang cukup juga dapat memengaruhi risiko kanker, sehingga pentingnya pola makan seimbang.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • Bak Mukjizat, Kepala Balita Terpisah dari Tulang Belakang Bisa Disambung Lagi

    Bak Mukjizat, Kepala Balita Terpisah dari Tulang Belakang Bisa Disambung Lagi

    Jakarta

    Bak mukjizat, peristiwa yang terjadi pada bocah berusia dua tahun bernama Oliver Staub tampak sulit dipercaya. Pasalnya, ia mengalami cedera fatal pasca ditabrak truk besar yang menyebabkan kepalanya terpisah dari tulang belakang.

    Dokter sempat menjelaskan kondisi Staub pasca kecelakaan bahkan hanya bisa bertahan beberapa hari. Namun, seperti keajaiban, Oliver berhasil selamat melalui operasi yang dilakukan University Chicago Medicine.

    Ketua Bedah Saraf di University of Chicago Medicine dr Mohamad Bydon menyebut anggota tubuh anak tersebut kini bahkan sudah bisa kembali bergerak. Kondisi yang jelas jauh berbeda pasca kecelakaan.

    Ayahnya, Stefan, menceritakan kilas balik seburuk apa kondisi yang dialami anaknya. Oliver kala itu ditemukan tak bernapas di kursi belakang dengan posisi kepala sangat tak wajar.

    “Saya yakin dia sudah meninggal,” kenang Stefan, dikutip dari cerita di YouTube The Staub Family, Rabu (28/10/2025).

    Bibi Oliver yang berada di mobil belakang langsung memberikan CPR dan membawanya ke rumah sakit. Di rumah sakit Meksiko City, dokter menyampaikan kabar pahit.

    “Kami menangis dan berpelukan. Kami bahkan sudah membicarakan soal pemakamannya,” kata bibi Oliver, Laura.

    Ketika rumah sakit menanyakan apakah mereka ingin mendonorkan organ Oliver, Laura menjawab tanpa ragu.

    “Oliver adalah anak paling ceria di dunia. Kami tahu, jika dia bisa membantu orang lain, dia pasti akan senang.”

    Kondisi Membaik

    Kondisi Oliver tiba-tiba membaik setelah 39 hari dirawat. Anak itu mulai menunjukkan tanda kesadaran setelah dinyatakan lumpuh total. Ia kemudian diperbolehkan pulang dengan penyangga leher dan selang pernapasan.

    “Dokter di Meksiko tampaknya sudah kehilangan harapan. Namun berkat ketelatenan orang tuanya, nyawa Oliver tetap bertahan,” beber dr Bydon yang sukses melakukan operasi.

    dr Bydon, dikenal dengan penelitian tentang pengobatan cedera tulang belakang menggunakan stem cell.

    Pada 11 Juli, tim dokter yang dipimpin dr Bydon melakukan dua tahap operasi besar, menyambungkan kembali tengkorak Oliver dengan tulang belakang, serta merekonstruksi lapisan saraf tulang belakangnya. Operasi ini sangat berisiko karena pada anak sekecil Oliver, sedikit saja kehilangan darah bisa berakibat fatal.

    Beberapa hari pascaoperasi, keajaiban itulah terjadi.

    “Dia mulai menggerakkan tangan kanannya. Awalnya kami pikir itu hanya refleks. Tapi lalu dia mulai menggenggam jari orang tuanya. Lalu jari-jari lain, kaki, dan bahkan bisa bernapas tanpa ventilator untuk beberapa waktu,” jelas dr Bydon.

    Ia bahkan menyebut pemulihan ini sebagai keajaiban medis.

    “Biasanya, kami hanya berharap pasien bisa menstabilkan lehernya. Tapi Oliver tidak hanya itu, dia bisa menggerakkan tubuhnya dan mulai merasakan ketika harus buang air kecil. Ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 3

    (naf/kna)

  • Pengakuan Orang-orang yang Pernah ‘Mati Suri’, Ini yang Dirasakan

    Pengakuan Orang-orang yang Pernah ‘Mati Suri’, Ini yang Dirasakan

    Jakarta

    Cahaya putih terang, pertemuan dengan entitas kuat, dan sensasi meninggalkan tubuh adalah gambaran klasik dari Pengalaman Mendekati Kematian (Near-Death Experience atau NDE). Namun, keterbatasan bahasa sering kali membuat deskripsi ini terasa tidak lengkap.

    Dikutip dari IFL Science, untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail, para peneliti kini meminta 50 partisipan untuk menggambar NDE mereka menggunakan pena biru. Tujuannya adalah untuk memahami “arsitektur” atau geometri ruang yang mereka navigasi selama pengalaman ineffable (tak terlukiskan) tersebut.

