Jenis Media: Kesehatan

  • RI Bakal Terapkan Nutri-Level, Ini Respons Pelaku Usaha

    RI Bakal Terapkan Nutri-Level, Ini Respons Pelaku Usaha

    Jakarta

    Pemerintah tengah menyiapkan sistem baru pelabelan informasi gizi pada produk pangan kemasan. Sistem pelabelan yang disebut Nutri Level ini, menurut rencana, akan dicantumkan di bagian depan kemasan untuk menunjukkan kadar gula, garam, dan lemak yang terkandung pada produk.

    CEO Nutrifood, Mardi Wu, menilai inisiatif ini merupakan langkah positif dari pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola makan sehat.

    “Ini inisiatif yang sangat baik dari pemerintah supaya masyarakat lebih aware dengan pilihan makanan yang sehat. Tentunya pelaku industri sangat mendukung kebijakan yang baik dari pemerintah,” ujar Mardi kepada detikcom.

    Menurut Mardi, pelaku industri membutuhkan waktu untuk menyesuaikan regulasi yang akan datang. Tetapi ia berharap sistem Nutri-Level dirancang secara komprehensif dan berlaku tidak hanya untuk pangan olahan, tetapi juga pangan siap saji agar tak terjadi “perpindahan” konsumen ke produk yang justru lebih tidak sehat.

    “Sistem Nutri-Level yang akan dibuat ini adalah sistem yang komprehensif. Artinya enggak cuma pangan olahan tapi juga pangan siap saji … supaya tidak berpindah dari satu tempat kemudian ke tempat yang lain malah lebih tidak sehat,” ungkap Mardi.

    CEO Nutrifood Mardi Wu di detikcom Leaders Forum Ancaman Gula Berlebih Foto: Rifkianto Nugroho/detikHealth

    Komitmen Pelaku Usaha

    Nutrifood sendiri menyebut telah sejak lama memproduksi produk dengan kontrol gula yang ketat. Mardi mengatakan bahwa sebagian besar produk mereka sudah berada dalam kategori yang lebih sehat dan siap mengikuti regulasi.

    Ia menambahkan, meski tiap industri memiliki tantangan berbeda, adaptasi tetap perlu dilakukan agar semua produk yang beredar di pasaran bisa memenuhi standar kesehatan.

    “Teman-teman industri lain mungkin butuh waktu untuk menyesuaikan, mereformulasi. Karena itu, sistem teknis untuk nutri level perlu memperhatikan berbagai masalah teknis agar produk yang disajikan benar-benar lebih sehat,” lanjutnya.

    Selain melakukan reformulasi, Nutrifood juga aktif mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya memahami batas konsumsi gula harian dan membaca label gizi dengan benar. Beberapa produk baru Nutrifood kini bahkan memiliki kadar gula di bawah 5 gram per gelas, sejalan dengan upaya perusahaan untuk mendukung pola hidup sehat masyarakat Indonesia.

    “Hampir semua produk kami dari dulu dibuat dengan gula yang terkontrol. Rata-rata minuman Nutrifood itu di bawah satu sendok makan gula, jadi sudah masuk kategori sehat,” ungkapnya.

    Mardi menilai, penerapan label Nutri Level akan membantu memperkuat upaya kolektif antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat dalam menciptakan ekosistem pangan yang lebih sehat.

    “Tujuannya supaya Indonesia bisa lebih sehat. Konsumen diuntungkan karena lebih tahu apa yang mereka konsumsi, sementara industri juga termotivasi membuat produk yang lebih baik,” tutupnya.

    @detikhealth_official Mardi WU selaku CEO dari nutrifood memberi tanggapan mengenai penerapan Nutrilevel di Indonesia! 🧐 #Nutrilevel #Nutrifood #Guladarah #infosehat ♬ original sound – detikHealth

    Halaman 2 dari 2

    (kna/up)

  • Siasat BPOM Bantu Tekan Angka Diabetes di Indonesia, Siapkan Label Nutri-Level

    Siasat BPOM Bantu Tekan Angka Diabetes di Indonesia, Siapkan Label Nutri-Level

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Taruna Ikrar menyoroti tingginya angka kasus diabetes di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan, prevalensi diabetes di Indonesia berada di angka 11,7 persen. Jika ditotal ada sekitar 30 juta kasus diabetes di Indonesia.

