Sekilas Terlihat Sama, Mampukah Kamu Menemukan Semua Perbedaannya?
Jenis Media: Kesehatan
-

Ternyata Cairan Tubuh Ini Bantu Cegah Sendi Kaku, Begini Kata Dokter
Jakarta –
Rutinitas harian yang padat sering kali membuat tubuh bekerja tanpa jeda. Mulai dari berpindah ruang rapat, duduk berjam-jam di depan komputer, hingga menembus kemacetan sepulang kerja semuanya menuntut energi ekstra.
Tanpa disadari, kebiasaan lupa minum air di tengah kesibukan dapat membuat otot menegang dan sendi terasa kaku. Kondisi ini terjadi karena tubuh kehilangan cairan dan mineral alami yang berperan menjaga kelenturan sendi yaitu cairan sinovial. Saat asupannya berkurang, gesekan antar sendi menjadi tidak sehalus biasanya, memicu rasa pegal bahkan kram.
Menjaga tubuh tetap tercukupi cairan dan mineral alami bukan hanya soal menghilangkan haus, tapi juga langkah sederhana untuk merawat sendi agar tetap lentur dan nyaman beraktivitas sepanjang hari. Dokter Ortopedi, dr. Asa Ibrahim Zainal Asikin, Sp.OT, mengatakan ciri-ciri orang yang mengalami kekurangan cairan sinovial merasakan nyeri saat bergerak, sendi terasa kaku terutama di pagi hari, atau bahkan muncul bunyi ‘krek’ saat digerakkan.
“Ini bisa jadi pertanda bahwa pelindung alami di sendi, yaitu tulang rawan dan cairan sinovial, mulai mengalami kerusakan. Salah satu penyebabnya memang faktor seperti usia, kelebihan berat badan, atau terlalu sering melakukan aktivitas berat. Tapi yang sering dilupakan adalah kurangnya asupan air mineral,” ujar dr. Asa kepada detikcom, Jumat (31/10/2025).
dr. Asa menjelaskan sendi pada manusia dilindungi oleh cairan sinovial yang berfungsi sebagai pelumas agar tulang dapat bergerak mulus tanpa gesekan. Cairan ini , kata dr Asa, sebagian besar terdiri atas air dan mineral.
“Ketika tubuh kekurangan cairan, apalagi jika kualitas air yang dikonsumsi rendah atau minim mineral, produksi cairan sinovial bisa terganggu. Akibatnya, sendi menjadi kaku, mudah nyeri, dan lebih cepat mengalami keausan,” ujar dr. Asa.
Maka dari itu, dr. Asa menekankan pentingnya rutin mengonsumsi air mineral yang mengandung mineral alami seperti magnesium, kalsium, dan kalium. Menurutnya, mineral-mineral tersebut berperan dalam menjaga kesehatan sendi, elastisitas tulang rawan, serta membantu regenerasi jaringan.
“Jadi, menjaga sendi tetap sehat nggak cukup hanya dengan olahraga atau menjaga berat badan tapi juga dimulai dari hal sederhana seperti minum air mineral berkualitas setiap hari,” jelasnya.
Selain itu, dr. Asa mengatakan bagi generasi muda khususnya Gen Z, yang kerap kali lupa minum air mineral. Ia menjelaskan hal tersebut nantinya dapat membuat tulang pada tubuh ‘tua’ sebelum waktunya, akibat kurangnya asupan mineral bagi tubuh dan kurangnya gerak (mager).
“Kurang gerak alias mager itu bukan cuma bikin badan kaku, tapi juga bikin tulang dan sendi jadi bermasalah. Kalau tubuh kekurangan cairan dan mineral, produksi cairan sinovial, pelumas alami sendipun akan terganggu. Jadinya sendi kaku, nyeri, dan lama-lama tulang bisa keropos sebelum waktunya,” ujar dr. Asa.
“Gerak aktif dan minum air mineral yang berkualitas itu investasi kesehatan jangka panjang supaya tulang dan sendi kamu tetep kuat dan sehat,” pungkasnya.
Salah satu air mineral yang baik untuk dikonsumsi sehari-hari adalah Le Minerale. Kandungan mineral alami pada Le Minerale membuat rasanya lebih segar, lebih enteng, dan tidak bikin eneg, sehingga kamu bisa minum lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan cairan dan mineral alami tubuh sepanjang hari.
Memenuhi kebutuhan cairan dan mineral alami tubuh bukan sekadar tentang banyaknya air yang diminum, tetapi juga tentang kualitas air mineral yang dikonsumsi.
Menjaga kesehatan sendi dan tulang dimulai dari kebiasaan sederhana seperti aktif bergerak dan mencukupi kebutuhan cairan dan mineral alami tubuh setiap hari. Penting untuk memastikan asupan air mineral yang kamu minum memiliki kandungan mineral alami agar tubuh tetap menjaga kebutuhan cairan dan mineral dengan baik dan fungsi sendi tetap optimal.
Le Minerale dengan kandungan mineral alaminya seperti magnesium, kalsium, dan kalium, membantu menjaga elastisitas sendi, memperkuat tulang, serta menjaga keseimbangan cairan dan mineral alami tubuh. Rasanya yang segar, ringan dan tidak bikin eneg juga membuat kamu lebih mudah memenuhi kebutuhan cairan dan mineral harian.
Mulai biasakan minum air mineral berkualitas seperti Le Minerale setiap hari sebagai langkah kecil yang berdampak besar, untuk menjaga sendi tetap lentur, tubuh tetap bugar, dan aktivitasmu tetap lancar tanpa rasa kaku atau nyeri.
(anl/ega)
-

Efek Kurang Minum Tak Cuma Kekurangan Cairan, Juga Ganggu Kesehatan Sendi
Jakarta –
Banyak orang mengira efek kurang minum air mineral hanya sebatas kekurangan cairan dan mineral atau menganggapnya sebagai masalah sepele. Padahal, kebiasaan sepele seperti ini juga bisa berdampak pada kesehatan sendi, terutama jika tubuh kekurangan cairan dan mineral alami dalam jangka panjang.
Dokter Ortopedi, dr. Asa Ibrahim Zainal Asikin, Sp.OT, menyampaikan cairan sinovial pada sendi manusia berperan penting sebagai pelumas alami yang menjaga pergerakan tulang agar tetap lancar. Jika tubuh kekurangan cairan atau mineral, pelumas ini berkurang sehingga sendi menjadi kaku, nyeri, dan rentan aus.
“Sendi manusia dilindungi oleh cairan sinovial yang berfungsi sebagai pelumas agar tulang bisa bergerak mulus tanpa gesekan. Cairan ini sebagian besar terdiri dari air dan mineral. Ketika tubuh kekurangan cairan, apalagi jika kualitas air yang dikonsumsi rendah atau minim mineral, produksi cairan sinovial bisa terganggu. Akibatnya, sendi menjadi kaku, mudah nyeri, dan lebih cepat mengalami keausan,” ujar dr. Asa dalam keterangannya, Jumat (31/10/2025).
Ia menjelaskan bahwa tanda-tanda seperti nyeri, kaku, atau bunyi ‘krek’ saat sendi digerakkan tidak boleh diabaikan. Kondisi tersebut bisa menjadi sinyal awal bahwa pelindung alami pada sendi mulai menipis dan mengalami kerusakan.
“Ciri-cirinya bisa berupa rasa nyeri saat bergerak, sendi terasa kaku terutama di pagi hari, atau bahkan muncul bunyi ‘krek’ saat digerakkan. Ini bisa jadi pertanda bahwa pelindung alami di sendi, yaitu tulang rawan dan cairan sinovial, mulai mengalami kerusakan,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa kurangnya asupan air mineral seringkali tidak disadari sebagai faktor pemicu gangguan sendi. Padahal, kekurangan cairan dan mineral yang terjadi terus-menerus bisa mengurangi produksi cairan pelumas alami.
“Salah satu penyebabnya memang faktor seperti usia, kelebihan berat badan, atau terlalu sering melakukan aktivitas berat. Tapi yang sering dilupakan adalah kurangnya asupan air mineral,” tambahnya.
Selain itu, kebiasaan kurang bergerak bisa memperburuk kondisi sendi, terutama jika tubuh juga kekurangan cairan dan mineral, sehingga sendi lebih mudah kaku, nyeri, dan berisiko mengalami pengeroposan tulang lebih cepat.
“Kurang gerak alias mager itu bukan cuma bikin badan kaku, tapi juga bikin tulang dan sendi jadi bermasalah. Kalau tubuh kekurangan cairan dan mineral, produksi cairan sinovial, pelumas alami sendi pun akan terganggu. Jadinya sendi kaku, nyeri, dan lama-lama tulang bisa keropos sebelum waktunya,” katanya.
Tak hanya itu, kekurangan asupan mineral juga dapat berdampak langsung pada kekuatan tulang dan otot. Jika dibiarkan, kondisi ini tak hanya memicu nyeri sendi, tapi juga meningkatkan risiko pengeroposan tulang serta gangguan postur tubuh.
“Kalau kebutuhan mineral tidak terpenuhi, apalagi jarang minum air mineral berkualitas, tulang bisa jadi lebih rapuh dan mudah nyeri. Risiko seperti osteopenia atau osteoporosis pun bisa muncul lebih cepat. Selain itu, kekurangan mineral juga bisa melemahkan otot penyangga tulang belakang, bikin postur memburuk dan sakit pinggang jadi sering terjadi,” katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kandungan mineral alami dalam air mineral memiliki peran penting untuk menjaga fungsi dan kekuatan sendi. Dengan memenuhi kebutuhan mineral alami, tubuh dapat mempertahankan elastisitas tulang rawan serta mempercepat proses regenerasi jaringan tulang.
“Karena itu, penting untuk rutin minum air mineral yang mengandung mineral alami seperti magnesium, kalsium, dan kalium. Mineral-mineral ini berperan dalam menjaga kesehatan sendi,” pungkasnya.
(anl/ega)
-

Sering Merasa Lemas Usai Yoga? Ini Penyebabnya
Jakarta –
Yoga kerap dipilih karena terlihat tenang dan ringan. Namun tak sedikit orang justru merasa tubuh melemas setelah sesi latihan selesai.
Meski minim lompatan atau gerakan kuat, yoga tetap melibatkan kerja otot statis, keseimbangan, dan kontrol napas yang membuat tubuh bekerja cukup intens dalam waktu lama. Bila tidak diimbangi kesiapan tubuh yang baik, rasa lelah bisa muncul meski gerakannya tampak sederhana.
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, Dr. Listya Tresnanti Mirtha, SpKO, SubspAPK(K), MARS menjelaskan bahwa kondisi tersebut berkaitan dengan bagaimana tubuh menjaga kestabilan fungsi otot dan sistem saraf selama beraktivitas fisik, termasuk pada olahraga low-impact seperti yoga.
“Tubuh itu butuh mineral seperti magnesium, kalium, dan natrium untuk menjaga kontraksi otot dan detak jantung tetap stabil,” ujar Dr. Listya dikutip dari Instagram detikcom, Senin (15/12/2025).
Pada latihan yoga, otot bekerja menahan posisi dalam durasi tertentu dan berpindah secara perlahan dari satu pose ke pose lainnya. Pola ini membuat otot dan saraf membutuhkan dukungan yang konsisten agar kontraksi dan relaksasi berjalan stabil sepanjang sesi latihan.
“Kalau kekurangan mineral, biasanya mulai terasa cepat lelah, napas terasa lebih pendek, jantung berdebar tidak biasa, kesemutan, otot bisa ‘protes’ hingga timbulah nyeri atau kram,” ucap Dr. Listya.
Kecukupan cairan dan mineral alami berperan penting dalam menjaga koordinasi gerakan, membantu kerja otot tetap seimbang, serta mengurangi rasa lelah berlebihan setelah latihan selesai.
Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, tubuh bisa memberi sinyal berupa lemas atau pegal meski intensitas olahraga terasa ringan.
“Caranya pilih air mineral yang mengandung mineral alami seperti magnesium, kalium, kalsium supaya kamu tetap terpenuhi cairan tubuh dan mineralnya, badan tetap bugar, dan pastinya aman dari risiko kekurangan cairan tubuh dan mineral,” katanya.
Karena itu, persiapan sebelum dan sesudah yoga tidak hanya soal pemanasan atau pendinginan, tetapi juga memastikan tubuh mendapat asupan yang mendukung fungsi alaminya selama bergerak.
Salah satu cara sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan mengonsumsi air mineral yang mengandung mineral alami dan rasanya segar serta ringan, seperti Le Minerale, agar kebutuhan cairan dan mineral tubuh tetap terjaga.
(akd/ega)
-

Ratusan Warga di AS Dikarantina usai Terinfeksi Virus Menular Ini
Jakarta –
Wabah campak dilaporkan terus meluas di perbatasan Utah, Arizona serta di South Carolina, Amerika Serikat. Ratusan orang kini harus menjalani karantina.
Otoritas kesehatan South Carolina mencatat 27 kasus baru campak dalam rentang Jumat hingga Selasa di wilayah barat laut Spartanburg County dan sekitarnya. Dalam kurun dua bulan, total 111 orang dilaporkan terinfeksi virus campak yang sebenarnya dapat dicegah melalui vaksinasi.
Lebih dari 250 orang, termasuk pelajar dari sembilan sekolah dasar, menengah, dan SMA di wilayah tersebut, saat ini menjalani karantina. Sebagian di antaranya bahkan harus dikarantina untuk kedua kalinya sejak wabah pertama kali terdeteksi pada Oktober lalu.
Sebagian besar kasus baru di South Carolina diduga berkaitan dengan paparan di Way of Truth Church di Inman. Pemimpin gereja tersebut disebut telah bekerja sama dengan baik dalam penanganan wabah.
“Mereka sangat membantu,” ujar epidemiolog negara bagian South Carolina, Dr Linda Bell, dikutip dari AP News.
Bell memperingatkan penularan masih terus berlangsung dan diperkirakan akan berlanjut selama beberapa pekan ke depan.
“Kami menghadapi penularan yang masih berlanjut dan kemungkinan besar akan berlangsung selama berminggu-minggu ke depan, setidaknya di negara bagian kami,” katanya.
Sementara itu, wabah campak juga membesar sejak Agustus di wilayah Arizona dan Utah. Mohave County, Arizona, telah mencatat 172 kasus, sedangkan Departemen Kesehatan Masyarakat Southwest Utah melaporkan 82 kasus.
Secara keseluruhan, Utah telah mengonfirmasi 115 kasus campak sepanjang tahun ini, sementara Arizona mencatat 176 kasus.
Secara nasional, jumlah kasus campak di Amerika Serikat kini mendekati 2.000 kasus, meski penyakit ini telah dinyatakan tereliminasi di AS sejak tahun 2000 berkat program vaksinasi rutin pada anak.
Halaman 2 dari 2
(suc/suc)
-

Bukan Cuma Faktor Usia, Kekurangan Mineral Juga Bisa Picu Nyeri Pinggang!
Jakarta –
Nyeri pinggang sering dianggap sebagai penyakit orang tua. Padahal, keluhan tersebut kini juga banyak dialami anak muda, bahkan di usia 20 hingga 30-an.
Bukan cuma karena faktor usia atau postur tubuh yang salah, ternyata kekurangan mineral juga bisa jadi salah satu penyebabnya. Menurut Dokter Orthopedi, dr. Asa Ibrahim, nyeri pinggang memang umum dialami seiring bertambahnya usia.
“Di atas usia 40 tahun, otot penyangga tulang belakang mulai melemah, dan bantalan antar tulang pun menyusut. Akibatnya, nyeri lebih mudah muncul, apalagi kalau postur sering salah atau kurang gerak,” jelas dr. Asa kepada detikcom.
Namun, dr. Asa mengingatkan fenomena nyeri pinggang kini banyak terjadi juga pada generasi muda.
“Sekarang, anak muda banyak yang udah mulai sakit pinggang karena gaya hidup yang gak sehat. Salah satunya karena kurang mencukupi kebutuhan cairan dan mineral tubuh dan salah pilih air mineral,” ujarnya.
Lebih lanjut, dr. Asa menjelaskan air mineral memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan tulang dan sendi.
“Air mineral bukan cuma sekadar pelepas dahaga, tapi juga sumber penting yang dibutuhkan tubuh, terutama untuk kesehatan tulang dan sendi. Kandungan seperti kalsium, magnesium, dan fosfor sangat dibutuhkan untuk mendukung fungsi tersebut,” lanjutnya.
dr. Asa menambahkan kurangnya konsumsi air mineral berkualitas dapat memperburuk kondisi tulang dan otot. Ketika kebutuhan mineral tubuh tidak terpenuhi, tulang bisa menjadi lebih rapuh dan mudah terasa nyeri. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis lebih cepat.
Selain itu, kekurangan mineral juga dapat membuat otot penyangga tulang belakang bekerja kurang optimal.
“Kalau ototnya lemah, postur tubuh gampang memburuk, dan akhirnya nyeri pinggang makin sering kambuh,” tambah dr. Asa.
Jadi, kalau kamu sering merasa pegal di area punggung bawah, jangan buru-buru menyalahkan usia atau posisi duduk, ya! Bisa jadi tubuh kamu sedang membutuhkan asupan cairan dan mineral alami untuk membantu menjaga kesehatan tulang dan sendi.
(anl/ega)
-

Kurang Mineral Alami & Mager Bisa Bikin Tulang Keropos Sejak Dini
Jakarta –
Gaya hidup sehat kini jadi tren di kalangan generasi muda, khususnya Gen Z. Namun, beberapa masih memiliki kebiasaan mager dan kurang minum air mineral yang bisa mengancam kesehatan tulang mereka.
Fenomena ini mulai terlihat pada Gen Z yang sering merasa kaku, pegal, atau nyeri sendi. Padahal, tanda-tanda tersebut bisa menunjukkan berkurangnya elastisitas tulang akibat kekurangan cairan dan mineral alami.
Dokter spesialis orthopedi dr. Asa Ibrahim, Sp.OT menjelaskan gaya hidup kurang gerak dan rendah asupan air mineral bisa mempercepat penuaan tulang. Ia menegaskan Gen Z perlu memenuhi kebutuhan cairan dan mineral tubuh yang cukup dan aktivitas aktif untuk menjaga sendi tetap sehat.
“Gen Z katanya paling update soal healthy lifestyle, tapi kenyataannya, mereka juga yang paling sering mager dan lupa minum air mineral alami, apalagi kalau asupan mineral penting juga diabaikan. Padahal, tanpa gerak, air, dan cukup mineral, tulang kamu bisa ‘tua’ sebelum waktunya,” kata dr. Asa, Kamis (30/10/2025).
Ia menjelaskan tubuh memiliki cairan sinovial yang berfungsi melumasi sendi. Cairan ini menjaga agar tulang dapat bergerak mulus tanpa gesekan.
Jika tubuh kekurangan cairan dan mineral, produksi sinovial bisa menurun sehingga sendi menjadi kaku dan mudah aus. Kondisi ini dapat memicu nyeri serta meningkatkan risiko osteoporosis dini.
“Kalau cairan sinovial berkurang, sendi bisa jadi kaku, nyeri, dan cepat aus. Itu sebabnya penting banget menjaga asupan air mineral yang berkualitas setiap hari,” jelas dr. Asa.
Ia menambahkan, mineral seperti magnesium, kalsium, dan kalium berperan besar dalam menjaga kekuatan serta fleksibilitas tulang. Ketiga mineral ini juga membantu proses regenerasi jaringan sendi agar tetap sehat.
“Menjaga sendi tetap sehat nggak cukup hanya dengan olahraga atau menjaga berat badan, tapi juga dimulai dari hal sederhana seperti minum air mineral berkualitas setiap hari,” tegasnya.
dr. Asa pun mengingatkan agar Gen Z tidak terlalu lama duduk sambil menatap layar gawai. Gerak aktif dan kecukupan mineral alami tubuh menjadi langkah sederhana untuk menjaga kesehatan tulang dan sendi di masa depan.
“Gerak aktif dan kebutuhan ciran dan mineral cukup itu investasi kesehatan jangka panjang supaya tulang dan sendi tetap kuat,” ujarnya.
Sebagai informasi, Le Minerale mengandung mineral alami yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan cairan dan metabolisme.Kandungan mineral alaminya membuat rasa Le Minerale lebih segar, enteng, dan tidak bikin eneg.
(akd/ega)
-

Kenapa Setelah Olahraga Sering Pusing atau Mual? Ini Penjelasan Dokter
Jakarta –
Pernah merasa pusing, mual, atau lemas sesaat setelah selesai berolahraga? Kondisi ini cukup sering dialami banyak orang, terutama setelah aktivitas fisik yang intens. Tak sedikit yang langsung menyimpulkan tubuhnya ‘tidak kuat olahraga’. Padahal, menurut dokter, penyebabnya tidak sesederhana itu.
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Dr dr Listya Tresnanti Mirtha, SpKO, SubspAPK(K), MARS menjelaskan, pusing atau mual setelah olahraga biasanya berkaitan dengan kesiapan dan kondisi tubuh, bukan semata-mata soal kemampuan fisik.
“Banyak orang mengira mereka tidak kuat olahraga, padahal seringnya keluhan ini muncul karena berhenti latihan terlalu mendadak, napas yang tidak teratur, latihan terlalu ngebut, perut kurang terisi, atau tubuh sedang kekurangan cairan dan mineral,” ujar Dr Listya, dikutip dari Instagram detikcom, Senin (15/12/2025).
Ia menjelaskan setiap hari tubuh secara alami kehilangan cairan dan mineral melalui keringat, napas, bahkan aktivitas ringan yang sering tidak disadari. Ketika berolahraga, jumlah cairan dan mineral yang keluar dari tubuh bisa meningkat berkali-kali lipat.
“Kalau yang keluar ini tidak diganti dengan cukup, tubuh mulai memberikan sinyal. Kepala terasa ringan, muncul rasa mual, badan lemas, sampai konsentrasi menurun,” jelas Dr Listya.
Menurut Dr Listya, kondisi tersebut bukan hanya disebabkan kurang minum air, tetapi juga karena berkurangnya mineral penting yang mendukung kerja tubuh. Cairan berfungsi menjaga aliran darah tetap lancar, sementara mineral seperti natrium, kalium, dan magnesium berperan penting dalam menjaga fungsi otot, saraf, serta kestabilan tekanan darah.
“Cairan bantu aliran darah tetap lancar, sementara mineral seperti natrium, kalium, dan magnesium itu yang bikin otot, saraf, dan tekanan darah tetap stabil. Tanpa ini, ibaratnya sistem dalam tubuh mulai ‘ngadat’,” kata Dr Listya.
Dr Listya menegaskan keluhan tersebut sebaiknya tidak langsung membuat seseorang takut untuk berolahraga. Justru, sinyal dari tubuh ini perlu dijadikan pengingat agar lebih memperhatikan kebutuhan dasar tubuh.
“Kalau kamu sering pusing atau mual setelah olahraga, jangan langsung panik. Coba cek dulu apakah tubuh kamu sudah mendapatkan cairan dan mineral yang cukup hari itu,” kata Dr Listya.
Menurutnya, olahraga tetap merupakan aktivitas yang sangat baik untuk kesehatan, selama dilakukan dengan cara yang tepat dan diimbangi dengan perawatan tubuh yang memadai.
“Ingat, olahraga itu bikin sehat, asal mesinnya dirawat. Tubuh bukan cuma butuh gerak, tapi juga butuh ‘isi ulang’,” ujar Dr Listya.
Sebagai langkah sederhana, Dr Listya menyarankan untuk mencukupi kebutuhan cairan dan mineral harian, salah satunya dengan mengonsumsi air mineral yang mengandung mineral alami. Dengan tubuh yang terhidrasi dan mineral yang tercukupi, risiko pusing atau mual setelah olahraga bisa diminimalkan.
“Jadi, yuk rawat tubuh mulai dari hal sederhana seperti cukupi kebutuhan cairan dan mineral dengan air mineral yang mengandung mineral alami, baru gas olahraganya deh detikers!” pungkasnya.
(anl/ega)
-

5 Kebiasaan yang Bikin Otak Anak Lambat Tumbuh, Ortu Wajib Waspada
Jakarta –
Perkembangan otak anak tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kebiasaan sehari-hari dan lingkungan pengasuhan. Tanpa disadari, sejumlah kebiasaan yang terlihat sepele justru dapat memperlambat tumbuh kembang otak anak, terutama pada usia emas.
Berikut lima kebiasaan umum yang tidak disadari memicu lambatnya perkembangan otak anak, dikutip dari Times of India:
1. Terlalu banyak screentime
Gawai, tablet, dan televisi kerap menjadi ‘penyelamat’ saat anak rewel. Namun paparan layar berlebihan dapat menunda perkembangan bahasa, menurunkan kemampuan fokus, dan mengurangi interaksi sosial.
Interaksi langsung seperti membaca buku, bercerita, atau bermain tanpa gadget terbukti jauh lebih efektif dalam membangun koneksi antar sel otak. Bahkan 30 menit interaksi berkualitas tanpa layar setiap hari sudah memberi dampak positif.
2. Melewatkan sarapan
Otak membutuhkan energi dan zat gizi untuk bekerja optimal. Melewatkan sarapan atau pola makan yang kurang seimbang dapat memengaruhi konsentrasi, daya ingat, dan suasana hati anak.
Dokter gizi medik dr Dian Novita Chandra, M.Gizi menjelaskan bahwa kecukupan zat besi harian masih menjadi tantangan besar pada anak usia 1 hingga 3 tahun.
“Kekurangan zat besi dapat meningkatkan risiko anemia, mengganggu perkembangan kognitif, menurunkan kemampuan belajar, serta meningkatkan kerentanan terhadap infeksi,” jelas dr Dian, kepada detikcom Senin (15/12/2025).
Pendekatan berbasis bukti ilmiah menjadi rujukan dalam pengembangan solusi nutrisi untuk anak dan ibu.
Medical and Scientific Affairs Director Danone Specialized Nutrition Indonesia, Dokter Ray Wagiu Basrowi menegaskan pentingnya riset sebagai dasar inovasi nutrisi.
Sepanjang 2025, berbagai publikasi ilmiah terkait kesehatan anak dan ibu telah dipresentasikan dalam forum nasional dan internasional, membahas isu-isu utama seperti anemia, stunting, kesehatan pencernaan, serta nutrisi maternal.
3. Kurang tidur
Tidur adalah fase penting bagi otak untuk tumbuh, memulihkan diri, dan mengolah informasi. Anak yang kurang tidur cenderung mengalami gangguan fokus, mudah tantrum, dan sulit belajar.
Rutinitas tidur yang konsisten, seperti membaca cerita, musik lembut, atau pijatan ringan, membantu otak anak mengenali waktu istirahat dan mendukung perkembangan neurologis yang sehat.
4. Jadwal anak terlalu padat
Les berlebihan, aktivitas terstruktur tanpa jeda, dan tekanan akademik sejak dini justru bisa menghambat perkembangan otak. Otak anak juga membutuhkan waktu istirahat.
Rasa bosan bukan musuh. Justru dari kebosanan, anak belajar berimajinasi, memecahkan masalah, dan mengembangkan kreativitas. Keseimbangan antara aktivitas terarah dan bermain bebas sangat penting.
5. Mengabaikan kebutuhan emosional anak
Perkembangan otak tidak hanya soal akademik. Rasa aman secara emosional menjadi fondasi utama proses belajar.
Anak yang sering dimarahi, dibanding-bandingkan, atau hidup dalam rasa takut akan berada dalam kondisi stres berkepanjangan. Dalam kondisi ini, otak sulit menyerap informasi baru secara optimal.
Respons penuh empati, pelukan, dan komunikasi yang tenang membantu otak anak berkembang dalam lingkungan yang sehat.
(naf/naf)
-

Jarang Minum Air Mineral? Hati-hati Sendi Bisa Rusak Perlahan
Jakarta –
Minum air mineral sering kali dianggap sepele oleh banyak orang. Padahal Kementerian Kesehatan mengungkapkan tubuh manusia mengandung air sekitar 60-70 persen.
Selain menghilangkan dahaga, air mineral berfungsi memenuhi cairan tubuh sehingga sel, jaringan, dan organ dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya, tubuh dapat mengalami gangguan kesehatan, termasuk sendi.
Banyak orang mengira sendi kaku atau sakit disebabkan karena salah posisi tidur atau cidera. Padahal, hal ini juga bisa disebabkan karena kekurangan cairan dan mineral.
Dokter Orthopedi, dr. Asa Ibrahim menjelaskan gejala sendi rusak dapat berupa nyeri saat bergerak atau rasa kaku di pagi hari. Meski sering dihubungkan dengan faktor usia, namun gejala ini ternyata bisa terjadi karena kurang cairan dan mineral alami.
“Salah satu penyebabnya memang faktor seperti usia, kelebihan berat badan, atau terlalu sering melakukan aktivitas berat. Tapi yang sering dilupakan adalah kurangnya asupan air mineral,” ujar dr. Asa kepada detikcom.
dr. Asa mengatakan manusia memiliki cairan sinovial yang berfungsi sebagai pelumas sehingga tulang bisa bergerak mulus tanpa gesekan. Sayangnya, fungsi cairan ini dapat berkurang jika tubuh mengalami kekurangan cairan dan mineral.
“Cairan ini sebagian besar terdiri dari air dan mineral. Ketika tubuh kekurangan cairan, apalagi jika kualitas air yang dikonsumsi rendah atau minum mineral, produksi cairan sinovial bisa terganggu. Akibatnya, sendi menjadi kaku, mudah nyeri, dan lebih cepat mengalami keausan,” jelas dr. Asa.
Oleh karena itu, ia pun mengimbau agar rutin mengonsumsi air mineral, terutama yang mengandung mineral alami seperti magnesium, kalsium, dan kalium.
“Mineral-mineral ini berperan dalam menjaga kesehatan sendi, elastisitas tulang rawan, serta membantu regenerasi jaringan. Jadi, menjaga sendi tetap sehat nggak cukup hanya dengan olahraga atau menjaga berat badan tapi juga dimulai dari hal sederhana seperti minum air mineral berkualitas setiap hari,” tutupnya.
Sebagai informasi tambahan, Le minerale memiliki kandungan mineral alami yang baik untuk tubuh. Selain itu, kandungan mineral alami ini membuat rasa Le Minerale lebih segar, lebih enteng, dan nggak bikin eneg.
(akd/ega)
