Jenis Media: Kesehatan

  • Basreng asal RI yang Ditarik di Taiwan Dipastikan Tak Terdaftar di BPOM

    Basreng asal RI yang Ditarik di Taiwan Dipastikan Tak Terdaftar di BPOM

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) memastikan produk yang bakso goreng yang ditarik di Taiwan tidak terdaftar di BPOM. Produk tersebut ditarik lantaran mengandung bahan tambahan pangan (BTP) pengawet asam benzoat, yang tak diizinkan penggunaannya sesuai regulasi di Taiwan.

    Kepala BPOM RI Taruna Ikrar memastikan produk basreng tersebut berasal dari industri rumah tangga pangan (RTP) yang belum terdaftar di dinas kesehatan setempat.

    “Produk dikemas dalam bentuk ruahan (bulk) tanpa label dan tidak mencantumkan nomor Sertifikat Pemenuhan Komitmen Produksi Pangan Olahan IRT (SPP-IRT),” demikian keterangan yang diterima detikcom, Rabu (5/11/2025).

    Saat ini BPOM juga masih menelusuri bahan baku produk bakso goreng yang bermasalah, termasuk penggunaan BTP asam benzoat dan garamnya dalam produk tersebut. “Sesuai Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan, penggunaan BTP asam benzoat dan garamnya untuk kategori pangan makanan ringan (seperti basreng) tidak diatur sehingga belum ditetapkan kadar maksimal penggunaan asam benzoat dan garamnya pada kategori pangan tersebut,” tuturnya.

    Basreng Foto: Taiwan Food and Drug Administration (TFDA)

    Meskipun begitu, penggunaan benzoat dalam bentuk garam natrium benzoat diperbolehkan pada produk bakso ikan dengan batas maksimal 500 mg/Kg (500 ppm) dihitung sebagai asam benzoat.

    Temuan kandungan benzoat pada produk basreng dimungkinkan apabila bahan baku basreng berasal dari bakso ikan, yang pada proses produksinya menggunakan pengawet benzoat.

    Dampak Asam Benzoat

    Terpisah, spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH, mengatakan asam benzoat biasanya digunakan sebagai pengawet makanan, dan sebenarnya aman bila digunakan dalam batas yang sudah diatur.

    Namun, penggunaan asam benzoat di luar batas yang sudah diatur atau berlebihan dapat memicu efek samping pada kesehatan tubuh. dr Aru mengatakan, penggunaan asam benzoat dalam makanan, terutama dicampur dengan vitamin C atau terpapar panas dan cahaya, dapat membentuk zat kimia berbahaya bernama benzena yang bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker.

    “Setiap negara memiliki aturan masing-masing dalam membatasi konsumsi benzoat. Secara umum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batas aman konsumsi natrium benzoat adalah (0-5) mg per kilogram berat badan per hari,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Jumat (31/10/2025).

    Bahkan, bagi sebagian orang yang sensitif, konsumsi benzoat bisa memicu diare, kram perut, mual, muntah, atau kembung.

    “Selain itu beberapa individu mungkin mengalami reaksi alergi seperti gatal atau bengkak setelah mengonsumsi makanan yang mengandung benzoat,” ucapnya lagi.

    “Masalahnya adalah batasan yg ada di makanan bila dikonsumsi berlebih akan menimbulkan efek yg tidak diinginkan,” lanjutnya lagi.

    Sebelumnya Taiwan Food and Drug Administration (TFDA) pada Selasa (28/10/2025) mengumumkan produk bakso goreng atau basreng asal Indonesia ditahan di perbatasan karena mengandung pengawet asam benzoat melebihi batas aman.

    Dalam laporan resminya, TFDA menyebut produk tersebut berasal dari Isya Food, produsen asal Indonesia, dan diimpor oleh Taiwan Sheba Enterprise Co. Produk yang dimaksud adalah bakso goreng dengan total berat 1.072 kilogram (KGM) yang mengandung asam benzoat sebesar 0,05 gram per kilogram.

    Selain itu, jenis bakso goreng gurih dengan jumlah 1.008 kilogram (KGM) juga ditemukan mengandung asam benzoat sebesar 0,02 gram per kilogram.

