Jenis Media: Internasional

  • 2 Serangan Houthi di Israel, Targetkan Tel Aviv dan Eilat Pakai Drone dan Rudal – Halaman all

    2 Serangan Houthi di Israel, Targetkan Tel Aviv dan Eilat Pakai Drone dan Rudal – Halaman all

    TRIBUNNEWS.com – Kelompok Houthi Yaman mengumumkan telah melancarkan dua serangan ke Israel, Selasa (14/1/2025).

    Dua serangan itu menargetkan Tel Aviv dan Eilat, menurut Juru Bicara Brigadir Jenderal Yahya Saree, dilansir Al Mayadeen.

    Saree menambahkan, serangan terhadap Tel Aviv menggunakan beberapa drone.

    Sementara, serangan di Eilat menargetkan pembangkit listrik Israel menggunakan rudal jelajah.

    Saree mengklaim kedua operasi itu berhasil mencapai tujuannya.

    Ia mengatakan operasi tersebut merupakan bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina dan perlawanannya.

    Saree menggarisbawahi, Houthi akan melaksanakan operasi militer tambahan terhadap Israel.

    Operasi itu dikatakan akan menargetkan lebih banyak posisi militer Israel.

    Saree juga menegaskan operasi Houthi tidak akan berhenti sampai agresi terhadap Gaza berakhir dan pengepungan yang dilakukan di wilayah kantong itu dicabut.

    Sebagai informasi, sirene di beberapa wilayah Israel berbunyi pada Selasa pagi.

    Sirene-sirene itu termasuk di wilayah pemukiman Tel Aviv, Herzliya, Rishon LeZion, Beit Shemesh, dan Petach Tikva.

    Setidaknya 11 pemukim Israel terluka saat berlarian ke tempat perlindungan bom, menurut media Israel.

    Sementara itu, komando militer Israel mengatakan, beberapa upaya intersepsi dilakukan untuk menjatuhkan rudal balistik yang diluncurkan dari Yaman.

    Kemudian, Saree mengonfirmasi Houthi telah menembakkan rudal balistik hipersonik Palestine-2 yang ditujukan ke Kementerian Keamanan Israel di Tel Aviv, seraya menunjukkan rudal itu melampaui pertahanan musuh dan mencapai sasarannya.

    (Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

  • Los Angeles Diselimuti Bubuk Pink-Merah, Apa Itu?

    Los Angeles Diselimuti Bubuk Pink-Merah, Apa Itu?

    Jakarta

    Saat para petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kebakaran hutan di California Selatan, muncul foto-foto pesawat yang sedang menjatuhkan bubuk merah dan pink di pinggiran kota Los Angeles.

    Bubuk dengan warna mencolok itu kini menyelimuti jalan-jalan, atap rumah, dan mobil.

    Para pejabat mengatakan ribuan galon bahan kimia tersebut dijatuhkan pada pekan lalu untuk menghentikan sebaran api.

    Apa sebenarnya kandungan zat itu dan bagaimana bisa membantu memadamkan kebakaran hutan?

    Zat merah dan pink apa yang ditebarkan?

    Bahan kimia tahan api tersebut adalah produk Phos-Chek dan dijual oleh perusahaan Perimeter.

    Zat ini telah digunakan untuk memadamkan api di Amerika Serikat sejak 1963. Departemen Kehutanan dan Perlindungan Kebakaran California memakainya sebagai penghambat kebakaran.

    Bahkan, zat tersebut merupakan penghambat api yang paling banyak dipakai di dunia, menurut laporan Associated Press tahun 2022.

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Kebakaran hutan yang melanda California Selatan selama seminggu terakhir dan foto-foto yang memperlihatkan bubuk merah muda menutupi kendaraan dan jalan-jalan bermunculan di media sosial.

    Perimeter, perusahaan di balik Phos-Chek, sebelumnya telah menyarankan untuk membersihkan bubuk itu segera setelah dinyatakan aman.

    “Semakin lama bahan penghambat mengering, semakin sulit untuk menghilangkannya,” kata perusahaan memperingatkan.

    Getty ImagesRibuan galon bahan kimia tahan api dijatuhkan di California Selatan pada minggu lalu.

    Terbuat dari apa zat itu dan mengapa warnanya merah dan pink?

