Jenis Media: Kesehatan

  • Populasi Italia Usia 100 Tahun Naik Lebih dari Dua Kali Lipat, Paling Banyak Wanita

    Populasi Italia Usia 100 Tahun Naik Lebih dari Dua Kali Lipat, Paling Banyak Wanita

    Jakarta

    Jumlah centenarian atau populasi usia yang usianya sudah mencapai 100 tahun di Italia meningkat tajam. Disebut ada tambahan lebih dari 2 ribu orang yang berada di rentang usia tersebut pada 2025 dan sebagian besar adalah perempuan.

    Italia memiliki 23.548 penduduk berusia 100 tahun ke atas, naik dari 21.211 pada tahun 2024, menurut data terbaru dari badan statistik nasional Istat, dikutip dari Anadolu Agency.

    “Jumlah centenarian di negara ini telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2009,” tambah Istat.

    Perempuan merupakan 82,6 persen dari mereka yang akan berusia 100 tahun tahun dan juga memimpin di antara 724 semi-supercentenarian dan 19 supercentenarian di Italia.

    Lucia Laura Sangenito, dari Campania selatan, akan merayakan ulang tahunnya yang ke-115 pada 22 November. Ia akan menjadi wanita tertua di Italia dan tertua ketiga di Eropa, setelah Ethel Caterham dari Inggris yang berusia 116 tahun dan Marie-Rose Tessier dari Prancis, yang berusia 115 tahun pada bulan Mei.

    Populasi centenarian meningkat pesat di seluruh Uni Eropa, dengan mereka yang berusia 100 tahun ke atas diperkirakan akan mendekati setengah juta pada tahun 2050, naik dari 96.600 pada tahun 2019.

    Di Italia, Molise memimpin dalam jumlah centenarian dibandingkan dengan populasinya, diikuti oleh Lembah Aosta dan Liguria, lapor Istat.

    Dikutip dari The Guardian, Perdasdefogu, sebuah kota yang terletak tinggi di pegunungan terjal di tenggara Sardinia yang hanya dapat diakses melalui jalan sempit dan berliku, telah dua kali masuk dalam buku Guinness World Records untuk para centenariannya.

    Pertama kali terjadi pada 2012, ketika sembilan bersaudara yang membentuk keluarga Melis mencapai usia gabungan 818 tahun. Pada 2021, kota ini mencapai rekor kedua sebagai kota dengan catatan centenarian terbesar di dunia, dengan delapan orang berusia 100 tahun ke atas dari populasi 1.778 jiwa.

    Diet Mediterania telah lama dianggap sebagai kunci utama umur panjang di kalangan orang Italia, dipadukan dengan koneksi sosial yang kuat dan sistem layanan kesehatan yang umumnya dianggap baik.

    Para centenarian di Italia juga cenderung lincah. Anna Possi, yang akan berusia 101 tahun pada 16 November, masih bekerja di barnya di sebuah kota yang menghadap Danau Maggiore, menjadikannya barista tertua di Italia. Ia mengatakan kepada Guardian dalam sebuah wawancara tahun lalu bahwa ia akan terus bekerja selama masih sehat.

    Pada 2022, Candida Uderzo memperbarui SIM-nya di usia 100 tahun. Ia termasuk di antara setidaknya empat centenarian dalam beberapa tahun terakhir yang dinyatakan layak mengemudi, termasuk Luciano Gulmini, yang memperbarui SIM-nya pada tahun 2024, segera setelah menginjak usia 100 tahun.

    Meskipun para centenarian di Italia sangat dirayakan, populasi yang menua menimbulkan masalah bagi pemerintah, terutama karena bertepatan dengan angka kelahiran yang menurun drastis, sehingga menekan sistem pensiun dan layanan kesehatan. Pada 2024, hanya tercatat 370.000 kelahiran baru, angka terendah sejak penyatuan Italia pada 1861.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Keluh Kesah Turis Hadapi Gelombang Panas ‘Nero’ di Italia “
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/naf)

  • Hati-hati, Kurang Mineral Sebabkan Kaki Bengkak bagi Pekerja Kantoran

    Hati-hati, Kurang Mineral Sebabkan Kaki Bengkak bagi Pekerja Kantoran

    Jakarta

    Siapa bilang kaki bengkak hanya disebabkan oleh terlalu lama berdiri? Faktanya, kaki bengkak juga dialami oleh pekerja kantoran yang duduk selama berjam-jam di depan layar komputer.

