Asah Otak
Aida Adha Siregar – detikHealth
Kamis, 30 Okt 2025 10:02 WIB
Jakarta – Melatih kemampuan berpikir bukan hanya menjawab soal matematika, tapi bisa juga menebak makna tersembunyi di balik gambar ini.

Asah Otak
Aida Adha Siregar – detikHealth
Kamis, 30 Okt 2025 10:02 WIB
Jakarta – Melatih kemampuan berpikir bukan hanya menjawab soal matematika, tapi bisa juga menebak makna tersembunyi di balik gambar ini.

Video: Gaya Hidup Tak Sehat Picu Kanker Payudara pada Remaja

Video: Rajin Banget Olahraga, Chicco Jerikho Beberkan Manfaatnya

Jakarta –
Taiwan Food and Drug Administration (TFDA) pada Selasa (28/10/2025), mengumumkan produk bakso goreng atau basreng dari Indonesia telah ditahan di perbatasan karena kandungan pengawet asam benzoat melebihi batas aman.
Menurut Standar Spesifikasi, Cakupan, Penerapan dan Batasan Bahan Tambahan Pangan Taiwan, produk semacam ini tidak termasuk dalam daftar jenis pangan yang diizinkan mengandung pengawet buatan tersebut, membuatnya melanggar Undang-Undang tentang Keamanan dan Sanitasi Pangan.
Dalam laporan resmi TFDA, produk tersebut berasal dari Isya Food, produsen asal Indonesia, dan diimpor oleh Taiwan Sheba Enterprise Co. Berikut detail produknya.
Bakso goreng dengan jumlah 1.072 KGM / 1.072 kg dengan asam benzoat pada konsentrasi 0,05 g/kg.Bakso goreng gurih dengan jumlah 1.008 KGM/1.008 kg, ditemukan asam benzoat pada konsentrasi 0,02 g/kg.
Penahanan ini terjadi sepekan setelah produk serupa juga sempat dihentikan masuk pada pada Selasa (21/10/2025). TFDA juga mengumumkan penahanan produk serupa dari perusahaan yang sama, Isya Food. Sebanyak 1.008 kilogram produk Basreng Cracker kala itu ditemukan mengandung pengawet asam benzoat sebesar 0,93 gram per kilogram.
“Produk yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen akan dikembalikan atau dimusnahkan sesuai dengan peraturan,” kata TFDA, dikutip dari laman resminya.
Apa Itu Asam Benzoat?
Dikutip dari Drugs dan Britannica, benzoic acid atau asam benzoat adalah senyawa kristalin tidak berwarna. Ia termasuk dalam kelompok benzoat, bersama dengan natrium benzoat dan kalium benzoat. Secara alami, asam benzoat dapat ditemukan dalam beberapa jenis makanan seperti cranberry, plum, prune, kayu manis, cengkeh matang, dan berbagai jenis buah beri.
Zat ini banyak digunakan sebagai pengawet makanan, serta dalam pembuatan berbagai produk kosmetik, pewarna, plastik, dan obat pengusir serangga (insektisida atau repelan).
Dalam industri farmasi, asam benzoat digunakan sebagai bahan tambahan tidak aktif yang berfungsi sebagai pengawet antimikroba, antijamur, serta pelumas tablet dan kapsul. Asam benzoat juga sering dikombinasikan dengan asam salisilat, seperti pada salep Whitfield, untuk mengobati infeksi jamur kulit seperti kutu air (athlete’s foot) dan kurap (ringworm).
Selain itu, asam benzoat merupakan prekursor penting dalam berbagai reaksi kimia organik yang menghasilkan senyawa turunan lain.
Di sisi lain, terkait temuan ini detikcom telah menghubungi Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM), namun belum mendapat respons hingga tulisan ini dipublikasikan.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video: Basreng Indonesia Ditahan Taiwan gegara Pengawet Melebihi Batas Aman”
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)

Jakarta – Studi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bahwa pola makan anak dan remaja di Indonesia masih jauh dari prinsip gizi seimbang. Mengapa demikian?
Menurut peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, anak-anak dan remaja kurang mengonsumsi buah dan sayur. Justru cenderung konsumsi makanan manis, asin, dan berlemak.
“Di sisi lain, konsumsi makanan manis, asin, dan berlemak justru tinggi. Sekitar lima dari sepuluh anak mengonsumsi minuman manis setiap hari.” ujar Rika Rachmalina dalam webinar Cegah Gizi Lebih, Kejar Gizi Baik.
(/)
brin pola makan anak pola makan remaja indonesia prinsip gizi seimbang gizi seimbang konsumsi makanan manis makan tak seimbang