    Penahanan ini terjadi sepekan setelah produk serupa juga sempat dihentikan masuk pada pada Selasa (21/10/2025). TFDA juga mengumumkan penahanan produk serupa dari perusahaan yang sama, Isya Food. Sebanyak 1.008 kilogram produk Basreng Cracker kala itu ditemukan mengandung pengawet asam benzoat sebesar 0,93 gram per kilogram.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

  • Waspada Weight Faltering pada Balita, Berat Badan Naik tapi Tak Sesuai Usia

    Waspada Weight Faltering pada Balita, Berat Badan Naik tapi Tak Sesuai Usia

    Jakarta

    Pertumbuhan anak tidak selalu mulus. Ada kalanya meski berat badan anak terus naik setiap bulan, tetapi peningkatannya lebih lambat dibanding standar usianya. Kondisi inilah yang dikenal sebagai weight faltering. Jika dibiarkan, anak berisiko mengalami kekurangan gizi yang berdampak pada tumbuh kembang jangka panjang.

    Prof Dr dr Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), pakar nutrisi dan penyakit metabolik, menegaskan bahwa orang tua perlu lebih waspada bila grafik pertumbuhan anak tidak sesuai kurva pertumbuhan yang telah ditetapkan WHO.

    “Kalau naiknya berat badan tidak sesuai dengan kurva, artinya anak mengalami masalah. Itulah yang disebut weight faltering,” jelas Prof Damayanti dalam wawancara dengan detikcom (17/9/2025).

    Apa Itu Weight Faltering?

    Weight faltering bukan berarti anak tidak naik berat badan sama sekali, melainkan kenaikannya jauh di bawah ekspektasi untuk usianya. Anak bisa tampak sehat secara kasat mata, tetapi bila kurva pertumbuhan bergeser ke bawah, hal ini menjadi tanda peringatan.

    Menurut definisi National Institute for Health and Care Excellence (NICE, 2017), weight faltering atau faltering growth terjadi ketika berat badan anak berada di bawah centile tertentu pada grafik pertumbuhan, atau ketika laju pertambahan berat badan melambat dibanding standar usianya. Kondisi ini berbeda dengan failure to thrive yang biasanya lebih berat.

    Penelitian di Archives of Disease in Childhood (Wright et al., 2020) menyebutkan bahwa weight faltering kerap muncul pada usia batita, terutama saat transisi dari ASI/MPASI ke makanan keluarga. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mengganggu perkembangan fisik maupun kognitif.

    Dampak Weight Faltering pada Tumbuh Kembang Anak

    Weight faltering atau perlambatan kenaikan berat badan anak sering kali dianggap sepele karena anak tetap tampak sehat dan aktif. Namun, berbagai studi medis menunjukkan bahwa kondisi ini dapat membawa dampak serius, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

    Sebuah penelitian di Semarang berjudul Risk factor of growth faltering in infants aged 2-12 months menemukan bahwa bayi yang mengalami growth faltering berisiko menghadapi berbagai masalah kesehatan. Bukan hanya pertumbuhan fisik yang terhambat, tetapi juga perkembangan kognitif, perilaku, dan psikomotor.

    Anak-anak dengan riwayat pertumbuhan terhambat lebih rentan mengalami gangguan respons imun, masalah belajar, hingga peningkatan risiko infeksi dan mortalitas di tahun-tahun awal kehidupannya.
    Pada rentang usia toddler (12-36 bulan) ada bukti langsung hubungan antara kekhawatiran orang tua terhadap masalah makan (picky eating / feeding difficulty) dan status pertumbuhan buruk.

    Studi di Asia Tenggara berjudul Parental concern of feeding difficulty predicts poor growth status in their child yang meneliti anak usia 12-36 bulan menemukan bahwa parental concern tentang feeding difficulty memprediksi status pertumbuhan yang lebih buruk (mis. WAZ

    Cara Mengatasi Weight Faltering pada Anak

    Studi menunjukkan bahwa anak dengan faltering growth sering mengalami defisit protein dan mikronutrien penting. Intervensi nutrisi yang menekankan protein hewani (telur, daging, ikan, susu) terbukti lebih efektif mendukung catch-up growth dibanding protein nabati.