    Menurut Taruna, BPOM RI sebagai salah satu pihak regulator juga memiliki peran penting dalam hal ini. Hal ini berkaitan dengan konsumsi produk minuman manis dalam kemasan.

    Oleh karena itu, pihaknya saat ini tengah menggodok aturan label nutri-level. Nantinya, label nutri-level ini bisa dijadikan petunjuk untuk memilih produk minuman yang lebih rendah gula atau tidak mengandung gula sama sekali.

    Rencananya aturan label ini akan berlaku untuk mengatur kadar gula, garam, dan lemak (GGL) pada produk kemasan. Namun, saat ini pihaknya akan berfokus terlebih dulu pada minuman manis dalam kemasan.

    “Karena memang peraturan pemerintah nomor 28, ditambah yang payung hukumnya adalah Undang-Undang Kesehatan nomor 17 tahun 2023 itu, secara tegas kita diharapkan mengatur yang kita sebut dengan nutri-level itu,” ucap Taruna dalam acara detikcom Leaders Forum, Jumat (31/10/2025).

    “Karena tiga hal inilah (GGL) yang menyebabkan penyakit tidak menular, yang sebetulnya sangat membebani ekonomi nasional kita. Data yang saya dapatkan ada 73 persen penyebab kematian di negeri kita, itu disebabkan karena penyakit non-infeksi,” sambungnya.

    Pada saat ini, penerapan label nutri-level berada di tahapan edukasi pada masyarakat dan juga pelaku industri. Ia berharap penerapan nutri-level ini bisa diterapkan sesegera mungkin.

    Taruna mengungkapkan penerapan nutri-level memerlukan harmonisasi dari berbagai pihak. Misalnya dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Kesehatan, hingga pelaku industri.

    Jika nantinya harmonisasi itu sudah tercapai, Taruna menyebut aturan label nutri-level ini akan segera dibuat aturannya.

    “Aturan-aturan itu sebetulnya telah kita wadahi. Kita sekarang sudah melakukan pendekatan ke masyarakat termasuk pelaku usaha, dan beberapa tipologi yang telah kita dapatkan masukan itu,” ujar Taruna.

    “Baik apakah kita mengaturnya dalam bentuk label-nya itu di front label, tag-nya. Kemudian apakah bentuknya kita meniru, karena kan kita juga bisa ikutin beberapa negara-negara lain, Misalnya Singapura, yang lebih fokus pada nutri-level itu,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/up)

  • Gen Z Catat! Kepala BPOM RI Ungkap Pentingnya Jaga Asupan Gula Agar Tak Berlebihan

    Gen Z Catat! Kepala BPOM RI Ungkap Pentingnya Jaga Asupan Gula Agar Tak Berlebihan

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Taruna Ikrar menyampaikan pentingnya menjaga asupan makanan dan minuman manis. Menurutnya, ini harus menjadi perhatian serius mengingat kini tren mengonsumsi makanan dan minuman manis begitu besar di Indonesia, khususnya pada anak muda.

    Ia menjelaskan konsumsi gula tambahan, dibarengi konsumsi garam dan lemak secara berlebih dapat memicu berbagai masalah kesehatan, khususnya penyakit tidak menular.

    “Ya, tentu kita ada hal yang sangat penting kita lakukan bahwa mengatur kadar gula, mengatur kadar garam dan lemak itu sangat penting karena ini merupakan awal dari berbagai penyakit tidak menular,” ucap Taruna ketika ditemui detikcom, Jumat (31/10/2025).

    “Penyakit tidak menular itu melibatkan penyakit diabetes, penyakit degeneratif dan angka kematiannya di negeri kita sangat tinggi dibanding negara lain,” sambungnya.

    Taruna menjelaskan 80 persen penyakit non-infeksi disebabkan oleh konsumsi gula berlebihan. Konsumsi gula berlebihan dapat memicu masalah diabetes, yang dikenal sebagai ‘mother of disease’.

    Komplikasi dari diabetes jika tidak ditangani dengan baik dapat memicu berbagai masalah kesehatan lain, misalnya penyakit kardiovaskular.

