Jenis Media: Internasional

  • Biden Ajak Waspada Oligarki Sebelum Trump Dilantik – Halaman all

    Biden Ajak Waspada Oligarki Sebelum Trump Dilantik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dalam pidato perpisahannya pada Rabu, 15 Januari 2025, Presiden Joe Biden memberikan peringatan serius mengenai kemunculan oligarki di Amerika Serikat yang ditandai oleh kekayaan ekstrem dan pengaruh yang kuat.

    Pidato ini disampaikan menjelang pelantikan Donald Trump sebagai presiden ke-47 pada 20 Januari 2025.

    “Hari ini sebuah oligarki sedang terbentuk di Amerika yang terdiri dari kekayaan ekstrem, kekuasaan, dan pengaruh yang benar-benar mengancam seluruh demokrasi kita, hak dasar kita, dan kebebasan serta kesempatan yang adil bagi setiap orang untuk maju.”

    Dia mencatat bahwa konsentrasi kekuasaan di tangan segelintir orang kaya dapat menyebabkan penyalahgunaan yang berbahaya jika tidak diawasi dengan ketat.

    Peringatan ini menggugah perhatian ketika Biden mengingatkan akan potensi munculnya kompleks industri-teknologi, yang dapat memberikan dampak negatif pada hak-hak rakyat Amerika dan masa depan demokrasi.

    Dia mengungkapkan kekhawatirannya yang mencerminkan ungkapan Presiden Dwight Eisenhower tentang kompleks industri-militer saat meninggalkan jabatannya pada tahun 1961.

    Siapa yang Dikenai Sindiran Biden?

    Pidato Biden secara tidak langsung menyentuh sejumlah individu terkaya di dunia yang telah menunjukkan dukungan terhadap Trump.

    Salah satu yang menjadi sorotan adalah Elon Musk, yang dilaporkan menghabiskan lebih dari 100 juta dollar untuk membantu kampanye Trump.

    Selain Musk, Mark Zuckerberg dari Meta dan Jeff Bezos dari Amazon juga dianggap sebagai target sindiran Biden setelah keduanya terlihat mendukung Trump dan menyumbang dana besar untuk komite pelantikan dari Partai Republik.

    Sebelum menyampaikan pidatonya, Biden juga berbicara kepada wartawan mengenai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Palestina.

    Saat ditanya tentang siapa yang bertanggung jawab atas gencatan senjata tersebut, Biden menunjukkan keterkejutannya dengan menjawab, “Apakah itu lelucon?”

    Dia menekankan bahwa negosiasi tersebut adalah hasil kerja timnya, dan sebagian besar akan dilaksanakan oleh pemerintahan yang baru.

    Sementara Biden fokus pada peringatan mengenai oligarki, Trump juga mengambil langkah untuk mengeklaim keberhasilan dalam negosiasi gencatan senjata di Gaza.

     

    Dalam unggahan media sosialnya, Trump menyatakan bahwa perjanjian tersebut adalah hasil dari “Kemenangan Bersejarah kita di bulan November.”

    Dia menegaskan bahwa keberhasilan ini menunjukkan komitmen pemerintahannya untuk menciptakan perdamaian dan memastikan keselamatan warga Amerika serta sekutunya.

    Aksi saling klaim antara Biden dan Trump terkait gencatan senjata Gaza menunjukkan pertarungan untuk menciptakan warisan kepresidenan.

    Sementara Biden berusaha untuk menekankan peringatan tentang oligarki dan konsekuensi bagi demokrasi, Trump berupaya untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang berhasil dalam masalah diplomasi internasional.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Kabinet Keamanan Israel Setujui Rencana Netanyahu, Gelar Gencatan Senjata di Gaza Akhir Pekan Ini – Halaman all

    Kabinet Keamanan Israel Setujui Rencana Netanyahu, Gelar Gencatan Senjata di Gaza Akhir Pekan Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kabinet keamanan Israel sepakat menyetujui rencana PM Benjamin Netanyahu untuk menggelar gencatan senjata dengan milisi Hamas Palestina.

    Keputusan ini disahkan setelah semua anggota kabinet Israel menggelar pertemuan penting pada Jumat (17/1/2025) waktu setempat.

    Dalam pertemuan itu anggota kabinet sepakat menggelar gencatan senjata dengan mempertimbangkan aspek diplomatik, keamanan dan kemanusiaan, guna mendukung pencapaian tujuan perang.

    “Setelah memeriksa semua aspek politik, keamanan, dan kemanusiaan, dan memahami bahwa kesepakatan yang diusulkan mendukung tercapainya tujuan perang, kabinet keamanan merekomendasikan pemerintah menyetujui kesepakatan gencatan senjata,” kata juru bicara kantor PM Israel dikutip dari NPR.

    Sejauh ini Kantor perdana menteri tidak mengungkapkan siapa yang memilih untuk mendukung langkah tersebut.

    Akan tetapi sebelas anggota kabinet keamanan dilaporkan telah  menyetujui gencatan senjata dengan Hamas.