    Dikatakan Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi dr Fani Syafani, MKK, SpOk, AIFO-K kaki bengkak bisa menjadi tanda adanya gangguan pada sirkulasi atau fungsi tubuh yang tidak berjalan dengan baik.

    Misalnya peredaran darah yang kurang lancar, retensi cairan, atau bahkan gangguan pada sistem limfatik. Selain itu, kurangnya asupan cairan dan mineral alami juga bisa menyebabkan tubuh menahan cairan (edema) sehingga di area kaki dan pergelangan kaki mengalami pembengkakan.

    “Kaki bengkak juga bisa terjadi karena kondisi medis tertentu, seperti gangguan ginjal, penyakit jantung, gangguan hati, atau efek samping obat-obatan tertentu,” kata dr Fani, dikutip dari Instagram detikcom, Minggu (9/11/2025).

    Oleh karenanya, penting untuk membiasakan diri mengonsumsi air mineral alami yang cukup setiap hari. dr Fani menyarankan air minum yang dikonsumsi juga harus tepat dan mengandung mineral alami seperti kalsium, magnesium, dan kalium.

    “Karena mineral-mineral ini bantu menjaga keseimbangan cairan dan mencegah pembengkakan,” jelas dr Fani.

    Bagi pekerja yang super sibuk, mulailah dengan mengonsumsi air mineral dengan kandungan mineral alami seperti Le Minerale, satu-satunya AMDK yang mencantumkan informasi kandungan mineral di label kemasannya. Selain itu, cobalah untuk melakukan olahraga atau latihan fisik ringan minimal 30 menit sehari untuk melancarkan peredaran darah.

    “Tubuh tetap sehat, segar, dan produktif. Sehingga kaki bebas dari pembengkakan,” pungkasnya.

    (akd/ega)

  • Video Mitos atau Fakta: Avoidant, Ketika Jarak Jadi Bentuk Perlindungan Diri

    Video Mitos atau Fakta: Avoidant, Ketika Jarak Jadi Bentuk Perlindungan Diri

    Video Mitos atau Fakta: Avoidant, Ketika Jarak Jadi Bentuk Perlindungan Diri

  • Ilmuwan Klaim Temukan Cara Permanen yang Bisa Turunkan Kolesterol Tinggi

    Ilmuwan Klaim Temukan Cara Permanen yang Bisa Turunkan Kolesterol Tinggi

    Jakarta

    Para ilmuwan menemukan harapan baru bagi jutaan orang yang bergulat dengan kolesterol tinggi. Dalam sebuah penelitian kecil, tetapi relatif menjanjikan, para dokter menemukan cara untuk menurunkan kolesterol jahat hingga 50 persen secara permanen.

    Hanya dengan satu kali penyuntingan gen menggunakan teknologi CRISPR-Cas9. Jika hasil ini terbukti aman dan efektif dalam skala besar, ada kemungkinan seseorang tak perlu lagi mengonsumsi obat penurun kolesterol seumur hidupnya.

    Dikutip dari CNN, penelitian ini melibatkan 15 pasien dengan kadar kolesterol sangat tinggi yang berisiko besar mengalami penyakit jantung. Para peneliti menggunakan terapi gen berbasis CRISPR, alat biologis yang bekerja seperti ‘gunting molekuler’ untuk mengedit dan memastikan gen tertentu.

    Hasil awal menunjukkan penurunan hampir 50 persen kadar low density lipoprotein LDL (kolesterol jahat) dan 55 persen trigliserida, dua jenis lemak darah yang menjadi faktor utama penyakit jantung, penyebab kematian nomor satu di dunia.

    “Kami berharap ini bisa menjadi solusi permanen,” kata Dr Steven Nissen, peneliti senior sekaligus Kepala Akademik di Cleveland Clinic, Ohio.

    “Bayangkan jika pasien muda dengan penyakit berat hanya perlu menjalani terapi gen sekali seumur hidup, dan kadar kolesterolnya tetap rendah selamanya, itu impian yang jadi nyata.”

