Jenis Media: Kesehatan

  • Dampak Gray Divorce yang Tak Terlihat: Lansia Kesepian-Risiko Depresi Meningkat

    Dampak Gray Divorce yang Tak Terlihat: Lansia Kesepian-Risiko Depresi Meningkat

    Jakarta

    Fenomena perceraian di usia lanjut atau gray divorce kian menjadi sorotan, terutama ketika perpisahan terjadi saat anak-anak telah dewasa dan mandiri. Di balik keputusan yang kerap dianggap sebagai ‘hak pribadi’, gray divorce menyimpan berbagai dampak jangka panjang bagi keberlangsungan hidup para lansia, baik secara psikologis, sosial, maupun ekonomi.

    Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan RI, dr Imran Pambudi, MPHM, menegaskan dampak gray divorce tidak bisa dilihat semata-mata dari sisi kesehatan fisik.

    “Dampak gray divorce ini harus dilihat secara komprehensif, tidak bisa hanya dilihat dari sisi kesehatan saja,” beber Imran saat dihubungi detikcom Selasa (16/12/2025).

    Kehilangan Identitas hingga Risiko Depresi

    Secara psikologis, Imran menjelaskan, perceraian setelah puluhan tahun menikah dapat memicu kehilangan identitas diri, terutama pada pasangan yang selama ini mendefinisikan hidupnya melalui peran dalam pernikahan.

    “Banyak pasangan lansia yang sudah lama melekatkan identitas dirinya sebagai suami atau istri. Ketika pernikahan berakhir, muncul kekosongan peran yang tidak sederhana,” kata Imran.

    Selain itu, gray divorce juga berpotensi menimbulkan kesepian dan duka yang kompleks, karena bukan hanya kehilangan pasangan, tetapi juga kehilangan rutinitas, kebiasaan, dan rasa kebersamaan yang dibangun selama puluhan tahun.

    “Risiko depresi dan kecemasan juga meningkat. Walaupun memang ada sebagian kecil orang yang merasa lega atau terbebas setelah bercerai, saya tidak yakin jumlahnya besar,” ujarnya.

    Tekanan Sosial dan Masalah Ekonomi

    Dari sisi sosial dan ekonomi, Imran menyebut perceraian di usia tua kerap berujung pada penurunan stabilitas finansial. Pembagian aset, biaya hidup yang meningkat karena harus hidup terpisah, hingga keterbatasan kemampuan bekerja di usia lanjut menjadi tantangan tersendiri.

    “Bagi lansia, memulai ulang kehidupan ekonomi itu jauh lebih berat dibandingkan usia muda,” kata Imran.

    Relasi dengan anak-anak yang sudah dewasa juga dapat mengalami perubahan. Dalam beberapa kasus, dinamika keluarga menjadi lebih rumit, terutama jika anak harus berperan sebagai penopang emosional atau ekonomi bagi salah satu orang tua.

    Tak hanya itu, jaringan sosial pun berpotensi menyempit. Lingkar pertemanan yang sebelumnya dibangun sebagai pasangan sering kali ikut terputus setelah perceraian.

    “Teman-teman ‘pasangan’ bisa hilang. Ini memperbesar risiko isolasi sosial di usia tua,” tambahnya.

    Melihat kompleksitas dampak tersebut, Kemenkes memandang gray divorce perlu disikapi dengan pendekatan healthy aging yang menyeluruh.

    “Pendekatan healthy aging yang diterjemahkan secara komprehensif mungkin bisa menjawab masalah ini,” ujar Imran.

    Pendekatan tersebut tidak hanya menekankan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental, dukungan sosial, kesiapan ekonomi, dan kebermaknaan hidup di usia lanjut. Dengan begitu, baik pasangan yang masih mempertahankan pernikahan maupun mereka yang telah bercerai dapat tetap menjalani masa tua dengan kualitas hidup yang lebih baik.

  • Kabar Baik dari Ilmuwan Harvard! Ada Cara Baru Atasi Diabetes-Obesitas

    Kabar Baik dari Ilmuwan Harvard! Ada Cara Baru Atasi Diabetes-Obesitas

    Jakarta

    Ilmuwan dari Harvard University membawa angin segar bagi mereka yang hidup dengan diabetes tipe 2 dan obesitas. Penelitian terbaru menemukan pendekatan alternatif yang berpotensi lebih efektif mengatasi dua kondisi tersebut.

    Dikutip dari Science Daily, studi yang dipublikasikan dalam jurnal Cell Metabolism ini menyelidiki hubungan antara mikrobioma usus, yakni molekul yang dihasilkan bakteri dalam usus, dengan fungsi hati yang memainkan peran besar dalam metabolisme tubuh dan sensitivitas insulin.

    Para peneliti menemukan bahwa molekul-molekul kecil yang diproduksi oleh bakteri usus bergerak melalui pembuluh darah ke hati dan kemudian ke seluruh tubuh, memengaruhi cara tubuh mengolah energi, menyimpan lemak, dan merespons insulin.

    Hasil Temuan Ilmuwan

    Selama ini, perawatan diabetes dikenal fokus pada pengendalian kadar gula darah melalui obat dan perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Namun, hasil penelitian Harvard menunjukkan bahwa saluran metabolik antara usus dan hati bisa menjadi alternatif lainnya.

    Penulis utama studi, Vitor Rosetto Muñoz menjelaskan bahwa vena porta hepatika merupakan jalur pertama yang menerima produk mikrobioma usus. Di hati, metabolit tersebut dapat diubah, diproses, atau dieliminasi sebelum akhirnya masuk ke sirkulasi sistemik.

    “Dengan menganalisis darah yang keluar dari usus dan darah perifer yang beredar ke seluruh tubuh, kami dapat melihat secara lebih jelas metabolit mana yang berasal dari mikrobioma usus dan bagaimana pengaruhnya terhadap metabolisme hati serta kesehatan metabolik,” ujar Muñoz, dikutip dari Science Daily, Selasa (16/12/2025).

    Mencoba Pada Hewan Tikus

    Dalam penelitian ini, para ilmuwan menganalisis metabolit pada tikus dengan tingkat kerentanan berbeda terhadap obesitas dan diabetes tipe 2.

    Hasilnya, tikus sehat memiliki 111 metabolit yang diperkaya di vena porta hepatika. Namun, jumlah tersebut turun drastis menjadi 48 ketika tikus yang secara genetik rentan diabetes diberi diet tinggi lemak.

    Temuan ini menunjukkan bahwa pola makan dan faktor lingkungan sangat memengaruhi distribusi metabolit dalam tubuh. Selain faktor lingkungan, latar belakang genetik juga terbukti memainkan peran penting.

    Profil metabolit pada tikus yang rentan terhadap sindrom metabolik berbeda signifikan dibandingkan tikus yang secara alami resisten, menegaskan bahwa interaksi antara genetik, mikrobioma usus, dan lingkungan sangat kompleks.

    Namun pandangan baru ini bukannya tanpa tantangan. Pertama, hasil saat ini berasal dari penelitian pada hewan. Uji coba pada manusia diperlukan untuk mengonfirmasi bahwa metabolit tertentu memiliki efek pada obesitas dan diabetes manusia.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/naf)

  • Investigasi KKI Ungkap Galon Lanjut Usia Masih Beredar Luas di Jabodetabek

    Investigasi KKI Ungkap Galon Lanjut Usia Masih Beredar Luas di Jabodetabek

    Jakarta

    Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) merilis hasil investigasi lapangan terbaru bertajuk ‘Investigasi Ganula Air Minum di Jabodetabek’. Investigasi ini dilakukan di 60 toko kelontong di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

    Hasil investigasi menunjukkan, secara keseluruhan 57% galon yang beredar diperkirakan berusia lebih dari dua tahun meskipun pakar menyarankan pemakaian maksimal hanya satu tahun untuk mencegah pelepasan zat kimia berbahaya dari plastik polikarbonat.

    Ketua KKI, David Tobing mengungkapkan Investigasi KKI menemukan galon yang sudah jauh melewati batas usia pemakaian wajar. Galon dengan kode produksi tahun 2012 ditemukan beredar di Bogor, sedangkan galon produksi 2016 masih dijual di Tangerang.

    “Ketika kami menemukan galon berumur 13 tahun, itu bukan lagi red flag, itu sirene bahaya,” ujar David melalui keterangan tertulis, Senin, (12/11/2025).

    “Galon-galon ini sudah termasuk kategori Galon Lanjut Usia atau Ganula. Produsen wajib menariknya dari pasar. Ini soal keselamatan manusia, bukan sekadar soal kemasan,” imbuhnya.

    Kelayakan fisik, usia pemakaian, dan keamanan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) galon juga menjadi sorotan dalam investigasi. Tim KKI menemukan kondisi galon yang jauh dari kata layak.

    Sebanyak 80% galon atau 8 dari 10 galon yang dicek tampak buram dan kusam, seolah telah melewati siklus pemakaian tanpa kontrol kualitas. Lebih dari itu, 55% galon ditemukan dalam kondisi lusuh dan berdebu, menunjukkan bahwa aspek kebersihan bukan lagi prioritas dalam distribusi.

