Jenis Media: Internasional

  • Trump Pecat Bos Penjaga Pantai AS, Siapa Dia?

    Trump Pecat Bos Penjaga Pantai AS, Siapa Dia?

    Pada Selasa (21/1), pemecatan Fagan diumumkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, Benjamine Huffman. Dia menyebut Fagan “telah menjalani karier yang panjang dan cemerlang, dan saya berterima kasih atas pengabdiannya”.

    Seorang pejabat senior DHS lainnya, yang menolak disebut namanya, mengungkapkan alasan pemberhentian Fagan, yakni “karena kurangnya kepemimpinan, kegagalan operasional, dan ketidakmampuan dalam mencapai target strategis Penjaga Pantai AS”.

    Dalam daftar alasan yang “mendukung pemecatannya”, seperti dikutip CNN, pejabat senior DHS itu menyebut Fagan dianggap “gagal dalam mengatasi ancaman keamanan perbatasan” dan memberikan “fokus berlebihan pada kebijakan keberagaman, kesetaraan, dan inklusi”.

    Disebutkan juga soal “kesalahan penanganan” dan “menutup-nutupi” Operation Fouled Anchor sebagai alasan pemecatan Fagan.

    Khusus untuk kebijakan keberagaman, kesetaraan dan inklusi, yang disebut DEI pada era pemerintahan Biden, Trump telah berulang kali mengkritik militer AS karena terlalu “woke” dan fokus pada inisiatif DEI.

    Pete Hegseth, calon Menteri Pertahanan AS pilihan Trump, mengatakan secara terbuka bahwa “para Jenderal, Laksamana, apa pun yang terlibat dalam urusan woke DEI harus disingkirkan”.

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Qatar Berharap Otoritas Palestina Kembali Memerintah di Jalur Gaza – Halaman all

    Qatar Berharap Otoritas Palestina Kembali Memerintah di Jalur Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdul Rahman Al Thani berharap Otoritas Palestina (PA) akan kembali memerintah Jalur Gaza untuk mengatasi permasalahan di sana.

    “Kami berharap PA kembali ke Gaza. Kami berharap melihat pemerintahan yang benar-benar akan menangani masalah rakyat di sana. Dan masih ada jalan panjang yang harus ditempuh untuk menangani Gaza dan kehancurannya,” katanya pada pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Swiss, Selasa (21/1/2025).

    Al Thani menekankan perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza yang dimulai pada 19 Januari 2025 adalah langkah pertama menuju pencapaian stabilitas di wilayah tersebut.

    “Kami berharap perjanjian ini akan menjadi awal untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade,” katanya.

    “Kita harus memastikan setiap langkah perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik, dan semua pihak yang berkonflik mematuhi semua ketentuannya,” lanjutnya, merujuk pada Hamas dan Israel.

    Ia menegaskan dampak serangan Israel di Jalur Gaza mulai terlihat jelas dan menekankan tidak ada negara yang dapat mendikte apa pun kepada Palestina.

    Perdana Menteri Qatar juga berharap kesepakatan di Jalur Gaza akan menghasilkan gencatan senjata permanen.

    “Ada banyak hal baik yang sedang terjadi dan kita harus mengembangkannya,” katanya.

    Selain itu, ia menekankan ada banyak peluang untuk bekerja sama dengan Presiden AS Donald Trump untuk mencapai stabilitas di Timur Tengah.

    “Saya melihat utusan Donald Trump sebagai mitra sejati, dan dia memberikan tekanan pada (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu,” katanya.

    “Kami ingin mengembalikan kawasan Timur Tengah ke kejayaannya sebelumnya,” tambahnya, seperti diberitakan Al Mayadeen.

    Jalur Gaza memasuki hari ketiga perjanjian gencatan senjata pada Selasa (21/1/2025), di tengah terus masuknya truk bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

    Sementara proses pengembalian pengungsi ke rumah mereka yang hancur terus berlanjut, dengan kru pertahanan sipil terus melakukan pemulihan jenazah para korban dari bawah reruntuhan.

    Otoritas Palestina, yang didominasi oleh faksi Fatah yang dibentuk oleh mantan pemimpin Palestina Yasser Arafat, menghadapi pertentangan dari faksi saingannya Hamas, yang mengusir PA dari Gaza pada tahun 2007 setelah perang singkat.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 46.916 jiwa dan 110.760 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (20/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim ada 101 tahanan yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 tahanan dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Australia Selidiki Kapal Asing Termasuk dari RI yang Jumlahnya Tak Pernah Sebanyak Ini

    Australia Selidiki Kapal Asing Termasuk dari RI yang Jumlahnya Tak Pernah Sebanyak Ini

    Jakarta

    Suatu hari, di tengah badai musim hujan, sebuah helikopter bergerak dengan cepat menukik di sepanjang pantai utara Australia, menjelajahi hutan bakau dan sungai untuk mencari target yang bersembunyi.

    Ini adalah taktik terbaru untuk membereskan masalah kapal asing yang beroperasi secara ilegal di perairan Australia.

    Menurut pihak berwenang, jumlahnya “tidak pernah sebanyak ini.”

    Pertanyaan tentang siapa yang sebenarnya membiayai armada tersebut juga muncul, dengan pihak keamanan mengonfirmasi mereka sedang menyelidiki kemungkinan adanya hubungan dengan kejahatan terorganisasi di luar Australia.

    Bila dilihat dari atas, kapal-kapal tersebut sulit dikenali.

    Foto dan video terbaru memperlihatkan kapal-kapal kecil dan datar yang sengaja disembunyikan di sungai-sungai pesisir, dicat dengan warna gelap dan ditutupi dengan cabang-cabang pohon.

    Seorang awak kapal penangkap ikan Indonesia ditemukan di hutan bakau di Arnhem Land, pada bulan Desember 2024. (Foto: Northern Land Council)

    Perahu Indonesia lainnya ditemukan oleh sebuah perusahaan produksi film di pesisir Kimberley. (Foto: Wild Pacific Media)

    Kapal-kapal tersebut sulit dikenali dari udara. (Foto: Wild Pacific Media)

    “Medannya sangat terjal, dengan pasang surut yang besar, buaya, hiu, lumpur yang dalam, suhu dan kelembaban yang tinggi,” ujar pengawas Australian Border Force Justin Donaldson.