Jakarta –
Pemerhati anak Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto tengah menjalani perawatan di rumah sakit setelah mengalami stroke ringan dan aritmia atau gangguan irama jantung. Keluhan awal yang dikiranya hanya pusing biasa ternyata merupakan gejala stroke ringan yang disebabkan oleh gangguan pada sistem peredaran darah di otak.
Menanggapi kondisi tersebut, neurolog dari Siloam Hospital, dr Pricilla Yani Gunawan, SpN, Subsp ENK(K) menjelaskan bahwa aritmia merupakan salah satu faktor risiko yang signifikan terhadap stroke, bahkan pada pasien yang tampaknya memiliki tekanan darah, gula, dan kolesterol normal.
“Gangguan irama jantung bisa meningkatkan risiko stroke hingga tujuh kali lipat, meskipun tensi bagus, kolesterol bagus, dan gula darah juga sudah terkontrol,” jelas dr Pricilla saat ditemui detikcom di Siloam Hospital Lippo Village, Rabu (29/10/2025).
Menurutnya, aritmia dan tekanan darah tinggi saling berkaitan, karena keduanya sama-sama dapat mengganggu aliran darah ke otak.
Ia juga menambahkan bahwa faktor usia dan tekanan darah yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko aritmia.
“Seiring bertambahnya usia, risiko aritmia juga meningkat,” ujar dia.
Mengutip Medical News Today, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa aritmia, terutama jenis atrial fibrillation (AFib), dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan darah di jantung yang kemudian berpindah ke otak dan menyumbat aliran darah. Kondisi inilah yang dapat memicu stroke iskemik.
Penelitian juga menyebutkan bahwa pasien dengan aritmia cenderung mengalami stroke yang lebih parah dan memiliki tingkat komplikasi lebih tinggi dibanding pasien tanpa gangguan irama jantung.
Halaman 2 dari 2
(kna/kna)

Jakarta –
Taiwan Food and Drug Administration (TFDA) baru-baru ini menemukan makanan yang berasal dari Indonesia, yakni bakso goreng atau basreng mengandung bahan pengawet asam benzoat yang melebihi batas aman. Makanan tersebut kemudian ditahan di perbatasan.
Adapun penahanan ini terjadi sepekan setelah produk serupa juga sempat dihentikan masuk pada pada Selasa (21/10/2025).
Dalam laporan resmi TFDA, produk tersebut berasal dari Isya Food, produsen asal Indonesia, dan diimpor oleh Taiwan Sheba Enterprise Co. Berikut detail produknya.
Bakso goreng dengan jumlah 1.072 KGM / 1.072 kg dengan asam benzoat pada konsentrasi 0,05 g/kg.Bakso goreng gurih dengan jumlah 1.008 KGM/1.008 kg, ditemukan asam benzoat pada konsentrasi 0,02 g/kg.
Zat tersebut tidak termasuk bahan tambahan pangan yang diizinkan dalam Standar Spesifikasi, Cakupan, Penerapan, dan Batasan Bahan Tambahan Pangan Taiwan, sehingga dinilai melanggar Undang-Undang Keamanan dan Sanitasi Pangan.
“Produk yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen akan dikembalikan atau dimusnahkan sesuai dengan peraturan,” kata TFDA, dikutip dari laman resminya.
Sebelumnya, pada Selasa (21/10), TFDA juga mengumumkan penahanan produk serupa dari perusahaan yang sama, Isya Food. Sebanyak 1.008 kilogram produk ‘Basreng Cracker’ kala itu ditemukan mengandung pengawet asam benzoat sebesar 0,93 gram per kilogram.
“Berdasarkan “Ruang Lingkup, Batasan, dan Spesifikasi Bahan Tambahan Pangan”, produk-produk yang disebutkan dalam laporan ini tidak termasuk dalam daftar makanan yang diizinkan dan tidak mematuhi Pasal 18 Ayat 1 Undang-Undang Keamanan dan Sanitasi Pangan,” kata TFDA.
Halaman 2 dari 2
(suc/up)