    Penelitian berjudul Daily consumption of Growing-Up Milk is Associated with Less Stunting among Indonesian Toddlers menemukan bahwa balita yang mengonsumsi “growing-up milk” ≥ 300 ml/hari berisiko lebih rendah mengalami stunting dibanding balita yang tidak. Konsumsi susu tumbuh-balita ini termasuk sumber protein hewani / produk olahan hewani.

    Literatur menunjukkan bahwa weight faltering yang terdeteksi dini dan diintervensi dengan tepat memberi peluang besar untuk catch-up growth, termasuk pemulihan perkembangan kognitif. Karena itu, pemantauan berat badan dan tinggi anak pada kurva pertumbuhan WHO setiap 1-3 bulan adalah langkah penting yang harus diperhatikan oleh orang tua.

    Waktu emas pertumbuhan Si Kecil hanya terjadi sekali, & tak bisa terulang kembali. Jangan biarkan Gerakan Tutup Mulut (GTM) menghalangi tumbuh kembangnya. Setiap pilihan apapun, kapanpun – terasa seperti momen penentu yang akan membentuk masa depan Si Kecil. Morigro – inovasi terbaru Morinaga memahami kekhawatiran Ibu, memberikan solusi & menjadi partner setia mengubah kekhawatiran menjadi harapan, mengubah Gerakan Tutup Mulut (GTM) menjadi Gerakan Tumbuh Maximal.

    Pilihan terbaik Bunda hari ini, menentukan masa depan Si Kecil esok hari.

    Kini GTM bukan lagi drama, tapi #GerakanTumbuhMaximal bersama Morinaga Morigro #KarenaWaktuTakBisaKembali!

    Halaman 2 dari 3

    (kna/kna)

  • Wamenkes Sesalkan Kabar Warga Baduy Ditolak RS: Tak Ada KTP Juga Wajib Dilayani

    Wamenkes Sesalkan Kabar Warga Baduy Ditolak RS: Tak Ada KTP Juga Wajib Dilayani

    Jakarta

    Kasus Repan (16), warga Baduy Dalam yang menjadi korban begal ramai disorot publik lantaran dikabarkan sempat ditolak mendapatkan perawatan medis di salah satu rumah sakit Jakarta Pusat. Banyak pihak menilai, penolakan tersebut menjadi bukti sistem pelayanan kesehatan di Indonesia belum adil dan merata.

    Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyesalkan kabar tersebut. Ia menegaskan setiap warga negara berhak memperoleh layanan kesehatan, dengan atau tanpa KTP, bahkan tanpa jaminan BPJS Kesehatan sekalipun.

    “Hak untuk mendapatkan kesehatan secara optimal itu adalah hak semua masyarakat Indonesia. Yang ada NIK-nya kita obati, yang tidak ada NIK-nya juga tetap kita obati,” beber Dante saat ditemui di Jakarta, Kamis (6/11/2025).

    Menurut Dante, sistem pelayanan kesehatan harus berorientasi pada penyelamatan nyawa manusia lebih dulu, bukan pada kelengkapan administrasi. Ia menegaskan setiap rumah sakit wajib melayani pasien dalam kondisi gawat darurat, tanpa terkecuali.

    “Kalau dalam kondisi gawat darurat, ada atau tidak ada NIK-nya, tetap dilayani. Kalau dia belum punya BPJS pun tetap harus ditolong di rumah sakit,” tegasnya.

    Wamenkes menambahkan banyak kasus di lapangan menunjukkan pasien datang dalam kondisi kritis tanpa membawa dokumen identitas. Dalam situasi seperti itu, dokter dan tenaga medis tidak boleh menunda tindakan hanya karena urusan administrasi.

    “Kecelakaan di jalan, orang tidak sadar, tetap kita obati. Apalagi kalau dia datang sadar dan meminta pertolongan. Nanti sistemnya akan kita perbaiki supaya ini tidak terulang lagi,” kata Dante.

    Dante mengakui, masih ada celah dalam sistem administratif rumah sakit yang membuat petugas ragu mengambil keputusan dalam kondisi darurat. Karena itu, Kementerian Kesehatan akan mendorong perbaikan sistem dan memperkuat edukasi bagi tenaga administrasi serta petugas frontliner di fasilitas kesehatan.