    “Negeri kita sudah ada 30 juta pengidap diabetes, berarti sudah 11,8 persen penduduk kita kena diabetes. Nah, mengatur kadar gula makanan ini merupakan awal dari pencegahan penyakit ini,” ungkap Taruna.

    “Penyakit diabetes itu punya dampak yang sangat signifikan. Dia merupakan penyebab nanti penyakit kardiovaskuler, penyebab penyakit stroke, penyakit jantung, penyakit hipertensi, kidney disease, dan sebagainya,” sambungnya.

    Salah satu upaya yang dilakukan BPOM RI bersama Kemenkes adalah penerapan label nutri-level untuk minuman manis kemasan. Label ini nantinya akan membantu dalam memilih produk yang lebih sehat dan rendah gula.

    Meski rencananya penerapan label ini juga meliputi gula, garam, dan lemak, pemerintah rencananya akan berfokus pada kadar gula minuman manis dalam kemasan manis terlebih dulu.

    “Sehingga dengan harapan itu, indikatornya nanti insya Allah penyakit-penyakit non-infeksi kita menurun, dan yang kedua, penyakit diabetes di negara kita juga bisa dimitigasi supaya juga menurun jumlahnya,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/up)

  • BPOM RI Ungkap Proses Harmonisasi dengan Industri Demi Terapkan Label Nutri-Level

    BPOM RI Ungkap Proses Harmonisasi dengan Industri Demi Terapkan Label Nutri-Level

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Minuman (BPOM) RI Taruna Ikrar mengungkapkan proses penerapan label nutri-level pada kemasan minuman manis berada di tahap harmonisasi dan edukasi. Sebagai informasi, label nutri-level nantinya akan akan digunakan sebagai indikator pada kemasan yang mengelompokkan jenis produk dari kadar gulanya.

    Rencananya, label nutri-level akan diterapkan pada produk makanan dan minuman kemasan yang mengandung gula garam lemak (GGL). Namun, saat ini aturan nutri-level masih difokuskan pada minuman manis dalam kemasan.

    Taruna mengatakan penerapan label-nutri level memerlukan keterlibatan banyak pihak, misalnya Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, dan khususnya pelaku industri.

    Menurutnya, harmonisasi dengan pelaku industri adalah salah satu faktor paling penting. Pihak industri tentu memerlukan reformulasi khusus pada produknya sehingga bisa memenuhi standar label nutri-level yang lebih baik.

    “Jadi kalau kita bicara tentang reformulasi, tentu itu akan dari pelaku usaha akan mengeluarkan modal lagi untuk melakukan perbaikan, penggantian, marketing, dan sebagainya,” ungkap Taruna Ikrar dalam acara detikcom Leaders Forum, Jumat (31/10/2025).

    “Kalau itu satu dua nggak seberapa, tapi ini bisa ribuan sampai jutaan produk, dan itu tentu biayanya besar. Oleh karena itu, dalam prosesnya itu kita berharap dilakukan secara bertahap,” sambungnya.

    Taruna berharap penerapan label nutri-level nantinya bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan awareness terkait konsumsi gula. Dengan pemahaman yang lebih baik, konsumsi gula menurun, dan angka diabetes di Indonesia bisa menurun secara perlahan.

    Tantangan Reformulasi Bagi Industri

    CEO Nutrifood, Mardi Wu sebagai pelaku industri mengungkapkan beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan label nutri-level. Reformulasi produk memang menjadi salah satunya.

    Mardi mengatakan pihaknya selaku pelaku industri ingin membuat sebanyak mungkin produk di level A dan B. Namun di sisi lain, produk yang direformulasikan juga tetap harus bisa diterima oleh masyarakat.

    “Untuk bisa mengurangi gula, karakter tiap-tiap makanan itu memang beda-beda. Minuman dengan pH yang lebih rendah, yang lebih asam, itu butuh gula yang cukup banyak untuk bisa diterima, untuk diminum,” katanya dalam kesempatan yang sama.

    Mardi menegaskan komitmennya sebagai pelaku usaha untuk menghadirkan produk-produk sehat. Mardi mengatakan sebagian besar produk yang dimilikinya sudah berada dalam kategori yang lebih sehat dan siap mengikuti regulasi.