Jakarta –
Jalan kaki bukan sekadar aktivitas sederhana, tapi juga bisa jadi investasi untuk kesehatan jantung dan otak. Sebuah penelitian menunjukkan, cara tertentu untuk berjalan kaki diklaim dapat menurunkan risiko serangan jantung dan stroke hingga setengahnya.
Dikutip dari Times of India, Sebuah studi internasional yang dipimpin oleh para ahli di Sidney University (Australia) dan Europea University (Spanyol) menemukan ada cara berjalan yang efektif untuk jantung dan otak.
Jalan kaki memiliki banyak manfaat kesehatan, itu sesuatu yang tidak terbantahkan. Namun, cara untuk berjalan kaki juga penting untuk meningkatkan efektivitasnya.
Studi terbaru menemukan berjalan kaki 10-15 menit dalam sekali peregangan atau jalan kaki secara terus menerus, alih-alih beberapa kali jalan singkat dapat berdampak baik bagi jantung.
Dengan cara ini, para peneliti mengklaim dapat mengurangi risiko terkena penyakit kardiovaskular hingga dua pertiga dibandingkan mereka yang berjalan kaki kurang dari lima menit.
Tak hanya soal waktu, jumlah langkah yang lebih banyak memiliki manfaat kesehatan yang lebih besar daripada jalan kaki yang dipecah-pecah waktunya.
Para peneliti yang mempelajari 33.560 orang dewasa 40-79 tahun yang berjalan kurang dari 8.000 langkah per hari. Selama penelitian delapan tahun, ditemukan beberapa fakta.
Mereka yang rutin jalan kaki 10-15 menit per hari, hanya memiliki risiko 4 persen mengalami kejadian kardiovaskular seperti serangan jantung atau stroke.
“Bagi orang-orang yang paling tidak aktif, beralih dari jalan kaki singkat ke jalan kaki berkelanjutan yang lebih lama mungkin memberikan beberapa manfaat kesehatan,” kata salah satu penulis utama penelitian tersebut, dr Matthew Ahmadi di Sidney University.
Jalan kaki tersebut tidak harus cepat, ini bisa disesuaikan dengan masing-masing kemampuan tubuh. Selama kecepatan itu nyaman, namun stabil sudah mampu memberikan manfaat yang signifikan.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video: Himbauan Menjaga Kesehatan di Tengah Cuaca Panas”
[Gambas:Video 20detik]
(dpy/suc)