    “Kadang kendalanya di komunikasi atau pemahaman pegawai administrasi. Ke depan akan kita atur dan pastikan rumah sakit memahami kewajiban dalam situasi gawat darurat,” ujarnya.

    Saat ditanya apakah akan memberikan sanksi kepada RS terkait, kemungkinan tersebut tidak dikesampingkan, demi memastikan kasus yang sama tidak berulang.

    “Yang paling penting adalah subjeknya, pasiennya. Tangani dulu, urusan administrasi bisa menyusul,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Wamenkes Ungkap Puskesmas Minim Tenaga Medis, 4,6% Tak Punya Dokter”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

  • Camilan Favorit Orang Indonesia Ini Bisa Cegah Kematian Akibat Sakit Jantung

    Camilan Favorit Orang Indonesia Ini Bisa Cegah Kematian Akibat Sakit Jantung

    Jakarta

    Kacang telah lama dikaitkan dengan kesehatan jantung. Camilan ini bisa membantu melindungi tubuh dari sakit jantung.

    Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana konsumsi kacang-kacangan secara teratur memengaruhi kesehatan jantung seiring waktu. Dikutip dari laman Eating Well, para peneliti tak hanya mengelompokkan semua jenis kacang. Mereka juga mengamat total asupan kacang, termasuk kacang tanah dan selai kacang, ditambah almond, kacang mete, dan kenari secara terpisah untuk melihat apakah ada perbedaan.

    Studi dilakukan oleh para peneliti di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Loma Linda. Analisis tersebut melibatkan lebih dari 80.000 orang dewasa dari seluruh AS dan Kanada. Mereka mengisi kuesioner makanan terperinci dan dipantau selama lebih dari satu dekade untuk melihat bagaimana pola makan mereka berhubungan dengan dampak penyakit jantung.

    Orang yang paling banyak mengonsumsi kacang umumnya berusia lebih tua, memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan secara keseluruhan lebih sehat. Mereka cenderung lebih sering berolahraga, jarang merokok, mengonsumsi alkohol lebih sedikit, dan lebih banyak makan buah, sayur, dan biji-bijian utuh dibandingkan mereka yang jarang makan kacang. Para peneliti memperhitungkan perbedaan gaya hidup ini dalam menganalisis, tapi para pecinta kacang juga seringkali memiliki kebiasaan lain yang menyehatkan jantung.

    Ketika peneliti membandingkan orang-orang yang makan sedikit kacang-kacangan paling banyak dengan mereka yang makan paling sedikit, mereka menemukan bahwa peserta dengan asupan kacang-kacangan yang lebih tinggi memiliki risiko sekitar 14 persen lebih rendah untuk meninggal akibat kardiovaskular dan 19 persen lebih rendah untuk meninggal akibat penyakit jantung iskemik.

    Kacang pohon, seperti almond, mete, dan walnut sedikit lebih menonjol daripada kacang tanah. Para peneliti menghubungkan konsumsi lebih banyak kacang pohon dengan risiko kematian kardiovaskular sekitar 17 persen lebih rendah dari risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik 27% lebih rendah dibandingkan dengan orang yang jarang mengonsumsi kacang. Kendati demikian, peneliti mengatakan bahwa kedua kelompok mendapatkan manfaat. Hal tersebut menunjukkan bahwa menambahkan jenis kacang apapun dalam pola makan kemungkinan lebih baik untuk jantung daripada menghindarinya sama sekali.

    Bagaimana Cara Mendapatkan Manfaat Ini?

    Para peneliti menyimpulkan, tak perlu mengubah pola makan secara keseluruhan untuk mendapat potensi manfaatnya. Konsumsi kacang-kacangan dalam jumlah sedang pun dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah. Manfaat terbesar muncul saat kacang-kacangan menggantikan makanan yang kurang menyehatkan jantung, seperti daging merah atau daging olahan.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/kna)

  • Warga Baduy Korban Begal Disebut Ditolak RS gegara Tak Ada KTP, Wamenkes Angkat Bicara

    Warga Baduy Korban Begal Disebut Ditolak RS gegara Tak Ada KTP, Wamenkes Angkat Bicara

    Jakarta

    Kasus penolakan pasien kembali mencuat ke publik, kali ini menimpa Repan (16), warga Baduy Dalam yang menjadi korban pembegalan di kawasan Jalan Pramuka Raya, Jakarta Pusat. Remaja tersebut mengalami luka di tangan kiri, pipi, dan punggung setelah diserang empat orang begal bersenjata tajam.

    Namun, di tengah kondisinya yang terluka, Repan disebut sempat tidak mendapatkan pertolongan medis yang layak dari salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat. Ia mengaku sempat ditanyai soal kartu tanda penduduk (KTP) dan surat pengantar oleh petugas rumah sakit sebelum mendapat penanganan.

    Sebagai warga Baduy Dalam, Repan memang tidak memiliki KTP dan tidak membawa surat pengantar, karena setelah kejadian pembegalan ia langsung mencari pertolongan tanpa kembali ke perkampungan.

    Respons Kementerian Kesehatan

    Menanggapi hal ini, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menegaskan seluruh masyarakat Indonesia berhak mendapatkan layanan tanpa memandang status administrasi atau kepemilikan identitas.

    “Hak kesehatan itu hak semua masyarakat Indonesia. Dengan NIK maupun tanpa NIK. Ini persoalan administrasi yang nanti akan kita perbaiki,” beber Dante di Jakarta, Kamis (6/11/2025).

    Wamenkes menambahkan Kemenkes RI akan berkoordinasi dan menelusuri kasus ini agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.

    “Kita akan koordinasikan, kita telusuri supaya ini mendapatkan penanganan yang benar ke depan. Yang paling penting adalah subjeknya, yakni pasien. Subjeknya harus kita tangani dulu,” lanjutnya.

    Dante juga menyoroti adanya kendala komunikasi atau pemahaman di tingkat pegawai administrasi rumah sakit yang kerap menjadi akar masalah penolakan pasien darurat.

    “Secara sistem, kadang pegawai administrasi ini terkendala komunikasi. Tapi yang paling penting, kesehatan adalah hak semua masyarakat,” tegasnya.

    Ia memastikan Kemenkes akan memberikan teguran dan melakukan evaluasi terhadap fasilitas kesehatan yang menolak memberikan pelayanan kepada pasien dalam kondisi darurat, terlebih jika alasan penolakan hanya berkaitan dengan dokumen administratif.

    Kasus yang menimpa Repan menjadi pengingat penting bagi sistem kesehatan nasional, bahwa prinsip utama pelayanan medis harus mengedepankan keselamatan nyawa pasien di atas urusan administrasi.

    Pasal 32 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Termasuk mereka yang berada di wilayah terpencil atau komunitas adat seperti warga Baduy.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Wanti-wanti Wagub Sumbar ke RS agar Kasus Tolak Pasien Tak Terulang”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

  • Sedih, Gajah di Delhi Mati karena Terinfeksi Virus Langka dari Tikus

    Sedih, Gajah di Delhi Mati karena Terinfeksi Virus Langka dari Tikus

    Jakarta

    Satu-satunya gajah Afrika di kebun binatang di ibu kota India, Delhi mati karena virus yang ditularkan dari hewan pengerat. Gajah jantan bernama Shankar ini mati di usia 29 tahun setelah menghabiskan sebagian besar hidupnya sendirian di dalam kandang.

    Penyebab kematiannya tidak langsung diketahui. Namun, hasil otopsi mengungkapkan bahwa gajah ini positif mengidap virus ensefalomiokarditis (EMCV).

    EMCV diketahui menyebabkan peradangan jantung yang fatal dan terkadang menyebabkan demam otak pada mamalia. Virus ini menyebar melalui feses dan urine dari hewan pengerat.

    Dikutip dari laman BBC, menurut buku petunjuk veteriner MSD, sebagian besar wabah EMCV dikaitkan dengan hewan yang ditawan di peternakan babi, pusat penelitian primata, serta kebun binatang.

    Virus tersebut bereplikasi dengan cepat dan bisa menyerang jantung dan terkadang otak, serta seringkali menyebabkan kematian mendadak. Sejauh ini, belum ada obat antivirus khusus yang tersedia untuk EMCV.

    Sebuah studi di tahun 2012 mengatakan, EMCV telah ditemukan di seluruh dunia pada babi, hewan pengerat, kucing besar, dan gajah Afrika, serta beberapa mamalia lainnya. Menurut laporan dari Nature, virus tersebut pertama kali diisolasi pada tahun 1945 dari seekor gibon di Florida.