    Mardi juga menekankan proses edukasi terkait label nutri-level yang sebaiknya dilakukan secara bertahap. Dengan cara ini, diharapkan nantinya masyarakat lebih menerima dan tidak kaget setelah aturan diberlakukan, ditambah reformulasi yang dilakukan oleh pihak industri.

    “Kalau langsung itu kaget, lidah kita itu mungkin nggak akan segampang itu orang akan cari pelariannya gitu. Jadi intinya mungkin kita perlu harmonisasi gimana supaya strateginya, intinya ujungnya sama,” tandas Mardi.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/up)

  • Heboh Mikroplastik di DKI, Ilmuwan BRIN Wanti-wanti Ukuran Mr P Bisa Mengkerut

    Heboh Mikroplastik di DKI, Ilmuwan BRIN Wanti-wanti Ukuran Mr P Bisa Mengkerut

    Jakarta

    Jakarta belakangan dihebohkan dengan mikroplastik yang ikut turun bersamaan dengan air hujan. Meskipun tidak berdampak pada kesehatan secara langsung, paparan mikroplastik jangka panjang punya risiko mengganggu kesehatan, tak terkecuali ukuran penis laki-laki.

    Profesor Riset BRIN di bidang oseanografi, Muhammad Reza Cordova mengatakan masalah pada ukuran penis ini disebabkan oleh salah satu jenis bahan aditif kimia bahan pembuatan plastik.

    “Bahkan ada beberapa kajian kan yang menyatakan, bahan aditif material seperti ftalat (phthalates) dapat mengurangi ukuran penis,” kata Reza dalam acara detikPagi Jumat (31/10/2025).

    Tak hanya ukuran, zat-zat aditif dalam mikroplastik juga bisa mengganggu kesuburan pria.

    “Ini jadi satu problematika besar. Kita baru tahu tuh masalah plastik selama ini masalahnya kotor dan lain-lain. Ternyata ada banyak masalah kesehatan yang muncul yang baru diketahui sekarang nih,” katanya.

    “Mikroplastik kan baru diteliti di Indonesia kan mungkin baru sekitar 10-12 tahun terakhir,” sambungnya.

    Reza berharap dirinya bersama para peneliti lain di BRIN dapat melakukan penelitian lebih lanjut terkait bahaya mikroplastik pada kesehatan.

    (dpy/up)

  • BPOM Siapkan Label ‘Nutri Level’ untuk Produk Pangan Olahan, Ada Label A-B-C-D

    BPOM Siapkan Label ‘Nutri Level’ untuk Produk Pangan Olahan, Ada Label A-B-C-D

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI tengah menyiapkan penerapan label “Nutri Level” untuk produk pangan olahan. Label ini akan menandai kadar gula, garam, dan lemak dalam produk dengan sistem huruf A-D dan warna hijau hingga merah.

    Kepala BPOM Prof Taruna Ikrar mengatakan, langkah ini diambil untuk menekan tingginya angka penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia. Menurut Taruna, kebijakan ini merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 28 dan UU Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023.

    “Kondisi masyarakat kita lumayan besar ya, 30 jutaan penduduk punya peluang menderita diabetes. Itu angka yang sangat besar, enam kalinya penduduk Singapura,” ujarnya.

    Ia menyebut, 73 persen penyebab kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular yang erat kaitannya dengan pola konsumsi masyarakat. Karena itu, Nutri Level diharapkan dapat membantu publik memilih makanan yang lebih sehat.

    Tahap awal Nutri Level akan difokuskan pada produk tinggi gula, sebelum diterapkan pula pada garam dan lemak. Aturannya kini tengah difinalisasi.

    “Draft-nya sudah rampung, kami tinggal menunggu harmonisasi dengan kementerian terkait,” tambahnya.

    Label Warna Hijau hingga Merah

    Sistem Nutri Level nantinya akan menampilkan kode warna dan huruf untuk menandai kategori produk:

    A (hijau): kandungan gula di bawah standar, tergolong sehat.B (hijau muda): masih dalam batas sehat, tetapi mendekati ambang batas.C (oranye): sudah perlu diwaspadai.D (merah): menunjukkan kandungan gula berlebihan.

    “Kalau sudah mulai dari C ke D, masyarakat diharapkan mulai waspada. Kita ingin masyarakat menjadi cerdas untuk memilih makanan mana yang tepat untuk mereka,” ujar Taruna.