    Gagasan terapi ini muncul dari sebuah temuan menarik dalam dunia genetika. Beberapa orang memiliki mutasi alami pada gen ANGPTL3, yang membuat gen tersebut tidak berfungsi.

    Akibatnya, mereka memiliki kadar LDL dan trigliserida sangat rendah seumur hidup, tanpa efek samping apa pun, bahkan nyaris tidak pernah mengalami penyakit jantung.

    “Mutasi ini sebenarnya melindungi tubuh dari penyakit jantung,” jelas Nissen.

    “Dengan CRISPR, kini kita bisa meniru efek alami itu pada orang lain.”

    Dalam uji klinis, obat berbasis CRISPR ini disuntikkan melalui infus. Dosis tertinggi sekitar 0,8 miligram per kilogram berat badan, menghasilkan efek paling signifikan: menurunkan LDL hingga separuh dan trigliserida lebih dari 50 persen.

    Menariknya, kadar kolesterol baik (HDL) memang sedikit turun, tapi penurunan itu juga ditemukan pada pembawa mutasi alami dan tidak berbahaya.

    Bagi sebagian orang, disiplin minum obat kolesterol setiap hari, bahkan hingga tiga atau empat jenis sekaligus, bisa menjadi tantangan tersendiri. Karena itu, terapi gen satu kali ini dianggap revolusioner.

    “Bayangkan Anda berusia 20 tahun dan memiliki kolesterol sangat tinggi. Lebih masuk akal jika menjalani satu terapi gen yang efeknya bertahan puluhan tahun,” ujar Dr. Ann Marie Navar, ahli jantung preventif dari UT Southwestern Medical Center, Texas.

    “Potensinya benar-benar luar biasa.”

    Keamanan jangka panjang masih dikaji. Berbeda dengan mutasi alami yang mematikan gen di seluruh tubuh, terapi ini hanya menargetkan hati, organ yang memproduksi dan mengatur kolesterol.

    Pendekatan ini dianggap lebih aman karena mengurangi risiko terjadinya perubahan gen di jaringan lain.

    Efek samping sejauh ini tergolong ringan, seperti iritasi di lokasi infus. Dua peserta sempat mengalami masalah ringan, satu hernia tulang punggung dan satu peningkatan enzim hati sementara, tetapi keduanya pulih dalam dua minggu.

    Satu pasien meninggal enam bulan setelah terapi, tetapi pada dosis terendah yang tidak efektif, dan kematiannya diyakini tidak berkaitan dengan pengobatan.

    Badan Pengawas Obat dan Makanan AS meminta agar seluruh peserta tetap dipantau selama 15 tahun untuk memastikan keamanan jangka panjang.

    Uji klinis fase 2 akan segera dimulai, diikuti fase 3 yang melibatkan lebih banyak peserta.

    “Kami ingin menyelesaikan semua tahap ini sebelum akhir tahun depan,” kata Nissen.

    “Kebutuhan medisnya besar sekali, jutaan orang punya kolesterol tinggi, banyak yang berhenti minum obat karena efek samping atau lupa. Ini masalah yang belum tertangani dengan baik.”

    Halaman 2 dari 2

    (naf/naf)

  • Bukan Mitos! Sering Begadang Berbahaya Bagi Jantung

    Bukan Mitos! Sering Begadang Berbahaya Bagi Jantung

    Jakarta

    Tidur sangat penting untuk menjaga keseimbangan tubuh dan jantung manusia. Hal itu membantu mengatur tekanan darah, metabolisme, dan fungsi kardiovaskular secara keseluruhan.

    Namun, dalam kehidupan modern, banyak orang tidur larut malam karena jam kerja yang panjang atau waktu yang dihabiskan untuk menggunakan perangkat digital. Para ilmuwan kini mempelajari bahwa waktu tidur mungkin sama pentingnya dengan seberapa banyak kita tidur.

    Meskipun kurang tidur atau sering begadang diketahui meningkatkan risiko masalah jantung, penelitian terbaru telah mulai mengeksplorasi apakah waktu tidur berperan besar.

    Sebuah studi baru yang dipublikasikan di Frontiers menemukan bahwa orang yang rutin tidur setelah tengah malam pada hari kerja berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung. Penemuan ini menunjukkan bahwa waktu tidur dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan jantung.