    “Bayangkan, galon dalam kondisi kurang layak seperti kusam, lusuh, dan buram masih dijual bebas. Ini bukan kelalaian kecil, ini ancaman langsung pada kesehatan publik,” tegasnya.

    Investigasi KKI juga menyoroti nyaris tidak adanya edukasi dari produsen kepada pedagang. Sebanyak 95% pedagang mengaku tidak pernah mendapat penjelasan tentang cara membaca kode produksi atau menentukan usia galon, dan 91,7% tidak pernah diberi informasi mengenai keamanan bahan kemasan.

    David menegaskan bahwa masyarakat tidak boleh tinggal diam, sebab masyarakat memiliki hak untuk mengonsumsi air minum yang aman untuk tubuh.

    “Jika Anda menerima galon yang buram, kusam, atau usianya lebih dari dua tahun, tolak! Jangan terima! Minta galon baru. Anda punya hak atas air minum yang aman,” ujarnya.

    Ia juga menambahkan, produsen perlu mengambil tindakan dengan memutus mata rantai galon lanjut usia.

    “Produsen harus berhenti berpura-pura tidak tahu. Ketika 57% galon yang beredar sudah melebihi usia pakai yang dianjurkan, itu berarti produsen gagal menyediakan kemasan yang aman bagi masyarakat. Dan gagal dalam urusan air minum berarti mempertaruhkan kesehatan jutaan orang,” sambungnya.

    Investigasi ini merupakan kelanjutan dari temuan KKI tahun lalu yang juga mengungkap peredaran galon guna ulang bermasalah, namun masih belum ada perubahan yang berarti.

    Laporan investigasi ini disampaikan kembali kepada Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), dan dengan tegas KKI merekomendasikan agar BPKN meminta produsen menarik seluruh galon yang berusia di atas 2 tahun dari peredaran.

    Merespons temuan ini, KKI mengeluarkan rekomendasi kepada BPKN. KKI meminta BPKN mendesak produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) untuk segera menarik galon yang sudah berusia di atas 2 tahun guna mencegah potensi bahaya BPA pada masyarakat.

    KKI juga mengimbau masyarakat untuk lebih kritis dan aktif melapor. Jika menemukan galon dengan usia lebih dari dua tahun, warga diminta segera menyampaikan laporan melalui kanal pengaduan resmi KKI di www.komunitaskonsumen.or.id.

    Dengan demikian, David mengungkapkan peredaran ganula perlu ditegaskan untuk menjaga keselamatan masyarakat.

    “Keselamatan konsumen bukan pilihan, itu kewajiban. Dan KKI akan terus mengawalnya,” tutup David.

    (ega/ega)

  • Sudah 65 Juta Orang Ikut CKG, Menkes Ungkap Masalah Kesehatan Terbanyak

    Sudah 65 Juta Orang Ikut CKG, Menkes Ungkap Masalah Kesehatan Terbanyak

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka-bukaan soal jumlah masyarakat yang sudah ikut program cek kesehatan gratis (CKG). Pada sidang paripurna di Istana Negara, Menkes mengungkapkan peserta cek kesehatan gratis sudah masuk di angka 65 juta orang.

    Sebagai informasi, program ini dimulai pertama kali pada bulan Februari 2025.

    “Untuk cek kesehatan gratis sekarang sudah menembus ke angka 65 juta pak. Diharapkan akhir tahun mungkin bisa menyentuh angka 70 juta,” ungkap Menkes pada Presiden Prabowo, dilihat detikcom dari kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (16/12/2025).

    Kondisi penyakit kronis seperti kolesterol, hipertensi, diabetes, lalu ditambah penyakit gigi menjadi masalah-masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan dalam program CKG. Misalnya, kolesterol dan hipertensi yang tidak ditangani dengan baik dapat memicu penyakit jantung hingga stroke di masa depan.

    “Nah, yang menyebabkan bisa meninggal itu adalah yang di kotak merah, kolesterol, hipertensi, dan diabetes,” ucap Menkes dalam presentasinya.

    Menkes menyebut pada 2026 pihaknya akan mulai fokus pada proses perbaikan kesehatan masyarakat yang terdampak. Kemenkes juga akan melakukan ekspansi CKG ke kantor-kantor untuk meningkatkan jumlah peserta.

    Sebelumnya, program CKG ini hanya dilakukan di puskesmas saja. Lalu, programnya berkembang ke sekolah hingga tempat-tempat umum, seperti pusat perbelanjaan.