    “Jadi, ini adalah area yang sangat sulit untuk beroperasi.”

    Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah federal Australia telah menambah sumber daya manusia untuk mencoba mencegat kapal-kapal tersebut.

    Mereka seolah bermain kucing-kucingan di sepanjang puluhan ribu kilometer garis pantai.

    Beberapa kapal ini telah mengantarkan sekelompok pencari suaka dan migran ke tepi pantai, tetapi sebagian besar darinya adalah kapal nelayan dari Indonesia.

    Penjaga hutan Aborigin dan operator pariwisata lokal menemukan pria China berkeliaran di jalur semak-semak, dan nelayan Indonesia melambaikan tangan dari pantai yang indah.

    Muncul kekhawatiran terhadap kesejahteraan nelayan muda miskin, yang beberapa meninggal di perairan Australia karena putus asa ketika mencari tangkapan bernilai tinggi.

    “Sah-sah saja untuk menganggap ini sebagai masalah pelik, tidak ada satu solusi mudah,” ujar peneliti Natasha Stacey.

    Menurutnya banyak yang setuju Australia perlu mencari cara baru, selain menghentikan kapal, untuk mengatasi masalah penawaran dan permintaan yang berujung perdagangan.

    “Hampir mustahil untuk menghentikan penangkapan ikan ilegal Indonesia di perairan Australia, karena kualitas ikan kita yang terbaik di dunia — yang akan sangat menggoda nelayan di seberang laut,” katanya.

    “Saya kira sudah saatnya kita mencoba sesuatu yang baru.”

    Sejarah panjang nelayan Indonesia

    Penduduk Asia Tenggara telah tinggal di kawasan pantai utara, yang kini disebut Australia, selama ratusan tahun.

    Awak kapal Makassar mendirikan kemah jauh sebelum perantau dari Inggris menginjakkan kaki.

    Batas-batas maritim saat ini baru ditetapkan pada tahun 1970-an dan 80-an, sementara jumlah kapal naik dan turun selama beberapa dekade sejak saat itu, tetapi tidak pernah berhenti.

    Otoritas Pengelolaan Perikanan Australia (AFMA) menggambarkan masuknya kapal saat ini sebagai hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    “Bisa dibilang ini belum pernah terjadi sebelumnya, sejak 2023 jumlahnya sangat tinggi,” kata manajer umum perikanan AFMA, Justin Bathurst.

    “Faktor yang mendorong kenaikan ini adalah keuangan.

    “Ada risiko ekonomi dan keselamatan terkait penangkapan ikan ilegal, tetapi sayangnya yang kami lihat adalah keuntungan finansial yang lebih besar daripada risikonya — itulah umpan balik yang kami terima dari para nelayan Indonesia.”

    Menurut Pemerintah Indonesia, sekitar setengah dari awak kapal berlayar dari Sulawesi Tenggara.

    Para pria dari pesisir terus menangkap ikan di perairan setempat, tetapi dengan semakin sedikitnya jumlah ikan dan hilangnya teripang di terumbu karang, semakin banyak yang berlayar lebih jauh ke selatan ke perairan Australia.

    Apakah ini kejahatan terorganisasi?

    Pertanyaannya kini beralih ke siapa yang membiayai armada kapal.

    Penduduk pesisir seperti Peter Tucker percaya perdagangan ilegal kini lebih terorganisasi daripada oportunistik.

    Dia mengelola tempat penyewaan perahu penangkap ikan dari sebuah kamp di pesisir Kimberley yang terpencil, dan dalam beberapa bulan terakhir telah membantu memandu perahu patroli ke tempat para nelayan bersembunyi.

    “Selama setahun terakhir jumlah perahu telah meningkat pesat, dan yang menonjol adalah betapa santai dan beraninya para nelayan,” katanya.

    “Jika ini terjadi di pantai timur Australia, akan ada unjuk rasa di seluruh negeri.

    “Dan dengan jumlah kapal saat ini, saya rasa mereka tidak akan datang untuk membawa pulang makanan, saya yakin mereka memasok rantai komersial besar yang memasok ke Asia Raya.”

    AFMA telah mengonfirmasi mereka bekerja sama dengan Kepolisian Federal Australia di lapangan untuk melakukan penyelidikan.

    “Sejumlah [kapal] penangkap ikan ilegal yang kami lihat didanai, baik melalui kejahatan terorganisasi atau melalui cara lain,” ujar Justin dari AFMA.

    “Ini belum tentu hanya usaha penangkapan ikan kecil yang dijalankan pemilik dan operator.

    “Kami ingin mengetahui dari mana datangnya dana itu sehingga kami dapat menangani masalah ini dari akarnya, dan itu juga bagian dari pembicaraan kami dengan pihak berwenang di Indonesia.”

    Lebih dari 100 nelayan ditangkap dan dituntut tahun lalu, dan sidang pengadilan telah mengungkap latar belakang kemiskinan dari para pemuda yang terlibat.

    Sebagian besar berpendidikan rendah, menghidupi keluarga, dan beberapa akan kembali ke rumah setelah menjalani hukuman penjara di Australia dengan utang ribuan dolar, harus membayar kembali kapal-kapal yang dibakar di laut oleh otoritas Australia.

    Dalam sebuah sidang baru-baru ini, seorang pengacara yang mewakili beberapa nelayan merangkum situasi mereka.

    “Kami berpikir orang-orang ini bisa sampai ke sini karena faktor kemiskinan, dan pada akhirnya datang mencari uang untuk kehidupan yang lebih baik. Mereka hampir tidak menemukan cara untuk membayar denda,” kata pengacara tersebut di hadapan pengadilan.

    “Ini adalah operasi yang agak tidak canggih, tanpa lemari es di atas kapal, tidak ada sistem GPS berteknologi tinggi, para pria itu mengandalkan kompas dan telepon untuk berlayar.”

    Hakim mengaku kesulitan dalam menerapkan hukuman, dan mengatakan bahwa: “Meskipun pengadilan tidak ingin menjebloskan nelayan Indonesia ke penjara … Anda harus tahu bahwa jika Anda kembali, hukumannya akan lebih tinggi dan lebih berat.”

    Kekhawatiran lainnya adalah para nelayan mempertaruhkan nyawa mereka untuk melakukan perjalanan ilegal, dengan laporan tentang orang yang tenggelam dalam badai siklon dan nelayan yang dibunuh buaya.