Jakarta –
Penyakit degeneratif kini semakin banyak ditemui pada usia yang masih tergolong muda. Mengenali anjuran batas maksimum konsumsi gula, garam, dan lemak harian dapat mengurangi risiko tersebut.
Kondisi seperti hipertensi, diabetes, stroke, dan penyakit jantung dulu lebih sering dialami orang lanjut usia, tetapi sekarang makin banyak terjadi di usia produktif. Salah satu pemicu utamanya adalah pola makan tinggi Gula, Garam, dan Lemak (GGL).
Di tengah gaya hidup yang serba cepat, pilihan makanan sering ditentukan oleh faktor praktis dan rasa. Makanan-makanan yang tinggi gula memang terasa lebih memuaskan dan makanan asin lebih menggugah selera. Namun konsumsi berlebihan dalam jangka panjang dapat memberi dampak besar pada kesehatan tubuh.
Apa itu Penyakit Degeneratif?
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang muncul akibat penurunan fungsi atau kerusakan organ tubuh secara bertahap. Proses ini tidak terjadi dalam semalam, melainkan berlangsung perlahan dan sering tanpa disadari.
Ada dua faktor risiko yang tidak bisa diubah, yaitu:
Semakin bertambah usia, metabolisme mulai melambat, pembuluh darah mengalami penurunan elastisitas, dan respons sel tubuh terhadap hormon seperti insulin ikut menurun.
Seseorang bisa memiliki risiko/kecenderungan alami lebih tinggi mengalami hipertensi, diabetes, stroke, atau penyakit jantung karena faktor riwayat penyakit keluarga.
Meski demikian, ada satu faktor risiko yang sangat berpengaruh dan sepenuhnya dapat dikendalikan, yaitu pola makan. Jadi penyakit degeneratif dapat kita cegah dengan mengurangi konsumsi GGL.
Asupan gula yang berlebihan dapat memicu lonjakan glukosa darah yang membuat pankreas bekerja berat untuk memproduksi insulin. Garam berlebih bisa memicu peningkatan tekanan darah, sementara asupan lemak yang tinggi, terutama lemak jenuh dan lemak trans, mempercepat pembentukan plak pada pembuluh darah. Ketiganya saling berhubungan dan penyebab kesehatan menjadi buruk.
Anjuran Batas Konsumsi GGL
Kementerian Kesehatan RI menganjurkan batas konsumsi GGL harian berikut:
Gula: maksimal 50 gram per hari.
World Health Organization tahun 2015 menjelaskan konsumsi gula tambahan di atas 10% total energi harian meningkatkan risiko inflamasi sistemik, obesitas, dan diabetes.
Garam: maksimal 5 gram per hari atau setara satu sendok teh.
Studi dari jurnal Frontiers in Physiology tahun 2015 menunjukkan bahwa penurunan asupan garam
Lemak: maksimal sekitar 67 gram per hari
Laporan American Heart Association tahun 2019 menyebutkan bahwa mengurangi lemak jenuh dan trans menurunkan kadar kolesterol LDL serta risiko penyakit jantung koroner.
Anjuran pembatasan GGL oleh Kementerian Kesehatan RI, bukan hanya angka yang dibuat tanpa dasar, melainkan hasil tinjauan ilmiah jangka panjang terhadap data kesehatan masyarakat dunia. Konsumsi yang melebihi batas yang dianjurkan dalam waktu lama akan meningkatkan beban kerja organ, mempercepat peradangan, dan memicu kerusakan jaringan.
Penyakit Degeneratif yang Berkaitan dengan Konsumsi GGL Berlebih
Beberapa penyakit yang berkaitan dengan konsumsi GGL berlebih adalah sebagai berikut.
Stroke terjadi ketika suplai darah ke otak terhenti atau berkurang. Kondisi ini sangat berkaitan dengan hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi. Penelitian dari Jurnal Lancet Neural tahun 2021 menjelaskan bahwa ketiga faktor tersebut merupakan penyumbang utama risiko stroke secara global.
Gula berlebih dapat merusak pembuluh darah halus (kapiler) di otak. Garam berlebih meningkatkan tekanan darah sehingga pembuluh darah dapat pecah. Kolesterol berlebih mempersempit aliran darah. Ketiganya saling berinteraksi dan mempercepat kerusakan.
Garam menyebabkan retensi cairan di dalam tubuh. Semakin banyak garam yang dikonsumsi, tubuh akan menahan air lebih banyak untuk menyeimbangkannya. Hal ini menyebabkan volume darah meningkat dan tekanan pada dinding pembuluh darah naik.
Studi ilmiah yang diterbitkan di Jurnal Nutrients tahun 2019 menunjukkan bahwa pengurangan garam secara konsisten menurunkan tekanan darah, termasuk pada individu yang sebelumnya tidak memiliki hipertensi.
Hipertensi disebut sebagai silent killer karena sering berlangsung tanpa gejala, tetapi menjadi penyebab penyakit yang lebih berat seperti serangan jantung dan stroke.
Konsumsi gula berlebih dalam jangka panjang memicu resistensi insulin. Tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin sehingga gula tidak dapat masuk ke sel dan tetap tinggi dalam darah. Diabetes tipe 2 kemudian dapat memicu komplikasi lain seperti kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf.
Asupan lemak jenuh dan lemak trans berlebih meningkatkan kadar Low-Density Lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat. LDL yang tinggi dapat memicu pembentukan plak di dinding pembuluh darah (aterosklerosis).
Ketika plak menebal, pembuluh darah menyempit sehingga aliran darah ke jantung berkurang. Kondisi ini dapat memicu nyeri dada (angina) hingga serangan jantung.
Penelitian yang berjudul Reduction in Saturated Fat Intake for Cardiovascular Disease tahun 2020 menyatakan bahwa pengurangan lemak trans dan jenuh secara konsisten menurunkan risiko penyakit jantung koroner dalam jangka panjang.
Tekanan darah tinggi dan gula darah tinggi merupakan dua penyebab utama kerusakan ginjal. Pembuluh darah pada ginjal menjadi kaku dan rusak, menyebabkan fungsi filtrasi menurun. Data dari National Kidney Foundation tahun 2025 mencatat bahwa 66% kasus penyakit ginjal kronis berhubungan dengan diabetes dan hipertensi yang tidak terkontrol.
Kesimpulan
Penyakit degeneratif bukan terjadi tiba-tiba. Ia terbentuk dari kebiasaan sehari-hari yang tampak sederhana tetapi berlangsung bertahun-tahun. Usia dan faktor keturunan memang tidak dapat diubah, namun pola makan dan gaya hidup dapat dikendalikan sepenuhnya.
Membatasi konsumsi GGL bukan berarti harus menghindari penggunaan GGL dalam makanan, tetapi memahami bahwa tubuh harus membatasi konsumsi GGL. Apabila konsumsi GGL dilewati terus-menerus dari batas anjuran, akan berujung pada peningkatan risiko penyakit degeneratif.
Terkait asupan GGL, detikcom Leaders Forum akan hadir dengan tema ‘Ancaman Gula Berlebih: Manis Sesaat, Diabetes Sepanjang Hayat’. Hadir sebagai pembicara, Kepala BPOM RI Taruna Ikrar, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi, CEO Nutrifood Mardi Wu mewakili pelaku usaha pangan, dan dokter spesialis penyakit dalam dari Brawijaya Hospital dr Erpryta Nurdia Tetrasiwi, SpPD.
Nantikan penayangannya, Jumat (31/10/2025) di detikcom.
Halaman 2 dari 5
Simak Video “BPOM Akan Edukasi Masyarakat soal Labeling Gula, Garam, Lemak”
[Gambas:Video 20detik]
(mal/up)