    Sejak tahun 1970-an, wabah lokal telah dilaporkan di Amerika Serikat, Afrika Selatan, China, Australia, Kanada, Amerika Selatan, dan beberapa negara di Eropa. Wabah di AS dan Afrika Selatan khususnya, menyerang gajah Afrika yang ditawan.

    Menurut seorang pejabat senior di Institut Penelitian Veteriner India (IVRI), di India sendiri, virus ini pertama kali diisolasi pada akhir tahun 1960-an. Tapi, Shankar menjadi kematian pertama kali yang tercatat disebabkan oleh EMCV di India. Kendati demikian, kemungkinan ada kasus mamalia mati karena EMCV yang tidak dilaporkan.

    Sementara itu, direktur kebun binatang, Kumar, tidak menjawab pertanyaan spesifik tentang bagaimana Shankar tertular oleh virus tersebut, serta apakah ada masalah hewan pengerat di kebun binatang.

    “Itu adalah virus langka dan saya bukan ahlinya,” ungkapnya.

    Kematian Shankar memicu kesedihan di kalangan pecinta dan aktivis hewan yang telah lama berupaya merehabilitasi gajah kesepian tersebut. Dia adalah salah satu dari dua gajah Afrika yang tiba di India pada tahun 1998 sebagai hadiah diplomatik dari Zimbabwe kepada mantan Presiden India, Shankar Dayal Sharma.

    Namun, gajah yang datang bersama Shankar mati pada tahun 2001. Dia kemudian ditempatkan sementara bersama gajah-gajah Asia di kebun binatang.

    Pada tahun 2012, Shankar dipindah ke kandang baru yang membuatnya hampir terisolasi. Meski ada larangan federal tahun 2009 untuk memelihara gajah sendirian selama lebih dari enam bulan, dia tetap di sana sampai kematiannya.

    Selama bertahun-tahun, para aktivis menuntut Shankar untuk dikeluarkan dari kebun binatang dan direhabilitasi di Suaka Margasatwa bersama gajah-gajah Afrika lainnya. Dua tahun kemudian, pengadilan menolak petisi tersebut dan memerintahkan pemohon untuk menghubung komite yang menangani pemindahan satwa liar oleh kebun binatang.

    Setelah kematian Shankar, kini hanya tersisa satu gajah Afrika di India. Gajah yang tinggal di kebun binatang Mysore di negara bagian Karnataka Selatan tersebut juga hidup sendiri selama bertahun-tahun.

    Halaman 2 dari 3

    (elk/kna)

  • Kemenkes: 131 Ribu Orang Indonesia Kena DBD Sepanjang 2025, Meninggal 544 Jiwa

    Kemenkes: 131 Ribu Orang Indonesia Kena DBD Sepanjang 2025, Meninggal 544 Jiwa

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI mencatat mulai Januari hingga akhir Oktober 2025 ada sebanyak 131.393 kasus demam berdarah dengue (DBD) dengan 544 kematian. Angka itu membuat Indonesia menjadi penyumbang sekitar 7 persen dari kasus DBD global.

    “Cukup besar dan sangat memprihatinkan,” kata Plt Dirjen Pengendalian Penyakit Kemenkes, Murti utami dalam Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (5/11/2025).

    Murti menambahkan penyumbang kasus terbanyak DBD ditempati oleh wilayah Jawa Barat, Jawa Timur dan DKI Jakarta, yang padat penduduk. Di samping itu angka kejadian dan kematian akibat DBD di Indonesia disebutnya cenderung menurun dari tahun sebelumnya.

    “Saya nggak mau bilang kita harus berbangga hati karena kematian itu nggak boleh ada. Tetapi untuk kasus dengue kalau kita bandingkan 2024 memang terjadi penurunan yg cukup signifikan hampir 50 persen,” ungkap dia.

    Salah satu tantangan terbesar dalam penanggulangan demam berdarah dengue adalah sifat penyakitnya yang sering tidak menunjukkan gejala spesifik di awal infeksi.

    Gejala awalnya sering mirip dengan flu biasa, seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, dan ruam. Namun, dalam beberapa kasus, penyakit ini dapat berkembang menjadi dengue hemorrhagic fever (DHF) atau dengue shock syndrome (DSS), yang keduanya dapat berakibat fatal.

    Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan dr Lily Krenowati menyebut di periode Januari-Agustus 2025, pembiayaan kasus dengue mencapai Rp 1,3 triliun. Sementara itu di tahun 2024, BPJS Kesehatan mengeluarkan sekitar Rp 2,9 triliun untuk penanganan DBD.

    “Proyeksi kami (pembiayaan DBD di tahun 2025) akan melebihi tahun 2024,” tandas dia.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Kocak Banget! Aa Juju Langsung ke Dokter Gigi Sepulang dari Trip India

    Kocak Banget! Aa Juju Langsung ke Dokter Gigi Sepulang dari Trip India

    Jakarta

    Perjalanan kocak influencer Aa Juju di India menjadi viral di media sosial. Selama di sana, ia jalan-jalan ke banyak tempat dan mencoba banyak kuliner yang tidak biasa.

    Ia mencoba berbagai makanan seperti jajanan di kereta, hingga jajanan kaki lima yang terkenal dengan cara penyajiannya. Ada beberapa jenis makanan yang ia suka, tapi tak sedikit juga yang tidak cocok dengan lidahnya, hingga membuatnya bahkan mual.

    Setelah dari India, salah satu tujuan utamanya adalah pergi ke dokter gigi. Ia memutuskan pergi ke dokter lantaran giginya yang menguning dan mulutnya terasa lebih bau.

    “(Waktu periksa) dokternya nggak bilang apa-apa, cuma memang agak kuning, keraknya banyak banget,” kata Aa Juju menceritakan konsultasinya dengan dokter gigi sepulangnya dari India pada detikcom, Rabu (5/6/2025).

    “Karena aku tuh makan kari tuh bener-bener tiap hari. Makan kari, makan bawang, kari, bawang. Bawang di sana bener-bener enak banget. Aku ngerasa gigiku kuning, dan aku ngerasa bau,” sambungnya.

    Selama pergi ke India, ia mengaku tidak merasakan masalah pencernaan sama sekali. Ia mengaku bersyukur meskipun dirinya sudah mempersiapkan obat diare dari Indonesia, apabila masalah pencernaan muncul.

    Untuk menjaga daya tahan tubuhnya selama di India ia juga mengonsumsi vitamin C secara rutin.

    “Kalau di sana aku nggak ada olahraga sama sekali, cuma aku minum vitamin sih bawa dari Indonesia,” ceritanya.

    “Aku juga sudah siapin obat-obatan, siapin obat diare, terus minyak angin, vitamin C, dan itu aja. Untungnya nggak terpakai, aku udah siapin padahal,” sambung Aa Juju.

    Aa Juju mengaku tidak kapok ke India. Setelah mendapatkan respons baik dari netizen, ia berencana akan kembali ke India. Selain itu, ia juga berencana akan pergi ke negara-negara lain, salah satunya Bangladesh.

    Ia menuturkan alasan mengapa memilih negara-negara yang tidak umum untuk turis Indonesia, lantaran ia ingin melihat hal-hal yang tidak biasa dan tidak ada di Indonesia.

    “Indonesia itu juara 1 menurutku. Kita punya alam, kita punya gunung, kita punya laut, dan menurutku itu cukup keliling Indonesia pun. Makanya aku pengin melihat dunia lain yang menurutku yang di Indonesia nggak ada, nggak punya,” kata Aa Juju.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • 3 Produknya Ditarik BPOM RI, Salsa Cosmetic Buka Suara

    3 Produknya Ditarik BPOM RI, Salsa Cosmetic Buka Suara

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) menarik beberapa produk kecantikan yang mengandung bahan terlarang, termasuk beberapa produk dari Salsa Cosmetic.

    Dikutip dari akun Instagram @salsacosmetic, Salsa secara resmi telah menarik dan memusnahkan batch produk Rhapsody Pro Palette (batch tertentu) setelah ditemukan pelanggaran bahan oleh pihak pabrik mitra di China. Namun, dalam unggahannya, perusahaan belum memberikan informasi terkait tindak lanjut untuk produk ‘matte lipstick’.