    Jadi, apa yang diperlukan untuk mengubah pengambilan keputusan agar tidak mendekati benua Australia secara ilegal?

    Mencari solusi jangka panjang

    Natasha Stacey adalah ilmuwan sosial yang telah meneliti komunitas nelayan Indonesia selama dua dekade.

    Ia mengatakan undang-undang dan batas wilayah saat ini perlu dikaji ulang.

    “Salah satu masalah dengan [nota kesepahaman] tahun 1974 dan amandemennya adalah bahwa nota tersebut pada dasarnya sudah ketinggalan zaman,” jelasnya.

    “Jadi selama 30 tahun terakhir, akademisi dan komentator telah meminta pemerintah Australia dan Indonesia untuk berdiskusi dan mempertimbangkan kembali pengaturan tersebut.”

    Undang-undang saat ini mengizinkan awak kapal Indonesia untuk menangkap ikan dengan cara “tradisional” di wilayah seluas 50.000 kilometer persegi di sepanjang perbatasan laut.

    Namun, sebagian besar nelayan menggunakan perahu bermotor yang dilarang, sehingga apa yang disebut kotak MOU sebagian besar tidak diperlukan lagi.

    Profesor Stacey mengatakan Australia gagal memenuhi komitmennya untuk memberikan dukungan kepada masyarakat yang kehilangan akses ke perairan tempat mereka mencari ikan selama ratusan, bahkan ribuan tahun.

    “Kami benar-benar melihat sangat sedikit pembangunan masyarakat, jadi ada peluang di sana,” katanya.

    “Apa yang akan terjadi jika Australia dan Indonesia dapat bekerja sama dengan masyarakat nelayan terpilih selama periode lima hingga 10 tahun, dan menerapkan beberapa kegiatan pembangunan yang dapat … mengurangi keterlibatan mereka dalam kegiatan ilegal dari waktu ke waktu?

    “Kami juga dapat melihat beberapa peluang untuk memberi lisensi kepada beberapa nelayan dengan kepentingan historis yang mapan, untuk memberi mereka semacam kuota.”

    Muncul kebingungan mengenai rencana jangka panjang apa yang menjadi prioritas pemerintah Australia dan Indonesia.

    Dalam pernyataan terbarunya, Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia mengatakan pihaknya bekerja sama dengan pemerintah Australia untuk mengembangkan “program mata pencaharian alternatif bagi nelayan Indonesia yang akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi geografis masing-masing wilayah”.

    Namun, Pasukan Perbatasan Australia, yang telah menandatangani serangkaian perjanjian baru-baru ini dengan Indonesia terkait penangkapan ikan ilegal, tidak mengonfirmasi pernyataan ini.

    Artikel ini diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris

    Lihat juga Video ‘Kapal Ikan Vietnam Kabur Dikejar Petugas di Laut Natuna’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kebakaran Hotel Resor Ski Turki Tewaskan 76 Orang, 9 Orang Ditahan

    Kebakaran Hotel Resor Ski Turki Tewaskan 76 Orang, 9 Orang Ditahan

    Ankara

    Otoritas Turki menahan sembilan orang terkait kebakaran mematikan yang menghanguskan sebuah hotel di resor ski Kartalkaya yang populer di negara tersebut. Salah satu yang ditahan merupakan pemilik hotel yang terbakar.

    Sedikitnya 76 orang tewas dan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka akibat kebakaran tersebut.

    Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya, seperti dilansir Reuters, Rabu (22/1/2025), mengatakan bahwa jenazah 45 korban di antaranya telah diserahkan kepada pihak keluarga, sedangkan tes DNA sedang dilakukan untuk mengidentifikasi jenazah-jenazah lainnya di institut forensik setempat.

    Presiden Recep Tayyip Erodgan menetapkan hari Rabu (22/1) sebagai hari berkabung nasional menyusul tragedi tersebut.

    Kebakaran dahsyat ini melanda Hotel Grand Kartal di resor ski Kartalkaya yang terletak di area pegunungan Bolu, Turki bagian barat.

    Hotel dengan 12 lantai itu, yang memiliki 238 tamu terdaftar saat kebakaran terjadi, dilalap api setelah kebakaran mulai terjadi di restoran yang ada di dalamnya pada Selasa (21/1) dini hari, sekitar pukul 03.30 waktu setempat.

    Para korban selamat menggambarkan situasi penuh kepanikan ketika mereka menyelamatkan diri dengan melintasi koridor hotel yang dipenuhi asap, dan beberapa terpaksa melompat dari jendela untuk keluar dari bangunan yang terbakar tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Mengenal Komunitas Muslim di Senegal yang Tak Berpuasa di Bulan Ramadan

    Mengenal Komunitas Muslim di Senegal yang Tak Berpuasa di Bulan Ramadan

    Jakarta

    Berbeda dengan Muslim kebanyakan, komunitas Baye Fall di Senegal beribadah dengan bekerja keras dan mengabdi ke masyarakat.

    Menjelang senja hari, irama nyanyian sejumlah jemaah Muslim di Desa Mbacke Kadior, Senegal terdengar lantang.

    Pengikut aliran Baye Fall yang berbusana kain perca berwarna-warni membentuk lingkaran di depan masjid. Tubuh mereka ikut berayun seiring lantunan nyaring yang serempak.

    Api unggun kecil yang berkobar di belakang para jemaah membuat bayangan mereka seolah turut menari.

    Rambut dreadlock alias gimbal penganut Baye Fall juga bergoyang seiring gerakan yang dilakukan dengan penuh semangat ini. Keringat di wajah mereka pun seolah berkilau.

    Perayaan sekaligus ibadah yang dilakukan dua kali seminggu ini dikenal sebagai saam fall. Para peserta seringkali tampak seperti dalam keadaan trans selama ritual suci yang berlangsung sekitar dua jam.

    Baye Fall adalah kelompok kecil yang merupakan bagian dari persaudaraan Mouride di Senegal, negara mayoritas Muslim di Afrika Barat.

    Ada sekitar 17 juta penduduk Senegal yang menjadi penganut Baye Fall.

    Penampilan mereka yang mencolok membuat jemaah Baye Fall terlihat menonjol di publik. Sebagian orang menganggap komunitas ini menyimpang terlalu jauh dari norma-norma Islam karena ibadah mereka yang tidak biasa.

    Alih-alih salat lima waktu dan puasa Ramadan, pengikut Baye Fall melaksanakan ibadah melalui kerja keras dan pengabdian kepada masyarakat.

    Di mata mereka, surga bukan sekadar tujuan akhir, melainkan penghargaan bagi orang-orang yang bekerja keras.

    Salah kaprah terhadap penganut Baye Fall tidak hanya berasal dari kelompok Muslim lainnya.

    Di Barat, kelompok ini diyakini mengonsumsi alkohol dan merokok ganja. Hal ini tentu saja adalah suatu kesalahpahaman mengingat dua hal itu bukan bagian dari etos mereka.

    “Filosofi komunitas Baye Fall berpusat pada kerja,” ujar Maam Samba, seorang pemimpin kelompok Baye Fall di Mbacke Kadior, kepada BBC.

    “Kerja keras menjadi bentuk ibadah kepada Tuhan.”

    Baik itu membajak sawah di bawah terik matahari, membangun gedung sekolah, maupun membuat kerajinansemua ini penuh akan makna spiritual bagi penganut Baye Fall.

    Samba menyebut setiap tugas bukan hanya kewajiban, melainkan tindakan meditatif. Bekerja secara sungguh-sungguh menjadi bentuk doa.

    Baca juga:

    Pendiri komunitas Baye Fall, Ibrahima Fall, disebut-sebut pertama kali bertemu dengan pendiri persaudaraan Mouride, Cheikh Ahmadou Bamba, di Desa Mbacke Kadior.

    Persaudaraan Mouride yang didirikan Ahmadou Bamba pada abad ke-19 adalah sebuah cabang Islam Sufi yang memainkan peran penting di Senegal.

    Ibrahima Fall diyakini sepenuhnya mendedikasikan dirinya untuk melayani Bamba. Dia bahkan sering mengabaikan kebutuhannya sendiri, termasuk makan, puasa, salat dan merawat diri.

    Para pengikut Baye Fall mengatakan seiring waktu pakaian Ibrahima Fall menjadi lusuh dan compang-camping. Hal ini mencerminkan pengabdiannya yang tanpa pamrih.

    Inilah asal mula filsafat dan tradisi pakaian compang-camping Baye Fall.

    BBCDi Desa Mbacke Kadior, orang-orang Baye Fall membuat pakaian kain khas komunitas yang kemudian di jual ke seluruh Senegal.

    Loyalitas ini sekarang dipraktikkan oleh para pengikut Ibrahima Fall dalam sebuah konsep yang dikenal sebagai ndiguel. Banyak anggota Baye Fall yang bahkan memasukkan kata tersebut dalam nama anak-anak mereka.

    Etos kerja Fall juga tercermin di jantung Desa Mbacke Kadior. Tepatnya di sebuah lokakarya yang menjadi pusat kolaborasi dan kreativitas yang memproduksi pakaian nan elok yang terbuat dari kain perca.

    Perempuan-perempuan bekerja secara kalem dan fokus. Mereka mencelupkan kain polos ke dalam bak pewarna yang cerah. Di setiap pencelupan, kain menyerap lapisan warna yang secara bertahap menjadi tekstil yang mencolok.

    Para laki-lakinya juga tidak kalah telaten. Kain-kain yang telah diwarnai diambil satu per satu dan pria-pria ini dengan terampil menjahitnya menjadi pakaian yang praktis dan mengekspresikan identitas khas Baye Fall.

    Busana Baye Fall merupakan perpaduan antara seni dan kerja yang mencerminkan dedikasi orang-orangnya.

    Pakaian-pakaian jadi kemudian didistribusikan ke pasar-pasar di seluruh Senegal. Selain menjadi mata pencaharian, kerajinan ini juga menyebarkan filosofi komunitas Baye Fall

    “Gaya Baye Fall adalah sesuatu yang khas dan autentik,” jelas Samba, yang almarhum ayahnya adalah seorang syekh Baye Fall yang dihormati atau yang di Senegal dikenal sebagai marabout.

    “Pakaian compang-camping melambangkan universalitas: Anda bisa menjadi Muslim dan tetap mempertahankan budaya Anda. Namun tidak semua orang memahami hal ini. Jika Anda tidak menerima kritik, Anda tidak bisa berkembang.”

    Ketika orang-orang Muslim lainnya berpuasa dari matahari terbit hingga terbenam selama bulan Ramadan, komunitas Baye Fall mengabdikan diri dengan menyiapkan santapan buka puasa di masjid.

    Baca juga:

    Pengabdian di sini tidak terbatas di pekerjaan-pekerjaan manual.

    Masyarakat Baye Fall juga mendirikan koperasi, kewirausahan sosial, dan organisasi non-pemerintah atau LSM yang bertujuan mendorong pembangunan berkelanjutan di pedesaan Senegal.

    Pekerjaan, bagi kelompok ini, bukan hanya untuk mencari nafkah, melainkan juga ekspresi spiritualitas.

    “Kami punya sekolah, pusat kesehatan, dan kewirausahaan sosial untuk menciptakan lapangan kerja,” jelas Samba.

    “Filosofi hidup kami mengatakan segala sesuatunya harus dilakukan dengan rasa hormat, cinta, dan perhatian terhadap alam. Ekologi adalah pusat dari model pembangunan berkelanjutan kami.”

    Getty ImagesPara pengikut Baye Fall di masjid kota suci Touba.

    Namun, kelompok ini juga menuai kritik atas praktik mengemis di jalanan.

    Meminta uang tidaklah bertentangan dengan sistem kepercayaan Baye Fall. Akan tetapi, praktik mengemis Baye Fall secara tradisional semestinya tetap dilakukan dengan niat pengabdian.

    Hasil mengemis seharusnya diberikan kepada pemimpin yang wajib mendistribusikannya kembali untuk kesejahteraan masyarakat.

    “Ada Baye Fall asli dan ada pula ‘Baye Faux’ – Baye Fall palsu,” ujar Cheikh Senne, mantan wakil rektor Universitas Alioune Diop di kota Bambey dan pakar persaudaraan Mouride.

    Di pusat-pusat perkotaan seperti ibu kota Dakar, kehadiran “Baye Faux” begitu meluas.

    “Mereka berpakaian seperti kami dan mengemis di jalanan tetapi tidak berkontribusi kepada masyarakat. Ini adalah masalah serius yang merusak reputasi kami,” tutur Senne kepada BBC.

    Getty ImagesDiperkirakan 700.000 orang tergabung dalam Baye Fall, komunitas yang semakin menarik orang-orang muda.

    Di sisi lain, reputasi Baye Fall yang menekan pada kerja keras dan komunitas bergaung melampaui Senegal.

    Salah satu pengikut Baye Fall adalah warga negara Amerika bernama Keaton Sawyer Scanlon.

    Keaton menjadi pengikut Baye Fall setelah mengunjungi Senegal pada tahun 2019. Dia kemudian diberi nama Senegal, Fatima Batouly Bah.

    Fatima menggambarkan pertemuan pertamanya dengan seorang marabout yang mengubah hidup.

    “Tubuhnya seperti memancarkan cahaya,” ujarnya kepada BBC.

    “Hati saya mengenali kebenaran. Ini adalah kebangkitan spiritual yang mendalam bagi saya.”

    Fatima sekarang tinggal bersama pengikut Baye Fall lainnya. Dia turut serta dalam proyek-proyek komunitas yang mewujudkan etos pelayanan mereka.

    Meskipun masih sedikit, jumlah orang-orang di luar Senegal yang memeluk kepercayaan Baye Fall mulai bertambah.

    Baye Fall memainkan peran penting dalam masyarakat Senegal. Kontribusi mereka di sektor pertanian amatlah penting bagi perekonomian negara itu.

    Getty ImagesSeorang penganut Baye Fall di Desa Mbacke Kadior.

    Setiap tahun, pengikut Baye Fall menyatakan bersumpah setia kepada pemimpin Mouride yang dikenal sebagai khalifah atau marabout agung.

    Sumpah setia ini dilakukan Baye Fall dengan menyumbangkan uang, ternak, dan hasil panen kepada persaudaraan Mouride untuk menunjukkan loyalitas mereka.

    Mereka juga berperan penting dalam pemeliharaan Masjid Agung di kota suci Touba di Senegal yang menjadi pusat Mouridisme.

    Di Touba, Baye Fall juga berperan sebagai penjaga keamanan tidak resmi di Masjid Agung pada acara-acara besar, seperti ziarah tahunan Magal ketika ratusan ribu jemaah datang ke kota.

    Orang-orang Baye Fall memastikan jemaah-jemaah berpakaian sopan dan tidak ada narkoba di daerah tersebut. Mereka juga memastikan tidak ada penghinaan terhadap khalifah.

    “Baye Fall selalu menjamin keamanan khalifah dan kota,”ujar Senne.

    “Tidak ada yang berani bertindak tidak pantas ketika ada Baye Fall di sekitarnya.

    Tidak semua orang mendukung kepercayaan Baye Fall. Namun, dampak komunitas ini terhadap lanskap budaya dan agama Senegal semakin meningkat.

    Getty ImagesPerempuan-perempuan di komunitas Baye Fall.

    Sekarang ini, Baye Fall menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan tradisi dengan modernitas. Sumber daya yang terbatas juga menghambat ambisi-ambisi mereka.

    Namun, visi Baye Fall tetap jelas: pembangunan berkelanjutan yang berakar pada iman dan pelayanan.

    Pembangunan ini juga diharapkan mampu menolong sebagian besar kaum muda pengangguran di Senegal yang putus asa mencari nafkah.

    Banyak dari ribuan migran yang melakukan penyeberangan laut berbahaya ke Eropa demi menyambung nyawa berasal dari Senegal.

    “Kami ingin bisa berbuat lebih banyak,” tutur Samba.

    “Kami ingin menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Hal ini sangat dibutuhkan kaum muda di Senegal.

    “Kami membutuhkan kolaborasi dengan pemerintah dan organisasi internasional. Inilah harapan kami untuk masa depan.”

    Bagi komunitas Baye Fall, kerja keras adalah solusi kebutuhan ekonomi dan spiritual negara.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Perlawanan Palestina Peringatkan Israel agar Tidak Melanggar Gencatan Senjata – Halaman all

    Perlawanan Palestina Peringatkan Israel agar Tidak Melanggar Gencatan Senjata – Halaman all

    Perlawanan Palestina Peringatkan Israel agar Tidak Melanggar Gencatan Senjata

    TRIBUNNEWS.COM- Para pengamat memperingatkan bahwa rapuhnya gencatan senjata dapat membahayakan keberlangsungannya dan memperburuk krisis kemanusiaan.

    Sumber tingkat tinggi dalam Perlawanan Palestina memberi tahu Al Mayadeen pada hari Selasa bahwa pelanggaran Israel terhadap perjanjian gencatan senjata di Gaza terus berlanjut, terutama melalui “kehadiran pesawat pengintai tak berawak di langit Gaza.”

    Sumber tersebut menambahkan bahwa para mediator “memperingatkan Israel bahwa pelanggaran yang terus berlanjut ini membahayakan kesepakatan.” 

    Ia juga mencatat bahwa “perlawanan Palestina telah memperingatkan pihak Israel agar tidak terus melakukan tindakan seperti itu, dan menegaskan kesiapannya untuk menghadapi pelanggaran ini dengan cara yang tepat.”

    Pelanggaran Gencatan Senjata

    Pada hari Senin, seorang sumber dari pimpinan perlawanan mengungkapkan kepada Al Mayadeen bahwa “beberapa pelanggaran perjanjian oleh Israel telah terjadi, termasuk aktivitas pesawat tanpa awak dan penembakan terhadap warga sipil.” 

    Sumber tersebut menekankan bahwa “pelanggaran ini, terutama penembakan terhadap warga sipil, mengancam perjanjian tersebut.” 

    Pelanggaran ini berakibat fatal, dengan laporan yang muncul hanya sehari setelah gencatan senjata mulai berlaku. Menurut Pertahanan Sipil di Gaza, 122 martir dibawa ke rumah sakit dalam waktu 24 jam setelah gencatan senjata diumumkan, termasuk 62 jenazah yang ditemukan dari bawah reruntuhan.

    Pertahanan Sipil juga mengungkapkan bahwa, sejak agresi dimulai, lebih dari 38.000 mayat telah ditemukan, dengan sekitar 2.400 martir hancur tanpa meninggalkan jejak.

    Sementara itu, Kementerian Kesehatan di Gaza telah melaporkan 341 korban luka dalam kurun waktu 24 jam yang sama, yang menyoroti rapuhnya gencatan senjata.

    Sumber Perlawanan mengonfirmasi kepada Al Mayadeen bahwa “mediator Qatar dan Mesir secara aktif  memantau situasi dan bekerja sama dengan Hamas, Amerika, dan Israel untuk memastikan penerapan perjanjian.” 

    Meskipun terjadi pelanggaran terus-menerus, ratusan truk yang membawa makanan dan pasokan medis telah memasuki Gaza melalui perbatasan Rafah sebagai bagian dari “protokol kemanusiaan” yang difasilitasi oleh Qatar.

    Gencatan Senjata yang Rapuh

    Perjanjian gencatan senjata antara perlawanan Palestina dan pendudukan Israel mulai berlaku pada hari Minggu, 19 Januari 2025. 

    Namun, perjanjian tersebut dengan cepat dilanggar oleh pendudukan, yang mengakibatkan jatuhnya korban, termasuk korban tewas dan luka-luka. 

    Pejabat Israel, termasuk Perdana Menteri dan tentara, secara terbuka menyatakan ketidakpatuhan mereka terhadap perjanjian tersebut.

    Hari-hari awal gencatan senjata “berjalan lancar dalam hal pertukaran tahanan dan pengiriman bantuan,” menurut pimpinan perlawanan. 

    Sebagai bagian dari pertukaran yang sedang berlangsung, “empat wanita Israel yang ditahan di Gaza akan dibebaskan sebagai ganti 120 tahanan Palestina.” Namun, pendudukan terus melanjutkan aktivitas pesawat nirawak dan baku tembak, yang mengancam stabilitas perjanjian.

    Meskipun ada tantangan, ketentuan gencatan senjata mengharuskan masuknya 600 truk bantuan setiap hari dan pengiriman 200.000 tenda dan 60.000 karavan untuk kebutuhan tempat tinggal yang mendesak di Gaza. 

    Para pengamat memperingatkan bahwa kerapuhan gencatan senjata dapat membahayakan keberlangsungannya dan memperburuk krisis kemanusiaan.

     

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Israel Serbu Tepi Barat Saat Gencatan Senjata Gaza, 10 Orang Tewas

    Israel Serbu Tepi Barat Saat Gencatan Senjata Gaza, 10 Orang Tewas

    Tepi Barat

    Militer Israel melancarkan operasi penyerbuan di area Jenin di Tepi Barat ketika gencatan senjata berlangsung di Jalur Gaza. Sedikitnya 10 orang tewas akibat operasi militer Tel Aviv pada Selasa (21/1) waktu setempat tersebut.

    Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menyebut operasi di Tepi Barat itu bertujuan “memberantas terorisme” di wilayah tersebut.

    Kementerian Kesehatan Palestina yang berkantor di Ramallah, seperti dilansir AFP, Rabu (22/1/2025), menyebut operasi militer Israel itu telah menewaskan sedikitnya 10 orang, hanya beberapa hari setelah gencatan senjata berlaku di Jalur Gaza.

    Militer Israel dan badan keamanan Shin Bet, dalam pernyataan gabungan, mengatakan bahwa mereka, bersama dengan Polisi Perbatasan Israel, telah melancarkan operasi yang diberi nama “Iron Wall” di area Jenin.

    Dalam pernyataan yang dirilis tak lama setelah operasi di Tepi Barat diluncurkan, Netanyahu mengatakan penyerbuan itu bertujuan “memberantas terorisme” di Jenin dan merupakan bagian dari strategi lebih luas untuk melawan Iran “ke mana pun negara itu mengirim senjatanya — di Gaza, Lebanon, Suriah, Yaman” dan Tepi Barat.

    Pemerintah Israel telah menuduh Iran, yang mendukung sejumlah kelompok bersenjata di kawasan Timur Tengah termasuk Hamas di Gaza, berupaya mengirimkan senjata dan uang kepada militan-militan di Tepi Barat.

    Bulan Sabit Merah Palestina, dalam pernyataan terpisah, menyebut para petugas pertolongan pertama merawat tujuh orang yang mengalami luka-luka akibat peluru tajam, dan menuduh pasukan Israel menghalangi akses mereka ke area tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Donald Trump Mengguncang Politik Jerman

    Donald Trump Mengguncang Politik Jerman

    Jakarta

    Donald Trump telah mengonfirmasi semua ketakutan terburuk dari banyak politisi Jerman. Entah dengan mengancam untuk mengakhiri kebijakan perlindungan iklim dan menampar tarif impor untuk barang-barang Eropa, atau membayangkan imperialisme baru yang mengklaim Terusan Panama dan Greenland.

    Meski demikian, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengucapkan selamat kepada Presiden Amerika Serikat (AS) yang baru atas pelantikannya.

    Scholz mendoakan “kekuatan dan kesuksesan” untuk tugas-tugas yang akan datang, dan menambahkan bahwa, “bersama-sama, kita dapat memberikan momentum penting di kedua sisi Atlantik untuk kebebasan, perdamaian dan keamanan, serta kemakmuran dan pembangunan ekonomi.”

    Namun Scholz tidak hadir di Washington, begitu pula pemimpin oposisi Jerman Friedrich Merz dari partai konservatif Christian Democratic Union (CDU). Trump hanya mengundang politisi yang berpikiran sama dengannya, seperti Perdana Menteri Italia Georgia Meloni dan Presiden Argentina Javier Milei.

    Pesan diplomatik yang sensitif

    Sebagian besar politisi Jerman mengisyaratkan atau secara terbuka menyatakan bahwa mereka lebih suka melihat kandidat dari Partai Demokrat, Kamala Harris, yang masuk ke Gedung Putih.

    Hanya partai sayap kanan Jerman, Alternative for Germany (AfD), yang tampaknya menantikan pemerintahan Trump. Loyalis Trump, Elon Musk, secara terbuka mendukung AfD di platform X ketika ia menulis bahwa, “hanya AfD yang dapat menyelamatkan Jerman” dan menyebut Scholz sebagai “orang bodoh yang tidak kompeten”.

    Penilaian sensitif dari Duta Besar Jerman untuk AS, Andreas Michaelis, dinilai berkontribusi pada meningkatnya ketegangan trans-Atlantik. Sebuah pesan diplomatik yang ditujukan kepada Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock yang berisi kritik keras terhadap Trump, bocor ke media.

    Kandidat kanselir Jerman dari partai tengah-kanan CDU, Friedrich Merz, menganggap hal tersebut sebagai bencana bagi hubungan Jerman-Amerika.

    “Ini adalah pukulan besar bagi reputasi pemerintah Jerman di Washington. Tidak seorang pun dari pemerintah federal ini akan dapat menemukan teman bicara di Washington dalam waktu dekat,” kata Merz dalam sebuah wawancara dengan lembaga penyiaran Jerman, Deutschlandfunk.

    Merz: Orang Eropa harus bersatu

    Ketika Kanselir Scholz mengambil sikap konfrontatif dan mengkritik tajam klaim Trump atas Greenland, Friedrich Merz justru bersikap lebih terbuka.

    Menurut jajak pendapat, Merz memiliki peluang bagus untuk menjadi kanselir Jerman berikutnya setelah pemilihan umum tanggal 23 Februari mendatang. Dalam hal ini, ia harus berhadapan langsung dengan Trump sebagai kepala pemerintahan Jerman.

    Merz mengatakan bahwa ia berniat untuk bertemu dengan Trump “secara langsung” dan fokus untuk “menyatukan kepentingan Eropa.”

    “Selama negara-negara anggota Eropa bersatu, mereka akan dihormati di dunia, termasuk di AS. Selama mereka terpecah belah, tidak ada yang akan menganggap kita serius,” kata Merz dalam sebuah pertemuan partai-partai Eropa kanan-tengah di Berlin.

    “Jadi, dalam pandangan saya, ini adalah seruan terakhir untuk bertindak,” lanjutnya.

    Dalam surat ucapan selamat untuk Trump, Merz menulis bahwa, “jika rakyat Jerman memberi saya mandat sebagai kanselir, akan menjadi salah satu prioritas saya untuk bekerja sama dengan Anda menuju babak baru dalam hubungan kita.”

    ‘Eropa siap menghadapi tarif’

    Kamar Dagang dan Industri Jerman, atau DIHK, telah memperingatkan akan adanya konsekuensi serius terkait ancaman tarif impor AS.

    “Dampak dari tarif baru AS akan serius bagi perekonomian Jerman,” kata Kepala Eksekutif DIHK Helena Melnikov kepada surat kabar Jerman, Rheinische Post.

    Menurutnya, di Jerman, setiap empat pekerjaan bergantung pada ekspor, dan setiap pekerjaan kedua adalah industri.

    Itulah sebabnya, berbeda dengan Merz, Menteri Urusan Ekonomi Jerman Robert Habeck mengambil sikap yang lebih agresif: “Eropa sudah siap. Jika Amerika memberlakukan tarif yang tidak saya harapkan atau inginkan, Eropa pasti akan ada dalam posisi mengambil tindakan balasan, termasuk yang mempengaruhi ekonomi Amerika,” kata Habeck dalam sebuah wawancara dengan DW.

    Habeck, yang tanggung jawabnya juga mencakup aksi iklim, menyebut penarikan diri Trump dari perjanjian iklim Paris sebagai “sinyal yang fatal bagi dunia.”

    Namun di dalam negeri, ia juga harus menyaksikan isu-isu perlindungan iklim semakin terdesak dan semakin jauh dari agenda selama kampanye pemilu yang sedang berlangsung.

    Diundang atau tidak diundang

    Ketika menjadi kanselir Jerman, Angela Merkel dari CDU berurusan dengan Trump selama masa kepresidenannya yang pertama. Kini, ia sekali lagi berbicara untuk melanjutkan kemitraan yang erat dengan AS.

    Dalam memoarnya yang baru-baru ini diterbitkan, politisi yang sudah lama berkecimpung di dunia politik ini secara terbuka mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dialaminya dengan Trump pada saat itu.

    Pada acara tahun baru partainya, Merkel berpendapat bahwa kemitraan trans-Atlantik Jerman dengan AS saat ini lebih penting daripada beberapa tahun yang lalu. Ia menambahkan bahwa hanya mungkin “untuk memastikan bahwa (Presiden Rusia Vladimir) Putin tidak memenangkan perang dan Ukraina tetap menjadi negara merdeka” dengan bantuan AS dan aliansi NATO.

    Trump telah mengindikasikan bahwa ia ingin mengakhiri dukungan untuk Ukraina dan sebaliknya mencari cara untuk mengakhiri perang dengan Putin. Ada kekhawatiran bahwa Ukraina harus memberikan “konsesi teritorial” untuk mencapai hal tersebut.

    Sementara itu, partai sayap kanan AfD, yang masih terisolasi di parlemen Jerman, melihat bahwa mereka sedang naik daun berkat Trump.

    AfD dan Trump memiliki kedekatan dalam isu-isu migrasi dan kebijakan energi. Namun, AfD juga berulang kali membuat pernyataan anti-Amerika. Meski demikian, kedekatan Trump dengan AfD terlihat jelas di Washington, di mana Kanselir Federal Olaf Scholz tidak diundang ke pelantikan, tetapi dua politisi AfD yang terkemuka, Tino Chrupalla dan Beatrix von Storch, hadir di sana.

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump Pecat Wanita Pertama yang Jadi Bos Penjaga Pantai AS

    Trump Pecat Wanita Pertama yang Jadi Bos Penjaga Pantai AS

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memecat Laksamana Linda Fagan sebagai kepala Penjaga Pantai AS, dengan alasan “kurangnya kepemimpinan”. Fagan merupakan wanita pertama yang memimpin salah satu dari enam angkatan bersenjata dalam militer AS tersebut.

    Pemecatan Fagan, seperti dilansir AFP, Rabu (22/1/2025), diumumkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS), Benjamine Huffman, dalam pernyataan pada Selasa (21/1) waktu setempat.

    “Dia (Fagan-red) telah menjalani karier yang panjang dan cemerlang, dan saya berterima kasih atas pengabdiannya,” ucap Huffman dalam pesan kepada Penjaga Pantai AS.

    Namun seorang pejabat senior DHS, yang mengawasi dinas tersebut, memberikan pernyataan yang jauh lebih kritis dengan menyebut Fagan diberhentikan “karena kurangnya kepemimpinan, kegagalan operasional, dan ketidakmampuan dalam mencapai target strategis Penjaga Pantai AS”.