    Tahap awal penerapan Nutri Level akan difokuskan pada produk dengan kandungan gula, sebelum nantinya diperluas untuk garam dan lemak.

    “Untuk sementara kita gula dulu, tentang garam dan lemak selanjutnya akan berjalan,” ucap Prof Taruna.

    Diabetes Naik Dua Kali Lipat dalam 10 Tahun

    Dari sisi kesehatan masyarakat, dr Nadia Tarmidzi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, menyoroti tren peningkatan kasus diabetes yang cukup tajam.

    “Saat ini prevalensi penyakit gula di masyarakat Indonesia 11,7 persen. Kalau dibandingkan 10 tahun lalu, itu hanya 6 persen,” ujar Nadia.

    Dengan populasi Indonesia sekitar 280 juta jiwa, artinya ada lebih dari 30 juta penduduk yang hidup dengan diabetes atau berisiko tinggi mengalaminya.

    “Kalau penyakit gula ini tidak kita kendalikan, ujung-ujungnya bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, ginjal, bahkan kanker. Dan itu semua penyakit yang biayanya besar,” jelasnya.

    Ia menambahkan, penyakit tidak menular umumnya dipicu oleh perilaku dan pola konsumsi.

    “Kita sekarang hidup serba duduk manis, semua datang, makanan datang. Jadi perlu kita kendalikan pola konsumsi kita,” tegas Nadia.

    Halaman 2 dari 3

    (kna/up)

  • 4 Tips Cross-Training untuk Tingkatkan Performa Lari

    4 Tips Cross-Training untuk Tingkatkan Performa Lari

    Jakarta

    Untuk para pelari, cross-training bisa menjadi kunci agar performa tetap optimal sekaligus mengurangi risiko cedera. Latihan variasi ini melatih otot berbeda tanpa memberi beban berlebih pada tubuh. Berikut empat tips cross-training yang efektif untuk meningkatkan performa lari kamu:

    1. Pool Running

    Pool running atau lari di dalam air sangat cocok untuk meningkatkan jarak tempuh tanpa memberi tekanan berlebih pada sendi. Latihan ini menggunakan otot yang sama dengan lari di jalan, sehingga stamina tetap terjaga.

    Selain itu, pool training tidak ada impact keras di lutut dan pergelangan kaki, ideal untuk recovery atau menghindari cedera. Latihan ini juga efektif menjaga heart rate selama latihan jarak jauh, tetap membangun daya tahan.

    2. Latihan Sepeda

    Bersepeda, terutama di rute menanjak, membantu memperkuat otot paha depan (quads), hamstring, dan glutes. Dengan latihan ini, kamu akan menghadapi tanjakan saat lari jadi lebih ringan.

    Sepeda juga melatih endurance otot, sehingga otot lebih siap menghadapi sesi lari panjang. Ini juga merupakan alternatif latihan low-impact yang tetap meningkatkan kekuatan kaki.

    3. Angkat Beban

    Melakukan olahraga angkat beban mampu membantu melatih kekuatan kaki dan core. Latihan ini juga ,membuat lari lebih cepat dan efisien karena otot kaki lebih kuat. Angkat beban juga termasuk latihan maksimal dalam waktu singkat, sehingga cocok untuk jadwal padat. Bahkan, angkat beban dapat enambah stabilitas tubuh dan mengurangi risiko cedera saat lari intensitas tinggi.

    4. Pilates

    Jika mau finish strong dengan postur tubuh yang oke, latihan pilates kuncinya! Pilates berfokus pada postur tubuh, pernapasan, dan fleksibilitas. Latihan ini juga membuat napas lebih lega saat lari, mendukung endurance. Bahkan, pilates bisa digunakan untuk recovery day atau sebagai warm-up sebelum lari, menjaga tubuh tetap lentur dan siap beraktivitas.

    Setelah latihan, jangan lupa untuk relaksasi otot dengan pijatan ringan atau menggunakan krim pereda nyeri seperti Counterpain. Dengan kandungan menthol dan methyl salicylate-nya, Counterpain dapat memberikan efek hangat yang menenangkan serta membantu melancarkan aliran darah.