    Presiden Israel, Isaac Herzog, menyebut perjanjian itu sebagai “langkah yang tepat” dan mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melanjutkannya.

    Sementara itu  Partai Zionisme Religius Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengatakan bahwa ia tidak akan mendukung kesepakatan tersebut.

    Hal serupa juga dilakukan oleh Partai Otzma Yehudit dari Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir keduanya

    Kendati masih ada beberapa masalah yang perlu ditangani oleh kabinet, namun para pejabat mengatakan pada hari Jumat bahwa gencatan senjata dan pembebasan akan dimulai pada Ahad sesuai rencana.

    Kapan Gencatan Senjata Israel di Gelar

    Hamas dan Israel akhirnya menyepakati gencatan senjata yang akan dimulai pada 19 Januari mendatang.

    Waktu gencatan senjata ini digelar beda sehari dengan pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump pada 20 Januari.

    Menurut informasi yang beredar gencatan senjata ini akan terbagi dalam tiga fase, di mana setiap fase berlangsung selama 42 hari. Berikut poin – point setiap fase gencatan senjata .

    Fase Pertama 

    Hamas membebaskan 33 sandera termasuk warga sipil dan tentara perempuan, anak-anak dan warga sipil berusia di atas 50 tahun.
    Israel membebaskan 30 tahanan Palestina untuk setiap sandera sipil dan 50 untuk setiap tentara perempuan.
    Penghentian pertempuran, pasukan Israel bergerak keluar dari daerah berpendudukan ke pinggiran Jalur Gaza.
    Warga Palestina yang mengungsi mulai kembali ke rumah, lebih banyak bantuan memasuki Jalur Gaza.
    Pada tahap pertama, pasukan Israel akan mundur ke pinggiran Gaza dan banyak warga Palestina akan dapat kembali ke sisa-sisa rumah mereka saat bantuan masuk.

    Fase Kedua

    Deklarasi “Ketenangan berkelanjutan”. Pengumuman kembalinya ketenangan yang berkelanjutan atau penghentian operasi militer dan permusuhan.
    Hamas membebaskan sandera laki-laki yang tersisa (tentara dan warga sipil) dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina yang belum dinegosiasikan dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.

    Fase Ketiga

    Jenazah sandera Israel yang telah meninggal ditukar dengan jenazah pejuang Palestina yang telah meninggal.
    Pelaksana rencana rekonstruksi di Gaza yang akan dilakukan di bawah pengawasan internasional
    Penyeberangan perbatasan untuk pergerakan masuk dan keluar Gaza dibuka kembali

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Analisis: Israel Frustasi Tak Bisa Menang di Gaza – Halaman all

    Analisis: Israel Frustasi Tak Bisa Menang di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel frustrasi karena ketidakmampuannya mengamankan kemenangan di Gaza.

    Hal tersebut menurut Analisis Menachem Klein, dosen senior di Universitas Bar-Ilan di Israel.

    Dirinya mengatakan bahwa pemerintah Israel dan militernya masih mengharapkan kemenangan di Gaza

    Namun mereka tidak dapat mencapainya.

    “Israel terutama tentara dan pemerintah sedang mencari kemenangan. Dan mereka tidak dapat mencapainya,” kata Klein,mengutip Al Jazeera, Jumat (17/1/2025).

    Dirinya menyebut terdapat kesenjangan besar antara tujuan perang yang diajukan dan dipertahankan Israel selama perang, dan kesepakatan yang dicapai dengan Hamas.

    “Israel tidak memenangkan perang dan sedang berusaha untuk menemukan beberapa pencapaian, tentu saja selama risalah, hari-hari terakhir putaran perang ini. Itu saja. Israel frustrasi,” katanya.

    Klein menceritakan bagaimana aktivis sayap kanan menggantungkan spanduk di Yerusalem dan menyatakan ‘ini bukanlah kemenangan’.

    Pesan tersebut diberikan kepada Netanyahu dan deklarasinya selama 15 bulan terakhir perang di Gaza.

    “Kami tidak akan berhenti sampai kemenangan,” bunyi pesan lainnya.

    Gencatan Senjata

    Di sisi lain Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi bahwa perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza dan pengembalian sandera telah tercapai, Jumat, (17/1/2025).

    Sebelumnya, kantor Netanyahu sempat berujar ada kendala pada menit-menit terakhir dalam perjanjian gencatan senjata.

    Dikutip dari kantor berita Associated Press, Netanyahu mengatakan akan menggelar rapat dengan kabinet keamanannya hari ini. Akan diadakan pemungutan suara untuk menyetujui gencatan senjata.

    Times of Israel melaporkan pihak yang menolak akan diberi kesempatan 1 x 24 jam untuk mengajukan petisi ke Mahkamah Agung.

    Menteri Keamanan Israel Itamar Ben Gvir menjadi salah satu pihak yang bersikeras menolak gencatan senjata. Dia bahkan mengancam akan mengundurkan diri jika kabinet menyetujui gencatan senjata.

    Meski demikian, menurut The New York Times, ancaman Ben Gvir itu tidak akan bisa membatalkan gencatan senjata. Netanyahu masih akan didukung mayoritas anggota parlemen (62 kursi).

    Israel sempat menunda kesepakatan itu dan menyebut adanya perselisihan dengan Hamas pada menit-menit terakhir.

    Netanyahu mengatakan dia telah memerintahkan satuan tugas khusus untuk menerima kembalinya para sandera dari Gaza. Keluarga sandera juga telah diberi tahu bahwa kesepakatan itu telah tercapai.

    Di Israel, perdana menteri sayap kanan itu telah didesak untuk menyepakati gencatan senjata guna mengembalikan para sandera.

    Sementara itu, kantor Netanyahu mengonfirmasi bahwa tim negosiasi Israel dan Hamas di Kota Doha, Qatar, telah menandatangani kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Febri)

  • Bagaimana Masa Depan Tawanan Perang Korea Utara di Ukraina? – Halaman all

    Bagaimana Masa Depan Tawanan Perang Korea Utara di Ukraina? – Halaman all

    Ukraina, Amerika Serikat (AS), dan Korea Selatan menuduh Korea Utara menyediakan lebih dari 10.000 tentara untuk berperang melawan Ukraina.

    Pasukan Korea Utara disebut tengah bertempur di wilayah Kursk, mengenakan seragam Rusia dan menggunakan senjata Rusia, menurut kantor berita Jerman, dpa.

    Ukraina mengumumkan telah menangkap dua tentara Korea Utara selama akhir pekan lalu.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperkirakan akan ada lebih banyak tawanan perang dari Korea Utara.

    “Hanya masalah waktu sebelum pasukan kita berhasil menangkap yang lain,” tulis Zelenskyy di X. “Tidak boleh ada keraguan di dunia bahwa tentara Rusia bergantung pada bantuan militer dari Korea Utara.”

    Kyiv siap menyerahkan tawanan perang tersebut kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un jika ia mengatur pembebasan tawanan perang Ukraina yang ditahan oleh Rusia.

    Hingga berita ini diturunkan, baik Korea Utara maupun Rusia belum pernah mengonfirmasi bahwa ada pasukan Pyongyang yang berperang melawan Ukraina.

    Opsi untuk tawanan perang dari Korea Utara

    Namun, tentara Korea Utara yang ditangkap itu memiliki pilihan lain jika mereka tidak ingin kembali ke tanah air mereka yang otoriter.

    “Kedua pria ini, dan warga Korea Utara lainnya yang ditangkap, punya tiga pilihan,” kata Chun In-bum, pensiunan letnan jenderal di Angkatan Darat Republik Korea dan sekarang menjadi peneliti senior di National Institute for Deterrence Studies, AS.

    “Mereka dapat meminta untuk dipulangkan ke Korea Utara, mereka dapat tinggal di Ukraina, atau mereka dapat meminta untuk pergi ke negara ketiga,” ujarnya.

    Zelenskyy merilis rekaman video yang dimaksudkan untuk memperlihatkan tawanan perang itu tengah diinterogasi. Salah satu prajurit terdengar berbicara kepada seorang pejabat Ukraina melalui seorang penerjemah, mengatakan bahwa dia tidak tahu akan berperang dengan Ukraina dan bahwa komandannya “mengatakan kepadanya bahwa itu hanya latihan,” kantor berita AFP melaporkan.

    Dalam komentar terjemahan yang dikutip AFP, salah satu pria tersebut mengatakan ingin kembali ke Korea Utara. Yang lain mengatakan akan melakukan apa yang diperintahkan, tetapi jika diberi kesempatan, ingin tinggal di Ukraina.

    Pembahasan saat ini sedang berlangsung dengan diplomat Korea Selatan untuk menguraikan kemungkinan konsekuensi dari kepulangan mereka ke Korea Utara.

    “Mereka akan langsung dieksekusi,” kata Chun kepada DW.

    “Bagi rezim Korea Utara, pertimbangan utamanya adalah kerahasiaan. Fakta bahwa orang-orang ini menyerah, alih-alih bunuh diri, seperti yang ditunjukkan dokumen-dokumen yang telah disita oleh Ukraina, berarti mereka gagal mengikuti perintah,” katanya.

    Korban tewas dari tentara Korea Utara meningkat

    Badan intelijen Korea Selatan, yang bekerja sama dengan pemerintah Ukraina, memperkirakan bahwa sedikitnya 300 tentara Korea Utara yang diterjunkan ke konflik tersebut telah tewas dan 2.700 lainnya terluka.

    Toshimitsu Shigemura, profesor yang khusus mengamati kepemimpinan Korea Utara di Universitas Waseda Tokyo, juga yakin bahwa rezim di Pyongyang tidak akan mengizinkan orang-orang tersebut untuk kembali ke Korut, dan bahwa mereka berpotensi menceritakan apa yang mereka alami.

    “Saya pikir hampir dapat dipastikan bahwa mereka akan dibunuh, meskipun ada kemungkinan mereka akan dijebloskan ke penjara, yang pada dasarnya merupakan hukuman mati,” katanya kepada DW. Iamenambahkan bahwa sangat disayangkan wajah para pria tersebut ditampilkan di media sosial.

    “Apakah mereka memilih untuk kembali atau tidak, pihak berwenang di Korea Utara tidak ingin berita tentang apa yang telah terjadi di Rusia diteruskan ke seluruh penduduk.”

    Shigemura yakin bahwa keputusan Kim untuk mengerahkan pasukan ke Ukraina adalah sebuah kesalahan karena hampir mustahil untuk meredakan rumor tentang ini. Ada kemungkinan juga, katanya, bahwa Putin tidak mengatakan risiko sebenarnya akan bahaya jika terlibat dalam operasi tersebut.

    Beberapa laporan media menunjukkan bahwa Rusia mengerahkan pasukan Korea Utara yang bersenjata ringan dan kurang terlatih dalam serangan mendadak terhadap posisi Ukraina yang telah dipersiapkan, dan menempatkan pasukan Rusia sebagai cadangan.

    Chun yakin kedua tahanan itu, serta kemungkinan yang akan ditahan nantinya, akan “melakukan hal yang bijaksana dan pergi ke Korea Selatan…. Apa pun yang terjadi, ini adalah tragedi,” katanya.

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

  • Polisi Jepang Tetapkan 11 WNI Tersangka Pembunuhan dan Pelanggaran Imigrasi, Ini yang Dilakukan KBRI – Halaman all

    Polisi Jepang Tetapkan 11 WNI Tersangka Pembunuhan dan Pelanggaran Imigrasi, Ini yang Dilakukan KBRI – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepolisian Jepang menetapkan 11 orang warga negara Indonesia (WNI) sebagai tersangka atas dua tuduhan tindak pidana. Tuduhan pertama adalah pelanggaran administrasi keimigrasian (overstay) dan tuduhan kedua, terlibat dalam tindak pidana pembunuhan.

    Dalam kasus di Jepang ini, satu orang WNI berinisial A tewas tertusuk dan tiga WNI lainnya terluka. WNI yang tewas diduga sebagai korban perampokan sesama warga Indonesia. 

    Kejadian ini terjadi di Isesaki, Prefektur Gunma, bagian timur Pulau Honshu, Jepang dan diketahui pada 3 November 2024. 

    Perihal kasus ini, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) terus menjalin komunikasi dengan Kepolisian Isesaki.

    “KBRI Tokyo terus berkomunikasi dengan Kepolisian Isesaki,” kata Direktur Pelindungan WNI (PWNI) Kemlu RI Judha Nugraha saat dikonfirmasi, Jumat (17/1/2025).

    Judha menyampaikan, Kepolisian Isesaki saat ini masih melakukan penyidikan terhadap semua WNI yang ditangkap atas dua dakwaan tersebut.

    Sementara, KBRI Tokyo juga terus memonitor proses hukum yang dijalani 11 WNI, seraya melakukan pendampingan hukum guna memastikan hak – hak mereka terpenuhi selama proses peradilan.

    “KBRI Tokyo terus memonitor proses hukum terhadap para tersangka WNI dan melakukan pendampingan hukum untuk memastikan terpenuhinya hak-hak mereka,” katanya.

    Kepolisian Gunma meringkus Junior Nordi Agusto Poluan (21), Warga Negara Indonesia (WNI), pelaku pembunuhan Abdulrohman (37), juga warga Indonesia, Kamis (16/1/2025). (Foto NTV/NNN)

    Informasi terbaru, jenazah WNI inisial A sudah direpatriasi atau dipulangkan kembali ke tanah air pada tanggal 11 Januari 2025 lalu.

    “Jenazah A telah direpatriasi ke Indonesia pada tanggal 11 Januari 2025,” katanya.

  • Daftar 33 Nama Sandera Israel yang Diperkirakan Akan Dibebaskan pada Tahap Pertama Gencatan Senjata – Halaman all

    Daftar 33 Nama Sandera Israel yang Diperkirakan Akan Dibebaskan pada Tahap Pertama Gencatan Senjata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Unit koordinasi sandera dan orang hilang milik pemerintah Israel merilis daftar 33 sandera yang akan dibebaskan dalam tahap pertama kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

    Dilansir The Times of Israel, mereka yang ada dalam daftar tersebut, akan dibebaskan selama periode 42 hari gencatan senjata.

    Mereka adalah wanita, anak-anak, lansia, dan orang sakit.

    Sebagian besar dari mereka diperkirakan masih hidup.

    Israel akan menerima laporan status lengkap dari semua orang yang ada dalam daftar tersebut, tujuh hari setelah gencatan senjata diberlakukan.

    Beberapa laporan media yang belum dikonfirmasi menyebutkan, Israel bersikeras agar yang masih hidup di antara 33 sandera tersebut, dibebaskan terlebih dahulu.

    Kemudian, diikuti pengembalian jenazah mereka yang sudah meninggal.

    Urutan pembebasan belum diketahui secara pasti.

    Identitas sandera yang akan dibebaskan diharapkan akan diumumkan 24 jam sebelum setiap tahap pembebasan.

    Jadwal pembebasan akan mencakup tiga sandera yang dikembalikan pada hari pertama gencatan senjata dan empat sandera lainnya pada hari ketujuh.

    Para pengunjuk rasa berkumpul di luar Kirya, markas militer Israel, di Tel Aviv, untuk mendesak pemerintah menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas, 16 Januari 2025. (Gerakan Pro-Demokrasi/Yael Gadot)

    Selanjutnya, tiga sandera akan dibebaskan setiap minggu selama empat minggu berturut-turut.

    Pada minggu terakhir, yang merupakan minggu keenam dari fase pertama, 14 sandera akan dikembalikan.

    Daftar ini hampir identik dengan daftar yang diterbitkan oleh kantor berita Yedioth Ahronoth awal bulan ini, setelah Hamas tampaknya membocorkan dokumen berisi nama-nama tersebut.

    Berikut daftar 33 sandera yang diperkirakan akan dibebaskan

    12 wanita dan anak-anak, yaitu:

    Romi Gonen, 23
    Emily Damari, 27
    Arbel Yehud, 29
    Doron Steinbrecher, 31
    Ariel Bibas, 5
    Kfir Bibas, 2
    Shiri Silberman Bibas, 33
    Liri Albag, 19
    Karina Ariev, 20
    Agam Berger, 21
    Danielle Gilboa, 20
    Naama Levy, 20

    11 pria lanjut usia, yaitu:

    Ohad Ben-Ami, 58
    Gadi Moshe Musa, 80
    Keith Siegel, 65
    Ofer Calderon, 54
    Eli Sharabi, 52
    Itzik Elgarat, 70
    Shlomo Mansur, 86
    Ohad Yahalomi, 50
    Oded Lifshitz, 84
    Tsahi Idan, 50

    11 pria di bawah 50 tahun, yaitu:

    Hisyam al-Sayed, 36
    Halaman Bibas, 35
    Sagui Dekel-Chen, 36
    Yair Tanduk, 46
    Omer Wenkert, 23
    Sasha Trufanov, 28
    Eliya Cohen, 27
    Atau Retribusi, 34
    Avera Mengistu, 38
    Tal Shoham, 39
    Omer Shem-Tov, 22

    PM Israel: Pembebasan sandera Gaza diperkirakan akan dimulai hari Minggu

    Pembebasan sandera yang ditawan di Gaza diperkirakan akan dimulai pada hari Minggu (19/1/2025), kata kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Jumat (17/1/2025), mengutip The New Arab.

    “Berdasarkan persetujuan kabinet dan pemerintah, serta pelaksanaan perjanjian, pembebasan sandera dapat dilanjutkan sesuai dengan kerangka kerja yang direncanakan, dengan para sandera diharapkan akan dibebaskan paling cepat pada hari Minggu,” kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan.

    Kesepakatan gencatan senjata kali ini diumumkan pada hari Rabu setelah mediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS.

    Kesepakatan tersebut, menguraikan gencatan senjata awal selama enam minggu dengan penarikan pasukan Israel secara bertahap.

    Puluhan tawanan Israel oleh Hamas termasuk wanita, anak-anak, orang tua, dan orang sakit akan dibebaskan sebagai ganti ratusan tahanan Palestina yang ditahan di Israel.

    Langkah ini membuka jalan bagi lonjakan bantuan kemanusiaan untuk Gaza, tempat mayoritas penduduk telah mengungsi, menghadapi kelaparan, penyakit, dan kedinginan akibat pengepungan dan serangan Israel yang membabi buta, yang telah menewaskan lebih dari 46.000 orang.

    (Tribunnews.com)

  • Gencatan Senjata di Gaza Buah Kesabaran Rakyat Palestina, Waspadai Israel Ingkar Janji – Halaman all

    Gencatan Senjata di Gaza Buah Kesabaran Rakyat Palestina, Waspadai Israel Ingkar Janji – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza antara Hamas dan Israel telah terjadi.

    Gencatan senjata antara Hamas dan Israel akan mulai berlaku pada Minggu (19/1/2025).

    Kesepakatan gencatan senjata itu sebelumnya telah dikonfirmasi pejabat Israel, Hamas, Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar.

    Organisasi Free Palestine Network (FPN) menyambut gembira kabar gencatan senjata antara Palestina dan Israel.

    Menurut Sekjen FPN, Furqan AMC gencatan senjata ini adalah kemenangan rakyat Palestina.

    “Gencatan senjata ini adalah buah kesabaran revolusioner rakyat dan pejuang Palestina yang pantang menyerah melawan penjajah zionis Israel,” ungkap Furqan, Jumat (17/1/2025) kepada Tribunnews.

    “Praktik genosida dan bumi hangus penjajah zionis Israel tidak bisa mematahkan tekad dan perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka,” tegas Furqan.

    Lebih lanjut, Furqan menyebut sesumbar Netanyahu yang ingin menghancurkan perlawanan Palestina telah gagal total.

    Bahkan, dukungan rakyat Palestina bagi para pejuang mereka semakin kuat meskipun mereka menanggung derita oleh serangan Israel.

    “Meskipun didukung penuh Amerika dan sekutu-sekutunya, penjajah zionis Israel tidak berhasil mencapai tujuan perangnya.”

    “Zionis Israel menyerah menghadapi kesabaran dan kegigihan perjuangan rakyat Palestina,” jelas Furqan.

    Waspadai Israel Ingkar Janji

    Sementara itu Ketua Dewan Pakar FPN, Dina Yulianti mengatakan daya tawar Palestina yang tinggi di perundingan juga didukung oleh serangan dan dukungan yang konsisten dari front perlawanan di Yaman, Lebanon, Irak, dan Iran.

    Selain tentunya juga dukungan solidaritas publik seluruh dunia.

    Meski begitu, pakar Asia Barat/Timur Tengah dari Universitas Padjadjaran ini mengingatkan agar dunia tetap memberi perhatian karena Israel belum bisa dipercaya sepenuhnya.

    Hal itu karena jejak rekamnya yang sering melanggar gencatan senjata dan mengabaikan hukum internasional.

    “Belum 24 jam setelah pengumuman gencatan senjata, Israel kembali mengebom rakyat Gaza.”

    “Ketika di Lebanon Israel menyepakati gencatan senjata dengan Hizbullah 27 November 2024 lalu, lebih 500 kali Israel melanggar gencatan senjata dengan tetap membom desa-desa dan kota di Lebanon selatan,” jelas Dina.

    Serangan Israel Pasca-Pengumuman Gencatan Senjata

    Sementara itu tim medis di Gaza melaporkan bahwa 30 warga Palestina tewas akibat serangan Israel.

    Serangan ini terjadi hanya dalam beberapa jam setelah pengumuman kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

    Pasukan Israel menyerang beberapa wilayah seperti di utara Jalur Gaza, Sheikh Radwan dan Kamp Bureij.

    Al Jazeera melakporkan terjadi serangan di sebuah rumah dekat Gedung Serikat Insinyur di utara Jalur Gaza pada Rabu (15/1/2025) malam, waktu setempat.

    Serangan tersebut menewaskan 18 warga Gaza.

    Kemudian serangan juga terjadi di Sheikh Radwan.

    Badan Pertahanan Sipil Palestina melaporkan telah menemukan 12 jenazah di lingkungan tersebut.

    Serangan juga terjadi di Gaza tengah, tepatnya di Kamp Bureij.

    Lima orang tewas akibat serangan drone Israel yang menargetkan sekelompok orang di daerah Karaj.

    Jumlah korban tewas terus meningkat sejak fajar pada hari Rabu, di tengah kegelisahan warga Palestina yang kembali berlindung di tenda-tenda setelah sebelumnya sempat merayakan berita kesepakatan gencatan senjata.

    Hani Mahmoud dari Al Jazeera melaporkan dari Deir el-Balah, Gaza tengah, bahwa suasana perayaan yang sempat terjadi berubah menjadi kekhawatiran mendalam.

    “Selama beberapa jam, orang-orang mengubah seluruh area ini menjadi panggung perayaan – sesuatu yang tidak biasa kita lihat di sini karena area ini dulunya merupakan panggung pemakaman bagi para korban perang dan tempat yang dipenuhi dengan penderitaan dan kesedihan,” katanya.

    (Tribunnews.com/Gilang Putranto, Farrah Putri)

  • Imran Khan dan Istri Dijatuhi Hukuman 14 Tahun Penjara Terkait Kasus Al-Qadir Trust – Halaman all

    Imran Khan dan Istri Dijatuhi Hukuman 14 Tahun Penjara Terkait Kasus Al-Qadir Trust – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Perdana Menteri (PM) Pakistan, Imran Khan, dan istrinya, Bushra Bibi, baru saja dijatuhi hukuman terkait dengan kasus penyalahgunaan wewenang dan korupsi.

    Pada Jumat (17/1/2025), mereka dijatuhi hukuman penjara dalam kasus yang berhubungan dengan Al-Qadir University Project Trust milik Khan.

    Dikutip dari Al Jazeera, Imran Khan dijatuhi hukuman 14 tahun penjara, sementara Bushra Bibi mendapat hukuman tujuh tahun.

    Selain itu, Khan juga dikenakan denda sebesar 1 juta rupee Pakistan (sekitar $3.500).

    Sedangkan istrinya didenda setengah dari jumlah tersebut, NewsX melaporkan.

    Keputusan ini dikeluarkan oleh Pengadilan Akuntabilitas di Rawalpindi, yang telah beberapa kali menunda putusan sebelumnya.

    Kasus Al-Qadir Trust berfokus pada dugaan penyalahgunaan wewenang oleh Imran Khan dan istrinya terkait pendirian Al-Qadir University Trust.

    Trust ini merupakan lembaga pendidikan nirlaba yang bertujuan untuk membantu masyarakat miskin.

    Khan dan Bibi diduga memperoleh tanah senilai miliaran rupee dari Malik Riaz, seorang taipan properti terkenal, untuk mendirikan universitas tersebut.

    Badan Akuntabilitas Nasional (NAB) menyelidiki tuduhan bahwa Khan, sebagai Perdana Menteri Pakistan antara 2018 dan 2022, terlibat dalam kesepakatan quid pro quo dengan Riaz.

    Disebutkan bahwa transaksi ini memungkinkan pencucian uang lebih dari $239 juta, yang diduga merugikan negara.

    Kasus ini menjadi bagian dari rangkaian panjang kasus hukum yang dihadapi oleh Khan sejak ia digulingkan dari jabatan perdana menteri pada 2022.

    Vonis kali ini menambah daftar panjang kasus yang masih menunggu keputusan.

    Khan serta pendukungnya menganggap putusan ini sebagai bagian dari perburuan politik terhadapnya.

    Selain itu, kasus ini juga melibatkan klaim mengenai pengaruh militer dan dugaan konspirasi yang terkait dengan pemerintah dan militer Pakistan.

    Banyak yang berpendapat bahwa pengadilan ini lebih dipengaruhi oleh motif politik ketimbang fakta-fakta hukum yang ada.

    Tanggapan Pengacara dan PTI

    Pengacara Imran Khan, Faisal Fareed Chaudhry mengecam keputusan ini sebagai kelanjutan dari “penganiayaan palsu.”

    Menurutnya, NAB gagal memberikan bukti kerugian finansial terhadap negara atau menunjukkan adanya keuntungan pribadi bagi Khan dan keluarganya.

    PTI, partai yang dipimpin oleh Khan, juga menyuarakan hal yang sama.

    PTI menyebutkan bahwa kasus ini tidak memiliki dasar hukum yang kuat dan bahwa semua bukti yang ada menegaskan tidak ada salah urus dalam proyek Al-Qadir Trust.

    Perpecahan Internal di PTI

    Hukuman terhadap Khan dan Bibi ini datang pada saat negosiasi antara PTI dan pemerintah Pakistan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Shehbaz Sharif sedang berlangsung.

    Analis politik Majid Nizami memperingatkan bahwa keputusan ini bisa menghambat proses dialog dan memperburuk perpecahan internal dalam PTI, dengan faksi-faksi yang berbeda mengenai pendekatan terhadap situasi ini.

    Nizami juga memperkirakan bahwa sikap lebih agresif akan muncul dari PTI setelah putusan tersebut.

    Dengan banyaknya kasus yang menunggu proses hukum dan ketegangan politik yang terus meningkat, masa depan Imran Khan dan PTI tetap menjadi perhatian utama di Pakistan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1059: Zelensky Terima Sistem Pertahanan Gravehawk Baru dari Inggris – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1059: Zelensky Terima Sistem Pertahanan Gravehawk Baru dari Inggris – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Inilah sejumlah peristiwa yang terjadi dalam perang Rusia-Ukraina, yang telah memasuki hari ke-1059 pada Jumat (17/1/2025).

    Pada Kamis (16/1/2025), pemimpin Partai Buruh yang merupakan Perdana Menteri Britania Raya, Keir Starmer, mengumumkan bahwa Ukraina akan menerima sistem pertahanan udara baru yang dikembangkan cepat dan diberi nama Gravehawk.

    Sistem ini merupakan bagian dari dukungan lebih lanjut yang diberikan Inggris kepada Ukraina dalam menghadapi ancaman udara, khususnya dari serangan rudal dan drone Rusia.

    Simak peristiwa lainnya berikut ini.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1059:
    Dikembangkan 2 Negara

    Gravehawk merupakan sistem pertahanan udara yang dirancang untuk memperkuat kemampuan Ukraina dalam melawan ancaman dari udara, terutama dengan memanfaatkan rudal udara-ke-udara yang dimodifikasi.

    Sistem ini dikembangkan oleh Inggris dan Denmark dan memiliki ukuran yang relatif kompak, kira-kira seukuran peti kemas, The Guardian melaporkan.

    Hal ini memungkinkan Gravehawk untuk dipasang di darat dan meluncurkan rudal yang sudah dimiliki oleh angkatan bersenjata Ukraina.

    Keistimewaan Gravehawk

    Keistimewaan utama dari sistem Gravehawk adalah kemampuannya untuk memanfaatkan rudal Ukraina yang sudah ada, yang sebelumnya digunakan untuk melawan ancaman dari pesawat udara.