    Air hangat dan deterjen dapat menghilangkan bekas bahan kimia itu dari permukaan kecil secara efektif. Sedangkan untuk permukaan yang lebih besar, bisa memakai mesin cuci.

    Formula kimia produk Phos-Chek tidak diketahui oleh publik, tetapi perusahaan tersebut sebelumnya menyatakan bahwa produk ini terdiri dari 80% air, 14% garam jenis pupuk, 6% zat pewarna dan penghambat korosi.

    Adapun mengenai warnanya, Perimeter bilang produk tersebut sengaja dibuat dengan warna mencolok sebagai “alat bantu visual bagi pilot dan petugas pemadam kebakaran.”

    Setelah beberapa hari terpapar sinar matahari, warnanya memudar menjadi warna tanah, sambung Perimeter.

    Bahan kimia tahan api ini biasanya disemprotkan di sekitar lokasi kebakaran hutan yakni vegetasi serta lahan yang rawan kebakaran untuk menghentikan penyebaran api.

    Menurut Dinas Kehutanan AS, zat tersebut “menghambat laju penyebaran dengan mendinginkan dan melapisi sumber api, mengurangi oksigen dalam api, dan memperlambat laju pembakaran karena garam anorganik yang terkandung pada zat itu mengubah api agar tidak terus berkobar.”

    Baca juga:

    Apa kontroversinya?

    Penggunaan bahan kimia ini telah menjadi kontroversi di masa lalu lantaran potensi atas dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan.

    Gugatan hukum yang diajukan pada 2022 oleh Forest Service Employees for Environmental Ethics, sebuah organisasi yang terdiri dari karyawan Dinas Kehutanan AS yang masih bekerja dan yang sudah pensiun, menuding badan federal tersebut melanggar undang-undang air bersih dengan membuang bahan kimia tahan api dari pesawat ke hutan.

    Gugatan ini menyatakan bahwa bahan kimia tersebut telah membunuh ikan dan tidak efektif.

    Pada 2023, seorang hakim Distrik AS setuju dengan para karyawan itu, namun dalam putusannya mengizinkan Dinas Kehutanan untuk terus menggunakan bahan kimia itu dengan alasan sedang mengupayakan izin dari Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA).

    Kasus tersebut menarik perhatian masyarakat yang hancur akibat kebakaran hutan di masa lalu, termasuk kota Paradise, California, yang luluh lantak gara-gara kebakaran pada 2018.

    Getty ImagesBahan kimia tahan api yang menarik perhatian itu kini menjadi pemandangan umum di sana, menyelimuti jalan-jalan, atap rumah, dan mobil.

    Wali Kota saat itu, Greg Bolin, memuji putusan hakim dengan mengatakan bahwa putusan tersebut memastikan masyarakat “memiliki peluang untuk melawan” ketika menghadapi kebakaran.

    Dinas Kehutanan memberi tahu media NPR bahwa tahun ini, mereka menghentikan satu jenis formula Phos-Chek yaitu Phos-Chek LC95 dan menggantinya dengan yang lain MVP-Fx dengan menyebut zat yang terakhir tidak terlalu beracun bagi satwa liar.

    Dinas Kehutanan juga memberlakukan larangan wajib untuk menjatuhkan bahan kimia ini di area lingkungan yang sensitif, seperti perairan dan habitat spesies yang terancam punah.

    Namun ada pengecualian terhadap larangan tersebut, yaitu “ketika nyawa manusia atau keselamatan publik terancam”.

    (ita/ita)

  • Presiden Korsel Langsung Diinterogasi Usai Ditangkap

    Presiden Korsel Langsung Diinterogasi Usai Ditangkap

    Seoul

    Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol langsung menjalani interogasi usai ditangkap pada Rabu (15/1) waktu setempat. Yoon diinterogasi oleh Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO) atas tuduhan pemberontakan terkait darurat militer singkat pada 3 Desember lalu.

    Yoon, seperti dilansir kantor berita Yonhap, Rabu (15/1/2025), terlihat hadir di kantor CIO yang ada di area Gwaecheon, sebelah selatan Seoul, sekitar 20 menit setelah para penyelidik berhasil menangkapnya di kediaman kepresidenan yang ada di pusat kota Seoul.

    “Interogasi dimulai pukul 11.00 waktu setempat di sebuah ruang interogasi yang direkam dengan video,” kata CIO dalam pemberitahuan pers.