    Krim ini juga memiliki eugenol atau dikenal sebagai minyak cengkeh, yang memiliki sifat analgesik (pereda nyeri) ringan dan antiseptik. Dengan melakukan rehidrasi, pengisian energi, dan relaksasi otot, tubuh akan pulih lebih cepat dan risiko cedera bisa diminimalkan. Jadi, jangan lupa lakukan recovery agar tetap bugar dan siap menaklukkan event lari berikutnya!

    (akn/ega)

  • Alasan Prabowo Bentuk Tim Koordinasi MBG, Padahal Sudah Ada BGN

    Alasan Prabowo Bentuk Tim Koordinasi MBG, Padahal Sudah Ada BGN

    Jakarta

    Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menjelaskan alasan Presiden Prabowo membentuk Tim Koordinasi Penyelenggaraan Makan Bergizi Gratis (MBG). Padahal, sudah ada Badan Gizi Nasional (BGN) terkait menyelenggarakan pelaksanaan program prioritas tersebut.

    Pembentukan tim koordinasi nasional MBG menjadi kunci untuk memastikan koordinasi lintas kementerian dan lembaga berjalan efektif. Tim ini juga akan memiliki pelaksana harian yang bertugas memantau implementasi program di lapangan.

    “Ketua harian untuk di tim koordinasinya saja. Bukan di BGN-nya, tapi di tim koordinasi,” kata Prasetyo Hadi, dikutip dari Antara, Jumat (31/10/2025).

    “Tim koordinasi inilah yang secara lintas sektor, lintas kementerian diharapkan bisa memperkuat tata kelola pelaksanaan MBG,” sambungnya.

    Presiden Prabowo Subianto telah menunjuk Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan sebagai Ketua Tim Koordinasi dan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai anggota.

    Sebelumnya, Zulhas, mengatakan program MBG memiliki target agar bisa dirasakan oleh 82,9 juta manfaat, sehingga dibutuhkan tim koordinasi nasional agar program tersebut bisa berjalan sesuai rencana.

    “Kalau target 82,9 juta penerima manfaat belum tercapai, tim harian ini akan segera mengevaluasi dan memperbaikinya,” kata Zulhas.

    Jika 82,9 juta penerima manfaat mendapatkan satu porsi makan bergizi setiap hari, maka kebutuhan bahan pangan nasional akan meningkat signifikan.

    “Untuk satu porsi saja, kita butuh 89,2 juta butir telur, 82,9 juta potong ayam, belum termasuk ikan, sayur, buah, dan beras,” jelas Zulkifli.

    Kebutuhan tersebut, menurutnya, akan menjadi peluang bagi petani, peternak, dan pelaku usaha mikro di sektor pangan untuk ikut terlibat dalam rantai pasok program MBG.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • 3 Tips Recovery Setelah Lari agar Otot Tidak Kaku

    3 Tips Recovery Setelah Lari agar Otot Tidak Kaku

    Jakarta

    Belakangan ini, event lari marathon dan fun run banyak digelar di berbagai kota. Antusiasme masyarakat untuk mengikuti event ini pun semakin meningkat pesat. Namun, di balik euforia menyentuh garis finish, banyak pelari sering lupa pada hal penting setelah lomba, yakni proses recovery. Padahal, tanpa pemulihan yang tepat, otot bisa terasa kaku, nyeri, bahkan meningkatkan risiko cedera.

    Berikut tiga tips sederhana untuk membantu tubuh cepat pulih setelah berlari:

    1. Rehidrasi dengan Minuman Elektrolit

    Setelah berlari jauh, tubuh kehilangan banyak cairan dan mineral penting. Oleh karena itu, minumlah air putih atau minuman elektrolit untuk mengembalikan cairan elektrolit dan mempercepat pemulihan. Rehidrasi yang baik juga membantu mencegah kram otot dan rasa lelah berlebihan.

    2. Konsumsi Makanan Kaya Karbohidrat dan Protein

    Tubuh membutuhkan bahan bakar untuk memperbaiki jaringan otot dan mengisi kembali cadangan energi setelah lari. Kamu bisa mengonsumsi makanan bergizi seperti nasi, roti gandum, telur, ayam, atau buah. Pasalnya, kombinasi karbohidrat dan protein membantu mempercepat pemulihan otot dan meningkatkan stamina.