    Berdasarkan jawaban dan gambar partisipan (meskipun studi ini belum menjalani peer review), peneliti menemukan bahwa NDE cenderung terjadi dalam empat konfigurasi spasial yang berbeda:

    A-shapes (Bentuk A): Ruang visual berbentuk kerucut (conical). Peneliti menduga ini terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, menyebabkan hilangnya penglihatan tepi (mirip berada dalam terowongan gelap).B-shapes dan C-shapes (Bentuk B dan C): Ruang berbentuk lengkungan elips (elliptical arch-shaped spaces). Ini dianggap sebagai ruang transisi.C5-shapes (Bentuk C5): Ruang tertutup berbentuk elips 360 derajat (ellipsoidal enclosure). Ini adalah fase paling imersif.

    Para partisipan umumnya melaporkan bahwa pengalaman mendekati kematian mereka berprogres dari visi berbentuk kerucut (A-shape) ke visi imersif penuh (C5-shape), atau sebaliknya.

    Para penulis studi menyarankan bahwa pola ini mungkin mewakili urutan “defisit bidang visual” yang terkait dengan fungsi otak yang terganggu saat mendekati kematian.

    Fenomena “Keluar dari Tubuh”

    Selain memetakan ruang NDE, peneliti juga menanyakan di mana partisipan menempatkan diri mereka dalam setiap adegan. Hasilnya, ditemukan fenomena menarik terkait out-of-body experience:

    Saat Awal atau Akhir NDE: Ketika pengalaman keluar dari tubuh (out-of-body) terjadi, partisipan merasa diri mereka berada di luar tubuh (extracorporeally located) tetapi secara visual masih terikat dengan tubuh fisik dan lingkungan di sekitarnya.Selama Fase Lain: Pada fase NDE lainnya, partisipan tidak menggambarkan tubuh fisik atau lingkungan sekitarnya. Ini menunjukkan pemisahan fenomenologis di mana tubuh dan lingkungan tidak lagi berfungsi sebagai titik acuan bagi self mereka suggests a phenomenological decoupling in which body and environment cease to serve as reference points [for the self].].

    Dengan kata lain, self mereka hanya dapat ditempatkan secara fisik dalam ruang visual ketika mereka secara aktif melihat diri mereka masuk atau meninggalkan tubuh. Setelah sepenuhnya terpisah, self tidak lagi memiliki titik tetap dalam bidang visual.

    Temuan ini penting karena out-of-body experience adalah elemen yang umum; hanya 18 dari 50 partisipan yang mengatakan mereka tidak melihat diri mereka meninggalkan atau memasuki tubuh.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video SPPG Polda Jateng dengan Fasilitas Lengkap-Food Security Ketat”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • Heboh Monyet Lab Terinfeksi Virus Lepas usai Truk Kecelakaan di AS, Ini Faktanya

    Heboh Monyet Lab Terinfeksi Virus Lepas usai Truk Kecelakaan di AS, Ini Faktanya

    Jakarta

    Sekelompok monyet laboratorium yang diduga membawa penyakit dilaporkan kabur setelah truk pengangkutnya mengalami kecelakaan di jalan raya utama negara bagian Mississippi, Amerika Serikat.

    Menurut unggahan di laman Facebook Departemen Sheriff Jasper County, truk yang membawa monyet jenis rhesus itu terlibat kecelakaan di jalur antarnegara bagian (Interstate) 59 pada Selasa (28/10/2025).

    Pihak berwenang menyebut, monyet-monyet tersebut berasal dari Tulane University di New Orleans, Louisiana, dan terinfeksi beberapa jenis virus, termasuk hepatitis C dan COVID-19. Kondisi ini dianggap berpotensi menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia.

    “Monyet-monyet itu memiliki berat sekitar 40 pon (sekitar 18 kilogram), bersifat agresif terhadap manusia, dan hanya dapat ditangani dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap,” tulis pihak kepolisian dalam unggahan tersebut, dikutip dari Guardian.

    Sementara pihak Tulane University membantah klaim Departemen Sheriff Jasper County yang menyebut bahwa monyet-monyet laboratorium yang kabur tersebut terinfeksi virus.

    “Primata non-manusia di Pusat Riset Biomedis Nasional Tulane disediakan bagi lembaga penelitian lain untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahuan,” ujar pihak universitas dalam pernyataannya.

    “Monyet-monyet yang dimaksud dalam insiden ini bukan milik kami dan tidak membawa penyakit menular. Kami saat ini bekerja sama dengan otoritas setempat dan akan mengirim tim ahli perawatan hewan untuk membantu bila diperlukan,” lanjutnya.

    Lebih lanjut, sejumlah monyet dilaporkan telah dimusnahkan setelah berhasil lepas pada Selasa. Pihak kepolisian awalnya menyebut satu ekor hewan masih hilang, namun dalam pembaruan informasi kemudian mengklarifikasi bahwa setelah petugas dari Tulane University berhasil masuk ke dalam truk dan melakukan pengecekan jumlah secara menyeluruh, mereka memastikan tiga ekor monyet masih berkeliaran.