    “Jadi di 2026 kita akan fokus ke tindakan perbaikannya, Pak. Dan juga ekspansi ke kantor-kantor, termasuk kementerian, lembaga, dan swasta. Jadi kami mohon arahan bapak presiden yang pertama, kalau boleh tahun depan dilombakan tahun depan menterinya siapa yang anak buahnya paling sehat, dikasih hadiah pak,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/naf)

  • Siasat Dinkes Pangkep Rayu Warga Ikut CKG, Tak Melulu Harus di Puskesmas

    Siasat Dinkes Pangkep Rayu Warga Ikut CKG, Tak Melulu Harus di Puskesmas

    Jakarta

    Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), tantangan geografis dan sosial, terutama mindset takut jika penyakitnya ketahuan, membuat masyarakat enggan mendatangi fasilitas kesehatan. Untuk menyukseskan program Cek Kesehatan Gratis (CKG), Dinas Kesehatan (Dinkes) Pangkep menerapkan strategi “jemput bola” dengan siasat persuasif.

    Kepala Dinkes Pangkep, Herlina, S.Kep., M.Kes., mengungkapkan bahwa jika hanya menunggu di Puskesmas, jumlah orang yang datang tidak sampai 10 orang per hari. Padahal target pemeriksaan CKG jauh dari angka tersebut.

    Kabupaten Pangkep dengan jumlah penduduk sekitar 359.943 jiwa berhasil melaksanakan cek kesehatan gratis untuk 300.946 atau 84 persen dari total penduduknya. Herlina menyebut angka ini tidak akan tercapai jika hanya menunggu warga datang ke Puskesmas.

    “Kami memanfaatkan setiap kesempatan yang ada,” ucap Herlina saat dijumpai detikcom di Makassar, Senin (15/12/2025).

    Cek kesehatan tak selalu di faskes

    Kegiatan CKG lebih banyak dilakukan di luar gedung karena masyarakat tidak mau ke layanan kesehatan. Misalnya ketika apel pagi ASN, Herlina akan mendatangkan petugas kesehatan ke gedung-gedung pemerintahan agar pekerja bisa sekaligus cek kesehatan.

    Petugas Puskesmas juga membawa peralatan untuk cek tekanan darah pada saat salat berjamaah di masjid. Bahkan, skrining TBC (pengambilan sputum) dioptimalkan pada saat salat Subuh.

    Siasat ini juga membawa layanan spesialistik ke pulau-pulau.

    “Daerah kepulauan itu kan tidak pernah terjamah dokter spesialis, jadi kita menerima layanan dokter spesialis seperti anak, obgyn, gigi, interna, di Puskesmas Sabutung,” jelas Herlina.

    Manfaat CKG juga dirasakan oleh warga Desa Mattirouleng, Pulau kulambing, Pangkep. Pemeriksaan kesehatan rutin diadakan di rumah Kepala Desa dan menjadi pusat kesehatan sederhana di sana.

    Rahman (72), penduduk Desa Mattirouleng mengatakan sangat terbantu dengan hadirnya pemeriksaan kesehatan di desanya sehingga dia tak perlu jauh-jauh ke kota karena puskesmas terdekat dari wilayahnya pun berjarak 20 menit dan berada di pulau seberang.

    “Tadi cek asam urat, dikasih beberapa obat ada juga obat flu sama vitamin karena kebetulan lagi pilek ini,” tuturnya saat dijumpai detikcom di Pulau Kulambing, Selasa (16/12).

    Efektivitas siasat ini tecermin dari data temuan penyakit. Data CKG menunjukkan Karies (53.915), Hipertensi (27.724), dan Merokok (24.047) adalah kasus terbanyak. CKG Anak Sekolah bahkan menemukan total 1.547 kasus Hipertensi pada pelajar.

    Mengatasi Ketakutan Rujukan dengan Jaminan Sosial

    Meskipun layanan CKG sudah didekatkan, Kadinkes menyoroti tantangan sosial terberat yakni warga terkadang takut dirujuk ke fasilitas kesehatan lanjutan jika ketahuan mengalami kondisi kesehatan berat.

    Penolakan ini dipicu ketakutan akan biaya hidup di kota, meskipun pasien memiliki BPJS. Dinkes Pangkep menjawab ketakutan ini dengan kolaborasi lintas sektor seperti menyediakan rumah tunggu untuk keluarga pasien yang mengantar.

    Selain itu jika BPJS pasien tidak aktif, bantuan finansial didapatkan dari BAZNAS.