Jakarta –
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto dirawat di rumah sakit setelah mengalami stroke ringan dan aritmia. Ia diketahui mulai menjalani perawatan sejak Sabtu (15/10).
Melalui akun Instagram pribadinya @kaksetosahabatanak, Kak Seto membagikan kisah saat pertama kali mengalami gejala hingga kondisinya kini.
Pada 20 Oktober, Kak Seto mengaku sempat merasakan pusing dan linglung, namun tetap beraktivitas seperti biasa. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk memeriksakan diri setelah keluhan tersebut tak kunjung membaik.
“Namun meski sudah tidur dan beristirahat, sampai hari Kamis (23/10) tak kunjung mereda juga. Hingga pada akhirnya di hari Jumat (24/10), saya baru ke Unit Gawat Darurat (UGD) melakukan serangkaian pemeriksaan yaitu: MRI (Magnetic Resonance Imaging), EKG (Elektrokardiogram) dan Cek Darah,” ucapnya, dikutip melalui akun instagram pribadinya, Rabu (29/10)
Setelah menjalani pemeriksaan, Kak Seto didiagnosis mengalami stroke ringan atau mild stroke yang menyerang fungsi kognitifnya dan aritmia.
Dikutip dari Archive of Physical Medicine and Rehabilitation (ACRM), seseorang yang mengalami stroke ringan atau mild stroke dapat merasakan berbagai gejala mental, perilaku, maupun fisik, mirip dengan gejala pada pengidap stroke berat.
Sebagian gejala bisa menghilang dengan cepat, namun ada juga yang bertahan lebih lama. Gejala yang paling umum meliputi kelelahan, gangguan emosi, serta kesulitan memori, bahasa, fungsi fisik, dan sensorik.
Setelah mengalami stroke ringan, seseorang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stroke kembali. Sebagian besar gejala dapat pulih seiring waktu, namun beberapa gejala mungkin bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, kehidupan sosial, pekerjaan, dan menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.
baca juga
=== break===
Sementara aritmia (juga disebut disritmia) adalah gangguan irama jantung, saat detak jantung menjadi tidak normal, bisa terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.
Dalam kondisi normal, jantung berdetak secara teratur dan terkoordinasi, memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Namun, gangguan pada sistem listrik jantung atau bahkan masalah pada aliran darah yang dipompa jantung dapat mengubah irama tersebut.
Menjaga irama jantung tetap normal sangat penting, karena jantung berperan sebagai “mesin utama” yang memasok oksigen dan nutrisi ke seluruh organ tubuh.
baca juga
==break===
Adapun gejala gangguan irama jantung bisa bervariasi, tergantung jenis dan keparahannya. Dikutip dari Cleveland Clinic, beberapa tanda yang umum antara lain:
Jantung berdebar atau berdetak tidak beraturan.
Pusing atau merasa seperti hendak pingsan.
Pingsan tiba-tiba (fainting episodes).
Sesak napas.
Rasa tidak nyaman di dada.
Lemas atau mudah lelah tanpa sebab yang jelas.
Namun, tidak semua aritmia menimbulkan gejala. Dalam beberapa kasus, gangguan ini bisa terjadi secara “diam-diam” (silent) dan baru diketahui setelah pemeriksaan medis rutin.
(suc/kna)