    Menurut para pejabat CIO, interogasi terhadap Yoon dilakukan oleh Wakil Kepala CIO Lee Jae Seung, dengan tim kuasa hukum Yoon turut hadir.

    Tidak diketahui secara pasti berapa lama interogasi terhadap Yoon akan berlangsung.

    Namun para penyelidik memiliki waktu 48 jam untuk menginterogasi Yoon terkait penyelidikan darurat militer, sebelum mengupayakan surat perintah penahanan untuk menahan Yoon secara resmi hingga 20 hari ke depan, atau membebaskannya.

    Yoon yang dinonaktifkan dari tugas-tugas kepresidenan sejak dimakzulkan oleh parlemen Korsel pada 14 Desember lalu, menghadapi tuduhan pemberontakan dan penyalahgunaan kekuasaan atas langkahnya menetapkan darurat militer yang berlaku singkat.

  • Presiden Korsel Ditangkap Usai Berminggu-minggu Sembunyi di Kediamannya

    Presiden Korsel Ditangkap Usai Berminggu-minggu Sembunyi di Kediamannya

    Seoul

    Otoritas berwenang Korea Selatan (Korsel) berhasil menangkap Presiden Yoon Suk Yeol pada Rabu (15/1) terkait penyelidikan darurat militer, setelah awal bulan ini gagal mengamankannya. Yoon, selama berminggu-minggu, bersembunyi di kediamannya dengan dilindungi oleh para pengawal kepresidenan.

    Pada awal Januari, seperti dilansir BBC dan Reuters, Rabu (15/1/2025), para penyelidik gagal menangkap Yoon di kediaman kepresidenan setelah terjadi perselisihan selama enam jam dengan pengawal kepresidenan yang mencegah mereka masuk.

    Lebih dari 100 polisi bersenjata dikerahkan, namun gagal mengeksekusi surat perintah penangkapan yang dirilis pengadilan. Konfrontasi terjadi dengan pengawal kepresidenan yang membentuk barikade manusia dan menggunakan kendaraan untuk menghalangi penyelidik melakukan penangkapan.

    Upaya penangkapan kedua, pada Rabu (15/1) dini hari, berlangsung dramatis dengan melibatkan lebih dari 3.000 personel kepolisian yang berbaris di kediaman kepresidenan. Momen ini disiarkan langsung oleh televisi-televisi lokal Korsel.

    Tayangan televisi menunjukkan situasi tegang di sekitar kediaman kepresidenan, yang diawali dengan kedatangan bus berisi personel kepolisian di area dekat kediaman itu. Para polisi bergerak melewati para pendukung Yoon yang menggelar aksi di luar kediamannya beberapa waktu terakhir.

    Bentrokan fisik sempat terjadi antara personel kepolisian dengan para pendukung Yoon tersebut. Personel kepolisian kemudian berjalan menuju gerbang kompleks kediaman Yoon sambil membawa tangga dan alat pemotong kawat.

    Laporan kantor berita Yonhap menyebut para penyelidik terpaksa memasuki kompleks kediaman kepresidenan tersebut dengan menggunakan tangga, setelah dihadang oleh para personel Pasukan Keamanan Presiden (PSS), yang memasang barikade menggunakan beberapa kendaraan di dekat pintu masuk.

  • Yoon Suk Yeol Cetak Sejarah Jadi Presiden Pertama Korsel yang Ditangkap

    Yoon Suk Yeol Cetak Sejarah Jadi Presiden Pertama Korsel yang Ditangkap

    Seoul

    Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol mencetak sejarah sebagai presiden pertama yang ditangkap saat masih aktif menjabat. Setelah berminggu-minggu terjadi perselisihan dengan para penyelidik yang menyelidiki dirinya atas tuduhan pemberontakan terkait darurat militer, Yoon akhirnya diamankan.

    Penangkapan ini, seperti dilansir Reuters, Rabu (15/1/2025), merupakan yang pertama dilakukan terhadap seorang presiden pertahana di Korsel. Negara ini memiliki sejarah panjang dalam mengadili dan memenjarakan mantan pemimpinnya, namun kebanyakan ditangkap saat sudah tidak menjabat lagi.

    Penetapan darurat militer singkat pada 3 Desember lalu sangat mengejutkan publik Korsel. Sejak saat itu, Yoon yang menuai kritikan, bersembunyi di kediamannya dengan dijaga pasukan keamanan pribadi yang menghalangi upaya penangkapan sebelumnya.

    Darurat militer yang berlaku singkat awal Desember lalu telah membawa Korsel ke dalam krisis politik paling buruk dalam beberapa dekade terakhir. Yoon kemudian dimakzulkan oleh parlemen pada 14 Desember lalu, yang menonaktifkannya dari tugas-tugas kepresidenan.

    Nasib Yoon kini berada di tangan Mahkamah Konstitusi, yang akan mempertimbangkan apakah akan memperkuat pemakzulan Yoon dan memberhentikannya, atau mengembalikannya ke kekuasaan.

    Selain menghadapi pemakzulan, Yoon juga menghadapi rentetan investigasi kriminal atas tuduhan pemberontakan — satu-satunya dakwaan yang mementahkan kekebalan yang dimiliki Presiden Korsel — termasuk yang dipimpin oleh Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO).

    Setelah sebelumnya menolak untuk memenuhi panggilan pemeriksaan oleh CIO, Yoon akhirnya bersedia untuk menjalani interogasi. Dalam pesan yang dirilis saat dia akhirnya ditangkap, Yoon mengatakan dirinya tidak mengakui proses yang menurutnya ilegal ini, namun tunduk untuk menghindari pertumpahan darah.

  • Detik-detik Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Ditangkap, Petugas Pakai Tangga untuk Memanjat Penghalang – Halaman all

    Detik-detik Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Ditangkap, Petugas Pakai Tangga untuk Memanjat Penghalang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol telah ditangkap, Rabu (15/1/2025).

    Penangkapan tersebut dilakukan enam minggu setelah upayanya yang singkat untuk memberlakukan darurat militer.

    Adapun Yoon Suk Yeol telah dimakzulkan atas tuduhan pemberontakan terkait dengan pernyataan darurat militernya pada 3 Desember 2024.

    Dalam sebuah pernyataan, Yoon Suk Yeol mengatakan dia menyerahkan diri untuk diinterogasi guna menghindari kekerasan setelah lebih dari 3.000 petugas polisi berbaris di kediamannya untuk menangkapnya sejak Rabu dini hari.

    “Ketika saya melihat mereka menerobos masuk ke area keamanan menggunakan peralatan pemadam kebakaran hari ini, saya memutuskan untuk menanggapi penyelidikan CIO – meskipun itu adalah penyelidikan ilegal – untuk mencegah pertumpahan darah yang tidak menyenangkan,” kata Yoon dalam sebuah pernyataan, Rabu, dilansir Reuters.

    Para penyidik ​​memasuki kediaman Yoon Suk Yeol pada Rabu pagi dalam upaya baru untuk melaksanakan surat perintah penangkapannya.

    Pengacara Yoon sebelumnya telah mencoba membujuk para penyelidik agar tidak melaksanakan surat perintah penangkapan, dengan mengatakan presiden akan hadir secara sukarela untuk diinterogasi, tetapi lembaga tersebut menolak.

    Diberitakan Sky News, polisi berupaya mengakses kantor resmi presiden untuk menahan Yoon Suk Yeol, tetapi mereka terlibat dalam kebuntuan dengan dinas keamanan Yoon.

    Beberapa jam kemudian, ratusan petugas berhasil memasuki area properti dengan menggunakan tangga untuk memanjat penghalang.

    Polisi mengatakan mereka telah mengerahkan 3.200 petugas untuk melaksanakan surat perintah penangkapan.

    Satu orang yang pingsan di tengah kebuntuan, telah diangkut dari tempat kejadian oleh pemadam kebakaran, kata media setempat.

    Ribuan orang, termasuk para pendukungnya, diketahui berkumpul di luar rumah Yoon Suk Yeol.

    Sementara, sekelompok anggota parlemen dari Partai Kekuatan Rakyat konservatif yang berkuasa dan pengacara Yoon juga berusaha mencegah penangkapan di dalam kompleks perumahan.

    Setelah penangkapan, iring-iringan mobil kepresidenan Yoon Suk Yeol terlihat meninggalkan kediamannya di lereng bukit dengan pengawalan polisi.

    Sebuah kendaraan yang tampaknya membawa Yoon Suk Yeol kemudian tiba di Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi di kota terdekat, Gwacheon.

    Patrick Fok, melaporkan untuk Al Jazeera dari Seoul, mengatakan sekitar 1.000 petugas polisi terlibat dalam operasi penangkapan di kediaman presiden.

    Operasi pada hari Rabu itu adalah upaya kedua yang dilakukan oleh penyidik ​​untuk menangkap Yoon, setelah upaya sebelumnya yang gagal berakhir setelah kebuntuan selama berjam-jam dengan tim keamanannya di dalam kompleks kepresidenan pada awal Januari 2025.

    Sejak itu, Yoon tetap berada di dalam vilanya di lereng bukit di Seoul selama berminggu-minggu dalam upaya untuk menghindari penangkapan.

    Pengacara Yoon berpendapat bahwa upaya untuk menahan Yoon Suk Yeol adalah ilegal dan dirancang untuk mempermalukannya di depan umum.

    Surat perintah yang diperoleh penyidik ​​untuk menangkapnya adalah yang pertama kali dikeluarkan terhadap Presiden Korea Selatan yang sedang menjabat.

    Presiden Korsel, Yoon Suk Yeol ditangkap di kediamannya di Seoul pada Rabu (15/1/2025) terkait kasus deklarasi darurat militer yang diumumkannya pada awal Desember 2024 lalu. (Yonhap News)

    Saat penyiar berita lokal melaporkan bahwa penahanan Yoon akan segera dilakukan, beberapa perkelahian kecil terjadi antara pengunjuk rasa pro-Yoon yang menangis dan polisi di dekat kediaman tersebut, menurut seorang saksi mata Reuters di tempat kejadian.

    Selama dua minggu terakhir, ribuan pengunjuk rasa anti dan pro-Yoon berkumpul setiap hari dalam unjuk rasa yang bersaing di dekat kantornya di Seoul, untuk mengantisipasi penahanannya.

    Sebelumnya, pernyataan darurat militer Yoon mengejutkan warga Korea Selatan dan menjerumuskan salah satu negara demokrasi paling dinamis di Asia ke dalam periode kekacauan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Yoon berpendapat bahwa deklarasi darurat militer yang diberlakukannya adalah tindakan pemerintahan yang sah, dan menyebutnya sebagai peringatan bagi partai oposisi liberal utama, Partai Demokrat, yang ia gambarkan sebagai “pasukan anti-negara pro-Korea Utara yang tercela”.

    Ia mengklaim partai tersebut menggunakan mayoritas legislatifnya untuk memakzulkan pejabat tinggi dan melemahkan anggaran pemerintah.

    Tak lama setelah Yoon membuat pengumumannya, orang-orang mulai berkumpul di luar gedung parlemen, beberapa dari mereka berteriak agar darurat militer dicabut.

    Pasukan militer juga terlihat berusaha memasuki parlemen.

    Ketika itu, para pembantu parlemen terlihat mencoba memukul mundur tentara tersebut dengan menyemprotkan alat pemadam kebakaran.

    Militer mengatakan kegiatan parlemen dan partai politik akan dilarang, dan media serta penerbit akan berada di bawah kendali komando darurat militer.

    Ini adalah pertama kalinya sejak 1980 darurat militer diberlakukan di Korea Selatan.

    Namun, Yoon Suk Yeol mengumumkan mencabut darurat militer, beberapa jam setelah Korea Selatan memberlakukannya.

    Di sisi lain, anggota parlemen memilih untuk memakzulkan Yoon dan mencopotnya dari jabatan pada 14 Desember 2024.

    Mahkamah Konstitusi juga sedang mempertimbangkan untuk menguatkan pemakzulan Yoon itu dan memberhentikannya secara permanen dari jabatan Presiden Korea.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Krisis Korea

  • Joe Biden Lebih Buruk dari Tiga Presiden Sebelumnya, Hasil Jajak Pendapat, Ini Kekurangan Joe Biden – Halaman all

    Joe Biden Lebih Buruk dari Tiga Presiden Sebelumnya, Hasil Jajak Pendapat, Ini Kekurangan Joe Biden – Halaman all

    Joe Biden Lebih Buruk dari 3 Presiden Sebelumnya, Hasil Jajak Pendapat, Ini Kekurangan Joe Biden

    TRIBUNNEWS.COM- Presiden Biden kurang berbuat banyak untuk memperbaiki pertahanan negara, situasi imigrasi, dan utang federal dibandingkan ketiga pendahulunya di Gedung Putih, menurut survei baru terhadap pemilih AS.