    “Karena di Pangkep semua ASN bayar zakat melalui Baznas, jadi kalau Dinkes membutuhkan bantuan kesehatan, mereka bantu,” ungkapnya.

    Herlina berharap ada dukungan lebih lanjut dari kementerian berupa EKG mobile, untuk menyempurnakan layanan jemput bola yang sudah berjalan masif tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/naf)

  • BPOM Apresiasi Peresmian Fasilitas Radiofarmaka Kalbe di Sidoarjo, Perkuat Layanan Kanker Nasional

    BPOM Apresiasi Peresmian Fasilitas Radiofarmaka Kalbe di Sidoarjo, Perkuat Layanan Kanker Nasional

    Jakarta

    BPOM menyampaikan apresiasi tinggi atas peresmian fasilitas produksi Radioisotop dan Radiofarmaka milik PT Global Onkolab Farma, anak perusahaan Kalber Group di Sidoarjo, Jawa Timur pada Senin (15/12/2025).

    Kehadiran fasilitas ketiga di Indonesia ini dinilai sebagai langkah strategis dalam mendukung transformasi sistem kesehatan nasional, khususnya untuk menjamin ketersediaan produk vital bagi penanganan kanker yang aman, bermutu, dan berstandar internasional. Fasilitas produksi radiofarmaka tersebut mampu memproduksi radioisotop fluorodeoxyglucose (FDG) yang digunakan dalam pengoperasian Positron Emission Tomography-Computed Tomography (PET-CT) Scan di rumah sakit.

    Adapun produk radiofarmaka yang dihasilkan berupa radionuklida F-18 fluorodeoxyglucose (FDG) yang telah resmi mengantongi nomor izin edar (NIE) pada 2 September 2025.

    Kepala BPOM, Taruna Ikrar menegaskan bahwa fasilitas ini memperkuat ekosistem kemandirian farmasi. Menurutnya, hadirnya site di Sidoarjo ini secara signifikan memperluas cakupan pemenuhan radiofarmaka hingga ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur, sekaligus menjawab tantangan keterbatasan logistik yang selama ini menghambat layanan.

    Direktur PT Kalbe Farma, Mulia Lie mengugkapkan fokus bisnis serta urgensi pemilihan lokasi di Sidoarjo.

    “Global OnkoLab Farma fokus ke bisnis obat-obat kanker. Produk ini sendiri punya waktu paruh yang pendek sehingga memerlukan pengiriman yang cepat. Fasilitas di sini untuk meng-cover Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, dan juga untuk Indonesia bagian timur lainnya, seperti Makassar dan Sulawesi secara keseluruhan,” ujarnya.

    Taruna kemudian menyoroti urgensi fasilitas ini dalam konteks kasus kanker di Indonesia. Kanker merupakan penyabab kematian tertinggi ketiga di Indonesia.

    “Menurut Global Cancer Observatory (Globocan), pada tahun 2025, di Indonesia diperkirakan terdapat 433.966 kasus kanker dengan 260.511 kasus kematian (±60%) akibat penyakit tersebut,” ungkapnya.

    Urgensi tersebut semakin nyata mengingat produk radiofarmaka memiliki waktu paruh yang sangat singkat. Dalam kesempatan terpisah, Taruna menjelaskan bahwa percepatan perizinan dilakukan karena besarnya kebutuhan masyarakat.

    “Kalau diproduksi di Jakarta, penerbangan dari Jakarta ke Makassar saja 2 jam 10 menit. Namun, kalau dia diproduksi di Jawa Timur, tentu jaraknya ke Makassar cuma perlu waktu 1 jam. Jadi, masih spesifik untuk penggunaannya, lebih cepat dan efisien, serta efek yang lebih bagus,” terangnya.

    Untuk semakin memastikan akses penggunaan radiofarmaka dalam pelayanan kesehatan, BPOM berhasil memangkas drastis waktu penerbitan sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini menunjukkan wujud sinergi antara regulatr dan industri untuk kepentingan publik.

    Dengan beroperasinya fasilitas radiofarmaka di Sidoarjo, kini Indonesia memiliki tiga industri farmasi produsen radiofarmaka yang telah tersertifikasi CPOB dan mengantongi nomor izin edar dari BPOM. Taruna berharap, ketiga site industri tersebut bisa bersinergi dan saling melengkapi.

    “Peresmian ini bukan sekadar simbol dimulainya operasional fasilitas baru, tetapi juga sebuah komitmen bersama untuk mewujudkan layanan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat,” harap Taruna Ikrar.

    Ia mengakhiri sambutannya dengan menyampaikan ajakan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk terus berkolaborasi demi mewujudkan ketahanan kesehatan nasional, untuk menuju Indonesia Emas 2045.

    (elk/naf)

  • Cuma Butuh Fokus! Bisakah Kamu Menjawab 8 Teka-teki Asah Otak dalam Waktu 5 Detik?

    Cuma Butuh Fokus! Bisakah Kamu Menjawab 8 Teka-teki Asah Otak dalam Waktu 5 Detik?

    Jakarta

    Suka tantangan yang bikin mikir sekaligus seru? Teka-teki asah otak bisa menjadi cara menyenangkan untuk menguji kecerdikan, melatih logika, serta menjaga otak tetap aktif.

    Di balik pertanyaannya yang sederhana, bisa terdapat jawaban tak terduga yang menuntut untuk berpikir lebih kreatif. Yuk, siapkan konsentrasi dan temukan jawabannya dengan cepat.

    Teka-teki Asah Otak

    Berikut beberapa teka-teki yang menantang otak berpikir lebih keras.

    1. Apa yang akan terjadi jika kedua lilin ditutup dengan gelas? Mana yang apinya mati lebih dulu?

    2. Ada dua gelas yang masing-masing berisi air dan susu. Bagamana cara air dan susu dari gelas bisa dituang ke toples tanpa tercampur?

    3. Seorang pria harus memilih satu dari tiga pintu. Pintu A dijaga oleh serigala yang lapar, pintu B terdapat bom yang akan meledak, dan pintu C djaga pembunuh. Pintu mana yang aman?

    4. Temukan apel yang bebas dari cacing kurang dari 5 detikasah otak Foto: Firdaus Anwar/detikhealth

    5. Tiga ekor ayam bisa menghasilkan 3 telur dalam 3 menit. Berapa telur yang dihasilkan ayam dalam dua jam?

    6. Kali ini teka-teki tentang angka. Tebak berapa nilai dari masing buah?

    Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    7. Masih mirip dengan pertanyaan sebelumnya. Ketahui nilai dari telur, jagung, dan wortel dan temkan jawabannya.Asah otak detikHealth. Foto: detikHealth

    8. Perhatikan pola huruf dan angka berikut!

    C+G=10
    S-E=14
    X:C=?

    Jawaban Teka-teki Asah Otak

    Bisa jawab semua soal dengan mudah? Cek apakah jawabanmu benar semua atau tidak.

    1. Lilin yang lebih tinggi akan mati lebih dulu. Sebab, karbon dioksida yang lebih panas akan naik ke atas, membuat lilin kehabisan oksigen.
    2. Tuang salah satunya ke toples, lalu bekukan. Setelah itu, tuang cairan lainnya.
    3. Pintu B. Tunggu saja bom meledak, baru melewati pintu.
    4. Ada satu apel yang masih utuh

    asah otak Foto: Firdaus Anwar/detikhealth

    5. 2 jam=120 menit, 3 menit=3 telur. Jadi 120 menit=120 telur.

    6. Nilai dari alpukat=6, nanas=5, dan mangga=4
    7. Jawabannya adalah 54. Nilai dari telur=7, jagung=9, dan wortel=3
    8. X:C=8.
    Urutan huruf sesuai dengan abjad. C=3, G=6, E=5, dan C=24.

    Halaman 2 dari 5

    (elk/suc)

  • Dokter-dokter Butuh 10 Menit Lebih Cuma Buat Hitung Dosis Obat, Saatnya AI Ambil Alih?

    Dokter-dokter Butuh 10 Menit Lebih Cuma Buat Hitung Dosis Obat, Saatnya AI Ambil Alih?

    Jakarta

    Dunia medis tak lepas dari modernitas yang menuntut semuanya serba cepat. Faktanya, beberapa pekerjaan sangat menyita waktu para dokter, salah satunya menghitung dosis obat.

    Survei internal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mencatat 90 persen dokter kesulitan memperoleh referensi medis secara cepat, sementara 73 persen membutuhkan waktu lebih dari sepuluh menit hanya untuk mencari dosis obat. Kondisi tersebut berkontribusi pada risiko medication error yang masih berada di kisaran 9-10 persen.

    Banyak faktor yang membuat pekerjaan menghitung dosis tidak bisa dilakukan dengan cepat. Salah satunya, panduan obat-obatan selalu berubah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Dokter-dokter dituntut untuk memilah informasi yang paling up to date supaya tidak salah meresepkan obat.

    “Ini kami kan harus selalu update. Bagaimana dosisnya, apa efek sampingnya dan lain sebagainya,” kata dr Muhammad Raoul Taufiq Abdullah, seorang dokter residen FKUI, kepada detikcom di Jakarta Pusat, Jumat (12/12/2025).