    Dikutip dari NBC News, Departemen Sheriff Jasper County memperingatkan masyarakat mengenai insiden di Jalur Antarnegara Bagian (Interstate) 59, yang membentang di bagian selatan dan timur Jasper County, tak lama setelah pukul 09.30 pagi waktu setempat.

    Pihak berwenang juga mengimbau warga untuk tidak mendekati monyet-monyet tersebut, karena hewan-hewan itu berpotensi menimbulkan ancaman kesehatan dan bersifat agresif terhadap manusia.

    Departemen sheriff menyatakan telah menghubungi perusahaan khusus pembuangan hewan untuk mengevakuasi bangkai monyet di lokasi kejadian. Sementara itu, pihak Tulane University berencana mengirimkan tim tambahan untuk menjemput monyet-monyet yang masih berada di dalam kandang dan belum melarikan diri.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Siasat BPOM RI Tanggapi Kasus Keracunan MBG yang Masih Berulang

    Siasat BPOM RI Tanggapi Kasus Keracunan MBG yang Masih Berulang

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Taruna Ikrar menyebut hingga saat ini ada hampir 10 ribu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang sudah mendapatkan rekognisi dari BPOM. Sebagai langkah pencegahan keracunan program makan bergizi gratis (MBG), sebelumnya pemerintah mewajibkan dapur SPPG untuk memiliki tiga sertifikat yaitu Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), sertifikat laik higiene dan sanitasi (SLHS), dan sertifikat halal, ditambah rekognisi dari BPOM RI.

    “Updatenya sampai sekarang ini angka pastinya kemarin katanya sudah hampir 10 ribuan. Jadi kita tunggu tahap berikutnya,” ucap Taruna ketika ditemui detikcom di Jakarta Selatan, Rabu (29/10/2025).

    Menurut Taruna, rekognisi yang diberikan BPOM untuk SPPG sangat penting. Ia berharap ini menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan untuk membantu mencegah terjadinya keracunan kembali. BPOM RI semula sempat menargetkan pemberian rekognisi pada 30 ribu SPPG hingga akhir tahun, tetapi di tengah insiden kasus keracunan pangan yang belum sepenuhnya teratasi, pihaknya bersama BGN masih fokus dalam perbaikan tata kelola SPPG yang saat ini tersedia.

    Ia juga menegaskan, SPPG yang sudah mendapatkan rekognisi dari BPOM tetap akan diawasi dengan ketat. Bukan berarti bebas dari pengawasan BPOM.

    “Nah, SPPG ini direkognisi tentu kita tetap awasi, supaya tidak terjadi kejadian keracunan seperti sebelum-sebelumnya. Oleh karena itu, kita bekerja sama dengan Badan Gizi Nasional,” ujar Taruna.

    “Bukan hanya SPPG-nya yang kita lihat, tapi kita siapkan mulai dari SPPI (Sarjana Penggerak Pembangunan Indnesia)-nya, termasuk penjama pangannya juga kita sudah latih. Jadi nanti SPPI nanti yang tanggung jawab terhadap pangan ini,” tandasnya.

    (avk/naf)

  • 8 Gambar Ini Bisa Mengelabui Mata! Fix, Kamu Jago Kalau Lihat dan Hitung Angkanya

    8 Gambar Ini Bisa Mengelabui Mata! Fix, Kamu Jago Kalau Lihat dan Hitung Angkanya

    Jakarta

    Mengerjakan tes buta warna sekilas mungkin terlihat sederhana, yaitu hanya menebak angka atau pola di antara warna-warna. Tapi, di balik gambar tersebut, ada tantangan visual yang cukup menarik.

    Kali ini tantangan semakin menarik karena ada soal matematika yang perlu dikerjakan. Bisakah kamu menyelesaikan semua tantangan ini?

    8 Tantangan Tes Buta Warna sekaligus Hitung Angka

    Fokus dan lihat angka dalam lingkaran dengan baik. Setelah itu selesaikan perhitungannya.

    1. Coba perhatikan angka berapakah keduanya lalu jumlahkan.

    Hitung-hitungan Nggak Pakai Mikir, Bisa Jawab Semua Tandanya Mata Sehat Foto: detikhealth

    2. Perhatikan dengan seksama. Apakah kamu bisa melihatnya dengan jelas?

    Hitung-hitungan Nggak Pakai Mikir, Bisa Jawab Semua Tandanya Mata Sehat Foto: detikhealth

    3. Kali ini adalah pengurangan. Ada dua angka di salah satu gambar.

    Hitung-hitungan Nggak Pakai Mikir, Bisa Jawab Semua Tandanya Mata Sehat Foto: detikhealth

    4. Pembagian angka satuan ini cukup mudah. Coba hitung berapa hasilnya.

    Tes Buta Warna, Bisa Lihat Angka di Gambar Berikut dan Tebak Hasilnya? Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

    5. Hanya perlu dijumlahkan. Berapa hasilnya?Tes Buta Warna, Bisa Lihat Angka di Gambar Berikut dan Tebak Hasilnya? Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

    6. Mungkin agak sulit ditebak nih. Tebak berapa hasil dari pengurangan ini?

    Tes Buta Warna, Bisa Lihat Angka di Gambar Berikut dan Tebak Hasilnya? Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

    7. Soal berikut adalah perkalian. Perhatikan dan hitung berapa hasilnya.

    Tes Buta Warna Sekaligus Hitung Angka, Bisa Jawab dalam 5 Menit Saja? Foto: detikhealth/Dharmajati Yusuf Fadli

    8. Soal terakhir, bisa melihat angkanya dengan jelas? Coba jawab dengan cepat

    Tes Buta Warna Sekaligus Hitung Angka, Bisa Jawab dalam 5 Menit Saja? Foto: detikhealth/Dharmajati Yusuf Fadli

    Jawaban Tes Buta Warna sekaligus Hitung Angka

    Apakah susah menyelesaikannya? Berikut beberapa jawaban tantangan tes buta warna sekaligus hitung angka.

    1. 4+8=12
    2. 9×8=72
    3. 38-2= 36
    4. 8:4=2
    5. 30+8=38
    6. 47-3=44
    7. 47×4=188
    8. 30:5=6

    Halaman 2 dari 3

    (elk/suc)

  • Berawal dari Keraguan, Operasi Jantung pun Berikan Harapan

    Berawal dari Keraguan, Operasi Jantung pun Berikan Harapan

    Berawal dari Keraguan, Operasi Jantung pun Berikan Harapan

  • Kenali Gejala Gangguan Irama Jantung, Salah Satunya Disertai Kliyengan

    Kenali Gejala Gangguan Irama Jantung, Salah Satunya Disertai Kliyengan

    Jakarta

    Respons irama jantung bisa dipengaruhi oleh sistem eksternal. Situasi yang berdampak pada sistem persarafan, seperti rasa takut, melihat sesuatu yang dibanggakan, bisa membuat jantung berdebar.

    Menurut spesialis jantung dan pembuluh darah Braveheart – Brawijaya Hospital Saharjo, Dr dr M Yamin SpJP(K) SpPD, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS, kondisi irama jantung yang tidak normal adalah ketika debaran datang tiba-tiba dengan cepat, tanpa ada pencetus yang fisiologis. Artinya, bukan sesuatu yang alamiah atau natural.

    “(Jantung berdebar) tiba-tiba. Apalagi, ini yang penting, disertai kliyengan yang hampir membuat pingsan. Jadi berdebar dengan kliyengan yang kira-kira membuat kita hampir pingsan. Itu salah satu gejalanya yang harus diperhatikan,” kata dr Yamin dalam tayangan detik Sore, Selasa (28/9/2025).

    Jika kunjungan ke dokter dilakukan saat tidak ada momen debaran jantung disertai gejala yang disebutkan, pasien akan ditanya mengenai riwayat keluarga. Terkadang dilakukan juga pemeriksaan fisik, untuk mengetahui ada tidak bunyi-bunyi jantung yang memberi petunjuk untuk suatu kelainan tertentu.

    “Kalau nggak dapat, kalau kita curiga ada kelainan yang struktural, misalnya jantungnya tebal, ototnya bocor, kelepnya bocor, kita bisa lakukan imaging,” tutur dr Yamin.

    Jika irama jantung yang tidak normal datang dalam 2-3 hari sekali, pasien bisa diberikan alat bernama halter monitoring. Patch kecil ini ditempel dan bisa merekam irama tubuh, bisa selama 24 jam atau hingga 2 minggu. Alat tersebut akan merekam detak jantung secara nonstop.

    “Kemudian kita analisis. Apalagi kalau saat direkam gejala itu muncul, kita akan tahu, apakah gejala yang dirasa dengan yang ditangkap oleh alat ini sinkron nggak?,” kata dr Yamin.

    “Kalau ketemu, maka kita langsung bisa menentukan jenis gangguan listriknya apa. Kita lakukan stratifikasi. Risiko ringan, sedang, atau berat,” tambahnya.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/up)

    Kematian Jantung Mendadak

    8 Konten

    Masalah jantung dan pembuluh darah kini makin banyak dialami kaum muda. Tren gaya hidup yang serba instan meningkatkan risiko obesitas dan risiko penyakit yang menyertainya, termasuk penyakit jantung. Kenali jenis-jenisnya dan cara mencegahnya.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya