Asah Otak
Aida Adha Siregar – detikHealth
Senin, 03 Nov 2025 11:02 WIB
Jakarta – Kalau kamu suka dapat nilai 100 di ujian matematika, jangan sombong dulu. Coba jawab lima soal ini, kalau betul semua fix! Kamu genius!

Asah Otak
Aida Adha Siregar – detikHealth
Senin, 03 Nov 2025 11:02 WIB
Jakarta – Kalau kamu suka dapat nilai 100 di ujian matematika, jangan sombong dulu. Coba jawab lima soal ini, kalau betul semua fix! Kamu genius!

Foto Health
Rifkianto Nugroho – detikHealth
Senin, 03 Nov 2025 07:39 WIB
Jakarta – Tren serba manis mendekatkan generasi muda pada risiko diabetes. Butuh inovasi dan regulasi yang membantu para Gen Z menentukan pilihan yang lebih sehat.

Jakarta –
Penampilan aktor Shah Rukh Khan tengah menjadi sorotan publik. Ia baru-baru ini memamerkan perut sixpack-nya yang mencengangkan.
Di usianya yang sudah 60 tahun, Shah Rukh Khan masih tampak bugar dan berotot. Lantas, apa rahasianya bisa tetap sehat dan memiliki tubuh ideal di usia tersebut?
Sebelum film Om Shanti Om, Shah Rukh Khan dikenal karena karismanya, bukan karena latihan sit-up-nya. Tetapi, untuk lagu ikonis Dard-E-Disco tersebut, ia bekerja sama dengan pelatih selebritas Prashant Sawant, dan mereka membangun legenda ‘SRK six-pack’, yang terdiri dari:
Latihannya sungguh serius.Latihan beban lima hari seminggu.Menggabungkan plank, hanging leg raises, dan variasi crunch.Diet tinggi protein, minimal karbohidrat, tanpa gula.
Latihan ini bukan untuk menambah massa otot, melainkan untuk membentuk tubuh ideal. Shah Rukh Khan berfokus pada kekuatan fungsional dan stabilitas inti.
Setelah film Om Shanti Om, Shah Rukh Khan tidak selalu memamerkan perutntya. Tetapi, ia tetap menjalani gaya hidup bersih.
Shah Rukh Khan terkenal karena menghindari pesta larut malam, bangun pagi, dan berolahraga setiap hari bahkan di hari syuting.
“Jika aku bisa merawat tubuhku, tubuhku akan mengurus pekerjaanku,” katanya, dikutip dari Times of India.
Shah Rukh Khan juga mengurangi konsumsi junk food. Ia hanya mengonsumsi makanan rumahan sederhana dan menjaga latihannya singkat, tetapi intens.
Kardio, latihan beban, peregangan, dan kunci tetap konsisten di tengah jadwalnya yang padat.
Untuk film terbarunya, Pathaan, Shah Rukh Khan kembali berlatih dengan Prashant Sawant. Tetapi, kali ini fokusnya beralih ke pembentukan otot dan mobilitas.
Pelatihnya mengungkapkan Shah Rukh Khan mengikuti rencana latihan yang disusun secara ilmiah dan berkala, yaitu:
Latihan gabungan, terdiri dari deadlift, bench press, dan squat.Latihan fungsiona, terdiri dari battle rope, TRX, dan sirkuit kettlebell.Latihan inti, terdiri dari ab rollout, hanging leg raise, weighted crunch.Pola makan seimbang, yang terdiri dari protein tinggi (ayam, putih telur, lentil), lemak baik (alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun), dan banyak hidrasi.
Ia berlatih lima hari seminggu, dengan durasi hingga 90 menit per sesi. Dan tidak seperti kebanyakan bintang, Shah Rukh Khan tidak mengandalkan jalan pintas, tidak ada diet ketat, tidak ada bulking ekstrem. Hanya latihan cerdas dan konsistensi tanpa henti.
Shah Rukh Khan sangat mengutamakan disiplin, bukan obsesi.
“Anda tidak bisa menipu tubuh Anda. Ia mengingat segalanya,” itulah filosofi dari Shah Rukh Khan.
Shah Rukh Khan pernah berkata bahwa ia berlatih bukan untuk terlihat bagus di layar, melainkan untuk merasa muda, lincah, dan percaya diri. Itulah rahasia sebenarnya, konsistensi, bukan crunch.
Bahkan hari istirahatnya pun disengaja. Ia berfokus pada pemulihan, peregangan, dan kesadaran penuh. Tidak ada latihan berlebihan, tidak ada kelelahan.
Halaman 2 dari 3
Simak Video “Video KuTips: Resep Sehat Bugar ‘GEMBIRA’ ala Kak Seto di Usia 74 Tahun”
[Gambas:Video 20detik]
(sao/suc)

Jakarta –
Konsumsi serat penduduk Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya kebiasaan makan buah dan sayur. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan bahwa sekitar 96,7 persen penduduk belum memenuhi anjuran konsumsi sayur dan buah setiap hari. Pola makan yang lebih banyak mengutamakan nasi, lauk tinggi lemak, serta minuman manis membuat tubuh kekurangan komponen penting yang seharusnya membantu menjaga fungsi pencernaan.
Serat adalah zat penyusun makanan nabati yang tidak dicerna oleh tubuh secara langsung. Meski tidak dicerna, serat punya peran besar dalam menjaga ritme usus. Serat membantu mempertahankan bentuk feses, menjaga pergerakan usus agar tetap teratur, serta mendukung keseimbangan bakteri baik yang dibutuhkan tubuh. Jika Asupan serat rendah dan berlangsung dalam jangka panjang, pergerakan feses di usus menjadi lambat, sehingga air yang terkandung di feses terus-menerus diserap oleh usus mengakibatkan feses menjadi keras. Kondisi ini dapat memicu sembelit berulang.
Sembelit yang berlangsung lama tidak hanya membuat perut tidak nyaman. Dalam beberapa kasus, feses yang mengeras dapat membentuk massa/gumpalan padat yang disebut fekaloma. Gumpalan ini dapat menghambat aliran makanan dan gas di dalam usus. Jika saluran benar-benar tersumbat, kondisi ini dapat berkembang menjadi obstruksi usus. Gejalanya meliputi perut kembung, nyeri hebat, mual, muntah, hingga tidak bisa buang gas maupun buang air besar. Obstruksi usus merupakan kondisi yang perlu penanganan medis segera.
Serat terbagi menjadi dua jenis yaitu serat larut dan serat tidak larut. Serat larut menyerap air dan membentuk gel, yang membantu membuat proses pencernaan berjalan lebih teratur dan lembut. Sedangkan serat tidak larut berfungsi menambah volume feses sehingga merangsang gerakan usus. Kedua jenis serat ini bekerja saling melengkapi dalam menjaga kesehatan pencernaan.
Penelitian dalam Jurnal Nutrients tahun 2013 menjelaskan bahwa serat bekerja dengan menahan air di dalam saluran cerna sehingga feses lebih lunak dan volumenya tetap ideal. Kondisi ini membantu usus bergerak dengan ritme yang teratur. Waktu transit yang stabil membuat sisa makanan tidak menumpuk dan mengeras. Dengan begitu, risiko sembelit berat yang dapat berkembang menjadi penyumbatan usus dapat dicegah.
Sembelit yang muncul sesekali memang bisa hilang dengan memperbaiki asupan cairan dan makanan berserat. Namun perlu diperhatikan dengan serius ketika sembelit terjadi berulang atau berlangsung dalam jangka panjang.
Sebuah publikasi penelitian di Jurnal Clinical Case Reports tahun 2023, dilaporkan kasus obstruksi usus yang dipicu oleh konstipasi kronis yang tidak diatasi. Kondisi ini terjadi karena feses yang mengeras dapat menghambat jalur keluarnya sisa makanan di usus. Ketika aliran tersumbat, tekanan dalam usus meningkat, memicu nyeri perut hebat, kembung berlebihan, mual, muntah, hingga tidak dapat buang angin maupun buang air besar.
Selain itu, gerakan usus yang lambat dapat mengubah keseimbangan bakteri di dalamnya. Lapisan usus yang mengalami iritasi dan peradangan akan menjadi lebih sensitif dan rentan terhadap gangguan. Dalam kondisi tertentu, gangguan ini dapat berkontribusi pada peningkatan risiko obstruksi.
Beberapa kelompok lebih rentan mengalami gangguan pencernaan terkait serat yang rendah, seperti:
LansiaOrang yang kurang minum airOrang yang sering menahan buang air besarOrang dengan riwayat operasi perutOrang dengan pola makan rendah serat dalam waktu lama
Untuk kelompok ini, menjaga pola makan seimbang menjadi langkah pencegahan yang sangat penting.
Kebutuhan serat harian berkisar 20 sampai 37 gram berdasarkan Angka Kebutuhan Gizi sesuai usia dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28 Tahun 2019. Pemenuhan serat bisa dimulai dengan membiasakan mengonsumsi makanan yang mudah ditemui seperti:
Pepaya, pir, apel, pisangBayam, brokoli, kangkung, sawiKacang merah, kacang hijau, kacang tanahSingkong, talas, dan ubi
Penuhi kebutuhan serat setiap hari dan porsi sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Konsumsi serat secara tiba-tiba dalam jumlah besar juga dapat memicu gas dan kembung.
Halaman 2 dari 4
Simak Video “Video: Mensos Imbau Masyarakat Waspada Hadapi Cuaca Ekstrem”
[Gambas:Video 20detik]
(mal/up)

Jakarta –
Kepergian Marojahan Sintong Sijabat, ayah dari YouTuber ternama Jerome Polin, menyisakan duka mendalam bagi keluarga. Ia diketahui mengalami sumbatan usus akibat adanya gumpalan darah beku atau clot sebelum meninggal dunia.
Sebelum sempat menjalani operasi, kondisi Marojahan sempat menurun drastis. Kondisi kritis tersebut dipicu oleh penemuan clot lain yang menyumbat pembuluh darah menuju paru-paru.
“Ternyata clot-nya itu ada lagi di pembuluh darah yang menuju paru-paru sehingga paru-parunya tidak bisa mendapatkan oksigen karena jalannya ke paru-parunya tersumbat,” ungkap Chrissie, Ibu Jerome, saat memberikan keterangan di rumah duka Grand Surabaya dilihat dari Channel YouTube milik Jerome.
Di luar kasus tersebut, sebenarnya apa itu sumbatan usus?
Dokter spesialis penyakit dalam yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof Ari Fahrial Syam menjelaskan sumbatan usus atau istilah medis ileus obstruksi merupakan kondisi darurat saat saluran pencernaan tersumbat, sehingga cairan dan kotoran tidak dapat keluar melalui anus.
Pasien dengan sumbatan usus biasanya akan mengalami perut kembung, begah, mual, dan muntah hebat. Dalam kasus berat, muntahan bahkan bisa menyerupai kotoran feses, disertai nyeri perut hebat yang tidak mereda.
Prof Ari menjelaskan penyebab kondisi ini bisa beragam. Sumbatan bisa muncul akibat tumor atau kanker usus, perlengketan pascaoperasi seperti operasi caesar (seksio sesarea) atau laparotomi, hingga kotoran yang terlalu keras dan menumpuk di dalam usus. Kondisi ini sering terjadi pada pasien yang memiliki mobilitas terbatas atau jarang bergerak.
Selain itu, gangguan pada pembuluh darah yang menuju ke usus juga dapat menyebabkan usus kehilangan fungsi geraknya, sehingga terjadi penyumbatan.
“Ini memang suatu keadaan emergensi. Jadi harus segera ditanganin. Kalau tidak, dia akan bisa saja terjadi perforasi, pecah bocor, atau jadi infeksi yang luas yang akhirnya juga sulit ditanganin,” sambungnya.
“Kondisi ini sebenarnya umum. Artinya di rumah sakit selalu saja ada kasus-kasus yang datang dengan kondisi obstruksi usus ini. Tapi dengan diagnosis yang tepat dan pasien juga tidak terlambat datang ke rumah sakit biasanya bisa ditanganin,” lanjutnya.
Penanganan sumbatan usus
Adapun penanganan utama dilakukan melalui operasi laparotomi untuk menghilangkan penyumbatan. Jika penyebabnya tumor, maka tumor diangkat. Begitu juga bila disebabkan oleh perlengketan, maka jaringan yang menempel akan diperbaiki. Sementara pada usus yang sudah mengalami nekrosis (jaringan mati), bagian tersebut perlu dipotong dan dibuang.
Kasus serupa juga dapat terjadi akibat hernia inguinalis, yaitu ketika sebagian usus terjebak di luar rongga perut dan menyebabkan sumbatan. Prof Ari menekankan pentingnya tidak menyepelekan nyeri perut, terutama bila disertai mual, muntah, atau perut kembung.
“Prinsipnya adalah nyeri perut itu jangan dianggap sederhana. Karena nyeri perut harus dipastikan apakah nyeri perut ini bagian dari sumbatan atau tidak,”
“Kalau nyeri perut ini bukan sumbatan ya tentu diobatin. Dan kita artinya kemungkinan untuk jadi sumbatan itu kecil pada kondisi kondisi pasien yang nyeri perut tersebut,” sambungnya.
Halaman 2 dari 2
(suc/suc)

Jakarta –
Kepergian Marojahan Sintong Sijabat, ayah dari YouTuber ternama Jerome Polin, menyisakan duka mendalam bagi keluarga. Ia diketahui mengalami sumbatan usus akibat adanya gumpalan darah beku atau clot sebelum meninggal dunia.
Sebelum sempat menjalani operasi, kondisi Marojahan sempat menurun drastis. Kondisi kritis tersebut dipicu oleh penemuan clot lain yang menyumbat pembuluh darah menuju paru-paru.
“Ternyata clot-nya itu ada lagi di pembuluh darah yang menuju paru-paru sehingga paru-parunya tidak bisa mendapatkan oksigen karena jalannya ke paru-parunya tersumbat,” ungkap Chrissie, Ibu Jerome, saat memberikan keterangan di rumah duka Grand Surabaya dilihat dari Channel YouTube milik Jerome.
Di luar kasus tersebut, sebenarnya apa itu sumbatan usus?
Dokter spesialis penyakit dalam yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof Ari Fahrial Syam menjelaskan sumbatan usus atau istilah medis ileus obstruksi merupakan kondisi darurat saat saluran pencernaan tersumbat, sehingga cairan dan kotoran tidak dapat keluar melalui anus.
Pasien dengan sumbatan usus biasanya akan mengalami perut kembung, begah, mual, dan muntah hebat. Dalam kasus berat, muntahan bahkan bisa menyerupai kotoran feses, disertai nyeri perut hebat yang tidak mereda.
Prof Ari menjelaskan penyebab kondisi ini bisa beragam. Sumbatan bisa muncul akibat tumor atau kanker usus, perlengketan pascaoperasi seperti operasi caesar (seksio sesarea) atau laparotomi, hingga kotoran yang terlalu keras dan menumpuk di dalam usus. Kondisi ini sering terjadi pada pasien yang memiliki mobilitas terbatas atau jarang bergerak.
Selain itu, gangguan pada pembuluh darah yang menuju ke usus juga dapat menyebabkan usus kehilangan fungsi geraknya, sehingga terjadi penyumbatan.
“Ini memang suatu keadaan emergensi. Jadi harus segera ditanganin. Kalau tidak, dia akan bisa saja terjadi perforasi, pecah bocor, atau jadi infeksi yang luas yang akhirnya juga sulit ditanganin,” sambungnya.
“Kondisi ini sebenarnya umum. Artinya di rumah sakit selalu saja ada kasus-kasus yang datang dengan kondisi obstruksi usus ini. Tapi dengan diagnosis yang tepat dan pasien juga tidak terlambat datang ke rumah sakit biasanya bisa ditanganin,” lanjutnya.
Penanganan sumbatan usus
Adapun penanganan utama dilakukan melalui operasi laparotomi untuk menghilangkan penyumbatan. Jika penyebabnya tumor, maka tumor diangkat. Begitu juga bila disebabkan oleh perlengketan, maka jaringan yang menempel akan diperbaiki. Sementara pada usus yang sudah mengalami nekrosis (jaringan mati), bagian tersebut perlu dipotong dan dibuang.
Kasus serupa juga dapat terjadi akibat hernia inguinalis, yaitu ketika sebagian usus terjebak di luar rongga perut dan menyebabkan sumbatan. Prof Ari menekankan pentingnya tidak menyepelekan nyeri perut, terutama bila disertai mual, muntah, atau perut kembung.
“Prinsipnya adalah nyeri perut itu jangan dianggap sederhana. Karena nyeri perut harus dipastikan apakah nyeri perut ini bagian dari sumbatan atau tidak,”
“Kalau nyeri perut ini bukan sumbatan ya tentu diobatin. Dan kita artinya kemungkinan untuk jadi sumbatan itu kecil pada kondisi kondisi pasien yang nyeri perut tersebut,” sambungnya.
Halaman 2 dari 2
(suc/suc)

Jakarta –
Stroke dapat terjadi dalam sekejap mata, sesaat ketidakseimbangan, penglihatan kabur, bicara cadel. Dan dalam hitungan menit, otak kekurangan oksigen, sel-sel mulai mati, dan mengalami keterbatasan mobilitas hingga kemampuan bicara.
Ahli bedah saraf dr Sunil Kutty dari Sakit New Era di Navi Mumbai, mengatakan kunci untuk bertahan hidup adalah pengenalan dan tindakan cepat.
“Stroke membutuhkan penanganan yang tepat waktu. Oleh karena itu, pengenalan dan tindakan cepat dapat sangat berpengaruh dalam mencegah kecacatan atau kematian akibat stroke,” tuturnya, dikutip dari Times of India.
Banyak orang tidak menyadari stroke tidak lagi terbatas pada orang dewasa yang lebih tua. Orang-orang muda juga semakin rentan, tertama saat faktor risiko tersembunyi seperti gangguan tidur yang tidak disadari.
“Stroke terjadi saat aliran darah ke otak tersumbat atau pembuluh darah pecah, sehingga memutus suplai oksigen. Hal ini menyebabkan sel-sel otak mati dalam hitungan menit yang mengakibatkan konsekuensi yang mengancam jiwa,” jelas Dr Sunil.
“Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan jangka panjang di seluruh negeri,” sambungnya.
Terdapat faktor risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) yang serius, tetapi kurang disadari. dr Amit Kulkarni dari Rumah Sakit Sakra World di Bengaluru menunjukkan hal ini sebagai faktor ‘diam-diam’ penyebab stroke, bahkan pada pasien yang lebih muda.
“Sekitar 50-70 persen orang yang mengalami stroke juga menderita apnea tidur. OSA kini diakui sebagai salah satu faktor risiko utama stroke berulang,” terangnya.
Sebuah studi penting tahun 2005 di New England Journal of Medicine menemukan OSA, atau henti napas saat tidur, secara independen meningkatkan risiko stroke atau kematian (rasio bahaya ~1,97), bahkan setelah disesuaikan dengan hipertensi dan diabetes.
Baru-baru ini, sebuah tinjauan tahun 2019 di Sleep Disorders & Stroke mencatat bahwa OSA harus diskrining secara rutin pada pasien stroke karena prevalensinya yang tinggi dan implikasi pengobatannya.