    3. Relaksasi Otot

    Relaksasi otot dengan pijatan ringan juga dapat membantu meredakan otot yang tegang pasca lari. Kamu juga bisa menggunakan krim pereda nyeri seperti Counterpain untuk meredakan pegal pada otot, nyeri sendi, keseleo dan nyeri akibat encok.

    Counterpain memiliki kandungan Metil Salisilat yang berfungsi sebagai agen penghangat yang membantu meningkatkan sirkulasi darah di area yang sakit dan meredakan nyeri otot serta sendi.

    Ada juga kandungan mentol yang memberikan sensasi dingin, diikuti sensasi hangat untuk membantu mengalihkan persepsi nyeri dan mengurangi peradangan. Krim ini juga memiliki eugenol atau dikenal sebagai minyak cengkeh, yang memiliki sifat analgesik (pereda nyeri) ringan dan antiseptik.

    Dengan melakukan rehidrasi, pengisian energi, dan relaksasi otot, tubuh akan pulih lebih cepat dan risiko cedera bisa diminimalkan. Jadi, jangan lupa lakukan recovery agar tetap bugar dan siap menaklukkan event lari berikutnya!

    (akn/akn)

  • Diabetes Tak Selalu Bergejala, Ini Saran Dokter Buat yang Doyan Manis

    Diabetes Tak Selalu Bergejala, Ini Saran Dokter Buat yang Doyan Manis

    Jakarta

    Konsumsi gula berlebihan dikaitkan dengan penyakit diabetes. Sayangnya, banyak orang yang tak sadar jika sudah mengonsumsi gula melebihi batas yang dianjurkan.

    Spesialis Penyakit dalam Brawijaya Hospital, dr Erpryta Nurdia Tetrasiwi, SpPD, mengatakan, skrining kesehatan penting dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya dampak konsumsi gula berlebih. Dengan mengetahui kadar gula darah, maka pola hidup yang sebelumnya mungkin tidak sehat bisa langsung diubah.

    “Kalau masalah gula harus cek lab, tentu saja. Tidak hanya gula sewaktu, jadi harus diagnosis untuk diabetes mellitus itu, paling tidak ada gula darah puasa, atau namanya HbA1c, ya itu adalah rata kadar gula darah 2-3 bulan terakhir, dimana kita jadi tahu, ‘oh saya ini aman gak sih?’ Atau saya masuk ke prediabetes, atau saya sudah diabetes, seperti itu,” kata dr Erpryta dalam acara detikcom Leaders Forum, Jumat (31/10/2025).

    Setelah melakukan pengecekan kadar gula darah, kesadaran diri akan muncul. Dari sanalah seseorang bisa memulai untuk membedakan makanan yang sehat dan tidak sehat. Menurut dr Erpryta, salah satu hal yang paling utama dari pencegahan penyakit tidak menular adalah lifestyle modification.

    “Dari pertama adalah diet. Diet itu bukan berarti tidak makan, tapi tahu apa yang dimakan,” tutur dr Erpryta.

    Penting untuk mengetahui asupan gula yang dianjurkan. Kementerian Kesehatan menyarankan batas konsumsi gula garam dan lemak yakni 50 gram per hari atau setara dengan 4 sendok makan.

    Pencegahan selanjutnya yang bisa dilakukan adalah melakukan aktivitas fisik. Olahraga yang disarankan yaitu 3 sampai 5 kali seminggu, dengan durasi 30 menit- sampai 45 menit.

    “Kalau bisa paling tidak 150 menit sehari. Dan ini ada catatannya, kalau memungkinkan jangan ada jeda 2 hari berturut-turut, misalnya hari ini olahraga, hari ini olahraga, besok istirahat bentar, boleh deh, tapi kalau bisa usahakan besok olahraga lagi. Seperti itu, dan jangan lupa untuk re-evaluasi berkala, karena kalau sekali doang ya percuma,” dr Erpryta mengingatkan.

    dr Erpryta bercerita, banyak pasien yang datang untuk memeriksakan kadar gula darah berkala, tapi tidak memerhatikan hasilnya. Mereka menganggap prosedur tersebut hanya formalitas semata. Ketika sadar, dirinya sudah prediabetes.

    “Jadi ini akumulasi, jadi semakin dini kita mengetahui, semakin kita bisa lifestyle modification, semakin kita bisa insya Allah hidup sehat,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/up)