    Sebuah jajak pendapat Gallup yang dilakukan bulan lalu menemukan warga Amerika menempatkan Biden, 82, jauh di bawah Presiden Donald Trump, Barack Obama dan George W. Bush pada penanda kebijakan dalam dan luar negeri yang penting — meskipun presiden yang tidak lagi berkuasa itu sering menggunakan kata-kata superlatif untuk menggambarkan pemerintahannya.

    “Saya menyusun salah satu tim kebijakan luar negeri paling kompeten dalam sejarah Amerika,” kata Biden pada hari Senin tentang upayanya dalam pidatonya di Departemen Luar Negeri.

    “Saya yakin ekonomi yang saya tinggalkan adalah yang terbaik di dunia dan lebih kuat dari sebelumnya untuk semua orang Amerika,” katanya juga pada hari Jumat di Gedung Putih.

    Namun, pada pertahanan nasional dan militer, Biden mencatat peringkat negatif bersih -19 persen, lebih rendah dari Trump (+25%), Obama (-9%) dan Bush (+3%).

    Empat dari 10 orang Amerika percaya AS kehilangan posisi dalam pertahanan nasional di bawah Biden, yang memerintahkan penarikan AS yang gagal dari Afghanistan dan mengizinkan balon mata-mata China melintasi seluruh benua AS sebelum ditembak jatuh.

    Sebanyak 51% warga Amerika juga mengatakan mereka merasa Biden melangkah mundur dalam isu imigrasi, sementara hanya sedikit yang mengatakan hal serupa tentang Bush (-37%), Trump (-19%) dan Obama (-18%).

    “Lihat, mari kita pikirkan sesuatu tentang perbatasan. Ketika saya menjadi presiden, jumlahnya sangat menurun,” kata Biden kepada wartawan awal bulan ini, meskipun jumlah migran yang melintasi perbatasan ke AS melonjak dalam tiga tahun pertamanya hingga mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada akhir tahun 2023 .

    Hanya 13% responden yang merasa imigrasi membaik di bawah panglima tertinggi saat ini.

    Namun, mayoritas responden survei Gallup meyakini Biden paling banyak menderita kerugian dalam hal mengatasi utang federal, yang mencapai lebih dari $36 triliun.

    Biden mendapat skor negatif bersih -56?lam cara dia menangani utang federal — lebih buruk dari peringkat Obama -36?n Trump -45%. Survei yang dilakukan setelah masa jabatan presiden Bush tidak menanyakan tentang utang federal.

    Satu-satunya bidang di mana presiden yang akan lengser itu memperoleh peringkat positif bersih adalah pada “situasi untuk kaum gay, lesbian, dan transgender” sebesar 16%, yang jauh lebih rendah dari peringkat positif Obama sebesar 52%. Sementara itu, Trump menerima peringkat positif sebesar 4?lam hal kemajuan yang dicapai untuk warga Amerika LGBT.

    Biden (-32%) mengungguli Bush (-57%) dalam hal posisi AS di dunia dan ekonomi, yang terakhir meninggalkan jabatannya selama krisis keuangan 2008.

    Presiden ke-46 itu nyaris melampaui peringkat Obama dalam hal kejahatan, sementara presiden ke-44 mencatat peringkat negatif bersih -35% dibandingkan dengan Biden yang -32%.

    Peringkat Trump -13% pada bidang kejahatan merupakan yang terbaik di antara empat presiden terakhir.

    Biden, yang telah menghabiskan 48 dari 52 tahun terakhir di kantor publik, akan meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari ketika Trump, 78, dilantik sebagai presiden. 

    Survei ini dilakukan seminggu setelah jajak pendapat Gallup yang terpisah menemukan bahwa lebih dari separuh warga Amerika percaya Biden akan dikenang oleh sejarah sebagai panglima tertinggi yang “buruk” hingga “di bawah rata-rata”.

    Survei Gallup yang dirilis pada 7 Januari menemukan bahwa 37% responden memperkirakan Biden akan dianggap sebagai presiden yang “di bawah rata-rata”, sementara 17% responden mengindikasikan bahwa kepala eksekutif berusia 82 tahun itu akan dikenang sebagai pemimpin AS yang “buruk”.

    Hanya 6% orang dewasa AS yang menjawab bahwa sejarah akan mengingat Biden sebagai presiden yang “luar biasa” dan 13% menganggap warisannya akan dianggap “di atas rata-rata.”