“Bahkan di kalangan dewasa muda, OSA muncul sebagai penyebab utama stroke berulang. Jika OSA tidak diobati pada pasien yang pernah mengalami stroke, terdapat kemungkinan 50% kekambuhan dalam dua tahun.”
Intinya adalah bahwa mendengkur, mengantuk di siang hari, dan napas tersengal-sengal saat tidur bukan hanya gejala yang mengganggu. Gejala-gejala tersebut bisa menjadi tanda bahaya risiko stroke yang serius.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video: Neurolog Ungkap Sakit Kepala Seperti Ini Bisa Jadi Tanda Gejala Stroke”
[Gambas:Video 20detik]
(sao/suc)

Jakarta –
Kondisi sumbatan usus banyak dibicarakan, pasca meninggalnya ayah dari YouTuber Jerome Polin, Marojahan Sintong Sijabat.
Terlepas dari kasus tersebut, kondisi sumbatan usus dapat dipicu berbagai hal. Mulai dari kanker usus, perlengketan, atau sumbatan kotoran yang tidak keluar.
“Atau juga bisa karena adanya gangguan pembuluh darah. Bisa itu sumbatan, misalnya pada pembuluh darah yang menuju ke usus tersebut, sehingga ususnya relatif tidak bergerak. Untuk waktu tentu dan sehingga terjadi sumbatan tersebut,” terang dokter spesialis penyakit dalam yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof Ari Fahrial Syam, pada detikcom Minggu (2/11/2025).
Prof Ari menyebut kondisi sumbatan usus ini umum terjadi. Artinya, ada saja pasien dengan kasus serupa datang ke rumah sakit.
Namun, jika tidak didiagnosis dengan tepat dan penanganan terlambat, bisa berbahaya. Cara penangananya memang harus dioperasi atau laparotomi untuk menghilangkan penyebab sumbatan.
“Dan lihat juga bagaimana kondisi usus tersebut. Kalau sudah mati, ini tentu artinya sudah nekrosis itu akan dibuang,” kata Prof Ari.
Sumbatan usus ini juga bisa disebabkan oleh hernia inginalis. Itu merupakan kondisi saat usus terperangkap di luar karena hernia, dan akhirnya terjadi sumbatan.
Prof Ari menyebut semakin bertambahnya usia, risiko penyakit ini bisa semakin besar.
“Dan risiko pada orang semakin lanjut usia, risiko untuk terjadinya obstruksi usia juga semakin meningkat,” tegasnya.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video: Mensos Imbau Masyarakat Waspada Hadapi Cuaca Ekstrem”
[Gambas:Video 20detik]
(sao/suc)

Jakarta –
Kondisi sumbatan usus banyak dibicarakan, pasca meninggalnya ayah dari YouTuber Jerome Polin, Marojahan Sintong Sijabat.
Terlepas dari kasus tersebut, kondisi sumbatan usus dapat dipicu berbagai hal. Mulai dari kanker usus, perlengketan, atau sumbatan kotoran yang tidak keluar.
“Atau juga bisa karena adanya gangguan pembuluh darah. Bisa itu sumbatan, misalnya pada pembuluh darah yang menuju ke usus tersebut, sehingga ususnya relatif tidak bergerak. Untuk waktu tentu dan sehingga terjadi sumbatan tersebut,” terang dokter spesialis penyakit dalam yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof Ari Fahrial Syam, pada detikcom Minggu (2/11/2025).
Prof Ari menyebut kondisi sumbatan usus ini umum terjadi. Artinya, ada saja pasien dengan kasus serupa datang ke rumah sakit.
Namun, jika tidak didiagnosis dengan tepat dan penanganan terlambat, bisa berbahaya. Cara penangananya memang harus dioperasi atau laparotomi untuk menghilangkan penyebab sumbatan.