    Dengan memodifikasi rudal udara-ke-udara, Gravehawk memungkinkan peluncuran dari darat untuk menembak jatuh ancaman udara, seperti rudal dan drone, yang diluncurkan oleh pasukan Rusia.

    Pemerintah Inggris mengungkapkan bahwa dua prototipe Gravehawk telah diuji di Ukraina pada bulan September 2024 dan menunjukkan hasil yang positif.

    Setelah berhasil melewati uji coba, 15 unit Gravehawk akan dikirimkan ke Ukraina sepanjang tahun 2025, memberikan kemampuan tambahan dalam memperkuat pertahanan udara negara tersebut.

    Menurut Keir Starmer, sistem pertahanan udara baru ini adalah salah satu langkah penting untuk mendukung Ukraina dalam mempertahankan wilayahnya dari agresi Rusia.

    Dukungan ini juga menegaskan komitmen Inggris untuk terus berdiri bersama Ukraina, memastikan bahwa mereka memiliki alat yang diperlukan untuk melindungi diri dari ancaman yang terus berkembang.

    Gravehawk menjadi bagian dari berbagai inisiatif internasional yang bertujuan membantu Ukraina meningkatkan pertahanan udara mereka di tengah konflik yang masih berlangsung.

    Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pertahanan udara Ukraina, memberikan mereka kemampuan lebih besar dalam mengatasi serangan dari udara dan memperkuat posisi mereka dalam pertempuran melawan Rusia.

    Pertemuan Zelensky dan Trump

    Pertemuan antara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, diperkirakan akan segera berlangsung.

    Pertemuan itu tampaknya akan terjadi setelah pelantikan Trump pada Senin (20/1/2025).

    Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, mengungkapkan hal tersebut dalam sebuah siaran telethon.

    Menurut Yermak, pihak berwenang Ukraina berniat untuk memulai pembicaraan dan konsultasi resmi segera setelah pelantikan Trump.

    “Dan saya memperkirakan akan segera ada pertemuan antara Presiden Trump, yang secara resmi akan menjabat,” ungkap Yermak, dikutip dari Suspilne.

    “Presiden kita Zelensky untuk membahas rencana dan langkah konkret untuk mengakhiri perang ini,” kata Yermak.

    Yermak juga menekankan, Amerika Serikat “tidak bisa kuat” sampai Ukraina menerima perdamaian yang adil.

    Italia Kirim Paket Bantuan Militer Baru ke Ukraina

    Italia telah mengirimkan paket bantuan militer baru yang berisi senjata modern untuk Ukraina.

    Paket bantuan ini bertujuan untuk memberikan kemampuan serangan yang lebih kuat kepada pasukan Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.

    Kabar ini diumumkan oleh Menteri Pertahanan Ukraina, Rustam Umyerov, setelah pertemuan dengan Menteri Pertahanan Italia, Guido Crozetto, di Kyiv.

    Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak sepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang pertahanan dan membahas upaya kerjasama dalam industri pertahanan.

    “Berita utamanya adalah paket bantuan militer lain dari Italia sedang dikirim ke Ukraina,”

    “Ini adalah persenjataan modern yang akan membantu tentara kita melancarkan serangan kuat kepada musuh,” ujar Kementerian Pertahanan Ukraina dalam sebuah pernyataan resmi.

    Paket bantuan ini diharapkan dapat memperkuat posisi Ukraina dalam menghadapi ancaman dari Rusia dengan memberikan peralatan tempur yang lebih canggih dan efektif.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Video Bencana Baru Mengancam Los Angeles, Abu Beracun Kebakaran Berpotensi Menyebar karena Angin – Halaman all

    Video Bencana Baru Mengancam Los Angeles, Abu Beracun Kebakaran Berpotensi Menyebar karena Angin – Halaman all

    Ribuan warga California selatan diminta untuk waspada dan segera mengungsi lantaran kebakaran yang melanda wilayah tersebut masih terus terjadi.

    Tayang: Jumat, 17 Januari 2025 13:26 WIB

    TRIBUNNEWS.COM  – Ribuan warga California Selatan diminta untuk waspada dan segera mengungsi karena kebakaran yang melanda wilayah tersebut masih terus berlangsung.

    Beberapa wilayah bahkan saat ini berada dalam “Situasi yang Sangat Berbahaya.”

    Kini, bahaya baru mengancam di tengah kebakaran hebat yang melanda Los Angeles.

    Petugas kesehatan mendesak semua orang untuk mengenakan masker karena angin berpotensi menyebarkan abu beracun.

    Anish Mahajan dari Departemen Kesehatan Masyarakat setempat menyebut abu yang terbang bukan sekadar tanah.

    Menurutnya, debu halus tersebut berbahaya karena dapat mengiritasi atau membahayakan sistem pernapasan serta bagian tubuh lainnya tempat itu mendarat.

     

    (*)

    Berita selengkapnya simak video di atas.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini