Jenis Media: Internasional

  • Delegasi AS Temukan Penjara Penyiksaan Rezim Assad Jauh Lebih Banyak – Halaman all

    Delegasi AS Temukan Penjara Penyiksaan Rezim Assad Jauh Lebih Banyak – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Delegasi tingkat tinggi Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa jumlah penjara yang dikelola oleh rezim Bashar al-Assad di Suriah jauh lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya.

    Hal ini terungkap saat kunjungan resmi delegasi AS ke Suriah pada Jumat, 20 Desember 2024, yang merupakan kunjungan pertama pejabat AS ke negara tersebut dalam 12 tahun terakhir.

    Penemuan Mengejutkan Mengenai Penjara

    Delegasi tersebut bertemu dengan anggota kepemimpinan sementara Suriah untuk mendesak pembentukan pemerintahan yang inklusif dan untuk mencari warga negara AS yang hilang selama konflik.

    Roger Carstens, Utusan Khusus Presiden untuk Urusan Penyanderaan, menyatakan bahwa jumlah penjara tempat para tahanan disiksa dan dibunuh oleh rezim Assad diperkirakan lebih dari 40, jauh lebih banyak dari dugaan awal yang hanya 10 hingga 20 penjara.

    “Kami kira mungkin ada 10 atau 20,” kata Carstens.

    Fokus pada Penjara dan Pencarian Warga AS yang Hilang

    Carstens menambahkan bahwa AS memiliki sumber daya terbatas di Suriah dan akan fokus pada enam penjara dalam upaya untuk menentukan nasib Austin Tice, seorang jurnalis AS yang hilang di Suriah sejak 2012.

    “Kami tidak akan berhenti sampai kami menemukan informasi yang kami butuhkan untuk menyimpulkan apa yang terjadi pada Austin,” ujarnya.

    Sementara itu, FBI tidak dapat hadir di Suriah untuk mencari warga AS yang hilang, tetapi ada kemungkinan situasi ini akan berubah di masa depan.

    AS juga terus bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah dan media berita di Suriah.

    Penjara Saydnaya: Simbol Penyiksaan

    Di antara penjara yang dikenal, Penjara Saydnaya menjadi sorotan utama.

    Terletak sekitar setengah jam dari pusat kota Damaskus, Saydnaya dikenal sebagai tempat di mana ribuan tahanan disiksa.

    Menurut laporan, lebih dari 30.000 tahanan diperkirakan tewas di penjara ini sejak dimulainya perang Suriah pada tahun 2011.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Horor di Jerman Usai Pemobil WN Saudi Tabrak Kerumunan

    Horor di Jerman Usai Pemobil WN Saudi Tabrak Kerumunan

    Jakarta

    Lima orang tewas, termasuk anak kecil dalam insiden mobil yang dikendarai seorang pria warga negara Arab Saudi menabrak kerumunan orang di Pasar Natal di Magdeburg, yang berjarak 130 kilometer sebelah barat daya ibu kota Berlin, Jerman. Sementara jumlah korban luka-luka 200 orang, dan 40 orang diantaranya luka berat.

    Pelaku yang diketahui seorang dokter tancap gas mobil BMW jenis SUV berkelir hitam dengan cepatan tinggi pada Jumat (20/12/2024) malam waktu setempat. Pemerintah Jerman pun angkat bicara.

    “Pikiran saya tertuju pada para korban dan keluarga mereka. Kami berdiri di sisi mereka dan di sisi masyarakat Magdeburg. Terima kasih saya sampaikan kepada para pekerja penyelamat yang berdedikasi di saat-saat cemas ini,” ucap Kanselir Jerman Olaf Scholz dalam akun X-nya.

    Pelaku yang berusia 50 tahun itu tinggal di negara bagian timur Saxony-Anhalt sejak 2006. Dia telah ditangkap aparat setempat.

    “Kami telah menangkap pelakunya, seorang pria asal Arab Saudi, seorang dokter yang telah berada di Jerman sejak tahun 2006,” kata kata Perdana Menteri Regional Reiner Haseloff.

    Reiner mengunjungi tempat kejadian perkara (TKP). Lokasi kejadian pun ditutup dan dijaga oleh pasukan komando polisi.

    “Dari apa yang kami ketahui saat ini, dia adalah penyerang tunggal, jadi kami rasa tidak ada bahaya lebih lanjut,” tambahnya.

    Penyelidikan terhadap insiden tersebut masih berlangsung. Reiner mengatakan bahwa otoritas penegak hukum sedang dalam proses mengumpulkan semua data lebih lanjut dan juga melakukan interogasi.

    Arab Saudi Angkat Bicara

    Foto: Situasi di lokasi insiden mobil menabrak kerumunan di Magdeburg, Jerman pada Sabtu (21/12/2024). (REUTERS/Axel Schmidt Purchase Licensing Rights)

    Otoritas Riyadh mengecam serangan semacam itu dan menyatakan solidaritas terhadap keluarga korban dalam insiden mematikan tersebut. Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Arab News, Sabtu (21/12), mengecam insiden mematikan yang terjadi.

    “Kementerian Luar Negeri menyampaikan kecaman Kerajaan Arab Saudi atas insiden yang terjadi di sebuah pasar di kota Magdeburg di Republik Federal Jerman, di mana sebuah mobil menabrak kerumunan orang, mengakibatkan kematian dan cedera pada sejumlah orang,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Saudi.

    “Kerajaan mengungkapkan solidaritasnya terhadap rakyat Jerman dan keluarga para korban,” imbuh pernyataan tersebut.

    Otoritas Saudi juga menegaskan sikapnya menolak segala bentuk kekerasan. “Kerajaan menegaskan penolakannya terhadap tindak kekerasan,” tegas Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pernyataannya.

    Halaman 2 dari 2

    (aud/aud)

  • Horor di Jerman Usai Pemobil WN Saudi Tabrak Kerumunan

    Korban Tewas Serangan Pasar Natal Jerman Jadi 5 Orang, 40 Luka Parah

    Jakarta

    Perdana Menteri negara bagian Saxony-Anhalt Reiner Haseloff mengatakan korban serangan dengan menabrakkan mobil di pasar Natal Jerman bertambah jadi 5 orang. Sementara yang mengalami luka-luka lebih dari 200 orang.

    Seperti dilansir AFP, Sabtu (21/12/2024), Kanselir Olaf Scholz, yang bersamanya untuk memberikan penghormatan di kota Magdeburg di bagian timur, menyuarakan keprihatinannya terhadap sekitar 40 orang yang terluka parah dan mengutuk “bencana mengerikan” tersebut.

    Ia berjanji bahwa Jerman akan menanggapi “dengan kekuatan hukum penuh” atas “serangan mengerikan yang melukai dan menewaskan begitu banyak orang” menjelang peringatan serangan jihadis yang mematikan tahun 2016 di pasar Natal Berlin.

    Scholz juga menyerukan persatuan nasional pada saat Jerman diguncang oleh perdebatan sengit tentang imigrasi dan keamanan saat negara itu menuju pemilihan umum pada bulan Februari.

    Kanselir mengatakan penting “bahwa kita tetap bersatu sebagai satu negara, bahwa kita bersatu, bahwa kita bergandengan tangan, bahwa bukan kebencian yang menentukan koeksistensi kita tetapi fakta bahwa kita adalah komunitas yang mencari masa depan bersama.”

    Ia mengatakan berterima kasih atas ungkapan “solidaritas … dari banyak, banyak negara di seluruh dunia” dan mengatakan “sangat menyenangkan mendengar bahwa kami sebagai orang Jerman tidak sendirian dalam menghadapi bencana yang mengerikan ini”.

    (rfs/rfs)

  • Suriah Lelah Perang, AS Menyambangi

    Suriah Lelah Perang, AS Menyambangi

    Jakarta

    Pemimpin de facto Suriah, Ahmed al-Sharaa, mengatakan negaranya sudah lelah perang dan tidak akan menjadi ancaman bagi negara-negara tetangganya atau negara-negara Barat. Merespons itu, Amerika Serikat justru menyambangi Ahmed al-Sharaa.

    Dilansir BBC, Sabtu (21/12/2024), dalam wawancara di Damaskus, ia menyerukan agar sanksi terhadap Suriah dicabut.

    “Sekarang, setelah semua yang terjadi, sanksi-sanksi harus dicabut karena sanksi-sanksi tersebut ditujukan kepada rezim lama. Korban dan penindas tidak boleh diperlakukan dengan cara yang sama,” kata Sharaa.

    Sharaa memimpin serangan kilat yang menggulingkan rezim Bashar al-Assad kurang dari dua minggu lalu. Pria yang sebelumnya dikenal dengan nama samaran Abu Mohammed al-Jolani ini adalah pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok dominan dalam aliansi pemberontak.

    Ia kemudian mengatakan HTS harus dihapus dari daftar organisasi teroris yang ditetapkan oleh PBB, AS, Uni Eropa, dan Inggris. HTS awalnya ditetapkan sebagai organisasi teroris lantaran merupakan kelompok sempalan al-Qaeda, walau kemudian memisahkan diri pada 2016.

    Sharaa membuat klaim bahwa HTS bukanlah kelompok teroris. HTS tidak menargetkan warga sipil atau wilayah sipil, katanya. Bahkan, menurut klaim Sharaa, HTS adalah korban kejahatan rezim Assad.

    Sharaa Bantah Mau Ubah Suriah Jadi Afghanistan Baru

    Kondisi Suriah. (BBC World)

    Dia lantas membantah bahwa dirinya ingin mengubah Suriah menjadi Afghanistan versi baru.

    Sharaa mengatakan negara-negara di Timur Tengah sangat berbeda, dengan tradisi yang berbeda. Afghanistan adalah masyarakat kesukuan. Di Suriah, katanya, pola pikir penduduknya berbeda.

    Dia membuat klaim bahwa dirinya meyakini kaum perempuan berhak mendapat pendidikan.

    “Kami telah memiliki universitas di Idlib selama lebih dari delapan tahun,” kata Sharaa, mengacu pada provinsi barat laut Suriah yang telah dikuasai pemberontak sejak 2011.

    “Saya pikir persentase perempuan di universitas lebih dari 60%.”

    Ketika ditanya apakah konsumsi alkohol akan diizinkan, Sharaa berkata: “Ada banyak hal yang tidak berhak saya bicarakan karena itu adalah masalah hukum.”

    Ia menambahkan bahwa akan ada “komite ahli hukum Suriah untuk menulis konstitusi. Mereka akan memutuskan. Dan setiap penguasa atau presiden harus mematuhi hukum”.

    AS Sambangi Pemimpin Baru Suriah

    Ilustrasi bendera Amerika Serikat. (BBC World)

    Amerika Serikat pun langsung mengambil langkah usai Sharaa menyampaikan Suriah lelah berperang. Pihak AS mengirimkan misi diplomatik pertama ke Damaskus sejak berkecamuknya Musim Semi Arab 2011 silam.

    Para diplomat akan bertemu dengan perwakilan HTS, yang hingga kini masih dikategorikan sebagai kelompok teroris, serta sejumlah lembaga swadaya masyarakat prodemokrasi.

    Delegasi AS mencakup Barbara Leaf, pejabat tinggi Kemenlu AS untuk Timur Tengah, dan Daniel Rubinstein, diplomat veteran yang berpengalaman di dunia Arab, kata seorang jurubicara Kemenlu.

    Hadir pula Roger Carstens, negosiator AS, yang ditugaskan mencari petunjuk tentang warga Amerika yang hilang, termasuk Austin Tice, seorang jurnalis yang diculik pada bulan Agustus 2012.

    Pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyambangi satu per satu negara jiran Suriah. Dalam sebuah pertemuan pada hari Sabtu (14/12) di resor Aqaba, Yordania, negara-negara Barat dan Arab serta Turki bersama-sama menyerukan untuk sebuah “pemerintahan yang inklusif, non-sektarian, dan representatif” yang menghormati hak-hak semua komunitas Suriah yang beragam.

    Seruan itu ikut digaungkan Iran, yang sebelumnya mendukung rejim Assad di Damaskus. Presiden Masoud Pezeskhian mengimbau “partisipasi semua kelompok Suriah pada pemerintahan baru, serta rasa hormat kepada keyakinan dan agama yang berbeda-beda.”

    Desakan yang sama dirasakan sebagian warga Suriah, terutama kaum marjinal dan minoritas etnis. Pada Kamis (19/12), ratusan orang berdemonstrasi di Damaskus demi menolak “negara agama,” dan menuntut demokrasi serta kesetaraan gender.

    Protes juga digalang ribuan warga Kurdi di Qamshli, di timur laut, karena mengkhawatirkan pengaruh Turki, yang kini giat menyerang dari seberang perbatasan. Mereka meneriakkan yel-yel “bangsa Suriah adalah satu,” atau “katakan tidak kepada perang, tolak intervensi militer Turki.”

    Halaman 2 dari 3

    (maa/rfs)

  • RI Kembali Evakuasi 91 WNI dari Suriah, Total 156 Orang

    RI Kembali Evakuasi 91 WNI dari Suriah, Total 156 Orang

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemerintah Indonesia kembali mengevakuasi 91 WNI dari Suriah ke Tanah Air dalam gelombang terbaru pemulangan yang berlangsung pada 20-21 Desember, sehingga jumlah WNI yang kembali dari Suriah saat ini mencapai 156 orang.

    “Dengan kepulangan tersebut, total WNI yang berhasil dievakuasi pascaperalihan pemerintah di Suriah ada sebanyak 156 WNI yang (evakuasinya) terbagi dalam empat gelombang,” kata Kementerian Luar Negeri RI melalui pernyataan tertulis, Sabtu (21/12).

    Kemlu menyebutkan mayoritas WNI yang dipulangkan tersebut adalah pekerja migran, pelajar, dan mahasiswa yang berasal dari sejumlah provinsi, di antaranya Aceh, Sumatra Utara, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

    Para warga negara Indonesia itu sebelumnya dievakuasi keluar Kota Damaskus di Suriah menuju Kota Beirut di Lebanon melalui jalur darat dan di bawah pengawalan. Mereka kemudian diterbangkan pulang ke tanah air dalam tiga gelombang penerbangan.

    Kemlu beserta KBRI Damaskus akan terus melakukan pelacakan dan pendataan WNI yang kemungkinan masih berada di Suriah dan belum melakukan lapor diri, menurut pernyataan tersebut.

    Sementara itu, para WNI yang masih berada di Suriah diimbau untuk terus memperhatikan perkembangan situasi dan keamanan serta menjaga keselamatan diri.

    “Mereka juga diminta untuk menghindari keterlibatan dalam kegiatan politik yang tidak perlu serta terus menjalin komunikasi dengan Perwakilan RI di Damaskus,” kata Kementerian Luar Negeri.

    Kemlu juga mengimbau masyarakat yang anggota keluarganya diketahui masih berada di Suriah untuk menginformasikan keberadaan keluarga mereka melalui saluran telepon Direktorat Pelindungan WNI Kemlu (+62812-9007-0027) ataupun KBRI Damaskus (+963-954-444-810).

    Hingga Senin (16/12), sedikitnya ada 83 WNI di Suriah yang meminta dipulangkan ke tanah air sehingga evakuasi WNI masih akan diteruskan, demikian saat itu disampaikan Direktur Pelindungan WNI dan BHI Kemlu RI Judha Nugraha.

    Pada gelombang evakuasi sebelumnya, Kemlu memulangkan 65 WNI dari Suriah. Mereka terdiri dari 55 perempuan dan 10 lainnya laki-laki, serta 47 di antara mereka merupakan pekerja migran.

    (Antara/isn)

    [Gambas:Video CNN]

  • Delegasi AS di Suriah Sebut Jaringan Penjara Penyiksaan Rezim Assad Jauh Lebih Banyak: Lebih dari 40 – Halaman all

    Delegasi AS di Suriah Sebut Jaringan Penjara Penyiksaan Rezim Assad Jauh Lebih Banyak: Lebih dari 40 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Terdapat lebih banyak penjara rezim Assad di Suriah daripada yang diperkirakan sebelumnya.

    Hal ini diungkapkan oleh delegasi tingkat tinggi diplomat Amerika Serikat (AS) saat mereka mencari warga Amerika yang hilang di Suriah, Jumat (20/12/2024).

    Kunjungan resmi itu menjadi yang pertama dilakukan pejabat Amerika ke Suriah setelah 12 tahun.

    Delegasi tersebut bertemu anggota kepemimpinan sementara Suriah, untuk mendesak pembentukan pemerintahan yang inklusif dan untuk menemukan warga negara AS yang hilang selama konflik.

    Utusan Khusus Presiden untuk Urusan Penyanderaan Roger Carstens, yang merupakan bagian dari delegasi tersebut, mengatakan jumlah penjara tempat para tahanan disiksa dan dibunuh oleh rezim Assad jauh lebih tinggi dari yang diduga.

    “Kami kira mungkin ada 10 atau 20,” katanya, seperti diberitakan Arab News.

    “Mungkin lebih dari 40; bahkan mungkin lebih. Kadang-kadang mereka berkumpul dalam kelompok kecil. Kadang-kadang mereka berada di daerah terpencil di Damaskus,” jelasnya.

    Carstens mengatakan, AS memiliki sumber daya terbatas yang tersedia di Suriah dan akan fokus pada enam penjara dalam upaya untuk menentukan nasib Austin Tice.

    Namun, ia mengatakan pencarian pada akhirnya akan diperluas hingga mencakup semua 40 lokasi penjara.

    Adapun Austin Tice adalah jurnalis AS yang hilang di Suriah.

    “Kami akan bertindak seperti anjing bulldog dalam hal ini,” katanya.

    “Kami tidak akan berhenti sampai kami menemukan informasi yang kami butuhkan untuk menyimpulkan apa yang terjadi pada Austin, di mana dia berada, dan untuk memulangkannya ke keluarganya,” terang Carstens.

    Ia mengatakan FBI tidak dapat hadir di Suriah untuk waktu yang lama guna mencari warga Amerika yang hilang “saat ini”, tetapi mengisyaratkan hal ini mungkin berubah di masa mendatang.

    Sementara itu, AS terus bekerja sama dengan “mitra,” termasuk organisasi nonpemerintah dan media berita di Suriah.

    Sebelumnya, negara-negara Barat telah berupaya menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh senior dalam kelompok militan Hayat Tahrir Al-Sham yang memimpin serangan yang memaksa Presiden Bashar Assad turun dari kekuasaan bulan ini.

    Menteri Luar Negeri untuk Urusan Timur Dekat Barbara Leaf, yang memimpin delegasi AS, mengatakan para delegasi menghadiri acara peringatan untuk “puluhan ribu warga Suriah dan non-Suriah yang ditahan, disiksa, dihilangkan secara paksa atau hilang, dan yang tewas secara brutal di tangan rezim sebelumnya.”

    Di antara warga Amerika yang hilang adalah jurnalis lepas Austin Tice, yang diculik pada tahun 2012, dan Majid Kamalmaz, seorang psikoterapis dari Texas yang menghilang pada tahun 2017 dan diperkirakan telah meninggal.

    Penjara Penyiksaan Assad Disebut yang Terburuk

    Diberitakan BBC, Penjara Saydnaya terletak di sebuah bukit terlarang, sekitar setengah jam perjalanan dari pusat kota Damaskus.

    Dalam beberapa hari terakhir pintu masuk telah dicat ulang dengan warna hijau, putih, dan hitam, seperti bendera revolusioner Suriah. Warna-warna baru itu tidak menghilangkan suasana menyeramkan di tempat itu.

    Saat saya berjalan melewati gerbang, saya memikirkan keputusasaan yang pasti mencengkeram ribuan warga Suriah yang melakukan perjalanan yang sama.

    Salah satu perkiraan adalah lebih dari 30.000 tahanan tewas di Saydnaya sejak dimulainya perang Suriah pada tahun 2011. Jumlah tersebut merupakan proporsi besar dari lebih dari 100.000 orang, hampir semuanya laki-laki tetapi termasuk ribuan perempuan – serta anak-anak – yang menghilang tanpa jejak ke dalam gulag Bashar al-Assad.

    Bagian lain dari sistem penjara Assad tidak sekejam dulu. Panggilan telepon ke rumah diizinkan, dan keluarga diizinkan berkunjung.

    Namun Saydnaya adalah jantung rezim yang gelap dan busuk. Ketakutan akan dijebloskan ke sana dan dibunuh tanpa ada yang tahu apa yang telah terjadi merupakan bagian utama dari sistem pemaksaan dan penindasan rezim Assad.

    Pihak berwenang tidak perlu memberi tahu keluarga yang telah dipenjara di sana. Membiarkan mereka takut akan hal terburuk adalah cara lain untuk memberikan tekanan. Rezim terus menekan warga Suriah karena kekuatan, jangkauan, dan kebiadaban berbagai badan intelijennya yang saling tumpang tindih, dan karena penyiksaan dan eksekusi yang rutin dilakukan.

    Saya berada di penjara-penjara terkenal lainnya pada hari-hari setelah mereka dibebaskan, termasuk Abu Salim, penjara terkenal milik mantan pemimpin Libya Kolonel Gaddafi di Tripoli dan Pul-e-Charki di luar Kabul di Afghanistan.

    Keduanya tidak sekotor dan seberbahaya Saydnaya. Di sel-selnya yang penuh sesak, para pria harus buang air kecil ke dalam kantong plastik karena akses mereka ke jamban terbatas.

    Ketika kunci-kunci itu dibuka paksa, mereka meninggalkan kain-kain kotor dan potongan-potongan selimut yang merupakan satu-satunya yang mereka miliki untuk menutupi diri mereka saat mereka tidur di lantai. Penyiksaan dan eksekusi telah didokumentasikan di Saydnaya.

    Dalam beberapa bulan ke depan sudah pasti akan muncul lebih banyak informasi mengenai kengerian yang dilakukan di dalam tembok penjara tersebut dari para mantan narapidana.

    Di koridor Saydnaya, Anda dapat melihat betapa sulitnya memperbaiki negara yang dirusak Assad untuk mencoba menyelamatkan rezimnya. Sekarang penjara telah dibuka, seperti negaranya, penjara itu telah menjadi gambaran kecil dari semua tantangan yang dihadapi Suriah sejak rezim Assad runtuh dan tersapu bersih.

    Kronologi Jatuhnya Rezim Assad

    Dikutip dari Al Jazeera, pasukan oposisi merebut Damaskus pada Minggu (8/12/2024) pagi, mengakhiri 50 tahun kekuasaan keluarga al-Assad dalam serangan mendadak yang mencapai ibu kota hanya dalam 12 hari.

    Serangan dimulai pada 27 November, ketika pasukan oposisi yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), melancarkan serangan dari pangkalan mereka di provinsi Idlib di Suriah barat laut dan kemudian bergerak ke selatan untuk menggulingkan Bashar al-Assad.

    Pada Sabtu (7/12/2024), pasukan oposisi merebut sebagian besar wilayah Deraa di selatan Suriah – tempat lahirnya pemberontakan tahun 2011.

    Masyarakat juga mengambil tindakan sendiri dan bergabung dalam pertempuran, lalu berbaris ke utara bersama para pejuang, menurut analis politik dan aktivis Nour Adeh.

    Kelompok selatan bergerak ke utara sementara pejuang barat laut mendekati Homs, kota berikutnya di jalan raya menuju Damaskus.

    Rezim merasa tertekan saat menyaksikan pejuang oposisi mendekat dari semua sisi.

    Pejuang antipemerintah mengibarkan bendera oposisi di kota Aleppo di utara Suriah pada tanggal 30 November 2024. (AFP/OMAR HAJ KADOUR)

    Pasukannya mengalami keruntuhan organisasi, menurut Sanad, badan investigasi digital Al Jazeera, dengan gambar-gambar yang muncul menunjukkan para prajurit meninggalkan senjata dan seragam mereka sementara banyak yang melarikan diri dengan berjalan kaki dari posisi militer mereka.

    Runtuhnya moral ini memicu demonstrasi luas di daerah pedesaan sekitar Damaskus, di mana para pengunjuk rasa merobek poster al-Assad dan menyerang posisi militer.

    Karena putus asa ingin menghentikan oposisi, rezim mengebom Jembatan Rastan, namun pasukan oposisi tetap merebut Homs, pada Minggu dini hari.

    Dengan itu, mereka telah memisahkan al-Assad dari benteng pertahanannya di pesisir pantai, tempat dua pangkalan militer Rusia berada.

    Perebutan Homs merupakan “lonceng kematian bagi kemungkinan yang tersisa bagi tentara Suriah untuk mengkonsolidasikan kekuatannya dan mengambil tindakan,” kata profesor Universitas Oklahoma Joshua Landis kepada Al Jazeera.

    Dengan kelompok oposisi bersenjata mendekati Damaskus dari segala arah, kota itu terjerumus ke dalam kekacauan.

    Ruang operasi militer mengerahkan divisi “Bulan Sabit Merah”, yang dilatih khusus untuk serangan perkotaan, sementara banyak pasukan pemerintah diperintahkan untuk mundur ke Bandara Internasional Damaskus dan pusat keamanan di pusat kota Damaskus, tetapi tidak ada hasil.

    Para pejuang oposisi mengatakan mereka telah menguasai Pangkalan Udara Mezzeh di Damaskus, sebuah kemenangan strategis dan simbolis karena pangkalan tersebut digunakan oleh pemerintah untuk serangan roket dan serangan udara terhadap wilayah yang dikuasai oposisi sepanjang perang.

    Dalam waktu dua jam, rekaman baru muncul dari Lapangan Umayyah di jantung kota Damaskus, menunjukkan warga merayakan saat pasukan oposisi memasuki ibu kota tanpa perlawanan, dengan tembakan perayaan dan nyanyian yang menandakan jatuhnya al-Assad.

    Pada pukul 6 pagi tanggal 8 Desember, para pejuang menyatakan Damaskus telah dibebaskan, yang mengonfirmasi bahwa Bashar al-Assad telah meninggalkan negara tersebut.

    Orang-orang dengan cepat membongkar simbol-simbol pemerintahan keluarga al-Assad.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Suriah

  • Pemagang Indonesia Meninggal Akibat Terjebak Mesin Peternakan di Jepang – Halaman all

    Pemagang Indonesia Meninggal Akibat Terjebak Mesin Peternakan di Jepang – Halaman all

    Seorang trainee magang teknis laki-laki berkebangsaan Indonesia terjebak dalam mesin peternakan hingga meninggal dunia.

    Tayang: Sabtu, 21 Desember 2024 20:14 WIB

    HBC

    Kantor Polisi Esashi Asahikawa homen Hokkaido Jepang sedang menyelidiki kasus kecelakaan hingga meninggal pemagang Indonesia kemarin (20/12/2024 

    Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

    TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Seorang pria Indonesia yang  terjebak dalam mesin peternakan saat menyiapkan pakan ternak di peternakan di Kota Esashi, Hokkaido, Jepang, meninggal dunia Jumat (20/12/2024).

     Sekitar tengah hari tanggal 20 Desember kemarin, seorang trainee magang teknis laki-laki berkebangsaan Indonesia yang sedang menyiapkan pakan ternak di sebuah peternakan di Kota Esashi, Hokkaido, terjebak dalam mesin peternakan  dan meninggal.

    Almarhum adalah seorang trainee magang teknis berusia 22 tahun berkebangsaan Indonesia yang tinggal di Kota Esashi.

    Sekitar tengah hari pada tanggal 20 Desember, seorang petugas peternakan menelepon 119 melaporkan bahwa seorang pria terjebak dalam mesin saat bekerja.

    Ketika bagian darurat ditelpon dan tiba bersama ambulans, pria Indonesia itu ditemukan terjebak dalam mesin yang mengaduk rumput, dan dia dinyatakan meninggal di tempat.

    Menurut polisi, diyakini bahwa pria itu sedang menyiapkan pakan ternak pada saat kecelakaan, dan polisi sedang menyelidiki situasi saat itu, seperti mendengarkan rekan-rekan yang bekerja dengannya.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Paus Kutuk Israel Bombardir Jabalia Hingga Tewaskan 7 Anak Gaza

    Paus Kutuk Israel Bombardir Jabalia Hingga Tewaskan 7 Anak Gaza

    Jakarta, CNN Indonesia

    Paus Fransiskus mengutuk Israel yang meluncurkan serangan udara ke Jabalia dan berujung tewasnya 7 anak di Gaza, Palestina.

    “Kemarin anak-anak (di Gaza, Palestina) dibom. Ini kekejaman, ini bukan perang!” kata Paus Fransiskus kepada anggota pemerintahan Takhta Suci, dikutip dari AFP, Sabtu (21/12).

    “Saya mengatakannya karena ini menyentuh hati saya,” tegasnya.

    Kepala Negara Vatikan itu sudah sering bersuara tentang apa yang terjadi di Palestina. Menurut Fransiskus, apa yang dilakukan Israel adalah bentuk kesombongan penjajah.

    Paus Fransiskus menggambarkan aksi Israel sebagai “kesombongan penjajah menang atas dialog”. Sang pemimpin tertinggi Gereja Katolik Dunia itu lantas mendukung adanya perdamaian di Timur Tengah.

    Takhta Suci juga telah mengakui Palestina sebagai negara sejak 2013. Mereka menjalin hubungan diplomatik dan mendukung terciptanya solusi antara Israel-Palestina.

    Namun, Israel tak berhenti memborbardir Palestina. Badan Penyelamat Pertahanan Sipil Gaza melaporkan ada serangan udara Israel pada Jumat (20/12) yang menewaskan 10 anggota keluarga di wilayah utara.

    “Ada 10 martir, semuanya menjadi sasaran serangan udara di rumah mereka di Jabalia al-Nazla, barat daya Jabalia,” kata Juru Bicara Badan Pertahanan Sipil Mahmud Bassal.

    “Semua martir berasal dari keluarga yang sama, termasuk tujuh anak-anak (meninggal), yang tertua berusia enam tahun,” sambungnya.

    Mahmud Bassal mengatakan serangan Israel itu turut melukai 15 orang lainnya.

    (skt/agt)

  • 2 Warga Malaysia Terlibat Bom Bali Dikeluarkan dari Penjara Guantanamo

    2 Warga Malaysia Terlibat Bom Bali Dikeluarkan dari Penjara Guantanamo

    Jakarta, CNN Indonesia

    Amerika memulangkan dua warga Malaysia yang ditahan di Teluk Guantanamo selama 18 tahun karena terlibat dalam bom Bali 2002 Mohammed Farik Amin dan Mohammed Nazir Lep ke Negeri Jiran.

    Selanjutnya, dua warga Malaysia tersebut akan menjalani program deradikalisasi.

    Menteri Dalam Negeri Malaysia Saifuddin Nasution Ismail dalam postingan Facebook pada Kamis (19/12) kemarin mengatakan deradikalisasi akan dilakukan secara holistik.

    “Pemerintah Persatuan Malaysia prihatin dan memperhatikan kesejahteraan dua warga negara Malaysia yang kembali dari Pusat Penahanan Teluk Guantanamo,” tulis Saifuddin seperti dikutip dari Channel News Asia.

    Sementara itu berdasarkan infografis yang menyertai postingan Saifuddin tersebut, rencana rehabilitasi akan menekankan dukungan terhadap kedua individu tersebut melalui transisi mereka ke “lingkungan terkendali” baru.

    Setelah itu, rehabilitasi akan dilakukan dengan melakukan reintegrasi mereka ke dalam kehidupan keluarga.

    Saifuddin mengatakan tujuan akhirnya adalah memastikan bahwa mereka mampu hidup mandiri dan produktif dalam masyarakat.

    Saifuddin mengatakan agar program ini berhasil, polisi akan melakukan pemantauan terus menerus.

    “Pendekatan ini tidak hanya menyoroti komitmen kuat pemerintah terhadap kesejahteraan seluruh warga negara tetapi juga nilai-nilai pemerintahan Madani yang mengutamakan kesempatan kedua dan keadilan sosial,” kata menteri.

    Nazi dan Farik ditahan di sel isolasi Penjara Guantanamo sejak penangkapan mereka di Thailand pada 2003 oleh otoritas AS sehubungan dengan bom Bali yang menewaskan 202 orang.

    Pada Januari tahun ini, mereka dijatuhi hukuman 23 tahun penjara setelah mengaku bersalah atas peran mereka dalam bom Bali.

    (agt/agt)

  • Pakar: Rudal Oreshnik Rusia Tak Bisa Ditangkis Sistem Pertahanan Barat & Israel, Patriot Diejek – Halaman all

    Pakar: Rudal Oreshnik Rusia Tak Bisa Ditangkis Sistem Pertahanan Barat & Israel, Patriot Diejek – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Baru-baru ini Presiden Rusia Vladimir Putin menantang Barat untuk menjatuhkan rudal hipersonik Oreshnik milik Rusia.

    Putin meminta Barat mengerahkan sistem pertahanan terbaiknya untuk menangkis Oreshnik mungkin nanti ditembakkan ke Ukraina.

    Tak hanya Putin, seorang pakar militer Rusia bernama Alexey Leonkov juga percaya diri dengan keampuhan Oreshnik.

    Dia mengklaim saat ini tidak ada sistem pertahanan udara milik Barat yang mampu menembak jatuh rudal hipersonik yang dibangga-banggakan Rusia itu.

    Dikutip dari Sputnik, sistem pertahanan THAAD milik Amerika Serikat (AS) dan Arrow 3 milik Israel mungkin bisa menangkis rudal hipersonik Rusia generasi pertama seperti Kinzhal dan Zirkon.

    Namun, kedua sistem itu hampir mustahil bisa menjatuhkan Oreshnik yang merupakan rudal hipersonik generasi kedua.

    Sistem pertahanan lain seperti IRIS-T milik Jerman, SAMP-T milik Prancis, atau NASAMS buatan AS dan Norwegia juga diklaim tidak berdaya menghadapi Oreshinik, bahkan jika sistem-sistem itu menembakkan seluruh rudal penangkisnya.

    Peluncuran rudal balistik jarak menengah 9M729 Oreshnik milik Rusia. (Kementerian Pertahanan Rusia)

    Leonkov kemudian menyindir sistem pertahanan Patriot buatan AS yang begitu terkenal.

    Dia menyebut Patriot pernah menembakkan semua rudal penangkisnya yang berjumlah 32 buah untuk menangkis rudal Kinzhal, tetapi tetap saja gagal.

    Sistem pertahanan Barat bisa mengarahkan rudal penangkis untuk menghantam target yang terbang dengan kecepatan Mach 2,5 atau 2,5 kali kecepatan suara.

    Namun, sistem itu tak akan bisa mengatasi Oreshnik yang mempunyai kecepatan hingga Mach 12.

    Leonkov menyebut sistem itu bisa “melihat” Oreshnik, tetapi tak bisa berbuat banyak.

    Oreshnik terus bermanuver dalam kecepatan hipersonik saat mendekati target. Oleh karena itu, sistem pertahanan lawan hampir mustahil bisa memprediksi lintasan Oreshnik.

    Eks pejabat Kemenhan AS akui kehebatan Oreshnik

    Michael Maloof, mantan analis senior kebijakan keamanan pada Kementerian Pertahanan (Kemenhan) AS juga tidak menyangkal keampuhan Oreshnik.

    Dia menyindir Barat yang masih meragukan rudal hipersonik generasi kedua itu. Menurutnya, Oreshnik bahkan membuat AS jauh ketinggalan.

    “AS tidak hanya tidak punya sistem serangan hipersonik, AS bahkan juga tidak punya sistem pertahanan yang mungkin bisa menghentikan Oreshnik dan rudal kelas baru yang keluar,” kata Maloof.

    Dia mengatakan AS berusaha keras menjadi yang terdepan dalam sistem persenjataan canggih seperti itu.

    Sayangnya, AS malah cenderung menambah fitur yang tidak penting pada sistem itu. Pada akhirnya, sistem itu menjadi kemahalan dan malah tertinggal.

    Rudal Oreshnik (Newsinfo.ru)

    Menurut Maloof, AS enggan mengakui senjata yang dipunyai Rusia dan Tiongkok, tetapi tidak dipunyai AS, yakni rudal hipersonik.

    Dia menyebut seandainya AS tidak menarik diri dari Perjanjian Senjata Nuklir Jarak menengah tahun 2019, rudal seperti Oreshnik mungkin tidak akan dibuat oleh Rusia.

    Menurutnya, tindakan Rusia memamerkan Oreshnik merupakan cara lain Putin untuk meminta Presiden AS terpilih Donald Trump mempertimbangkan kembali perjanjian itu.

    Tantangan dari Putin

    Tempo hari Putin sudah menantang Barat untuk menembak jatuh rudal Oreshnik.

    Putin tampaknya ingin membungkam mulut para pakar dari Barat yang meragukan keampuhan Oreshnik.

    “Biarkan mereka (para pakar itu) memanggil nama kita dan mereka di Barat dan AS yang membayar analisis mereka untuk melakukan semacam eksperimen teknologi dan melakukan duel teknologi tinggi bergaya abad ke-21,” ujar Putin di Moskow hari Kamis, (19/12/2024), dikutip dari TASS.

    “Biarkan mereka memilih target, katakanlah di Kiev, dan menumpuk sistem pertahanan udara dan rudal mereka di sana, sementara kita akan meluncurkan rudal Oreshnik ke target. Kita akan melihat apa yang terjadi. Kita siap melihat eksperimen seperti itu.”

    Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam kunjungannya ke Kazakhstan. (EPA Photo)

    Putin mengatakan hal itu akan menarik bagi Rusia.

    “Apa yang saya katakan kepada kalian ialah apa yang dikatakan insinyur, ilmuwan, dan pakar militer katakan kepada saya. Pada level pemimpin politik di AS, mereka juga mengatakan sesuatu kepada saya. Mari lakukan eksperimen seperti duel teknologi dan lihat apa yang terjadi.”

    (Tribunnews/Febri)