    Bagaimana Jam Biologis Tubuh Menjaga Ritme Jantung?

    Tubuh manusia mengikuti jam internal 24 jam yang dikenal sebagai ritme sirkadian. Jam ini membantu mengontrol kapan kita merasa terjaga atau mengantuk, dan mengatur fungsi-fungsi vital seperti tekanan darah, kadar hormon, dan detak jantung.

    Jantung dan pembuluh darah bekerja sesuai ritme alami ini, sehingga lebih aktif di siang hari dan beristirahat di malam hari. Saat orang begadang hingga lewat tengah malam, mereka mengganggu jadwal alami ini.

    Seiring waktu, gangguan ini dapat memberikan tekanan ekstra pada sistem kardiovaskular. Dalam studi Frontiers, para peneliti menemukan bahwa orang yang rutin tidur larut malam di hari kerja lebih mungkin mengalami serangan jantung.

    Menariknya, pola ini tidak muncul di akhir pekan, menunjukkan bahwa rutinitas di hari kerja yang dikombinasikan dengan waktu bangun pagi, dapat meningkatkan beban kerja jantung. Hasil ini menunjukkan bahwa waktu tidur dapat mempengaruhi kesehatan jantung terlepas dari durasi tidur, yang menyoroti pentingnya menyelaraskan tidur dengan ritme alami tubuh.

    Hasil Penelitian tentang Tidur dan Risiko Jantung

    Studi ini mengkaji informasi dari 4.576 orang dewasa yang berpartisipasi dalam Studi Kesehatan Tidur dan Jantung, yang melacak pola tidur dan hasil kardiovaskular. Peserta melaporkan waktu tidur dan waktu bangun mereka yang biasa, baik untuk hari kerja maupun akhir pekan.

    Waktu tidur mereka dikelompokkan menjadi empat rentang, yakni sebelum pukul 22.00, antara pukul 22.01 dan 23.00, antara pukul 23.01 dan tengah malam, dan setelah tengah malam. Para peneliti mengamati mereka selama lebih dari 10 tahun untuk melihat siapa yang mengalami infark miokard, istilah medis untuk serangan jantung.

    Hasilnya menunjukkan pola yang jelas. Mereka yang tidur setelah tengah malam pada hari kerja jauh lebih mungkin mengalami serangan jantung dibandingkan merkea yang tidur di antara pukul 22.01 dan 23.00.

    Bahkan, setelah memperhitungkan faktor risiko lain seperti merokok, berat badan, tekanan darah tinggi, diabetes, konsumsi alkohol, dan total durasi tidur, hubungan tersebut tetap kuat.

    Orang dengan waktu tidur larut pada hari kerja memiliki risiko serangan jantung sekitar 63 persen lebih tinggi. Menariknya, tidur sangat awal seperti sebelum pukul 22.00, juga membawa risiko yang lebih sedikit tinggi, membentuk pola berbentuk U di mana kedua ekstrem waktu tidur tampak kurang menguntungkan.

    Kenapa Begadang dapat Membahayakan Jantung?

    Ada beberapa alasan mengapa begadang dapat meningkatkan risiko jantung. Menunda tidur mengganggu produksi melatonin, hormon yang membantu mengontrol tekanan darah dan mendukung perbaikan pembuluh darah di malam hari.

    Kadar melatonin yang rendah dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan peradangan yang lebih parah di arteri. Begadang juga sering dikaitkan dengan tidur yang lebih pendek dan berkualitas buruk, sehingga mengurangi jumlah istirahat nyenyak yang dibutuhkan tubuh untuk pulih.

    Orang yang begadang juga dapat melakukan kebiasaan lain yang dapat membahayakan jantung, seperti makan larut malam, kurang aktif secara fisik, dan menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar yang terang. Aktivitas ini dapat meningkatkan kadar gula darah dan kolesterol, mendorong penambahan berat badan, dan meningkatkan aktivitas hormon stres.

    Seiring waktu, perubahan tersebut dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan kemungkinan serangan jantung. Studi laboratorium telah menunjukkan bahwa waktu tidur yang tidak teratur meningkatkan kortisol, mengganggu kontrol glukosa, dan meningkatkan pembekuan darah.