    “Kami percaya, kejujuran adalah bagian dari tanggung jawab kami sebagai brand lokal yang tumbuh bersama bestie,” tulis Salsa di akun Instagram mereka, dikutip Rabu (5/11/2025).

    Berikut adalah beberapa produk Salsa yang ditemukan BPOM mengandung bahan terlarang.

    SALSA Matte Lipstick Scarlet 09 – Pewarna Merah K3SALSA Rhapsody Amber Pro Palette – Pewarna Merah K3 & K10SALSA Rhapsody Classic Pro Palette – Pewarna Merah K3 & K10

    Kepada para konsumennya, perusahaan menegaskan bahwa setiap produk Rhapsody yang saat ini beredar di pasaran telah 100 persen aman dan sesuai dengan regulasi BPOM RI.

    “Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang mungkin ditimbulkan dan berterima kasih kepada seluruh konsumen atas kepercayaan yang diberikan kepada kami,” tutup mereka.

    (dpy/up)

  • Memahami ‘Avoidant Style’ yang Viral di Kalangan Gen Z, Ternyata Ini Pemicunya

    Memahami ‘Avoidant Style’ yang Viral di Kalangan Gen Z, Ternyata Ini Pemicunya

    Jakarta

    Istilah avoidant style sedang ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak Generasi Z mengaku memiliki kepribadian ini, bahkan menjadikannya alasan di balik perilaku ‘dingin’ dalam hubungan.

    Tapi, sebenarnya apa sih arti avoidant style dan kenapa bisa muncul?

    Sederhananya, avoidant style adalah gaya seseorang yang cenderung menghindari keterikatan emosional yang lebih dalam dan adanya perasaan tidak nyaman dengan kedekatan dalam hubungan.

    Biasanya mereka akan terlihat mandiri dan kuat, namun sebenarnya ada ketakutan mendalam terhadap kedekatan yang dapat merusak hubungan yang sebenarnya memiliki potensi baik.

    Apa Pemicu Avoidant Style?

    Menurut psikolog klinis Maharani Octy Ningsih, biasanya memang berakar dari pengalaman traumatis dari hubungan sebelumnya atau juga pengalaman masa kecil mereka dimana kebutuhan emosinya tidak terpenuhi dengan baik.

    “Pola avoidant sering terbentuk dari kombinasi antara tanggung jawab berlebih dan luka emosional yang tidak disadari Mereka merasakan tekanan untuk sempurna agar diterima atau dipuji,” kata Rani kepada detikcom, Rabu (5/11/2025).

    “Dalam konteks ini, sifat avoidant muncul sebagai mekanisme bertahan (survival mechanism), bukan sifat asli yang buruk. Kadang juga karena pengalaman ditolak, diabaikan, atau disalahkan waktu berusaha menunjukkan perasaan jadinya mereka memadamkan sisi itu demi bertahan.” sambungnya.

    Rani menambahkan bahwa kebiasaan ini dapat mengganggu sosial seseorang, seperti sulit meminta bantuan, merasa tidak nyaman saat menerima perhatian, hingga ingin menyelesaikan segalanya sendiri.

    Dampak Positif dan Negatif

    Ada beberapa sisi positif dari (avoidant attachment style), terutama kalau berkembang dalam kadar ringan.

    “Misalnya kemandirian dan mampu mengandalkan diri sendiri, rasional dan tenang dalam tekanan, serta efisien dan fokus pada tugas karena emosi sering dianggap suatu distraksi. Jadi mereka punya kecenderungan kuat untuk tetap fokus dan menyelesaikan target,” kata Rani.

    Namun, ada juga sisi negatif yang ujungnya mempersulit mereka dalam melakukan aktivitas sosial.

    “Sulitnya membangun kedekatan emosional, menutup diri dari kedekatan dengan seseorang, biasanya sering menghindar dari percakapan yang mendalam, mengalihkan topik ketika bicara tentang perasaan,” kata Rani.

    “Selain itu menolak dukungan dan kasih sayang. Mereka merasa tidak nyaman ketika diperhatikan atau ditolong karena bisa saja dianggap tanda kelemahan,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Gejala Trauma yang Ditemukan pada Anak-anak Gaza Pasca-perang”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)