    Ketersediaan informasi tentang obat juga tidak selalu terkumpul di satu tempat. Menelusuri sumber-sumber yang dibutuhkan membuat perhitungan dosis obat jadi makin menantang.

    “Masih tersebar, kadang-kadang kita mesti beli buku. Kadang-kadang kita mesti googling juga nyari-nyari dulu gitu ya. Nggak instant, gak praktis,” terang dr Raoul.

    Berangkat dari masalah tersebut, dr Raoul bersama koleganya dr Armand Achmadsyah membuat terobosan berbasis Artificial Intelligence (AI) yang mereka namakan DokterGPT. Inovasi berteknologi GPT yang dikustomisasi dan Retrieval Augmented Generation (RAG) dengan basis data yang mencakup lebih dari 400 diagnosis, 200 pedoman nasional, dan 1.000 data obat yang dikurasi oleh dokter Indonesia.

    “Tujuannya bukan untuk menggantikan peran dokter. Namun untuk menjadi asisten dokter, asisten medis virtual berbasis AI pertama di Indonesia,” sambungnya.

    Inovasi ini meraih pendanaan Program Akselerasi Startup UI Incubate 2025, setelah terpilih melalui seleksi nasional oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

    “Alhamdulillah kami menjadi satu dari dua startup terpilih,” kata dr Raoul.

    Pendanaan sebesar Rp 499,8 juta dari UI Incubate 2025 akan digunakan untuk memperkuat teknologi inti dan memperluas basis data medis nasional dan membantu para dokter hingga perawat dengan sedikit mempermudah pekerjaan mereka.

    (dpy/up)

  • Vidi Aldiano Ceritakan Perjuangan 6 Tahun Lawan Kanker Ginjal

    Vidi Aldiano Ceritakan Perjuangan 6 Tahun Lawan Kanker Ginjal

    Jakarta

    Baru-baru ini, suami Sheila Dara Aisha, Vidi Aldiano, mengenang perjalanan hidupnya berdampingan dengan kanker. Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, Vidi mengungkapkan penyakit yang ia idap justru memberinya banyak pelajaran berharga tentang kehidupan.

    Penyanyi Vidi Aldiano diketahui mengidap kanker ginjal sejak enam tahun terakhir. Hingga kini, ia masih menjalani proses pengobatan dan berjuang untuk pulih dari penyakit tersebut.

    “Hari ini tepat 6 tahun saya berkenalan dengan hadiah Tuhan berupa Kanker. Banyak perubahan sejak hari itu. Banyak prioritas berubah. Mindset shifted,” tulis Vidi Aldiano, dikutip dari Instagram pribadinya, Selasa (16/12/2025).

    Vidi mengungkapkan, cara pandangnya terhadap dunia perlahan berubah. Ia kini lebih banyak bersyukur atas hal-hal kecil yang sebelumnya kerap luput dari perhatiannya.

    Alih-alih mengeluh, Vidi justru justru merasa kanker telah mengajarkannya arti kesabaran, keikhlasan, dan kepasrahan, serta pentingnya mencintai orang-orang terdekat dengan sepenuh hati.

    Vidi pun berharap perjalanannya melawan kanker dapat segera berakhir sesuai kehendak Tuhan. Namun, ia mengaku telah menerima penyakit tersebut sebagai bagian dari hidupnya selama enam tahun terakhir.

    “Dan bisa melihat sebuah cobaan menjadi sebuah hikmah, banyak sekali kamu merubahku,” ujarnya.

    “Ku harap, perjumpaan kita bisa berakhir secepatnya sesuai izin dari yang Maha Kuasa. Namun ku menerima penuh kamu menjadi bagian dari diriku selama 6 tahun belakang ini,” tutupnya.

    Vidi pertama kali didiagnosis kanker ginjal pada Desember tahun 2019. Suami artis Sheila Dara Aisha itu akhirnya menjalani operasi kanker ginjal di Singapura. Setelah ditelusuri lebih lanjut, kanker yang diidap oleh Vidi cukup ganas.

    Pada tahun 2020 ia sebenarnya sempat dinyatakan sehat, tapi melalui pemeriksaan rutin pada tahun 2021 kankernya ditemukan lagi. Pada tahun 2023, ia bahkan mengabarkan kankernya sudah mengalami metastasis atau menyebar ke bagian tubuh yang lain.

    “Mungkin banyak yang belum tahu bahwa tahun lalu, titipan Tuhan berupa kanker ini sudah menyebar ke beberapa titik, sehingga mengharuskan gue punya appointment spa day tiap tiga minggu. Seiring waktu berjalan. I learn to make peace with my condition and be grateful for whatever God has given me throughout these years,” ujar Vidi.

    Tak hanya itu, pada Juli 2025, Vidi sempat buka-bukaan soal kondisi medis yang dialaminya. Akibat rangkaian perawatan yang dijalani, berat badannya turun drastis hingga terpangkas 10 kg. Ia juga mengaku lebih sering merasa lelah akibat kanker yang diidapnya.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/naf)

  • Mengenal Bedah Laparoskopi dan Keunggulannya di Brawijaya Hospital

    Mengenal Bedah Laparoskopi dan Keunggulannya di Brawijaya Hospital

    Jakarta

    Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi, dr. Lucky Satria, Sp.OG, Subsp. FER, menjelaskan tindakan bedah laparoskopi. Ia mengatakan laparoskopi merupakan teknik bedah minimal invasif yang kini menjadi standar modern dalam penanganan berbagai kasus ginekologi.

    “Laparoskopi adalah teknik operasi dengan sayatan sangat kecil, sekitar 1 sentimeter, sehingga trauma jaringan minimal, nyeri pascaoperasi lebih ringan, dan pemulihan pasien jauh lebih cepat,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, Senin (16/12/2025).

    Hal itu diungkapkan dalam acara Comprehensive Obgyn Services yang digelar Brawijaya Hospital pada Sabtu, (13/12). Acara ini mengulas layanan unggulan di bidang obstetri dan ginekologi dengan fokus pada teknik bedah laparoskopi serta perannya dalam meningkatkan keberhasilan program bayi tabung (in vitro fertilization / IVF).

    Menurut dr. Lucky, teknik ini sangat bermanfaat untuk menangani berbagai kelainan organ reproduksi perempuan, termasuk gangguan pada saluran tuba, endometriosis, hingga kelainan lain yang berpotensi menurunkan peluang implantasi embrio pada program IVF.

    “Pada kasus tertentu seperti pembengkakan saluran tuba, penyumbatan perlu ditangani terlebih dahulu dengan laparoskopi agar peluang keberhasilan IVF meningkat,” jelasnya.

    Tidak hanya untuk kasus sederhana, Brawijaya Hospital Antasari disebut telah mampu melakukan bedah laparoskopi tingkat lanjut dan kompleks. Salah satunya adalah operasi endometriosis berat yang melibatkan organ lain di luar rahim, seperti usus dan saluran kemih.

    “Kasus-kasus kompleks ini kami tangani secara multidisiplin dalam satu tindakan operasi laparoskopi, melibatkan dokter kandungan, bedah digestif, hingga urologi,” kata dr. Lucky.

    dr. Lucky menambahkan bahwa keunggulan lain dari laparoskopi adalah waktu pemulihan yang relatif singkat. Pasien umumnya sudah dapat pulang dalam waktu dua hingga tiga hari pasca operasi.

    Dalam konteks fertilitas, dr. Lucky menegaskan bahwa usia tetap menjadi faktor penting dalam keberhasilan IVF.

    “Semakin muda usia pasien, peluang keberhasilannya semakin tinggi karena kualitas dan jumlah sel telur masih optimal. Di atas usia 45 tahun, tingkat keberhasilan hanya sekitar 5 persen,” ujarnya.

    Meski demikian, ia menekankan bahwa setiap pasien tetap mendapatkan pendekatan menyeluruh, mulai dari perbaikan gaya hidup, pola makan, hingga manajemen stres.

    Brawijaya Hospital Antasari mencatat tingkat keberhasilan IVF secara keseluruhan berada di kisaran 50 persen yang ditopang oleh kesiapan fasilitas, teknologi laparoskopi yang mumpuni, serta pendekatan tim medis yang komprehensif.

    “Kunci keberhasilan ada pada kerja tim, bukan hanya fokus pada pasien perempuan, tetapi juga evaluasi dan penanganan faktor dari pihak pria,” pungkas dr. Lucky.

    Melalui layanan Obgyn komprehensif ini, Brawijaya Hospital Antasari menegaskan komitmennya dalam menghadirkan penanganan ginekologi modern berbasis teknologi minimal invasif demi meningkatkan kualitas hidup dan peluang kehamilan bagi para pasien.

    Sebagai informasi, acara ini menghadirkan sejumlah narasumber lainnya dari Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi, yaitu dr. Niken Pudji Pangastuti, Sp.OG KFER serta dr. Agatha Pradana, Sp.OG, M.Si.

    (prf/ega)