    Semua itu merupakan faktor yang berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskular.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Tanda-tanda Tubuh Kekurangan Protein, Gampang Lelah hingga Cepat Lapar

    Tanda-tanda Tubuh Kekurangan Protein, Gampang Lelah hingga Cepat Lapar

    Jakarta

    Pola makan di Indonesia sebagian besar masih cenderung tinggi karbohidrat dan rendah protein. Dalam satu piring, porsi nasi sering lebih dominan, sementara lauk berprotein hanya sedikit. Kondisi ini membuat tubuh tidak selalu mendapatkan jumlah protein yang cukup untuk menjalankan fungsinya dengan baik.

    Protein berperan dalam pembentukan sel, pemulihan jaringan, hingga mendukung sistem imun. Ketika asupannya kurang, tubuh akan menunjukkan sejumlah tanda. Masalahnya, banyak orang tidak menyadari bahwa sinyal-sinyal ini berkaitan dengan pola makan sehari-hari.

    Berikut beberapa tanda yang mungkin muncul ketika tubuh kekurangan protein.

    1. Gampang Lelah dan Sulit Fokus

    Protein membantu membentuk enzim dan neurotransmitter yang mengatur energi dan suasana hati. Rendahnya asupan protein bisa membuat tubuh terasa cepat lelah walau kegiatan harian biasa saja.

    Penelitian yang terbit di jurnal Nutrients tahun 2018 menyebutkan bahwa orang dengan asupan protein rendah cenderung mengalami kelelahan kronis dan penurunan konsentrasi. Jadi kalau kamu akhir-akhir ini cepat capek, mungkin bukan sekadar kurang tidur.

    2. Rambut Rontok dan Kuku Mudah Patah

    Rambut dan kuku disusun dari keratin, salah satu jenis protein. Ketika tubuh tidak mendapatkan cukup protein dari makanan, tubuh akan memprioritaskan pemakaian protein untuk fungsi yang lebih penting, seperti perbaikan sel dan produksi enzim. Akibatnya, produksi keratin berkurang. Hal ini membuat rambut tampak lebih tipis, mudah rontok, dan kuku menjadi rapuh serta gampang patah.

    Studi dari Journal of Dermatological Treatment tahun 2020 menemukan bahwa pola makan rendah protein berkaitan dengan penipisan rambut dan perubahan tekstur kuku.

    3. Otot Mengecil Perlahan

    Otot merupakan tempat cadangan protein tubuh. Kalau asupan protein harian tidak terpenuhi, tubuh akan mengambil cadangan dari otot. Efeknya, otot mengecil (muscle wasting). Penelitian di jurnal Clinical Nutrition tahun 2019 menunjukkan bahwa kekurangan protein, terutama pada orang yang jarang olahraga, dapat mempercepat kehilangan massa otot.

    Biasanya perubahan terlihat dari bentuk lengan dan paha yang mulai tampak lebih kecil, baju terasa lebih longgar, atau kekuatan fisik menurun saat mengangkat barang atau berolahraga. Jika dibiarkan terus-menerus, massa otot akan semakin berkurang dan tubuh menjadi lebih mudah lelah serta kurang stabil saat bergerak.

    4. Luka Lambat Sembuh

    Tubuh membutuhkan protein untuk membentuk jaringan baru dan memperbaiki sel yang rusak ketika tubuh terluka. Jika asupan protein rendah, proses ini berjalan lebih lambat karena tubuh kekurangan bahan utama untuk perbaikan.

    Studi dari jurnal Wound Repair and Regeneration tahun 2022 menunjukkan bahwa pasien dengan asupan protein kurang memiliki proses penyembuhan luka yang lebih lama dibandingkan mereka yang cukup protein. Pada kondisi tertentu, tubuh juga bisa menjadi lebih rentan terhadap infeksi karena proses pemulihan jaringan tidak optimal.

    5. Sering Merasa Lapar

    Protein membantu memberi rasa kenyang yang bertahan lebih lama. Ketika asupannya rendah, tubuh cenderung lebih cepat lapar meskipun baru makan. Ini terjadi karena tubuh secara alami akan mencari sumber energi yang mudah digunakan.