    Fagan, menurut pejabat senior DHS yang enggan disebut namanya tersebut, telah gagal dalam mengatasi ancaman keamanan perbatasan, salah mengelola akuisisi, termasuk helikopter-helikopter, dan memberikan “fokus berlebihan” pada program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi.

    Disebutkan juga oleh pejabat senior DHS tersebut bahwa terdapat “erosi kepercayaan” pada Penjaga Pantai AS karena cara mereka menangani penyelidikan tuduhan pelecehan seksual.

    “Kegagalan untuk mengatasi permasalahan sistemis yang terungkap dalam penyelidikan ini telah menggarisbawahi budaya kepemimpinan yang tidak bersedia menjamin akuntabilitas dan transparansi,” imbuh pejabat senior DHS tersebut.

    Lihat juga Video ‘Momen Pendukung Trump yang Terlibat Kerusuhan Capitol Dibebaskan’:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Iran Dilaporkan Uji Coba Robot Tempur, Kembangkan Model Baru – Halaman all

    Iran Dilaporkan Uji Coba Robot Tempur, Kembangkan Model Baru – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Iran sedang menguji robot tempur dan mengembangkan model baru, menurut pejabat militer tinggi.

    Wakil Komandan Angkatan Darat Iran, Brigadir Jenderal Nozar Nemati, mengatakan kepada Tehran Times bahwa pasukannya mulai menggunakan perangkat tersebut dalam latihan perang dua bulan lalu.

    Menurut Newsweek, pengerahan robot tempur oleh Iran menandakan ambisi negara tersebut untuk bersaing secara militer dengan negara-negara lain.

    Ketegangan Iran dengan AS dan Israel terus meningkat setelah mantan Presiden Donald Trump berjanji untuk kembali menerapkan tekanan maksimum terhadap Iran, serta ancaman kemungkinan serangan Israel terhadap situs nuklir Iran.

    Menurut laporan Tehran Times, beberapa robot tempur digunakan dalam latihan ofensif yang dilakukan Iran di timur laut negara itu dua bulan lalu.

    Latihan tersebut melibatkan unit artileri lapis baja, tim serangan udara, operator pesawat nirawak, unit perang elektronik, dan kelompok rudal, menurut Nemati.

    Namun, Nemati tidak merinci lebih lanjut tentang jenis robot tempur yang sedang diuji.

    Berbicara tentang upaya Iran dalam memajukan teknologi untuk keperluan tempur, baik ofensif maupun defensif, Nemati menambahkan:

    “Kami juga sedang merancang dan menerapkan koneksi antara pasukan khusus dan robot untuk peperangan masa depan, sambil menggunakan berbagai pesawat nirawak penyerang dan sistem terpadu untuk melawan pesawat nirawak musuh.”

    “Pencapaian ini mencerminkan komitmen kami untuk mengembangkan teknologi mutakhir dalam Angkatan Darat,” tambahnya.

    Latihan perang ini melibatkan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Angkatan Darat (Artesh), dan Penjaga Pantai, yang mensimulasikan operasi kontraterorisme.

    Militer berlatih untuk mencegah serangan bunker di dekat fasilitas nuklir Iran di wilayah tengah dan utara, tambah Tehran Times.

    Menurut laporan Iran Press, robot tempur Iran termasuk kendaraan darat tak berawak (UGV) dan kendaraan udara tak berawak (UAV).

    Teheran telah mengembangkan Heidar-1, sebuah UGV untuk pengintaian dan tembakan presisi.

    Teheran juga telah mengembangkan pesawat nirawak Shahed-136, UAV “kamikaze” yang telah digunakan dalam serangan Rusia terhadap Ukraina.

    Selain itu, Iran juga sedang mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam sistem rudalnya untuk meningkatkan akurasi serangan mereka, dengan tujuan meminimalkan korban sipil, menurut Iran International.

    Pada tanggal 18 Januari, di sebuah lokasi yang dirahasiakan di Teluk Persia, Iran juga membuka pangkalan angkatan laut bawah tanah baru.

    Pangkalan ini dirancang untuk menampung armada kapal yang mampu meluncurkan rudal jarak jauh.

    Angkatan bersenjata Teheran juga telah menerima 1.000 pesawat nirawak buatan dalam negeri yang memiliki kemampuan anti-benteng dan teknologi siluman canggih dengan jangkauan 1.200 mil.

    Hingga kini, belum jelas konflik apa yang sebenarnya dipersiapkan Iran dengan latihan-latihan ini.

    Perlombaan Teknologi Tempur Modern

    Dilansir Newsweek, Iran berusaha mengikuti tren global menuju robotika di bidang militer.

    Dalam perang Rusia dengan Ukraina, unit tempur Ukraina yang dikenal sebagai Medoid mengerahkan anjing robot yang dikembangkan oleh perusahaan manajemen risiko Inggris dan produsen pesawat nirawak Brit Alliance.

    Ukraina juga akan segera menggunakan pesawat tempur droid baru dengan sistem robotik dan senapan mesin terpasang.

    Rusia, di sisi lain, telah berinvestasi besar dalam robot tempur.

    Rusia memanfaatkan kecerdasan buatan untuk memodernisasi teknologi militernya bersama China, mengembangkan UGV seperti Uran-9, tank robot, Platform-M, sistem roket serang, serta Soratnik, tank drone seberat tujuh ton.

    China juga sedang mengembangkan teknologi militer otonomnya sendiri, seperti “robot pembunuh,” yang diperkirakan akan siap tempur dalam dua tahun ke depan.

    AS juga telah berinvestasi dalam sektor ini melalui Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA).

    Proyek-proyeknya termasuk Legged Squad Support System (LS3) untuk tentara, dan program Robotic Autonomy in Complex Environments with Resiliency (RACER) untuk meningkatkan kemampuan UGV, menurut siaran pers dari DARPA.

    Israel juga merupakan salah satu produsen utama sistem udara tak berawak (UAS), yang dirancang untuk pengumpulan intelijen, pemantauan perbatasan, serta pelaksanaan misi, menurut Israel Aerospace Industries.

    Negara lain yang berinvestasi dalam robotika tempur antara lain Inggris, Korea Selatan, India, Prancis, dan Jerman, menurut berbagai laporan.

    (Tribunnews.com/Tiara Shelavie)