    Sebanyak 26% lainnya mengatakan Biden akan tercatat dalam sejarah sebagai presiden “biasa saja”.

     

    SUMBER: NEW YORK POST

  • Dramatisnya Penangkapan Presiden Korsel, Pendukungnya Hadang Polisi

    Dramatisnya Penangkapan Presiden Korsel, Pendukungnya Hadang Polisi

    Yoon mengejutkan negara pada akhir tanggal 3 Desember ketika ia mengumumkan darurat militer. Saat itu dia mengklaim bahwa ia perlu melindungi Korea Selatan “dari ancaman yang ditimbulkan oleh pasukan komunis Korea Utara dan melenyapkan elemen-elemen anti-negara”.

    Ia mengerahkan pasukan ke gedung parlemen. Namun, para anggota parlemen menentang mereka dan memberikan suara menolak darurat militer. Yoon mencabut darurat militer setelah hanya enam jam.

    Yoon dapat ditahan hingga 48 jam setelah penangkapannya ini. Penyelidik perlu mengajukan surat perintah penangkapan baru untuk menahannya lebih lama.

    Tim hukum Yoon telah berulang kali mengecam surat perintah penangkapan itu sebagai tindakan ilegal.

    Dalam penyelidikan paralel, Mahkamah Konstitusi pada hari Selasa meluncurkan persidangan untuk memutuskan pemakzulan Yoon oleh parlemen.

    Jika pengadilan menyetujui pemakzulan tersebut, Yoon akhirnya akan kehilangan kursi kepresidenan dan pemilihan umum baru harus diadakan dalam waktu 60 hari.

    Sidang ditunda pada hari Selasa setelah sidang yang sangat singkat karena Yoon menolak untuk hadir. Sidang berikutnya ditetapkan pada hari Kamis, meskipun prosesnya bisa berlangsung selama berbulan-bulan.

    “Penangkapan Yoon Suk Yeol adalah langkah pertama menuju pemulihan ketertiban konstitusional, demokrasi, dan supremasi hukum,” kata pemimpin fraksi Park Chan-dae kepada partai tersebut dalam sebuah pertemuan.

    (ita/ita)

  • Presiden Korsel Ditangkap, Terancam Hukuman Mati atau Bui Seumur Hidup

    Presiden Korsel Ditangkap, Terancam Hukuman Mati atau Bui Seumur Hidup

    Jakarta

    Presiden Korea Selatan (Korsel) yang dimakzulkan Yoon Suk Yeol akhirnya ditangkap pada hari Rabu (15/1) atas drama darurat militernya. Dia ditangkap setelah ratusan penyidik antikorupsi dan polisi menggerebek kediamannya untuk mengakhiri kebuntuan selama berminggu-minggu.

    Yoon, yang menghadapi dakwaan pemberontakan atas upayanya yang singkat untuk memberlakukan darurat militer bulan lalu, adalah presiden pertama dalam sejarah negara itu yang ditangkap.

    Dilansir kantor berita AFP, Rabu (15/1/2025), Yoon bisa menghadapi hukuman mati atau penjara seumur hidup jika ia terbukti bersalah melakukan pemberontakan.

    Ia telah berusaha menghindari penangkapan selama berminggu-minggu dengan tetap berada di kompleks tempat tinggalnya, dengan dilindungi oleh anggota Dinas Keamanan Presiden (PSS) yang tetap setia kepadanya.

    Para pengawal Yoon telah memasang kawat berduri dan barikade di kediamannya, mengubahnya menjadi apa yang disebut oleh pihak oposisi sebagai “benteng”.

    Upaya pertama pada tanggal 3 Januari gagal setelah kebuntuan yang menegangkan selama berjam-jam, antara para pengawal dan penyidik antikorupsi yang bekerja sama dengan polisi. Yoon berjanji tak lama setelah itu untuk “berjuang sampai akhir”.

    Namun sebelum fajar pada hari Rabu (15/1), ratusan petugas polisi dan penyidik dari Kantor Investigasi Korupsi kembali mengepung kediaman Yoon. Beberapa petugas memanjat tembok pembatas dan mendaki jalan setapak untuk mencapai gedung utama.

  • BREAKING NEWS: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Akhirnya Ditangkap di Rumah Dinasnya – Halaman all

    BREAKING NEWS: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Akhirnya Ditangkap di Rumah Dinasnya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Korea Selatan (Korsel), Yoon Suk Yeol, ditangkap oleh penyidik di rumah dinas kepresidenannya pada Rabu (15/1/2025) waktu setempat.

    Dikutip dari Yonhap, Yoon langsung dibawa oleh penyidik untuk dimintai keterangannya soal pemberlakuan darurat militer yang sempat diumumkan olehnya pada awal Desember 2024 lalu.

    Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO) mengumumkan surat perintah untuk menangkap Yoon diterbitkan pada Rabu pagi sekira pukul 10.33 waktu setempat.

    Berdasarkan tayangan langsung yang disiarkan, tampak konvoi kendaraan yang terlihat membawa Yoon meninggalkan rumah dinas kepresideannya di Seoul untuk menuju kantor CIO di Gwacheon.

    Sebelum penangkapan dilakukan, badan anti korupsi Korsel sempat berdiskusi dengan pihak Yoon terkait eksekusi surat perintah untuk menangkap presiden yang akan dimakzulkan tersebut.

    Jaksa dari CIO sempat memasuki kompleks kediaman kepresidenan dan berdiskusi dengan orang-orang dari pihak Yoon terkait surat perintah tersebut.

    “Hasilnya belum keluar,” ujar pejabat CIO tersebut.

    Tentang penangkapan, CIO mengatakan surat perintah untuk menangkap dan menahan Yoon agar yang bersangkutan tidak datang secara sukarela.

    Pejabat tersebut mengungkapkan tidak ada bentrokan fisik yang terjadi ketika penyidik CIO masuk ke kompleks kediaman Yoon di Distrik Hannam, Seoul.

    “Tidak seperti saat upaya eksekusi pertama, tidak ada personel atau staf keamanan yang secara aktif menghalangi eksekusi kali ini,” jelas pejabat tersebut.

    Selain penangkapan, CIO turut melakukan penggeledahan terhadap kediaman Yoon.

    Yoon Sempat Gagal Ditangkap

    Sebelumnya, CIO sempat membatalkan rencana penangkapan terhadap Yoon pada 3 Januari 2025 silam.

    Dalam pemaparannya, lembaga tersebut menyebut adanya kebuntuan dalam aksi penangkapan tersebut karena dihalangi oleh pengawal Yoon.

    Selain itu, jika penangkapan dipaksakan, menurut lembaga itu, keselamatan penyidik justru terancam.

    “Sehubungan dengan pelaksanaan surat perintah penangkapan hari ini, ditetapkan bahwa eksekusi secara efektif tidak mungkin dilakukan karena kebuntuan yang sedang berlangsung. Kekhawatiran akan keselamatan personel di lokasi menyebabkan keputusan untuk menghentikan eksekusi,” ujar lembaga itu dikutip dari Reuters.

    Pada saat proses penangkapan tersebut, Yoon dilaporkan tengah bersembunyi di vilanya bersama sang istri, Kim Keon-hee.

    Keamanan Yoon saat itu pun dianggap tetap terjamin karena vila yang ditempatinya dilengkapi dengan kawat berduri serta dijaga pasukan kecil keamanan pribadinya.

    Selain itu, adapula ribuan warga yang berjaga dan memadati area villa Yoon tersebut.

    Adapun Yoon terus bersembunyi di kediamannya sejak parlemen memilih untuk memakzulkannya karena mengumumkan deklarasi militer pada 3 Desember 2024 lalu.

    Saat itu, CIO pun menyesalkan sikap Yoon yang dianggap tidak kooperatif saat akan ditangkap.

    “Kami menyampaikan penyesalan yang mendalam atas perilaku tersangka yang menolak mematuhi prosedur hukum yang ditetapkan,” demikian pernyataan CIO, dikutip Yonhap.

    Mangkir dalam 3 Kali Pemanggilan

    Sebelum ditangkap paksa, Yoon sebenarnya telah dipanggil sebanyak tiga kali untuk dimintai keterangannya terkait deklarasi darurat militer.

    Namun, ketiga panggilan tersebut berujung mangkirnya mantan jaksa tersebut.

    Di sisi lain, Yoon tidak hanya diselidiki terkait deklarasi darurat militer saja, tetapi juga dugaan skandal korupsi istrinya.

    (Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

    Artikel lain terkait Krisis Korea