    Penelitian dalam jurnal Appetite tahun 2019 menjelaskan konsep protein leverage, yaitu kondisi ketika tubuh memicu peningkatan nafsu makan ketika kebutuhan proteinnya belum terpenuhi. Hal ini bisa mengakibatkan seseorang lebih cenderung mencari makanan manis atau camilan berkalori tinggi.

    Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat membuat pola makan berubah tanpa disadari dan berpengaruh pada berat badan maupun tingkat asupan energi harian.

    Berapa Kebutuhan Protein Harian Tubuh?

    Kebutuhan protein tiap orang bisa berbeda, tergantung usia, berat badan, dan tingkat aktivitas.

    Sebagai acuan, rekomendasi umum Kementerian Kesehatan RI adalah:

    Dewasa: sekitar 0,8-1 gram protein per kilogram berat badan per hariOrang aktif atau sedang membangun otot: bisa mencapai 1,5-1,6 gram per kilogram berat badanContoh: Kalau berat badan 60 kg, kebutuhan harian sekitar 60-90 gram protein.

    Sumber Protein yang Mudah Ditemukan

    Tidak harus mahal. Banyak bahan pangan sehari-hari yang bisa jadi pilihan seperti:

    Telur (12,4 gram protein)Ikan kembung (21,3 gram protein)Ayam (18,2 gram protein)Tahu dan tempe (20,8 gram protein)Kacang hijau (22,9 gram protein)Susu (3,2 gram protein)

    Catatan: dalam setiap 100 gram.

    Halaman 2 dari 6

    Simak Video “Video: Berat Badan Hanya 22 Kg, Wanita Ini Meninggal Usai Diet Ekstrem”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • Peneliti Temukan Hubungan antara Sarapan Lebih Awal dan Umur yang Lebih Panjang

    Peneliti Temukan Hubungan antara Sarapan Lebih Awal dan Umur yang Lebih Panjang

    Jakarta

    Pemilihan waktu sarapan ternyata sangat penting untuk kesehatan. Kebiasaan sarapan lebih pagi dikaitkan dengan umur yang lebih panjang.

    Sebuah studi terbaru yang melibatkan 3.000 orang dewasa menunjukkan, kebiasaan sarapan lebih siang seiring bertambahnya usia dikaikan dengan kesehatan yang buruk dan risiko kematian dini. Dikutip dari laman BBC Science Focus, dalam studi ini, para penelti memantau peserta selama rata-rata 22 tahun. Mereka menemukan bahwa orang-orang yang sarapan lebih siang memiliki tingkat kelangsungan hidup 10 tahun (10-years survival rate) lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang sarapan lebih awal.

    Secara umum, peserta makan pagi sekitar pukul 08.20, tapi mereka yang menunda mendekati pukul 09.00 atau lebih sering melaporkan mengalami gangguan seperti depresi, kelelahan, dan masalah kesehatan mulut.

    “Hasil ini menambahkan makna baru pada pepatah bahwa ‘sarapan adalah waktu makan terpenting hari ini’, terutama bagi orang lanjut usia,” kata penulis utama, seorang ilmuwan gizi di Rumah Sakit Umum Massachusetts dan Mass General Bringham, Dr Hassan Dashti.

    Menurutnya, perubahan waktu makan lansia, terutama sarapan bisa menjadi penanda yang mudah dipantau untuk mengetahui kondisi kesehatan mereka secara keseluruhan.

    “Selain itu, mendorong orang lanjut usia untuk memiliki jadwal makan yang konsisten dapat menjadi bagian dari strategi yang lebih luas untuk mendorong penuaan yang sehat dan umur panjang,” ujar Dashti.

    Selama lebih dari 20 tahun, peserta melaporkan kesehatan mereka, waktu makan, dan dalam beberapa kasus memberikan sampel darah. Sering berjalannya waktu, para peneliti menemukan bahwa kebanyakan orang cenderung menggeser waktu sarapan dan makan malam, sambil memperpendek durasi total waktu makan mereka dalam satu hari.

    Dikutip dari laman Fox News, dalam masa tindak lanjut, para peneliti mencatat 2.361 kematian di antara peserta. Setiap penundaan satu jam tambahan dalam waktu sarapan dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi.

    Orang lanjut usia yang makan lebih awal cenderung hidup lebih lama, dengan tingkat kelangsungan hidup 10 tahun sebesar 89,5 persen, dibandingkan dengan 86,7 persen pada mereka yang makan lebih lambat.

    “Perbedaannya signifikan secara statistik, tetapi sederhana,” kata Dashti.

    Meski demikian, ini adalah studi observasional, sehingga tidak membuktikan bahwa menunda sarapan menyebabkan masalah kesehatan atau kematian dini. Studi ini hanya menunjukkan kemungkinan adanya hubungan di antara keduanya.

    Para penulis mengatakan bahwa temuan mereka penting, mengingat semakin populernya puasa intermiten. Dalam puasa ini, orang sengaja memperpanjang waktu berpuasa dan akibatnya seringkali menunda waktu sarapan menjadi lebih siang.

    “Waktu makan yang lebih lambat, terutama sarapan yang terlambat, dikaitkan dengan berbagai tantangan kesehatan dan peningkatan risiko kematian pada lansia,” ujar Dashti.

    Ditinjau oleh: Mhd. Aldrian, S.Gz, lulusan ilmu gizi Universitas Andalas, saat ini menjadi penulis lepas di detikcom.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/up)

  • Populasi Italia Usia 100 Tahun Naik Lebih dari Dua Kali Lipat, Paling Banyak Wanita

    Sesimpel Ini Kebiasaan yang Dilakukan Biar Panjang Umur sampai 100 Tahun

    Jakarta

    Banyak orang yang bertanya-tanya, apakah rahasia dari umur yang panjang. Apakah pola makan olahraga, atau gen yang baik?

    Ternyata semua itu berperan. Meski gen memang berperan, namun seberapa baik seseorang merawat diri juga tak kalah penting.

    Dikutip dari lama Times Of India, seorang nenek yang sedikit lagi berusia 100 tahun, Bernie, membagikan rahasia umur panjangnya di media sosial. Dia tinggal di rumahnya sendiri dan mengurus pekerjaan rumah. Lantas, apa saja yang dia lakukan?

    1. Terus Bergerak

    Bernie menjalani hidupnya dengan kelincahan yang luar biasa. Cucu perempuannya, Taylor Brown merekam video dan bertanya tentang rutinitasnya.

    “Saya mengurus rumah, saya masih merangkak, dan mengepel lantai. Ibu saya bilang, ini cara terbaik untuk mencapai sudut-sudut rumah,” kata Bernie.

    Saat ditanya tentang apa saran terbaiknya, dia menyuruh unuk terus bergerak dengan baik dan makan dengan baik. Dia juga mengugkap bahwa dirnya mengonsumsi vitamin dan bermain teka-teki yang sangat baik untuk pikiran. Dia menambahkan, hal ini membuat otaknya tetap aktif.

    2. Menjaga Kesehatan Kulit

    Nenek berusia 99 tahun ini mengatakan bahwa dia menggunakan krim wajah dan pelembab. Namun, dia mengaku belum pernah memakai tabir surya.

    Saat cuaca dingin, dia berdiri di luar sambil menggunakan jaket untuk melindungi diri dari sinar matahari. Sementara saat musim panas dia sering menghabiskan waktu di luar ruangan. Bernie juga menunjukkan buku catatan olahraganya yang selalu digunakan setiap hari, terutama di musim dingin.

    Mengapa Nasihatnya Masuk Akal?

    Olahraga akan selalu menjadi landasan bagi umur panjang. Tak hanya membantu untuk tetap bugar, olahraga mengurangi peradangan, melepaskan endorfin, dan meningkatkan kesehatan mental.

    Meski latihan kekuatan sangat penting, yang harus difokuskan adalah gerakan, entah itu jalan cepat 30 menit sehari, berenang, joging, atau bersepeda. Penting untuk menjaga otot tetap aktif setiap sahat,

    Makan dengan baik, seperti yang dikatakan Bernie memang harus dilakukan. Bagi vegetarian, isi piring dengan sayur-sayuran, buah-buahan, polong-polongan, karbhidrat gandum utuh, kacang-kacangan dan biji-bijan.

    Bagi pecinta daging, hindari daging meraah, sambil memperbanyak telur, ikan, dan ayam tanpa lemak, selain porsi lemak baik yang melimpah. Untuk makanan penutup, tidak sepenuhnya dilarang dan bisa dinikmati beberapa kali setiap bulan.

    Meski olahaga fisik meningkatkan kesehatan otak, menantang otak sesekali perlu dilakukan. Seperti yang dilakukan Bernie, hal tersebut bisa dilakukan dengan memecahkan teka teki. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan mempelajari aktivias baru atau mempelajari bahasa baru. Intinya adalah menjaga otak tetap sibuk sepanjang waktu.

    Dalam video yang dibagikan, Taylor menyebut bahwa neneknya tampak luar biasa untuk usianya. Mungkin banyak yang tidak menyadari, tetapi stres mental bisa memlik manifesasi fisik yang bisa muncuk di tubuh, seperti kerutan, kulit kendur, lingkaran hitam di bawah mata, perubahan berat badan dan sebagainya. Meski penuaan tidak bisa dihindari, tapi merawat diri sendiri sangat berpengaruh.

    Jadi, penting untuk dikelilngi oleh teman dan keluarga, berbagi tawa seiap hari dan melakukan aktivitas yang menurunkan tingkat stres. Menjalin ikatan sosial menjadi salah satu alat terbesar untuk umur panjang.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/kna)

  • Sidomuncul Bawa Semangat Sehat di West Java Festival 2025

    Sidomuncul Bawa Semangat Sehat di West Java Festival 2025

    Foto Health

    Pradita Utama – detikHealth

    Sabtu, 08 Nov 2025 21:00 WIB

    Bandung – Sidomuncul dukung WJF 2025 lewat edukasi kesehatan dan jamu lokal. Festival ini jadi ruang merayakan budaya, kreativitas, dan gaya hidup sehat.

  • Ilmuwan Penemu Struktur DNA Meninggal Dunia di Usia 97 Tahun

    Ilmuwan Penemu Struktur DNA Meninggal Dunia di Usia 97 Tahun

    Jakarta

    Ilmuwan Amerika pemenang Hadiah Nobel James Watson, salah satu penemu struktur DNA, meninggal pada usia 97 tahun.

    Watson berbagi Hadiah Nobel tahun 1962 dengan Francis Crick dan Maurice Wilkins karena menemukan bahwa asam deoksiribonukleat, atau DNA, adalah heliks ganda, yang terdiri dari dua helai yang melingkar satu sama lain untuk menciptakan sesuatu yang menyerupai tangga yang panjang dan berputar dengan lembut.

    Dia kemudian menjadi direktur pertama dari Human Genome Project yang inovatif dan penerima hidup pertama yang menjual Hadiah Nobelnya, di antaranya digunakan untuk mengumpulkan uang untuk penelitian ilmiah.

    “Saya pikir sejak awal, saya ingin melakukan sesuatu yang penting dengan hidup saya. Saya masih ingin berpikir tentang sains dan benar-benar tidak ada yang lain,” kata Watson kepada CNN pada tahun 2013.

    Keingintahuannya dimulai di usia muda

    Watson lahir pada tanggal 6 April 1928, di Chicago. Keingintahuan khasnya terbukti sebagai seorang anak.

    Ketika dia berusia 8 tahun, dia bertanya-tanya apa yang membuat burung bermigrasi. Pertanyaan itu tampak seperti teka-teki yang ingin dia pecahkan, menginspirasinya untuk masuk ke sains sehingga dia dapat memahami bagaimana dunia alam bekerja.

    Setelah hanya dua tahun di sekolah menengah, Watson mendapat beasiswa kuliah di Universitas Chicago. Pada tahun 1947, dia lulus dengan gelar di bidang zoologi.

    Dia terus belajar lebih banyak tentang bidang tersebut, mendapatkan gelar PhD dalam bidang zoologi di Universitas Indiana Bloomington. Di sanalah minat masa kecilnya dalam mengamati burung memberi jalan kepada hasratnya untuk belajar tentang genetika.

    Watson menjadi terpesona dengan struktur molekul tiga dimensi dari penelitian virus bakterinya di universitas. Dia mengetahui tentang pekerjaan yang dilakukan para ilmuwan di Laboratorium Cavendish di Cambridge, Inggris, dan beberapa tahun kemudian, dia bergabung dengan mereka untuk bekerja di sana pada tahun 1951.

    (kna/kna)