“Dan lihat juga bagaimana kondisi usus tersebut. Kalau sudah mati, ini tentu artinya sudah nekrosis itu akan dibuang,” kata Prof Ari.
Sumbatan usus ini juga bisa disebabkan oleh hernia inginalis. Itu merupakan kondisi saat usus terperangkap di luar karena hernia, dan akhirnya terjadi sumbatan.
Prof Ari menyebut semakin bertambahnya usia, risiko penyakit ini bisa semakin besar.
“Dan risiko pada orang semakin lanjut usia, risiko untuk terjadinya obstruksi usia juga semakin meningkat,” tegasnya.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video: Mensos Imbau Masyarakat Waspada Hadapi Cuaca Ekstrem”
[Gambas:Video 20detik]
(sao/suc)

Jakarta –
Belakangan ini ramai diberitakan mengenai meninggalnya ayah YouTuber Jerome Polin, yakni Marojahan Sintong Sijabat. Ia diketahui meninggal dunia akibat kondisi sumbatan usus yang dideritanya.
Menurut sang istri, Chrissie, Marojahan sempat mengeluhkan nyeri perut hebat seperti melilit. Ia awalnya dibawa ke IGD rumah sakit terdekat, namun kemudian dirujuk ke National Hospital Surabaya untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Hasil CT scan menunjukkan adanya sumbatan pada usus yang disebabkan oleh gumpalan darah beku.
Di luar kasus tersebut, dokter spesialis penyakit dalam yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof Ari Fahrial Syam mengungkapkan sumbatan usus ini termasuk kondisi yang darurat yang bisa berujung fatal. Kondisi ini dapat berpengaruh pada sistem pencernaan.
“Sumbatan usus atau istilah medisnya ileus obstruksi yaitu suatu keadaan kedaruratan, di mana kondisi usus tersumbat sehingga anus tidak ada cairan dan kotoran yang keluar dari anus pasien tersebut,” jelas Prof Ari saat dihubungi detikcom, Minggu (2/11/2025).
“Ini memang suatu kondisi emergensi, jadi harus segera ditangani. Kalau tidak, dia (usus) akan bisa saja terjadi perforasi, pecah bocor, atau jadi infeksi yang luas yang akhirnya juga sulit ditangani,” sambungnya.
Prof Ari menjelaskan bahwa sumbatan usus merupakan kondisi yang cukup umum terjadi. Namun, dengan diagnosis yang tepat dan penanganan medis yang cepat, pasien umumnya masih dapat diselamatkan.
Kondisi ini juga biasanya disertai gejala seperti perut kembung, begah, mual, dan muntah hebat, dalam beberapa kasus, muntahan bahkan bisa menyerupai kotoran feses. Pasien juga biasanya mengalami nyeri perut yang sangat menyiksa.
Menurut Prof Ari, kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kanker usus, tumor, perlengketan pascaoperasi, maupun penumpukan kotoran yang tidak bisa keluar dari saluran pencernaan.
“Kemudian biasanya juga ini bahkan saya pernah ada satu kasus pasien sumbatan karena kotoran yang tidak keluar, terlalu keras, terlalu padat, yang terus menerus bertahan sehingga akhirnya menyumbat. Kebetulan pada yang biasanya ada pasien-pasien yang memang punya masalah mobilisasi, jadi dia tidak bisa bergerak, ketahui sehingga bisa tersumbat seperti itu,” terang Prof Ari.
“Atau juga bisa karena adanya gangguan pembuluh darah, sumbatan misalnya pada pembuluh darah yang menuju ke usus tersebut sehingga ususnya tersebut relatif ini tidak bergerak. Begitu ya untuk waktu tentu dan sehingga terjadi sumbatan tersebut,” pungkasnya.
Untuk menanganinya, jelas harus dioperasi. Dokter akan melakukan tindakan laparatomi untuk menghilangkan sumbatan tersebut.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video Data WHO: 3 Juta Orang Tewas dalam 10 Terakhir karena Tenggelam”
[Gambas:Video 20detik]
(sao/suc)